oleh:
Dicky Andriansyah, S.Kep
NIM 112311101027
A. Pengertian
dan melemah. Oleh karena itu prolaps uteri tersebut akan terjadi
bertingkat-tingkat
B. Klasifikasi
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini
dibagi dalam 3 tingkat yaitu :
1. Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian
prolapsus masih di atas introitus vagina.
2. Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi
korpus uteri belum
3. Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah
berada diluar vulva atau introitus vagina
C. Etiologi
1. Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada
persalinan yang terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura
perineum atau karena usia lanjut.
2. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.
3. Ekspresi yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.
4. Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan
pengejan (obslipasi atau striktura pada traktus urinarius).
D. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.
Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat
tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di
genetalia eksterna.
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika
penderita berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari,
kemudian lebih berat juga pada malam hari
E. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling
ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan,
khususnya persalinan pervagina yang susah dan terdapatnya
kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia endopelviks
dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan
tekanan intra abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan
penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti
pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian
wanita dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus
dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya
trauma obstetric, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga
menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang
F. Komplikasi
1. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
Mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan
berwarna keputih- putihan
2. Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser
dengan paha dan pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka
dan radang, lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan
demikian, perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih
pada penderita berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi/biopsi perlu
dilakukan untuk mendapat kepastian akan adanya karsinoma.
3. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
Jika serviks uteri turun dalam vagina sedangkan jaringan penahan
dan penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah
di bagian uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah
serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang dengan
periksa lihat dan periksa raba. Pada elangasio kolli serviks uteri
pada periksa raba lebih panjang dari biasa.
4. Gangguan miksi dan stress inkontinensia
Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga
kandung kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Penderita pada posisi jongkok diminta untuk mengejan dan
ditemukan dengan pemeriksaan jari, apakah portio pada normal
atau portio sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri
sudah keluar dari vagina.
H. Penatalaksanaan Medis
Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum pasien, umur,
masih bersuami atau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan,
keinginan memiliki anak lagi dan ingin mempertahankan haid.
Penanganan dibagi atas :
1. Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan
anjuran:
a. Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan
gizi cukup
b. Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak
mengedan sebelum waktunya, Kala II jangan terlalu lama,
Kandung kemih kosongkan, episiotomi agar dijahit dengan
baik, Episiotomi jika ada indikasi, Bantu kala II dengan FE
atau VE
d) Demam.
e) Dehidrasi
2) Sesudah Operasi
a) Terdapat luka pada selangkangan.
b) Puasa.
c) Selaput mukosa mulut kering.
a. Identitas
Biasanya terjadi pada wanita yang mengalami partus yang
berulang kali dan terjadi terlampau sering.
b. Keluhan Utama
Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal/menonjol di
genitalia eksterna dan rasa sakit di panggul dan pinggang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah mengalami persalinan lama, sulit
meneran sebelum pembukaan lengkap dan terlalu sering
partus.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apakah pada keluarga klien ada yang pernah mengalami
prolapsus uteri.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah pada keluarga klien ada yang pernah mengalami
prolapsus uteri.
f. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Kepala
Leher
Dada
Mamae
Abdomen
:
Dapat terjadi tekanan intra
abdominal jika klien juga mengalami batuk kronis.
Ekstermitas atas
Ekstermitas bawah
Pinggang
(Beckache)
g. Vagina
:
Uterus dapat menonjol keluar
dari vagina (pada prosidensia uteri)
h. Rectum
komplikasi hemoroid
Dapat
terjadi
rectokel,
i. Integument
pasien tirah baring
j. Eliminasi alvi
k. Eliminasi uri
urine
Dapat
terjadi inkontinensia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
abdominal, distensi kandung kemih
tekanan
intra
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan
abdominal
dengan
peningkatan
tekanan
intra
latihan
dengan
kolaborasi