Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN PROLAPS UTERI


disusun guna memenuhi tugas P3N stase KMB di Poli Kandungan
RS dr. Soebandi Jember

oleh:
Dicky Andriansyah, S.Kep
NIM 112311101027

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./fax (0331) 323450
Phone/Fak: (0331) 323450

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KLEN DENGAN PROLAPS UTERI
Oleh Dicky Andriansyah, S.Kep.

A. Pengertian

Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal


yang mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah
melahirkan (Bobak, 2002) Prolapsus uteri adalah keadaan dimana
turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan
ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul
yang menyokong uterus.
Prolaps uteri merupakan turun atau keluarnya sebagian atau seluruh
uterus dari tempat asalnya melalui vagina sampai mencapai atau
melewati introitus vagina. Prolaps uteri terjadi karena kelemahan
ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada
nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa
sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik
pertumbuhannya dan kurang ketegangannya. Faktor penyebab lain yang
sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan sulit,
laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan
pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi

dan melemah. Oleh karena itu prolaps uteri tersebut akan terjadi
bertingkat-tingkat
B. Klasifikasi

Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini
dibagi dalam 3 tingkat yaitu :
1. Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian
prolapsus masih di atas introitus vagina.
2. Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi
korpus uteri belum
3. Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah
berada diluar vulva atau introitus vagina

C. Etiologi
1. Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada
persalinan yang terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura
perineum atau karena usia lanjut.
2. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.
3. Ekspresi yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.
4. Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan
pengejan (obslipasi atau striktura pada traktus urinarius).

5. Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital


berupa kelemahan jaringan penyokong uterus yang sering pada
nullipara.
6. Lanjut usia dan menopause
7. Riwayat persalinan tinggi
Menurut ginekologi, friedmon dan liffle. 1961, etiologi prolaps uteri
antara lain:
1. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering
2. Partus dengan penyakit
3. Tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap
4. Prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta
5. Kelainan bawaan (pada nulipara)
6. Tekanan abdominal yang meninggi karena tumor, batuk yang
kronis atau mengejan (obstipatio atau strictur dari tractus urinalis)

D. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.
Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat
tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di
genetalia eksterna.
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika
penderita berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari,
kemudian lebih berat juga pada malam hari

b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan


seluruhnya.
c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk,mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine
pada sistokel yang besar sekali.
4. Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
a. Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel
dan vagina.
5. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita
waktu berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana
menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada portio
uteri.
b. Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks
dan karena infeksi serta luka pada portio uteri.
6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul
dan rasa penuh di vagina.

E. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling
ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan,
khususnya persalinan pervagina yang susah dan terdapatnya
kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia endopelviks
dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan
tekanan intra abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan
penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti
pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian
wanita dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus
dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya
trauma obstetric, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga
menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang

dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,


dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang lancar,
atau yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel.
Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra. Pada
divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra
dan vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh
trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya
rectum kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol
kelumen vagina yang dinamakan retrokel. Enterokel adalah hernia dari
kavum Douglasi. Dinding vagina bagian belakang turun dan menonjol
ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.

F. Komplikasi
1. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
Mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan
berwarna keputih- putihan
2. Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser
dengan paha dan pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka
dan radang, lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan
demikian, perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih
pada penderita berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi/biopsi perlu
dilakukan untuk mendapat kepastian akan adanya karsinoma.
3. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
Jika serviks uteri turun dalam vagina sedangkan jaringan penahan
dan penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah
di bagian uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah
serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang dengan
periksa lihat dan periksa raba. Pada elangasio kolli serviks uteri
pada periksa raba lebih panjang dari biasa.
4. Gangguan miksi dan stress inkontinensia
Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga
kandung kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya

uterus bisa juga menyempitkan ureter, sehingga bisa


menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel
dapat pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan
uretra yang dapat menimbulkan stress incontinence
5. Infeksi saluran kencing
Adanya retensi air kencing mudah menimbulkan infeksi. Sistitis
yang terjadi dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis
dan pielonefritis. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan gagal
ginjal.
6. Infertilitas
Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae
atau sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi
kehamilan
7. Gangguan partus
Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu
persalinan dapat timbul kesulitan di kala pembukaan, sehingga
kemajuan persalinan terhalang.
8. Hemoroid
Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya
obstipasi dan timbul hemoroid.
9. Inkarserasi usus
Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan
kemungkinan tidak dapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu
dilakukan laparotomi untuk membebaskan usus yang terjepit itu.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Penderita pada posisi jongkok diminta untuk mengejan dan
ditemukan dengan pemeriksaan jari, apakah portio pada normal
atau portio sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri
sudah keluar dari vagina.

2. Penderita berbaring pada posisi litotomi, ditentukan pula


panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari
biasanya dinamakan Elongasio kolli.
3. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik
lembek dan tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika
penderita mengejan. Jika dimasukkan kedalam kandung kencing
kateter logam, kateter itu diarahkan kedalam sitokel, dapat diraba
kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina. Uretrokel
letaknya lebih kebawah dari sistokel
Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya
rectum kelumen vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk
lonjong, memanjang dari proksimal kedistal, kistik dan tidak nyeri.
Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum, dan
selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen
vagina. Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.
Pada pemeriksaan rectal, dinding rectum lurus, ada benjolan ke vagina
terdapat di atas rectum.

H. Penatalaksanaan Medis
Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum pasien, umur,
masih bersuami atau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan,
keinginan memiliki anak lagi dan ingin mempertahankan haid.
Penanganan dibagi atas :
1. Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan
anjuran:
a. Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan
gizi cukup
b. Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak
mengedan sebelum waktunya, Kala II jangan terlalu lama,
Kandung kemih kosongkan, episiotomi agar dijahit dengan
baik, Episiotomi jika ada indikasi, Bantu kala II dengan FE
atau VE

Pemendekan waktu persalinan terutama bila kala pengeluaran


dan kalau perlu dilakukan elektif (umpamanya foceps dengan
kepala sudah didasar panggul), membuat episiotomi,
memperbaiki dan mereparasi luka/kerusakan jalan lahir dengan
baik, memimpin persalinan dengan baik agar dihindarkan
penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul,
menghindari paksaan dalam mengeluarkan placenta (perasat
crede), mengawasi involusi uterus pasca persalinan tetap baik
dan cepat, serta mencegah/mengobati hal-hal yang dapat
meningkatkan tekanan intrabdominal seperti batuk-batuk yang
kronik, menghindari benda-benda yang berat dan juga
menganjurkan agar penderita jangan terlalu banyak punya
anak/sering melahirkan.
2. Pengobatan
a. Pengobatan Tanpa Operasi
Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar
panggul dengan alat listrik, Pemasangan pesarium, Hanya
bersifat paliatif, Pesarium dari cincin plastik.
Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas
vagina sehingga uterus tak dapat turun melewati vagina
bagian bawah. Biasanya dipakai pada keadaan: Prolapsus
uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas,
Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang
tak mungkin dioperasi: keadaan umum yang jelek
b. Pengobatan dengan Operasi
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina.
Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri,
prolapsus vagina perlu ditangani juga. ada kemungkinan
terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan,
padahal tidak ada prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang
tidak ada belum perlu dioperasi.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina
adalah adanya keluhan. Indikasi untuk melakukan operasi
pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa factor,seperi
umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau untuk

mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya


keluhan. Beberapa pembedahan yang dilakukan antara lain:
1. Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
2. Histeraktomi vaginal
3. Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
4. Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Sebelum Operasi
a) Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
b) Nyeri di daerah benjolan.
c) Nyeri pinggang dan punggung
d) Konstipasi.
e) Tidak nafsu makan.
2) Sesudah Operasi
a) Nyeri di daerah operasi.
b) Lemas.
c) Pusing.
d) Mual
b. Data Obyektif
1) Sebelum Operasi
a) Nyeri bila benjolan tersentuh.
b) Pucat, gelisah.
c) Spasme otot.

d) Demam.
e) Dehidrasi
2) Sesudah Operasi
a) Terdapat luka pada selangkangan.
b) Puasa.
c) Selaput mukosa mulut kering.
a. Identitas
Biasanya terjadi pada wanita yang mengalami partus yang
berulang kali dan terjadi terlampau sering.
b. Keluhan Utama
Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal/menonjol di
genitalia eksterna dan rasa sakit di panggul dan pinggang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah mengalami persalinan lama, sulit
meneran sebelum pembukaan lengkap dan terlalu sering
partus.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apakah pada keluarga klien ada yang pernah mengalami
prolapsus uteri.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah pada keluarga klien ada yang pernah mengalami
prolapsus uteri.
f. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Kepala

Tidak ada gangguan

Leher

Tidak ada gangguan

Dada

Tidak ada gangguan

Mamae

Tidak ada gangguan

Abdomen
:
Dapat terjadi tekanan intra
abdominal jika klien juga mengalami batuk kronis.
Ekstermitas atas

Tidak ada gangguan

Ekstermitas bawah

Tidak ada gangguan

Pinggang
(Beckache)

Dapat terjadi nyeri pinggang

g. Vagina
:
Uterus dapat menonjol keluar
dari vagina (pada prosidensia uteri)
h. Rectum
komplikasi hemoroid

Dapat

terjadi

rectokel,

i. Integument
pasien tirah baring

Dapat terjadi decubitus jika

j. Eliminasi alvi

Dapat terjadi kesulitan defekasi

k. Eliminasi uri
urine

Dapat

terjadi inkontinensia

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
abdominal, distensi kandung kemih

tekanan

intra

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka akibat


pergeseran massa uterus, defisit perawatan diri
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dekubitus
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif dan kurangnya keinginan mencari sumber informasi
e. Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan adanya desakan
uterus
f. Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan adanya desakan
uterus
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan seksual berhubungan dengan
operatif perineoplastik

h. Gangguan harga diri berhubungan dengan infertilitas


i. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan servik uteri
terletak diluar vagina

3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan
abdominal

dengan

peningkatan

tekanan

intra

Tujuan: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 1 x 24 jam. Hasil yang diharapkan :
1) Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
2) Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya
3) Pasien dan keluarga dapat melakukan tekhnik distraksirelaksasi
Rencana tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
3) Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
4) Beri posisi senyaman mungkin untuk pasien.
5) Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi/ nafas dalam.
6) Beri obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
7) Ciptakan lingkungan yang tenang.
b. Resiko tinggi infeksi b.d luka akibat pergeseran massa uterus .
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam diharapkan infeksi tidak terjadi. Hasil yang diharapkan :
1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, rubor, tumor,
dolor, fungsiolesa )

2) Luka tampak bersih


Rencana tindakan :
1) Kaji TTV, perhatikan peningkatan suhu.
2) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor kalor rubor, dolor,
fungsileisa).
3) Lakukan tehnik perawatan luka secara steril 1x/hari
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
luka.
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic.
6) Lakukan Health Education kepada keluarga tentang
pentingnya mencuci tangan sebelum dan sesudah
bersentuhan dengan pasien.
c. Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan adanya
desakan uterus
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam diharapkan gangguan eliminasi uri teratasi. Hasil
yang diharapkan :
1) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4
jam
2) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada
Rencana tindakan :
1) Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : Menentukan masalah
2) Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
Rasional : memonitor keseimbangan cairan
3) Berikan cairan 2.000 ml/hari dengan kolaborasi
Rasional : menjaga defisit cairan
4) Kurangi minum setelah jam 6 malam

Rasional : mencegah nokturia


5) Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat
badan
Rasional : membantu memonitor keseimbangan cairan
6) Lakukan latihan pergerakan
Rasional : meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
7) Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
Rasional : relaksasi pikiran dapat meningkatkan
kemampuan berkemih.
8) Ajarkan
teknik
dokter/fisioterapi

latihan

dengan

kolaborasi

Rasional : menguatkan otot pelvis


9) Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Rasional : mengeluarkan urine
d. Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan adanya
desakan uterus
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam diharapkan gangguan eliminasi alvi teratasi. Hasil
yang diharapkan :
1) Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel.
2) Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan factor
penyebab konstipasi.
Rencana tindakan :
1) Catat dan kaji warna, konsitensi, jumlah dan waktu
buang air besar
Rasional: Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya
masalah bowel
2) Kaji dan catat pergerakan usus

Rasional: Deteksi dini penyebab konstipasi


3) Jika terjadi fecal impaction: Lakukan pengeluaran
manual, Lakukan gliserin klisma
Rasional: Membantu mengeliuarkan feses
4) Konsultasikan dengan dokter tentang: Pemberian
laksatif dan Enema
Rasional: meningkatkan eliminasi
DAFTAR PUSTAKA
Andra. 2012. Turun Peranakan tak Mengancam Jiwa. www.Menopause.com
[serial Online] diakses tanggal 15 Juli 2016
Hanifa, W. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo Pajario Arsep.
Pajario, Arsep. 2013. Turunnya Peranakan tak Mengancam Jiwa.
http://www.indomedia.com/sr ipo/2004/01/1101kes1. [serial online]
diakses tanggal 15 Juli 2016
Sastnawinata, Sulaiman. Prof. R. 1981. Ginekologi. Bandung. Elstan offset
Wikinjosastro Hanifa, Prof. dr. 2006. Ilmu Kebidanan. edisi ke enam.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai