Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN PERSALINAN LETAK BAYI SUNGSANG

1. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1.1 Anatomi Fisiologi Genitalia bagian Luar (Vulva)

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

1.1.1 Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior simfisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

1.1.2 Labia mayora


Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu
(pada commisura posterior).

1.1.3 Labia minora


Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung
serabut saraf.
1.1.4 Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior
vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh
darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.\

1.1.5 Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene
kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

1.1.6 Introitus / orificium vagina


Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,
dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan
bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya
berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

1.1.7 Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi
cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian
kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam
4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan
dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang
elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk
jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina
terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas
dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di
sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di
sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi
orgasmus vaginal.

1.1.8 Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-
otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor
urethra).
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

1.2 Anatomi Fisiologi Genitalia bagian Dalam

1.2.1 Uterus
Fungsi: tempat menerima, mempertahankan dan memberi makan
ovum yang telah dibuahi.
Bagian-bagian:
1.2.1.1 Fundus : terletak di atas muara tuba uterine
1.2.1.2 Corpus : terletak dibawah bagian tuba uterine
1.2.1.3 Cervix : bagian bawah korpus yang menyempit
Cervix ini menembus dinding anterior vagina dan menjadi
2:
Portio supravaginalis
Portio vaginalis cervicis uteri

Struktur Uterus:
Semua bagian diliputi oleh peritoneum kecuali pada bagian anterior
dan di bawah ostium histologicum uteri interni. Di tempat ini
peritoneum berjalan ke depan di atas vesica urinaria. Di lateral juga
terdapat ruangan diantara tempat perlekatan lapisan ligamentum
latum.

Histologi:
Tunica muscularis (myometrium) sangat tebal dan dibentuk
oleh otot2 polos yang disokong oleh jaringan ikat.
Tunica mucosa yang membatasi corpus uteri disebut
endometrium. Tunica ini melanjutkan diri ke atas sebagai
tunica mucosa yang melapisi tuba uterine dan kebawah sebagai
membrane mukosa yang melapisi cervix.
Endometrium langsung melekat pada otot sehingga tidak
mempunyai lapisan submukosa. Lapisan ini dipengaruhi oleh
hormone ovarium.

Pendarahan:
Portio supravaginalis dikelilingi oleh fascia pelvis viceralis yang
disebut parametrium. Pada daerah ini, a. uterine disilang oleh ureter
pada kanan dan kiri cervix. Pendarahan: Arteri: a. uterine. Cabang
dari a. illiaca interna.
1.2.2 Tuba Falopii
Fungsi:
Menerima ovum dari ovarium
Saluran yang dilalui spermatozoa untuk mencapai ovum
Tempat terjadinya fertilisasi (biasanya terjadi di ampulla)
Menyediakan makanan untuk ovum yang terfertilisasi dan
membawanya ke cavitas uteri

Bagian-bagian:
1.2.2.1 Infundibulum
Ujung lateral tuba uterine. Berbentuk corong, menjorok ke
luar ligamentum latum dan terletak di atas ovarium. Ujung
lateralnya membentuk tonjolan seperti jari2 yang disebut
fimbriae yang melingkupi ovarium.
1.2.2.2 Ampulla
Bagian tuba yang paling luas.
1.2.2.3 Isthmus
Bagian tersempit tuba. Terletak lateral terhadap uterus.
1.2.2.4 Pars Uterina
Segmen tuba yang menembus dinding uterus.

Pendarahan:
Uterine cabang dari a. illiaca interna
Arteri ovarica cabang aorta abdominalis

1.2.3 Ovarium
Fungsi Ovarium:
Mengembangkan dan mengeluarkan ovum
Menghasilkan hormon steroid
Pendarahan
Arteri ovarica berasal dari aorta abdominalis setinggi L1
2. Konsep Persalinan Letak Sungsang
2.1 Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Biasanya kejadian letak sungsang berkisar antara
2% sampai 3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya
kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian
sekitar 20% sampai 30% (Wiknjosastro, 2005). Letak sungsang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(Wiknjosastro, 2007). Letak sungsang adalah janin yang letaknya
memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan
bokong berada di bawah.

Klasifikasi letak sungsang

a. b. c.

a. Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang dimana


kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau
kepala janin.

b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu letak


sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di
samping bokong dapat diraba kedua kaki.

c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu


letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki yang lain terangkat ke atas (Kasdu, 2005).
2.2 Etiologi
Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas
sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin
merupakan bagian terbesar dan keras serta palinglambat. Melalui hukum
gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul.
Dengangerakan kaki janin, ketegangan ligamentum rotundum dan
kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu
atas panggul. (Manuaba, 1998 : 361 )

2.2.1 Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:

a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,

b. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar

c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam

pintu atas panggul.

d. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena

kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.

e. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak

ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta

previa, tumor tumor pelvis dan lain lain.

f. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara

g. Gemeli (kehamilan ganda)

h. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.

i. Janin sudah lama mati.

j. Sebab yang tidak diketahui.

2.2.2 Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:


2.2.2.1 Sudut Ibu
a. Keadaan Rahim
1. Rahim arkuatus
2. Septum pada Rahim
3. Uterus dupleks
4. Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1. Plasenta letak rendah
2. Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
1. Kesempitan panggul
2. Deformitas tulang panggul
3. Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran
ke posisi kepala
2.2.2.2 Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan
letak sungsang :
a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b. Hedrosefalus atau anesefalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidroamnion atau aligohidromion
e. Prematuritas

2.3 Tanda dan gejala


2.3.1 Diagnosis Presentasi Bokong Selama Antenatal
a. Anamnesa, Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut
bawah, ibu sering merasa ada benda keras yang mendesak
tulang iga dan rasa nyeri pada tulang iga karena kepala janin.
b. Palpasi. Pada primigravida, diagnosis lebih sulit karena otot
abdomen mereka yang keras, pada palpasi, janin terlihat
longitudinal dengan presentasi lunak, yang lebih mudah diraba
dengan menggunakan genggaman pelvikKepala biasanya dapat
diraba difundus sebagai massa bulat yang keras, yang dapat
digerakkan secara bebas dari punggung dengan menangkupnya
pada stau atau kedua tangan. Jika tungkai terkestensi , kaki
dapat mecegah terjadinya pembengkokan. Jika bokong berada
pada posisi anterior dan janin terfleksi dengan baik sulit bagi
bidan untuk menentukan kepala, tetapi peggunaan gengggaman
yang mengombinasikan segmen atas dan segmen bawah secara
bersamaan dapat membantu diagnosis. Ibu dapat mengeluh
ketidaknyamanan dibawah rusuknya, terutama dimalam hari,
akibat tekanan kepala pada diafragma.
c. Auskultasi, jika bokong belum melewati gelang pelvis , jantung
janin akan terdengan diatas umbilicus. Jika tungkai terekstensi,
bokong akan turun kedalam pelvis dengan mudah. Jantung
janin kemudian terdengar lebih dibawah lagi.
d. Pemeriksaan Ultrasound, Pemeriksaan ini dapat dilakukan
untuk memperlihatkan presentasi bokong
2.3.2 Diagnosis Selama Persalinan
Presentasi bokong yang tidak diduga mungkin tidak terdiagnosis
sampai ibu mengalami persalinan. Jika tungkai terekstensi , bokong
dapat teraba seperti kepala pada abdomen, dan juga pada
pemeriksaan vagina jika serviks berdilatasi kurang dari 3cm dan
letak bokong masih tinggi.
a. Pemeriksaan Abdomen
b. Auskultasi, jika bokong belum melewati gelang pelvis, jantung
janin akan terdengan diatas umbilicus. Jika tungkai ter ekstensi,
bokong akan turun kedalam pelvis dengan mudah. Jantung
janin kemudian terdengar lebih dibawah lagi.
c. Pemeriksaan Ultrasound, pemeriksaan ini dapat dilakukan
untuk memperlihatkan presentasi bokong
d. Pemeriksaan Vagina
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya
sutura yang terpalpasi, walaupun terkadang sacrum dapat
disalahartikan sebagai kepala yang keras, dan bokong dapat
diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat teraba dan
mekonium segar pada jari pemeriksa biasanya merupakan
diagnosis

Jika tungkai terekstensi, genital ekternal sangat jelas, teraba


tetapi,harus diingat bahwa genitalia eksterna tersebut mengalami
edema. Vulva yang mengalami edema dapat disalah artikan dengan
skrotum. Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan
tangan . jari-jari kaki semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih
pendek daripada jari jari tangan dan ibu jari kkaki tidak dapat
direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki berada pada sudut 90
derajat dari tungkai, dan tumit tidak memiliki kesaamaan dengan
tangan.Presentasi dapat dipastikan lagi dengan pemindai
ultrasound.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi letak bayi sungsang salah satunya adalah hidramnion yaitu
anak mudah bergerak karena mobilisasi. Plasenta Previda yaitu
menghalangi kepala turun ke panggul dan panggul sempit dimana kepala
susah menyesuaikan ke jalan lahir
2.5 Pathway
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan letak sungsang
adalah:
2.5.1 Komplikasi ibu
2.5.1.1 Perdarahan
2.5.1.2 Trauma jalan lahir
2.5.1.3 Infeksi
2.5.2 Komplikasi anak
2.5.2.1 Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi
pengecilan rongga uterus yang menyebabkan gangguan
sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini
merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir
sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.
2.5.2.2 Asfiksia
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh
terjepitnya talipusat pada fase cepat
2.5.2.3 Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
a. Panggul sempit
b. Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
c. Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua
terlalu cepat)
d. Fraktura / dislokasi
e. terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
2.5.2.4 Fraktura tulang kepala
2.5.2.5 Fraktura humerus
2.5.2.6 Fraktura klavikula
2.5.2.7 Fraktura femur
2.5.2.8 Prolapse tali pusat
Insiden 3.7% pada bayi sungsang lebih sering pada
primigravida daripada multigravida 6% dan 3%,
lebih umum pada perdalinan premature dan
presentasi inkomplet (tipe kaki meumbung
presentasi kepala), prolapse tidak selalu
menyebabkan kompresi tali pusat, bila serviks telah
dilatasi penuh kelahiran pervaginam masih mungkin.
2.5.2.9 Persalinan macet setelah kepala turun
Insiden 8,5% aterm. Bila sungsang komplit atau
tubuh dengan mudah melalui pelvik maka kepala
dapat diharapkan melewatinya tanpa kesulitan. Pada
bayi aterm bila kepala tidak melewati pelvic dan
servik, bokong juga pasti tidak bisa dan persalinan
tidak maju.
2.5.2.10 Hiperektensi kepala bayi
Insiden 5%. Hiperektensi kepala bayi dapat terjadi
karena factor berikut:
a. Tali pusat menjerat leher bayi
b. Lokasi plasenta
c. Abnormal uterus atau bayi
d. Bisa juga disebabkan persalinan dengan
intervensi yang tidak lazim oleh pemberi asuhan
harus mengejan spontan bukan ditarik. Penarikan
dapat menyebabkan ekstensi lengan dan kepala
bayi.
2.7 Prognosis
2.7.1 Ibu
Bila terjadi persalinan spontan prognosis ibu adalah baik. Laserasi
tractus genitalis dan perdarahan dapat disebabkan oleh persalinan
yang terlalu cepat dan dipaksakan melalui panggul yang terlampau
kecil atau melalui bagian-bagian lunak yang belum cukup terbuka.

2.7.2 Janin
Mortalitas kasar janin berkisar antara 10 dan 20 persen. Sebab
utama kematian bayi adalah prematuritas (30 persen disbanding
dengan 10 persen pada presentasi kepala). Kelainan congenital dua
kali lebih sering pada presentasi bokong dibandingkan presentasi
kepala dan mempunyai andil dalam kematian janin. Resiko
presentasi bokong harus dibedakan dengan bahaya persalinan
bokongnya sendiri. Risiko untuk janin pada persalinan bokong
lebih besar dibanding yang lahir dengan kepala lebih dahulu.
Dengan mengesampingkan kelainan-kelainan yang tidak
memungkinkan janin hidup dan kematian intrauterine sebelum
persalinan mulai, mortalitas janin untuk bayi cukup bulan (2.500 g
atau lebih) adalah sebesar 1-2 persen ditangan ahli ebidanan yang
trampil. Di tangan penolong yang belum berpengalaman maka
resikonya lebih tinggi

2.8 Penanganan Medis


2.8.1 Penatalaksaan Presentasi Bokong
a. Pada saat Pemeriksaan Antenatal
1. Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada
pasien mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
dengan presentasi sungsang.
2. Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu
meletakkan kepala diantara kedua tangan lalu menoleh ke
samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan
sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku
sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian
kepala janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut
juga sebagai gerakan anti sungsang
3. Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan
kurang dari 34 minggu tidak perlu dilakukan intervensi
apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan amnion
masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin
masih dapat memutar dengan sendirinya.
4. Jika bidan mencuriai atau mendeteksi adanya presentasi
bokong pada usia gestasi 36 minggu atau lebih harus
merujuk ibu untuk pemeriksaan ultrasound.
b. Pada saat Persalinan
Jenis pimpinan persalinan dengan presentasi bokong :
1. Persalinan pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
pervaginam, persalinan per vaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Persalinan spontan Janin dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara
Bracht.
b. Manual aid (partial breech extraction; assisted breech
delivery). Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan
kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction). Janin
dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga
penolong.
2. Persalinan per abdominam (seksio sesarea)
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria
pada tabel dibawah dapat digunakan untuk menentukan
cara persalinan per vaginam atau per abdominal (sectio
caesar ) :

Persalinan pervaginam Sectio Caesar


Presentasi frank Breech Ketuban pecah dini lama
Taksiran berat janin 2000-35000 gr Taksiran berat janin 3500 gr atau
<1500 gr
Ukuran panggul adekuat Diameter Panggul sempit
transversal PAP 11,5 cm, dan
anterioposterior 10,5 cm; Diameter
tranversal panggul tengah 10 cm dan
diameter anterposterior 11,5 cm
Pembukaan sudah lengkap, bagian Bagian terendah janin belum
terendah janin sudah engaged engaged, Partus lama, Primi tua,
Inferttilitas atau riwayat obstetrik
buruk, presentasi kaki, Kelainan
pada rahim.
Proses persalinan berlangsung normal Presentasi bokong tidak sempurna
meskipun sedah direncanakan SC atau presentasi kaki
(pervagiman masih merupakan pilihan Gawat Janin
dibandingkan SC)
2.8.2 Mekanisme Persalinan Sungsang
a. Mekanisme Pelahiran Sakro Anterior Kanan
1. Bokong dan tungkai bawah
Penurunan : Bokong masuk panggul apabila diameter
bitrochanteric telah melewati PAP, pada RSA maka sacrum ada
dikuadran kanan depan panggul ibu dan diameter bitrochanteric
ada pada diameter oblique kanan oleh karena bokong merupakan
pembuka yang kurang baik. Penurunan berjalan lambat dan
mungkin bokokng masih tetap tinggi sampai persalinan sudah
berjalan beberapa lama . kebanyakan bokong tidak turun sampai
pembukaan lengkap atau ketuban tidak pecah

Flexi : untuk memudahkan lewatnya bokong melalui panggul ,


terjadi flexi lateral ada pinggul. Panggul depan menjadi bagian
terendah . apabila presentasinya bokong murni , kaki kaki janin
bekerja sebagai bidai pemanjang dan dengan mengurangi flexi
lateral dan keluwesannya maka kaki kaki ini dapat menghambat
penurunan bokong.

Putaran Paksi dalam : Panggul depan mendapat tahana dari dasar


panggul dan berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke
anteroposterior . sacrum berputar menjauhi garis tengah dari
kuadran depan ke kanan lintang
Bokong lahir dengan flexi ke lateral Panggul depan terbentur
dibawah symphisis pubis, terjadi flexi ke lateral, dan panggung
belaknag keluar dan dilahirkan diatas pernineum. Kemudian
bokong jatuh kearah anus dan panggul depan tergelncir keluar dari
bawah symphisis

2. Bahu Dan Lengan


Masuk Panggul, Bahu masuk panggul pada diameter oblique kanan
panggul , ketika scrum berputar dari RST ke RSA

Putar paksi dalam . Bahu depan Berputar dibawah symphisis . dan


diameter basacromalis berputar 45 derajat dari diameter oblique
kanan ke diameter anteroposterior PBP . Sacrum mengikuti dari
RSA ke RST
Bahu lahir dengan Flexi lateral. Bahu depan terbentur dibawah symphisis
dan bahu belakang dengan lengan dilahirkan diatas perineum keika tubuh
bayi diangkat ketas. Kemudian bayi diturun kan dan bahu depan dengan
lengan keluar dibawah symphisis.

3. Kepala
Penurunan dan masuk panggul. Pada saat bahu ada di PBP, kepala
mencapai panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada
diameter oblique kiri. UUK ada dikuadran kanan depan panggul.

Flexi. Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting bahwa flexi
ini dipertahankan .
Putaran Paksi dalan. Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan
putaran paksi dalam sehingga ia mencapai PBP dengan sutura sagitalis
pada diameter anteroposterior , dah pada lengkung sacrum dan UUK
dibawah sympisis. Sacrum berputar kearah pubis sehingga punggung
didepan.

Kepala lahir dengan flexi. Diameter diameternya sama dengan


kedudukan UUK depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk
menjadi titik putar dibawah symphisis dan dagu , mulut, hidung, dahi,
bregma, dan UUK dilahirkan diatas perineum dengan gerakan flexi.

b. Mekanisme persalinan : Sacrum langsung di depan


Penurunan. Bokong masuk panggul dengan diameter bitrochanterica pada
diameter transversa PAP. Sacrum langsung ada di depan, dibelakang
symphysis pubis (SA).
Flexi. Flexi sama dengan pada RSA.

Putaran paksi dalam. Diameter bitrochanterica berputar 90 dari diameter


transversa panggul ke anteroposterior. Sacrum menjadi garis tengah
menjadi lintang (SA ke RST).

c. Mekanisme persalinan : Sacrum di belakang


Pada keadaan yang jarang terjadi, sacrum dan kepala berputar ke belakang
sehingga UUK ada di lengkung sacrum dan muka dibelaakang symphysis
pubis. Apabila kepala fleksi (Gb.9A)

maka persalinan terjadi dengan UUK dibelakang. Nasion menjadi titik


putar pada angulus subpubicus, dan tengkuk, UUK dan puncak kepala
berturut-turut keluar diatas perineum.kemudian muka timbul dari bawah
symphysis. Cara persalinan ini dapat dibantu dengan mengangkat tubuh
keatas.

Bila kepala ekstensi (Gb.9B)

maka dagu mengenai belakang pubis dan daerah submentum pada leher
menjadi titik putar pada angulus subpubicus. Agar bayi dapat dilahirkan
tubuhnya harus dinaikkan oleh penolong sehingga UUK, puncak kepala
dan dahi berturut-turut dapat lewat diatasperineum.
Pada kedudukan ini dapat terjadi kesukaran lahirnya kepala. Cara terbaik
untuk mengatasi komplikasi ini adalah dengan pencegahan. Setelah
bokong lahir, setiap kecenderungan sacrum untuk berputar kebelakang
harus dicegah oleh penolang dan diusahakan bokong berputar dengan
sacrum kedepan kearah symphsis pubis.

d. Mekanisme persalinan pada presentasi kaki dan lutut


Mekanisme persalinannya sama dengan yang telah diuraikan untuk RSA
(sacrum kanan depan) dengan perbedaan bahwa pada presentasi bokong
murni dan sempurna bagian terendahnya adalah bokong. Pada presentasi
kaki bagian terendahnya salah satu atau kedua kaki dan pada presentasi
lutut bagian terendahnya adalah lutut.

2.8.3 Pentalaksanaan Persalinan pada Presentasi Bokong


a. Melakukan Versi Luar
Setiap persalinan sungsang sebaiknya ditolong pada fasilitas kesehatan
yang dapat melakukan operasi, Lakukan versi luar jika
1. Kehamilan berumur 37 minggu atau lebih , dan kemungkinan besar
lahir pervaginam.
2. Kemungkinan dapat dilahirkan pervaginam
3. Ketuban utuh dan air ketuban cukup
4. Tidak ada komplikasi dan kontraindikasi (contohnya :
pertumbuhan janin terhambat, perdarahan, bekas seksio, kelainan
janin, kehamilan kembar, hipertensi )

Jika versi luar berhasil lakukan dengan persalinan normal. Jika versi
luar gagal lanjutkan dengan seksio sesariaVersi luar kaji ulang
indikasi. Jangan lakukan prosedur ini sebelum kehamilan 37 minggu.

Penatalaksanaan Versi Luar

1. Baringkan ibu dalam posisi terlentang


2. Kaki dibengkokan pada lututdan pangkal paha supaya dinding perut
kendor
3. Lakukan pemeriksaan DJJ sebelum tindakan. Jika abnormal jangan
lakukan versi luar
4. Palpasi abdomen untuk memastikan letak, presentasi, posisi kepala,
punggung dan bokong janin.
5. Bebaskan bagian terendah janin dari pintu atas panggul pelan pelan
6. Pegang dan dekatkan kepala dan bokong janin kemudian lakukan rotas
agar janin menjadi presentasi kepala.
7. Dengarkan DJJ jika abnormal :
a. Baringkan ibu dalam posisi miring ke kiri
b. Berikan oksigen 4-6liter per menit
c. Periksa DJJ setiap 15 menit
a. DJJ tidak stabil dalam 30 menit lakukan seksio sesaria

b. Persalinan spontan pervaginam terdiri dari 3 tahapan :


1. Fase lambat pertama: Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus
(scapula).
Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani
secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak
yang mungkin terjadi.
2. Fase cepat: Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut.
Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi
pembuluh darah talipusat antara kepala dengan tulang panggul
sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu. Disebut fase cepat oleh
karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1 2 kali kontraksi uterus
(sekitar 8 menit).
3. Fase lambat kedua: Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh
dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala
yang terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial

c. Mempersiapkan Alat yang Dibutuhkan

Partus set :

Bak instrumen
2 arteri klem
kocher
Gunting episiotomi
Gunting tali pusat
Benang tali pusat
De Lee
Spuit 3cc
Oksitosin 0,5 ml
Handuk bersih 2 buah
Waslap 2 buah
Kain panjang bersih 4 buah
Waskom plastik 2 buah
Bengkok 1 buah
Underpad 1 buah
Celemek 1 buah

Hecting set:

Bak instrumen
Pinset anatomi
Pinset silurgi
Gunting benang
Jarum hecting
Benang hecting
Naholder
Lidocain
Spuit 3cc

Hemorage postpartum set:

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoon, celemek, sepatu


boots)
Obat-obatan anti perdarahan
Obat-obatan emergency
Infus set
Cairan infus (ringer laktat atau NaCl)
Tampon
VC set
Hecting set
Persiapan alat resusitasi:

2 helai kain/handuk kering dan bersih


Bahan ganjal bahu bayi (bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk keci, digulung setinggi 5cm dan mudah disesuaikan
untuk mengatur posisi kepala bayi)
Alat penghisap lendir De Lee atau bola karet
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
Kotak alat resusitasi
Jam atau pencatat waktu

2.8.4 Persiapan Pasien


2.8.4.1 KALA I
a. Selama proses persalinan, resiko ibu dan anak jauh lebih besar
dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang
kepala.
b. Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian
secara cepat dan cermat mengenai : keadaan selaput ketuban,
fase persalinan, kondisi janin serta keadaan umum ibu.
c. Oleh karena sebagian besar janin dengan presentasi bokong
dapat dilahirkan per vaginam maka menunggu sambil
observasi, tetapi supportif dan tidak melakukan intervensi
merupakan prosedur pilihan.
d. Paling baik pasien berbaring ditempat tidur
e. Sebaiknya ketuban dibiarkan tetap utuh sampai pembukaan
cukup lebar. Harus dihindari setiap prosedur yang dapat
menyebabkan ketuban pecah awal seperti pemeriksaan vaginal
atau rectal yang terlalu sering.
f. Bila terjadi ketuban pecah juga, dilakukan pemeriksaan vaginal
untuk mengesampingkan adanya tali pusat menunmbung dan
untuk menentukan keadaan cervix yang sebenar-benarnya.
g. Meconium bukan merupakan tanda bahaya selama DJJ normal.
2.8.4.2 KALA II
a. Posisi untuk bersalin. Setelah pembukaan lengkap, pasien
diletakkan diatas meja bersalin. Meja yang kaku dan
penanganan tangan yang digunakn pasien untuk memperkuat
dirinya akan menaikkan efektivitas usaha mengejan dan dengan
demikian mempermudah majunya persalinan.
b. Pada waktu tolong mulai meregangkan perineum, pasien
dibaringkan dalam posisi litotomi, dengan kaki diletakkan
diatas penahan kaki dan bokong ibu jauh kebawah, sedikit
melampaui titik meja. Ini merupakan posisi terbaik untuk
menolongpersalinan dan mengatasi komplikasi.
c. Selama kontraksi tekanan bagian terendah janin pada perenium
merangsang penderita untuk menggeser keatas dan keluar dari
posisinya. Untuk mencegah ini digunakan /penahan bahu.
d. Seorang asisten harus ikut cuci tangan dan memakai jas untuk
setiap persalinan.
e. Kandung kemih pasien dikosongkan
f. Infus intravena. Setelah kala II memulai, dipasang infuse
intravena dengan Ringer Laktat. Untuk keberhasilan persalinan
presentasi bokong diperlukan kontraksi uterus yang baik terus
menerus dan pasien mempertahankan kemampuannya untuk
mengejan serta melaksanakannya. Kalau kontraksinya menjadi
lemah atau tidak teratur dalam persalinan yang sebenarnya,
segera dapat diberikan oxytocin melalui infuse, uterus dipacu
untuk kerja yang lebih efektif.
g. dengan pertolongan. DJJ seringkali diperiksa. Selama keadaan
bayi tetap baik maka ditunggu persalinan spontan. Penarikan
bayi yang terlalu lama, terutama diluar kontraksi uterus, harus
dihindari. Ini dapat mengakibatkan defleksi kepala dan ekstensi
lengan diatas atau di belakang kepala. Penting bahwa pasien
mengejan setiap kali ada kontraksi, dan dia harus dipimpin
untuk berbuat demikian. Seetiap kali ada kontraksi, dan dia
harus dipimpin untuk berbuat demikian.

I. Memimpin Persalinan Spontan

a. Lahirnya bokong

1. Pasien dipimpin mengejan pada waktu ada kontraksi tetap


harus istirahat setelah kontraksi selesai
2. Bila bokong sudah siap untuk keluar lakukan episiotomy
mediolateralis yang lebar dan dilakukan hemostasis
3. Selama tidak terjadi gawat ibu maupun janin, ditunggu
persalinan spontan sampai pusat. Sampai dini tidak ada
keadaan yang mendesak dan penolong tidak boleh turun
tangan
4. Setelah pusat lahir maka waktu menjadi factor yang penting
dan persalinan selanjutnya dilakukan dengan hati-hati dan
penuh keterampilan. Jalan udara bebas untuk mulut harus
tersedia dalam waktu 3-5 menit untuk mencegah terjadinya
kerusakan otak oleh karena anoxia
5. Kaki biasanya keluar secara spontan : kalau tidak dengan
mudah dapat diekstraksi
6. Bayi dibungkus dengan handuk hangat dan badanya ditahan
7. Tali pusat ditarik keluar untuk mengurangi traksi padanya
bila terjepit antara kepala dan dinding panggul. Pada waktu
yang bersamaan diraba pulsasinya
8. Ahli anestesi diminta untuk membius pasien pada saat ini

b. Lahirnya bahu dan lengan


1. Pembantu mengadakan dorongan suprapubik pada kepala
untuk mempertahankan fleksi kepala
2. Operator menarik bokong kebawah dan melahirkan badan
sampai scapula depan, dan dengan demikian bahu depan,
ada di bawah symphysis
3. Untuk melahirkan lengan depan penolong memasukan
tangannya ke atas punggung bayi, melalui bahu, , dengan
demikian dengan jarinya membawa lengan dan tangan bayi
ke luar dibawah symphysis (Gb.11A)
4. Bayi dinaikan keatas sehingga scapula belakang dan
kemudian lengan belakang dilahirkan diatas perineum
dengan carayang sama (Gb.11B)

5. Ada yang melahirkan lengan belakang lebih dahulu

c. Lahirnya kepala
1. Hampir pada semua kasus punggung berputar ke depan
secara spontan. Ini harus diusahakan sehingga kepala
memutar UUK ke arah pubis dan muka ke arah sakrum.
Kadang-kadang sekali ada kecenderungan punggung
berputar ke arah belakang. Penolong harus mencegah ini
dan memutar punggung ke depan untuk menjaga jangan
sampai kepala memutar muka ke arah pubis, komplikasi
yang serius tetapi bisa dihindari.
2. Setelah punggung berputar ke depan dan kepala janin ada
pada diameter anteroposterior panggul, badan diturunkan ke
bawah sehingga UUK tampak di bawah symphisis dan
tengkuk menjadi titik putar disana (Gb. 12A)

3. Pada waktu yang bersamaan pembantu mempertahankan


dorongan suprapubik untuk mengarahkan kepala ke
panggul dan menjaganya tetap fleksi.
4. Kemudian dengan hati-hati badan dinaikkan sehingga ada
sedikit ekstensi pada leher.
5. Selanjutnya dengan terus mengadakan dorongan
suprapubik (perasat Kristellar) kepala dilahirkan dalam
keadaan fleksi, berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung,
dahi, bregma dan puncak kepala diatas perineum (Gb. 12B)

6. Kecepatan lahirnya kepala menyusul harus diperhatikan.


Kepala yang terlalu cepat melalui panggul menyebabkan
kompresi dan dekompresi secara tiba-tiba pada isi cranium.
Pada keadaan yang berat ligamenta otak terobek,
mengakibatkan perdarahan, kerusakan otak, dan kematian.
Sebaliknya, lahirnya kepala yang terlalu lambat
menyebabkan asfiksia yang juga dapat berakibat fatal.
Pengalaman mengajarkan jalan tengah cukup pelan untuk
mencegah trauma pada otak dan cukup cepat untuk
menghindari asfiksia.
II. Tehnik pertolongan sungsang spontan pervaginam
(spontan Bratch )
1. Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva
dengan penampang sekitar 5 cm.
2. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa
dengan 12 his berikutnya fase cepat dalam persalinan
sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan.
3. Episiotomi dilakukan pada saat bokong membuka
vulva.
4. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain
setengah basah, bokong janin dipegang sedemikian rupa
sehingga kedua ibu jari penolong berada pada bagian
belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada
pada bokong janin (gambar 1)
5. Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan
punggung anak ke perut ibu (gerak hiperlordosis)
sampai kedua kaki anak lahir .
6. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa
sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada lipatan
paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada
pinggang janin (gambar 2)
7. Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan
hiperlordosis dilanjutkan (gerak mendekatkan bokong
anak pada perut ibu) sedikit kearah kiri atau kearah
kanan sesuai dengan posisi punggung anak.
8. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai
akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala
anak.
9. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan
suprasimfisis searah jalan lahir dengan tujuan untuk
mempertahankan posisi fleksi kepala janin
10. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya
dilakukan seperti pada persalinan spontan pervaginam pada
presentasi belakang kepala.

Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan


Bracht

Gambar 2 Pegangan bokong anak pada persalinan spontan


Bracht

III. Manual aid


Manual aid yaitu janin dilahirkan sebagian dengan tenaga
dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Pada persalinan dengan cara manual aid 3 tahap yaitu; tahap
pertama lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan
dengan kekuatan ibu sendiri, tahap kedua lahirnya bahu dan
lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik,
mueller, lovset; tahap ketiga lahirnya kepala dengan
memakai cara mauriceau dan forceps piper.
Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan c
ara klasik :
1. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
2. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan
lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa
cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah
lengan bawah mengusap muka janin.
3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke
bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan
cara yang sama lengan dapat dilahirkan.

Gambar, Pengeluaran lengan secara klasik


(Prawirohardjo, 2008, p.618)

Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara
mueller :
1. Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan
traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah
simfisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di
bawahnya.
2. Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang
lahir.

Gambar. Pengeluaran lengan secara muller


Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara lovset :
1. Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan
traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran,
sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
2. Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik
sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat
dilahirkan.

Gambar. Pengeluaran lengan secara lovset

Berikut ini melahirkan kepala dengan cara mauriceau :


1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir.
2. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke
empat mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain
mencengkeram leher.
3. Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah
janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong
mencengkeram leher janin dari arah punggung.
4. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan fundal pressure.
5. Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke
atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut
lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya
seluruh kepala.

Gambar. Pengeluaran kepala secara mauriceau


IV. Ekstraksi Sungsang
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk
mengakhiri persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi
sungsang yaitu gawat janin, tali pusat menumbung, persalinan macet.
Cara ekstraksi kaki :
1. Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada
pada posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina
untuk menelusuri bokong, paha sampai lutut guna mengadakan
abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan
tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang lain.
2. Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang
dengan dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada
punggung betis. Lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian
paha keluar, pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada
punggung paha.
3. Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan
menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu.
Cara ekstraksi bokong
1. Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk
(ossacrum).
2. Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum
dikaitkan pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi
curam ke bawah
3. Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk
tangan operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk
membantu traksi sehingga bokong berada di luar vulva.
4. Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter
belakang.
5. Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.
6. Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.
7. Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada
bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari
kedua tangan berada di atas lipat paha janin.
8. Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian
mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan.
9. Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina
untuk menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan
dada, menjungkit atau di belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong
sampai tulang belikat sering diperlukan bantuan dorongan kristeller.

X. Perabdominam
Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui pervaginam,
maka sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan
seksio sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang sangat
penting dalam menghadapi persalinan letak sungsang.
Seksio sesarea direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan panggul
sempit (Prawirohardjo, 2008, p.622).
Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primi tua, riwayat
persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul sempit, ada
indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12 jam, fetal
distress), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC. Sedangkan
seksio sesarea bias dipertimbangkan pada bayi yang prematuritas
>26 minggu dalam fase aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social
janin tinggi, hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram
(janin besar) (Cunningham, 2005, p.568).

2 Rencana Asuhan Persalinan Normal


3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama, umur : dalam kategori usia subur (15 49 tahun). Bila
didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua
(lebih dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi.
Pendidikan, pekerjaan dan alamat klien.

3.1.2 Riwayat penyakit sekarang


Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan
anatara 38 42 minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan
yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin
sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur
lendir), kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

3.1.3 Riwayat penyakit dahulu


Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami,
dapat memperberat persalinan.

3.1.4 Riwayat penyakit keluarga


Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, keturunan
hamil kembar pada klien, TBC, hepatitis, penyakit kelamin,
memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga
memperberat persalinannya.

3.1.5 Pemeriksaaan fisik


3.1.5.1 Keadaan umum
a. Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm
terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi
karena kemungkinan besar memiliki panggul yang
sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur
dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10
12 kg.
b. Tekanan Darah
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah
anak dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik kira-
kira 10 mmHg. Tanda vital yang diukur dalam posisi
terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
c. Suhu badan nadi dan pernafasan.
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara
360-370 C, bila suhu lebih dari 370C dianggap ada
kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu
badan 370C-370C masih dianggap normal karena
kelelahan. Keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan
suhu, Bila suhu naik keadaan nadi akan bertambah pula
dapat disebabkan karena adanya perdarahan.
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya
agak pendek karena kelelahan, kesakitan dan karena
membesarnya perut pernafasan normal antara 80 100 x/
menit, kadang meningkat menjadi normal kembali
setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.

3.1.5.2 Head to toe


a. Kepala dan leher
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang
pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung
ada polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis,
pembesaran kelenjar.
b. Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya
hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta
ditemukan adanya kolustrum.
c. Perut
Adanya pembesaran pada perut membujur,
hyperpigmentasi linea alba/ nigra, terdapat striae
gravidarum. Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah
prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur
pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung
kiri/ punggung kanan, letak kepala, sudah masuk PAP
atau belum. Adanya his yang makin lama makin sering
dan kuat. Auskultasi : ada/ tidaknya DJJ, frekwensi
antara 140 160 x / menit.
d. Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air
ketuban. Bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses
yang dibentuk anak dalam kandungan, menandakan
adannya kelainan letak anak. Pemeriksaan dalam untuk
mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan
serviks, panggul serta keadaan jalan lahir.
e. Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan
karena membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau
karena karena penyakit jantung/ ginjal. Ada varices pada
ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan
pembesaran uterus yang menekan vena abdomen.

3.1.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis
penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-
kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis.

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Pada Ibu
Diagnosa 1 : nyeri akut
3.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association For The Study Of Pain): awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

3.2.2 Batasan karakteristik


Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernafasan
Mengekspresikan prilaku mis: gelisah, merengek, menangis
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur
3.2.3 Faktor yang berhubungan
Agen cedera biologis
Diagnosa 2 : resiko infeksi
3.2.4 Definisi
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

3.2.5 Faktor resiko


Penyakit kronis
Pengetahuan yang tidak cukup
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
Vaksinasi tdak adekuat
Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
Prosedur invasif
Malnutrisi

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut
3.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil
3.3.1.1 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
3.3.1.2 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3.3.1.3 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
3.3.1.4 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

3.3.2 Intervensi keperawatan


2.3.2.1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi
2.3.2.2 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
2.3.2.3 Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
2.3.2.4 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
2.3.2.5 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
2.3.2.6 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
2.3.2.7 Ajarkan tentang tekhnik nonfarmakologi
2.3.2.8 Kolaborasi pemberian analgetik

Diagnosa 2 : resiko infeksi


3.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
Status imunitas
Pengetahuan : kontrol infeksi
Kontrol resiko
Kriteria hasil :
3.3.3.1 Klien bebas dari tanda gejala infeksi
3.3.3.2 Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
3.3.3.3 Jumlah leukosit dalam batas normal
3.3.3.4 Menunjukan perilaku hidup sehat

3.3.4 Intervensi keperawatan


3.3.4.1 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
3.3.4.2 Batasi pengunjung bila perlu
3.3.4.3 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung
3.3.4.4 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
3.3.4.5 Gunakan alat pelindung diri
3.3.4.6 Tingkatkan intake nutrisi
3.3.4.7 Berikan terapi antibiotik bila perlu
3.3.4.8 Monitor tanda dan gejala infeksi
3.3.4.9 Berikan perawatan kulit yang luka
3.3.4.10 Dorong istirahat
3.3.4.11 Ajarkan cara menghindari infeksi
3.3.4 Pada Bayi
Diagnosa 1 : resiko asfiksia (Nanda 00036)
Definisi
Rentan terhadap ketidakcukupan udara untuk inhalasi yang dapat
mengganggu kesehatan.
3.3.4.1 Faktor resiko
Internal
Cedera wajah/leher
Gangguan fungsi kognitif
Gangguan fungsi motorik
Kurangnya pengetahuan tentang kewaspadaan
keselamatan

Diagnosa 2 : resiko trauma (Nanda 00038)


Definisi
Rentan terhadap cedera jaringan yang tidak disengaja
3.3.4.2 Faktor resiko
Eksternal
Suhu lingkungan ekstrim
Internal
Penurunan koordinasi otot
Gangguan fungsi kognitif
Gangguan keseimbangan
Gangguan sensasi
Kelemahan
Riwayat trauma sebelumnya (mis. fisik dan psokologis)

Diagnosa 3 : resiko infeksi (Nanda 00004)


Definisi
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
3.3.4.3 Faktor resiko
Penyakit kronis
Pengetahuan yang tidak cukup
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
Vaksinasi tdak adekuat
Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
Prosedur invasif
Malnutrisi

Perencanaan
Diagnosa 1 : resiko asfiksia
3.3.5 Tujuan dan kriteria hasil
Menunjukkan pencegahan aspirasi yang dibuktikan oleh
indikator tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau
selalu.
Kriteria hasil
3.3.5.1 Tidak terjadi aspirasi
3.3.5.2 Tidak terjadi konstriksi bronkus jalan napas
3.3.5.3 Pergerakan udara keluar masuk paru normal

Diagnosa 2 : resiko trauma


3.3.6 Tujuan dan kriteria hasil
Tidak mengalami trauma dengan kriteri asebagai berikut:
Kriteria hasil
3.3.6.1 Tidak terjadi aspirasi
3.3.6.2 Tidak terjadi konstriksi bronkus jalan napas
3.3.6.3 Pergerakan udara keluar masuk paru normal

3.3.7 Intervensi keperawatan


3.3.7.1 Identifikasi kebutuhan keamanan
3.3.7.2 Sediakan lingkungan yang nyaman
3.3.7.3 Lakukan pengeluaran janin secara berahati-hati
3.3.7.4 Jangan menarik dengan paksa atau keras anggota tubuh
janin
3.3.7.5 Menghindari lingkungan yang berbahaya
Diagnosa 3 : resiko infeksi
3.3.8 Tujuan dan kriteria hasil
Status imunitas
Pengetahuan : kontrol infeksi
Kontrol resiko

Kriteria hasil
3.3.8.1 Klien bebas dari tanda gejala infeksi
3.3.8.2 Jumlah leukosit dalam batas normal

3.3.9 Intervensi keperawatan


3.3.9.1 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
3.3.9.2 Batasi pengunjung bila perlu
3.3.9.3 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
saat berkunjung
3.3.9.4 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
3.3.9.5 Gunakan alat pelindung diri
3.3.9.6 Tingkatkan intake nutrisi
3.3.9.7 Berikan terapi antibiotik bila perlu
3.3.9.8 Monitor tanda dan gejala infeksi
3.3.9.9 Berikan perawatan kulit yang luka
3.3.9.10 Dorong istirahat
3.3.9.11 Ajarkan cara menghindari infeksi
3 Daftar Pustaka
Carpenito LJ. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta:
EGC.

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Depkes.2008 . Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID.

Doenges EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Gary dkk. 2006. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC.

Halminton. 2005. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta: EGC.

Manuaba IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri


Ginekologi Dan KB. Jakarta: EGC.

Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Mochtar. 2005. Perawatan Persalinan Ibu. Jakarta: Medika Pustaka.

Prawirohardjo S. 2008 Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Retno, dkk. 2011. Buku Panduan Praktek Laboraturium: Keperawatan


Maternitas. Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Jenderal
Achmad Yani. Yogyakarta.

Wiknjosastro G. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Keperawatan Persalinan


Normal. Jakarta : ISBN.

Banjarmasin, Desember 2016

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(....................................................) (..................................................)

Anda mungkin juga menyukai