TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Persagi (2009), pemberian tambahan makanan di samping makanan yang dimakan
sehari – hari dengan tujuan memulihkan keadaan gizi dan kesehatan. PMT dapat berupa makanan
lokal atau makanan pabrik. Program Makanan Tambahan Pemulihan (PMT– P) diberikan kepada
anak gizi buruk dan gizi kurang yang jumlah harinya tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan
status gizi anak. Ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun yang menderita gizi kurang / gizi
buruk diberikan satu paket PMT Pemulihan. Makanan tambahan adalah formula yang diberikan
kepada anak mulai usia 6 bulan ke atas yang mempunyai sifat tidak memberatkan fungsi pencernaan
serta memiliki zat – zat gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan
kesehatan yang optimal. Asupan makanan yang tidak sesuai akan menyebabkan gangguan gizi, baik
itu kekurangan maupun kelebihan gizi. Makanan tambahan harus mengandung zat gizi makro dan
protein, lemak, vitamin dan mineral untuk menunjang pertumbuhan da perkembangan secara fisik,
kognitif maupun emosiaonal balita.
Menurut Gibson et al (1998), Complementary foods atau makanan tambahan yang diberikan
pada anak khususunya di negara yang sedang berkembang menurut sebaiknya harus di fortifikasi
dengan micro nutrient terutama zat besi, kalsium dan zinc. Penatalaksanaan diet atau realementasi
merupakan salah satu cara penanggulangan bagi balita gizi buruk yang selama ini telah dilakukan
oleh Pemerintah dengan Pemberian Makanan Tambahan – Pemulihan (PMT-P) selama 3 sampai 4
bulan atau 90 sampai 120 hari. Salah satu sasaran PMT Pemulihan adalah bayi umur 6- 12 bulan dan
anak balita umur dibawah dua tahun (baduta) dari keluarga miskin. Namun dalam pelaksanaannya
PMT Pemulihan diberikan juga kepada balita gizi kurang dan atau buruk dari keluarga miskin.
Secara umum pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada
anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang
tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak
dibawah garis merah. Pemberian makanan tambahan juga memiliki tujuan untuk menambah energi
dan zat gizi esensial. Sedangkan tujuan pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan pada bayi
dan balita gizi buruk, antara untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup
vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi yang optimal.
Bahan makanan yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat
dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan bahan
makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi lain seperti: padi-
padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, atau kelapa dan hasil olahannya.
Menurut Depkes RI (2008) bahwa sasaran PMT pemulihan adalah Anak BGM, 2T yang
tidak perlu dirawat, anak gizi buruk pasca perawatan dan yang tidak mau dirawat yang status Gizi
BB/TB ≥ – 3 SD s/d < -2 SD tanpa penyakit.
Sedangkan spesifikasi jenis makanan yang diberikan antra lain dengan persyaratan komposisi
gizi mencukupi minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu; energi 350-400 kalori dan protein 10-15
gram. Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari kepada anak selama 3
bulan (90 hari). Sedangkan bentuk makanan PMT-P makanan yang diberikan berupa :
Bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung lainnya, tepung susu, gula, minyak,
kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya
Cara pemberiannya/ pendistribusian PMT-P pada sasaran dilakukan di Posyandu atau tempat
yang sudah disepakati,kader dibantu oleh PKK desa akan memasak sesuai menu yang telah
ditentukan dan etiap hari selama 3 bulan ibu balita akan membawa balita untuk mengambil
PMT-P yang sudah disediakan
2.2 Definisi Pos Gizi
Menurut Strenin pendekatan Pos Gizi merupakan evolution times two atau evolusi dikalikan
2. Pendekatan ini memungkinkan perubahan perilaku gizi yang baik, tidak hanya statis tetapi
praktek. Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi.
Pendekatan Pos Gizi memungkinkan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak
kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi pada tahun – tahun berikutnya
setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Proses Pos Gizi memanfaatkan kearifan lokal yang
berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut keseluruh
masyarakat.
Pos Gizi merupakan suatau alat yang menggerakan masyarakat untuk bekerja dengan
melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, agar bekerjasama mengatasi masalah dan
menemukan solusi. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber daya,
keterampilan dan startegi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan dan memanfaatkan
metodologi partisipasi secara luas dan proses atau partisipatory learning and action (PD dan Heart
USAID, 2004). Prinsip dari Pos Gizi adalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama
kekurangan gizi, karena ditemukan beberapa keluarga miskin yang anaknya sehat (gizi baik) karena
menerapkan pola asuh yang baik. Kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh praktek
pemberian makan atau pola asuh yang tidak benar, dengan adanya program Pos Gizi maka
diharapkan kurang gizi bisa teratasi dengan perubahan perilaku. Pada saat kegiatan Pos Gizi orang
tua belajar perilaku positif bersama-sama dan mempraktekannya dirumah. Sasaran utama pada
program ini adalah semua anak usia 6-59 bulan yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat
(Core, 2003).
Positive Deviance
Positive deviance adalah suatu keadaan penyimpangan positif yang berkaitan dengan
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak lain di dalam lingkungan masyarakat yang
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan serta status gizi yang baik dari anak-
anak yang hidup di keluarga miskin dan hidup di lingkungan yang miskin (kumuh) dimana
sebagian besar anak lainnya menderita gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan kondisi
mengalami gizi kurang. Positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk
mengatasi masalah gizi sudah ada dalam masyarakat, hanya perlu diamati untuk dapat diketahui
bentuk penyimpangan positif yang ada dari perilaku masyarakat tersebut. Upaya yang dilakukan
dapat dengan memanfaatkan kearifan lokal yang berbasis pada keyakinan bahwa setiap individu
memiliki kebiasaan dan perilaku khusus, atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat
menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibanding tetangga
mereka yang memiliki kondisi ekonomi yang sama tetapi tidak memiliki perilaku yang termasuk
penyimpangan positif. Studi positive deviance mempelajari mengapa demikian banyak bayi dan
balita di suatu komunitas miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk. Kebiasaan keluarga yang
mengungtungkan sebagai inti program positive deviance dibagi menjadi tiga atau empat kategori
utama yaitu pemberian makan, pengasuhan, kebersihan, dan mendapatkan pelayanan kesehatan
(CORE, 2003)
2.4 Indikator dan target
Output Indikator
Pos Gizi 70% dari peserta Pos Gizi dapat terehabilitasi
Perilaku pemberian makan Para ibu balita Pos Gizi yang melaporkan
bahwa makanan baru (khas positif) yang
spesifik di setiap waktu, termasuk sayuran
dan lemak. Target 70%
Perilaku kebersihan balita Para peserta yang telah mengembangkan
perilaku kebersihan tubuh yang baik;
menggunting kuku dan mencuci tangan
(dengan sabun) sebelum makan & setelah
memakai toilet. Para peserta melaporkan
bahwa mereka telah mengembangkan
perilaku kebersihan yang baru;
membersihkan makanan sebelum
dimasak/menutup makanan. Target 70%
Perilaku ibu balita Para ayah yang ikut berpartisipasi dalam
Pos Gizi melaporkan bahwa mereka
menghabiskan lebih banyak waktu bersama
anak mereka dan membagi tugas perawatan
dengan sang ibu
Indikator Pos Gizi untuk memonitor dan menilai kemajuan program (Jurnal Positive Deviance,
2006). Persentase anak yang layak mengikuti PD-Pos Gizi adalah anak usia 6-59,99 bulan yang
berada pada garis kuning atau merah berdasarkan KMS.
1. Persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 400 gram atau lebih
dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan
200-399 gram dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan
berat badan kurang dari 200 gram dalam kurun waktu 1 bulan.
2. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dari Pos Gizi berada pada garis hijau berdasarkan
KMS pada 3 bulan setelah lulus, persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus yang berada pada
garis hijau berdasarkan KMS pada 6 bulan setelah lulus.
3. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dan masuk kembali ke Pos Gizi.
4. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus.
Untuk mengoptimalisasi manfaat dari program Pos Gizi, maka syarat minimum yang harus
dipengaruhi agar suatu wilayah dapat menjadi target program adalah :
1. Prevalensi KEP balita sebesar sama dengan 30% atau lebih
2. Ketersediaan pangan lokal yang harganya terjangkau
3. Adanya sejumlah sukarelawan ibu yang potensial dalam masyarakat
4. Adanya kepemimpinan yang memiliki komitmen dalam masyarakat
Dalam buku positive deviance & hearth suatu pendekatan perubahan perilaku & Pos Gizi yang
diterbitkan oleh PCI- Indonesia dan diperbanyak oleh “Jejaring PD Indonesia” atas dukungan
USAID disebutkan bahwa Kegiatan pelaksanaan Pos Gizi di suatu daerah meliputi:
1. Praktek Umum Khusus meliputi praktek pemberian makan, perilaku ibu, pengasuhan balita,
perilaku kebersihan, perilaku pencarian & pemberian perawatan kesehatan
2. Praktek memasak
3. Penyampaian pesan kesehatan
Ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus yang perlu dimasukan dalam
agenda harian:
1. Hari ke 1 dan ke 6 = Penimbangan Anak
Setiap anak ditimbang pada hari pertama dan terakhir sesi Pos Gizi. Bahan-bahan yang
diperlukan: timbangan, buku catatan Pos Gizi. Kader menimbang masing-masing anak,
mencatat berat mereka dalam buku catatan Pos Gizi. Para ibu balita harus diberitahukan
mengenai , pertumbuhan dan status kekurangan gizi anak mereka.
2. Terjangkau
Pos Gizi dapat dijangkau dan keluarga tidak bergantung pada sumber daya dari luar untuk
mempraktekkan perilaku baru. Pelaksanaan Pos Gizi lebih murah tetapi efektif dibandingkan
mendirikan pusat reabilitasi gizi atau melakukan investasi di rumah sakit.
3. Partisipatif
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai keberhasilan
pendekatan Pos Gizi. Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos
Gizi, mulai dari menemukan perilaku dan strategi sukses diantara masyarakat sampai mendukung ibu
balita setelah kegiatan Pos Gizi berakhir.
4. Berkesinambungan
Program Pos Gizi merupakan pendekatan berkesinambungan karena berbagai perilaku baru sudah
dihayati dan berlanjut setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Para ibu balita tidak hanya dilatih untuk
merehabiitasi anak mereka yang mengalami kekurangan gizi tetapi juga untuk mempertahankan
status gizi baik tersebut di rumah.
5. Asli
Asli karena solusi sudah ada di tempat itu, kemajuan dapat di capai secara cepat, tanpa banyak
menggunakan analisis atau sunber daya dari luar.