Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

KEPERAWATAN MATERNITAS

I. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Cephalopelvic Disprportion
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara ukuran janin dan
ukuran pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk
mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi kelahiran
pervagina (Varney, 2007).
2. Manifestasi Klinik
1) Persalinan lebih lama dari yang normal.
2) Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu.
3. Etiologi CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )
1) Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.
2) Kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.
3) Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,
hidrosefalus.
4) Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang
mempersempit jalan lahir.
4. Patofisiologi
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os
koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini
satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis
kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang
menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat artikulasio sakro-
koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl panggul) dan os koksigis (tl.tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran
sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan
lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh
lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan
cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul
terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut
juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut
pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat
organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot
– otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh
pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita
terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang
dibentuk oleh muskulus levatorani dan muskulus koksigeus.
5. Klasifikasi
1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine.
2) Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi.
3) Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4) Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi
atau kelumpuhan satu kaki.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto Pintu Atas Panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk, sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas
pintu atas panggul.
2) Foto Lateral
7. Penatalaksanaan Medik dan Implikasi Keperawatan
1) Persalinan Percobaan
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
2) Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
3) Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas diri

Identitas klien terdiri dari : Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,

pendidikan, pekerjaan, agama, suku, bangsa, riwayat persalinan, nama suami,

usia.

Identitas Penanggung jawab terdiri dari : Nama, hubungan dengan klien,

pendidikan, pekerjaan dan alamat.

b. Keluhan Utama

Klien merasakan nyeri di daerah operasi.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan

mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara

PQRST, yaitu :

P : Provoking incident, kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas

ringan sampai berat, sesuai dengan gangguan pada pasien post partum.

Q : Quality of pain, seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas

yang dirasakan atau digambarkan klien post partum.

R : Region, apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi

keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disetai ketidakmampuan dalam

melakukan pergerakan pada pasien post partum.

S : Severity (scale) of pain, kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan

aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas

menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.


T : Time, sifat mula timbulnya, keluhan kelemahan beraktivitas biasanya

timbul perlahan. Lama timbulnya kelemahan saat beraktivitas biasanya

setiap saat, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Perawata menanyakan tentang penyakit kronis atau menular dan menurun
seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin, atau
abortus.
e. Riwayat Kesehatan keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
adakah anggota keluarga yang pernah menjalani operasi caesar, adakah
anggota keluarga yang memiliki masalah CPD seperti klien.
f. Riwayat Obstetric dan Gynekologi
Perawat menanyakan tentang masa kehamilan dan persalinan yang lalu,
keluhan yang dialami selama kehamilan, dan gerakan janin pertama kali.
g. Riwayat Kontrasepsi
Perawat menanyakan tentang alat kontrasepsi yang dipakai sebelum masa
kehamilan karena faktor hormon berperan penting dalam masa kehamilan.
h. Aktifitas Sehari – hari
a) Aktivitas/ istirahat
Klien diharuskan immobilisasi duduk selama 12 jam atau 24 jam.
Klien biasanya mengeluh mengalami keletihan/kelelahan terus-
menerus.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola Eliminasi
Pada pasien post partum sering terjadi adanya persaan sering/susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya oedema
dari trigono, yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi.
d) Istirahat dan Tidur
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri setelah persalinan.

e) Hygiene
Klien menyatakan merasa letih/lemah, kelelahan yang dirasakan klien
yaitu selama aktivitas perawatan diri.
i. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Keadaan umum, kesadaran
Tanda-tanda vital : T/D, suhu, nadi, pernafasan
a) Kepala
Kulit rambut tampak bersih tidak terdapat benjolan.
b) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (-), pupil isokor,
sclera tidak ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan menurun.
c) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal,
pendengaran normal.
d) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
e) Mulut dan faring
Tidak terdapat kotoran, Kelainan lidah tidak ada.
f) Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, tidak terdapat pembesaran
g) Payudara
Adanya pembesaran putting susu(menonjol atau mendatar, ada nyeri atau
lecet pada putting), ASI atau kolostrum sudah keluar, ada pembengkakan,
radang atau benjolan.
h) Abdomen
Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
i) Kandung kemih
Kosong atau penuh
j) Genitalia dan Perineum
Pengeluaran lokhea ( jenis, warna, jumlah dan bau), oedem, peradangan,
keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan, kebersihan
perineum, hemoroid pada anus.
k) Ekstremitas bawah
Pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri,
oedem, varises, immobilisasi 24 jam
l) Ekstremitas bawah
Tidak dapat di jumpai pembengkakan, immobilisasi 24 jam.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan.
Kriteria Hasil :
III. Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang.
IV. Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
V. Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
VI. TTV dalam batas normal
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Kriteria Hasil : Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah, panas,
bengkak, fungsio laesa
3) Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri pada abdomen post op SC.
Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan.

NO. Intervensi Rasional


1.  Kaji tingkat nyeri yang  Untuk mengetahui skala
dirasakan. nyeri.
 Observasi tanda-tanda vital.  Nyeri dapat menyebabkan
gelisah serta tekanan darah
 Berikan lingkungan yang tenang dan nadi meningkat.
dan nyaman.  Dapat mengurangi
 Ajarkan teknik relaksasi nafas ketidaknyamanan
dalam.  Untuk melepaskan tegangan
emosional dan otot atau
 Kolaborasi dalam pemberian mengurangi rasa nyeri.
analgetik.  Mengurngi nyeri secara
farmakologi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
NO. Intervensi Rasional
1. 5) Kaji kondisi keluaran/dischart Perubahan yang terjadi pada dishart
yang keluar ; jumlah, warna, dan dikaji setiap saat dischart keluar.
bau dari luka operasi. Adanya warna yang lebih gelap
disertai bau tidak enak mungkin
merupakan tanda infeksi.

6) Terangkan pada klien Infeksi dapat timbul akibat


pentingnya perawatan luka kurangnya kebersihan luka.
selama masa post operasi.

7) Lakukan pemeriksaan biakan Berbagai kuman dapat


pada dischart. teridentifikasi melalui dischart.

8) Lakukan perawatan luka. Inkubasi kuman pada area luka


dapat menyebabkan infeksi.

9) Terangkan pada klien cara Berbagai manivestasi klinik dapat


mengidentifikasi tanda menjadi tanda nonspesifik infeksi;
inveksiobat. demam dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala infeksi.

c. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri pada abdomen post op SC


NO. Intervensi Rasional
1.  Kaji tingkat kemampuan klien  Mungkin klien tidak mengalami
untuk beraktivitas. perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah
kondisi klien lebih buruk.

 Kaji pengaruh aktivitas terhadap  Aktivitas merangsang


kondisi luka dan kondisi tubuh peningkatan vaskularisasi dan
umum. pulsasi organ reproduksi, tetapi
dapat mempengaruhi kondisi
luka post operasi dan
berkurangnya energi.

 Bantu klien untuk memenuhi  Mengistiratkan klilen secara


kebutuhan aktivitas sehari-hari. optimal.
 Bantu klien untuk melakukan
tindakan sesuai dengan  Mengoptimalkan kondisi klien,
kemampuan /kondisi klien. pada abortus
imminens, istirahat mutlak
sangat diperlukan.
 Evaluasi perkembangan
kemampuan klien melakukan  Menilai kondisi umum klien.
aktivitas
-

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP, 2008.
Diambil di http://aangcoy13.blogspot.com/2012/05/askep-cephalopelvic-disproportion-
cpd.html pada tanggal 24 Oktobel 2014 pukul 14.00 WITA
Diambil di http://rumahkitabro.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-cephalo-
pelvik.html pada tanggal 24 Oktobel 2014 pukul 14.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai