Oleh
Anita Febrianti Putri
1401031069
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN PROLAPS UTERI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang mendukung
rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan ( Bobak LM; 2002; 1270)
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang
disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul
yang menyokong uterus.
Prolaps uteri merupakan turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari tempat
asalnya melalui vagina sampai mencapai atau melewati introitus vagina.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum
tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri
tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya
dan kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama
dan sulit, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta,
reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolaps uteri
tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat.
2.
Klasifikasi
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam 3
tingkat yaitu :
a.
Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus masih di atas
introitus vagina.
b.
Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus uteri belum
c.
Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah berada diluar vulva atau
introitus vagina
3. Etiologi
a.
Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada persalinan yang
terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau karena usia lanjut.
d. Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan (obslipasi atau
striktura pada traktus urinarius).
e.
Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa kelemahan
jaringan penyokong uterus yang sering pada nullipara.
Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.
b. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c.
f.
Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di
vagina.
6. Komplikasi
a. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
Mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna keputihputihan
b. Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan
pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, lambat laun timbul ulkus
dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma,
lebih-lebih pada penderita berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi/biopsi perlu
dilakukan untuk mendapat kepastian akan adanya karsinoma.
c. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
Jika serviks uteri turun dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong
uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta
pembendungan pembuluh darah serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi
panjang dengan periksa lihat dan periksa raba. Pada elangasio kolli serviks uteri pada
periksa raba lebih panjang dari biasa.
d. Gangguan miksi dan stress inkontinensia
Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga kandung kencing tidak
dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga menyempitkan ureter,
sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel dapat
pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan uretra yang dapat
menimbulkan stress incontinence
e. Infeksi saluran kencing
Adanya retensi air kencing mudah menimbulkan infeksi. Sistitis yang terjadi dapat
meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan pielonefritis. Sehingga hal
tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal.
f. Infertilitas
Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau sama sekali
keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan
g. Gangguan partus
Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan dapat timbul
kesulitan di kala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan terhalang.
h. Hemoroid
Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan timbul
hemoroid.
i. Inkarserasi usus
Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan kemungkinan tidak
dapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu dilakukan laparotomi untuk membebaskan
usus yang terjepit itu.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Penderita pada posisi jongkok diminta untuk mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari, apakah portio pada normal atau portio sampai introitus vagina atau
apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
b. Penderita berbaring pada posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks uteri.
Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio kolli.
c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak
nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan. Jika dimasukkan
kedalam kandung kencing kateter logam, kateter itu diarahkan kedalam sitokel, dapat
diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina. Uretrokel letaknya lebih
kebawah dari sistokel.
Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya rectum kelumen vagina
1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang dari proksimal kedistal,
kistik dan tidak nyeri.
Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya dapat
diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel menonjol kelumen vagina
lebih keatas dari retrokel. Pada pemeriksaan rectal, dinding rectum lurus, ada benjolan ke
vagina terdapat di atas rectum.
8. Penatalaksanaan Medis
Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum pasien, umur, masih bersuami
atau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan, keinginan memiliki anak lagi dan ingin
mempertahankan haid.
Penanganan dibagi atas :
a.
Pencegahan
a) Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
b) Histeraktomi vaginal
c) Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
d) Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Data Subyektif
1) Sebelum Operasi
a) Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
b) Nyeri di daerah benjolan.
c) Nyeri pinggang dan punggung
d) Konstipasi.
e) Tidak nafsu makan.
2) Sesudah Operasi
a) Nyeri di daerah operasi.
b) Lemas.
c) Pusing.
d) Mual
b. Data Obyektif
1) Sebelum Operasi
a) Nyeri bila benjolan tersentuh.
b) Pucat, gelisah.
c) Spasme otot.
d) Demam.
e) Dehidrasi
2) Sesudah Operasi
a) Terdapat luka pada selangkangan.
b) Puasa.
c) Selaput mukosa mulut kering.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Sebelum Operasi
1)
2)
3)
4)
tidak terjadi
:
Rencana tindakan
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b) Timbang berat baclan anak tiap hari.
c) Pasang infus dan NGT sesuai program dokter.
4) Kurangnya pengetahuan y.b.d keterbatasan kognitif dan kurangnya keinginan mencari
sumber informasi
DAFTAR PUSTAKA
Andra. (2009). www. Menopause.com. Turun Peranakan tak Mengancam Jiwa. diakses
Tanggal 8 November 2014
Hanifa, W. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Pajario
Arsep.
(2004).
Turunnya
Peranakan
tak
Mengancam
Jiwa.
http://www.indo media.co m/sr ipo/2004/01/1101kes1.diakses tanggal 8 November 2014
Winkjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP