Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberian Makanan Tambahan dan Makanan Pendamping ASI


Pemberian Makanan Tambahan adalah program intervensi bagi balita yang menderita
kurang gizi dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur
anak tersebut. Sedangkan pengertian makanan untuk pemulihan gizi adalah makanan padat energi
yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, diberikan kepada balita gizi buruk selama masa
pemulihan (Kemenkes RI, 2011).

Menurut Persagi (2009), pemberian tambahan makanan di samping makanan yang dimakan
sehari – hari dengan tujuan memulihkan keadaan gizi dan kesehatan. PMT dapat berupa makanan
lokal atau makanan pabrik. Program Makanan Tambahan Pemulihan (PMT– P) diberikan kepada
anak gizi buruk dan gizi kurang yang jumlah harinya tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan
status gizi anak. Ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun yang menderita gizi kurang / gizi
buruk diberikan satu paket PMT Pemulihan. Makanan tambahan adalah formula yang diberikan
kepada anak mulai usia 6 bulan ke atas yang mempunyai sifat tidak memberatkan fungsi pencernaan
serta memiliki zat – zat gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan
kesehatan yang optimal. Asupan makanan yang tidak sesuai akan menyebabkan gangguan gizi, baik
itu kekurangan maupun kelebihan gizi. Makanan tambahan harus mengandung zat gizi makro dan
protein, lemak, vitamin dan mineral untuk menunjang pertumbuhan da perkembangan secara fisik,
kognitif maupun emosiaonal balita.

Menurut Gibson et al (1998), Complementary foods atau makanan tambahan yang diberikan
pada anak khususunya di negara yang sedang berkembang menurut sebaiknya harus di fortifikasi
dengan micro nutrient terutama zat besi, kalsium dan zinc. Penatalaksanaan diet atau realementasi
merupakan salah satu cara penanggulangan bagi balita gizi buruk yang selama ini telah dilakukan
oleh Pemerintah dengan Pemberian Makanan Tambahan – Pemulihan (PMT-P) selama 3 sampai 4
bulan atau 90 sampai 120 hari. Salah satu sasaran PMT Pemulihan adalah bayi umur 6- 12 bulan dan
anak balita umur dibawah dua tahun (baduta) dari keluarga miskin. Namun dalam pelaksanaannya
PMT Pemulihan diberikan juga kepada balita gizi kurang dan atau buruk dari keluarga miskin.

Secara umum pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada
anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang
tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak
dibawah garis merah. Pemberian makanan tambahan juga memiliki tujuan untuk menambah energi
dan zat gizi esensial. Sedangkan tujuan pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan pada bayi
dan balita gizi buruk, antara untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup
vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi yang optimal.

Bahan makanan yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat
dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan bahan
makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi lain seperti: padi-
padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, atau kelapa dan hasil olahannya.

Pemberian Makanan Tambahan menururt WHO (2004) dalam Complementary Feeding


adalah memberi makanan lain selain ASI, dimana makanan lain ini disebut dengan makanan
tambahan. Selama periode pemberian makanan tambahan, seorang anak perlahan-lahan akan terbiasa
memakan makanan keluarga. Bayi dan balita yang sudah sampai dalam keadaan gizi buruk dengan
kelainan klinis akan mengalami kematian jika tidak segera dipulihkan. Demikian juga bayi dan balita
dengan statu gizi buruk dan kurang, jika tidak ditangani segera dengan memberikan makanan
tambahan maka bayi dan balita tersebut akan semakin menurun status gizinya. Menurut The
American Red Cross (2001), dalam keadaan darurat bagi balita yang mengalami kekurangan gizi
dengan kiteria >= 20 % atau 10-19 % segera diberi makanan tambahan atau ditangani secara khusus
melalui Therapeutic Feeding Programe (TFP).

Tata laksana penyelenggaraan PMT- Pemulihan

Menurut Depkes RI (2008) bahwa sasaran PMT pemulihan adalah Anak BGM, 2T yang
tidak perlu dirawat, anak gizi buruk pasca perawatan dan yang tidak mau dirawat yang status Gizi
BB/TB ≥ – 3 SD s/d < -2 SD tanpa penyakit.

Sedangkan spesifikasi jenis makanan yang diberikan antra lain dengan persyaratan komposisi
gizi mencukupi minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu; energi 350-400 kalori dan protein 10-15
gram. Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari kepada anak selama 3
bulan (90 hari). Sedangkan bentuk makanan PMT-P makanan yang diberikan berupa :

 Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan setempat/lokal.

 Bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung lainnya, tepung susu, gula, minyak,
kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya

 Cara pemberiannya/ pendistribusian PMT-P pada sasaran dilakukan di Posyandu atau tempat
yang sudah disepakati,kader dibantu oleh PKK desa akan memasak sesuai menu yang telah
ditentukan dan etiap hari selama 3 bulan ibu balita akan membawa balita untuk mengambil
PMT-P yang sudah disediakan
2.2 Definisi Pos Gizi
Menurut Strenin pendekatan Pos Gizi merupakan evolution times two atau evolusi dikalikan
2. Pendekatan ini memungkinkan perubahan perilaku gizi yang baik, tidak hanya statis tetapi
praktek. Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi.
Pendekatan Pos Gizi memungkinkan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak
kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi pada tahun – tahun berikutnya
setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Proses Pos Gizi memanfaatkan kearifan lokal yang
berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut keseluruh
masyarakat.
Pos Gizi merupakan suatau alat yang menggerakan masyarakat untuk bekerja dengan
melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, agar bekerjasama mengatasi masalah dan
menemukan solusi. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber daya,
keterampilan dan startegi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan dan memanfaatkan
metodologi partisipasi secara luas dan proses atau partisipatory learning and action (PD dan Heart
USAID, 2004). Prinsip dari Pos Gizi adalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama
kekurangan gizi, karena ditemukan beberapa keluarga miskin yang anaknya sehat (gizi baik) karena
menerapkan pola asuh yang baik. Kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh praktek
pemberian makan atau pola asuh yang tidak benar, dengan adanya program Pos Gizi maka
diharapkan kurang gizi bisa teratasi dengan perubahan perilaku. Pada saat kegiatan Pos Gizi orang
tua belajar perilaku positif bersama-sama dan mempraktekannya dirumah. Sasaran utama pada
program ini adalah semua anak usia 6-59 bulan yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat
(Core, 2003).

2.2 Tujuan Pos Gizi


Adapun tujuan dari Pos Gizi antara lain:
1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat.
2. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi dari anak tersebut di
rumah masing-masing secara mandiri.
3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat mengenai
perilaku-perilaku ibu balita, pengasuhan anak, pemberian makan, kebersihan balita dan mencari
pelayanan kesehatan (Core, 2003).
2.3 Pendekatan Pos Gizi

Positive Deviance

Positive deviance adalah suatu keadaan penyimpangan positif yang berkaitan dengan

kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak lain di dalam lingkungan masyarakat yang

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan serta status gizi yang baik dari anak-

anak yang hidup di keluarga miskin dan hidup di lingkungan yang miskin (kumuh) dimana

sebagian besar anak lainnya menderita gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan kondisi

mengalami gizi kurang. Positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk

mengatasi masalah gizi sudah ada dalam masyarakat, hanya perlu diamati untuk dapat diketahui

bentuk penyimpangan positif yang ada dari perilaku masyarakat tersebut. Upaya yang dilakukan

dapat dengan memanfaatkan kearifan lokal yang berbasis pada keyakinan bahwa setiap individu

memiliki kebiasaan dan perilaku khusus, atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat

menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibanding tetangga

mereka yang memiliki kondisi ekonomi yang sama tetapi tidak memiliki perilaku yang termasuk

penyimpangan positif. Studi positive deviance mempelajari mengapa demikian banyak bayi dan

balita di suatu komunitas miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk. Kebiasaan keluarga yang

mengungtungkan sebagai inti program positive deviance dibagi menjadi tiga atau empat kategori

utama yaitu pemberian makan, pengasuhan, kebersihan, dan mendapatkan pelayanan kesehatan

(CORE, 2003)
2.4 Indikator dan target

Output Indikator
Pos Gizi 70% dari peserta Pos Gizi dapat terehabilitasi

Perilaku pemberian makan Para ibu balita Pos Gizi yang melaporkan
bahwa makanan baru (khas positif) yang
spesifik di setiap waktu, termasuk sayuran
dan lemak. Target 70%
Perilaku kebersihan balita Para peserta yang telah mengembangkan
perilaku kebersihan tubuh yang baik;
menggunting kuku dan mencuci tangan
(dengan sabun) sebelum makan & setelah
memakai toilet. Para peserta melaporkan
bahwa mereka telah mengembangkan
perilaku kebersihan yang baru;
membersihkan makanan sebelum
dimasak/menutup makanan. Target 70%
Perilaku ibu balita Para ayah yang ikut berpartisipasi dalam
Pos Gizi melaporkan bahwa mereka
menghabiskan lebih banyak waktu bersama
anak mereka dan membagi tugas perawatan
dengan sang ibu

Anggota keluarga peserta Pos Gizi


melaporkan bahwa mereka sering bernyanyi
dan bermain bersama anak;
memperbaikikemampuan anak dalam
bidang vocalisasi, bahasa, kemampuan
berkomunikasi. Target 70%
Perilaku mencari pelayanan Para ibu balita yang membawa anak mereka
kesehatan memperoleh imunisasi lengkap
% anakyang atang ke posyandu.Target 70%
Indikator dan target untuk Program Gizi

Indikator Pos Gizi untuk memonitor dan menilai kemajuan program (Jurnal Positive Deviance,
2006). Persentase anak yang layak mengikuti PD-Pos Gizi adalah anak usia 6-59,99 bulan yang
berada pada garis kuning atau merah berdasarkan KMS.
1. Persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 400 gram atau lebih
dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan
200-399 gram dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan
berat badan kurang dari 200 gram dalam kurun waktu 1 bulan.
2. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dari Pos Gizi berada pada garis hijau berdasarkan
KMS pada 3 bulan setelah lulus, persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus yang berada pada
garis hijau berdasarkan KMS pada 6 bulan setelah lulus.
3. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dan masuk kembali ke Pos Gizi.
4. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus.

2.5 Langkah –langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi


Langkah-langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi layak dilakukan adalah sebagai berikut (Strenin,
1988) :
1. Menentukan apakah pendekatan Pos Gizi layak dilakukan pada target masyarakat.
2. Menggerakan masyarakat dan memilih serta melatih nara sumber masyarakat.
3. Mempersiapkan penyelidikan Positive Deviance.
4. Melakukan penyelidikan Positive Deviance.
5. Merencanakan kegiatan Pos Gizi.
6. Melaksanakan kegiatan Pos Gizi bagi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi serta ibu balita
mereka.
7. Mendukung perilaku baru melalui kunjungan rumah
8. Mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan
9. Memperluas program Pos Gizi pada masyarakat lain

2.6 Pelaksanaan Program Pos Gizi

Untuk mengoptimalisasi manfaat dari program Pos Gizi, maka syarat minimum yang harus
dipengaruhi agar suatu wilayah dapat menjadi target program adalah :
1. Prevalensi KEP balita sebesar sama dengan 30% atau lebih
2. Ketersediaan pangan lokal yang harganya terjangkau
3. Adanya sejumlah sukarelawan ibu yang potensial dalam masyarakat
4. Adanya kepemimpinan yang memiliki komitmen dalam masyarakat
Dalam buku positive deviance & hearth suatu pendekatan perubahan perilaku & Pos Gizi yang
diterbitkan oleh PCI- Indonesia dan diperbanyak oleh “Jejaring PD Indonesia” atas dukungan
USAID disebutkan bahwa Kegiatan pelaksanaan Pos Gizi di suatu daerah meliputi:
1. Praktek Umum Khusus meliputi praktek pemberian makan, perilaku ibu, pengasuhan balita,
perilaku kebersihan, perilaku pencarian & pemberian perawatan kesehatan
2. Praktek memasak
3. Penyampaian pesan kesehatan

Ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus yang perlu dimasukan dalam
agenda harian:
1. Hari ke 1 dan ke 6 = Penimbangan Anak
Setiap anak ditimbang pada hari pertama dan terakhir sesi Pos Gizi. Bahan-bahan yang
diperlukan: timbangan, buku catatan Pos Gizi. Kader menimbang masing-masing anak,
mencatat berat mereka dalam buku catatan Pos Gizi. Para ibu balita harus diberitahukan
mengenai , pertumbuhan dan status kekurangan gizi anak mereka.

2. Hari ke 7 – 9 = hari dirumah sendiri


Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan cara berkelompok, pada hari
ke tujuh para peserta tinggal di rumah dan mempraktekan perilaku-perilaku baru.

3. Hari ke 12 = hari terakhir sesi Pos Gizi


Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para dokter internsip mempersiapkan alat untuk melakukan
pengukuran pertumbuhan, dimana pada hari terakhir ini akan dilakukan pengukuran berat
badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada serta lingker lengan atas, untuk mengetahui
apakah anak peserta pos gizi sudah mengalami kenaikan pertumbuhan. Setelah penimbangan
selesai diadakan review terkait materi – materi penyuluhan yang telah diberikan.

2.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi


Ada beberapa keuntungan pendekatan Pos Gizi, yaitu:
1. Cepat
Pedekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah dengan segera. Anak-anak
harus direhabilitasi sekarang juga, itu sebabnya mengapa pemberian makan selama di Pos Gizi perlu
diawasi. Para ibu balita kemudian menerapkan praktek yang sama di rumah dan melaporkan
pengalaman mereka pada saat kegiatan Pos Gizi berikutnya. Dukungan lebih lanjut juga diberikan
kepada para ibu balita dan kader.

2. Terjangkau
Pos Gizi dapat dijangkau dan keluarga tidak bergantung pada sumber daya dari luar untuk
mempraktekkan perilaku baru. Pelaksanaan Pos Gizi lebih murah tetapi efektif dibandingkan
mendirikan pusat reabilitasi gizi atau melakukan investasi di rumah sakit.

3. Partisipatif
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai keberhasilan
pendekatan Pos Gizi. Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos
Gizi, mulai dari menemukan perilaku dan strategi sukses diantara masyarakat sampai mendukung ibu
balita setelah kegiatan Pos Gizi berakhir.

4. Berkesinambungan
Program Pos Gizi merupakan pendekatan berkesinambungan karena berbagai perilaku baru sudah
dihayati dan berlanjut setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Para ibu balita tidak hanya dilatih untuk
merehabiitasi anak mereka yang mengalami kekurangan gizi tetapi juga untuk mempertahankan
status gizi baik tersebut di rumah.

5. Asli
Asli karena solusi sudah ada di tempat itu, kemajuan dapat di capai secara cepat, tanpa banyak
menggunakan analisis atau sunber daya dari luar.

6. Secara budaya dapat diterima


Pendekatan ini didasarkan pada perilaku setempat yang diidentifikasi dalam konteks sosial, etnik,
bahasa dan agama di setiap masyarakat, maka perdefinisi hal ini sesuai dengan budaya
setempat.

7. Berdasarkan perubahan perilaku


Pendekatan ini tidak mengutamakan perolehan pengetahuan, namun ada tiga langkah proses
perubahan perilaku yang termasuk dalamnya, yaitu, penemuan (penyelidikan positive deviance),
demonstrasi (kegiatan Pos Gizi) dan penerapan (kegiatan Pos Gizi dan di rumah)

Anda mungkin juga menyukai