PROLAPS UTERI
Oleh
2001031029
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang mendukung
rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan ( Bobak LM; 2002; 1270)
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang
disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul
yang menyokong uterus.
Prolaps uteri merupakan turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari tempat
asalnya melalui vagina sampai mencapai atau melewati introitus vagina.
2. Klasifikasi
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam 3
tingkat yaitu :
a. Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus masih di atas
introitus vagina.
b. Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus uteri belum
c. Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah berada diluar vulva atau
introitus vagina
3. Etiologi
a. Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada persalinan yang
terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau karena usia lanjut.
b. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.
c. Ekspresi yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.
d. Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan (obslipasi atau
striktura pada traktus urinarius).
e. Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa kelemahan
jaringan penyokong uterus yang sering pada nullipara.
f. Lanjut usia dan menopause
g. Riwayat persalinan tinggi
4. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan pervagina yang
susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia
endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intra
abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutama apabila
tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita dan lambat laun
menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding
vagina kendor biasanya trauma obstetric, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga
menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang dinamakan sistokel.
Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena persalinan
berikutnya yang kurang lancar, atau yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan
urethrokel. Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra. Pada divertikulum keadaan
urethra dan kandung kencing normal hanya dibelakang urethra ada lubang yang membuat
kantong antara urethra dan vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh
trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan dan
menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel.
Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina bagian belakang turun dan
menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.
5. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala penderita
yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.
b. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
1) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula –mula pada siang hari, kemudian lebih
berat juga pada malam hari
2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
3) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk,mengejan.
Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang besar sekali.
d. Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
1) Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
2) Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
e. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
1) Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
dekubitus pada portio uteri.
2) Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi
serta luka pada portio uteri.
f. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di
vagina.
6. Komplikasi
a. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
Mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna keputih-
putihan
b. Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan
pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, lambat laun timbul ulkus
dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma,
lebih-lebih pada penderita berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi/biopsi perlu
dilakukan untuk mendapat kepastian akan adanya karsinoma.
c. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
Jika serviks uteri turun dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong
uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta
pembendungan pembuluh darah – serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi
panjang dengan periksa lihat dan periksa raba. Pada elangasio kolli serviks uteri pada
periksa raba lebih panjang dari biasa.
d. Gangguan miksi dan stress inkontinensia
Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga kandung kencing tidak
dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga menyempitkan ureter,
sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel dapat
pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan uretra yang dapat
menimbulkan stress incontinence
e. Infeksi saluran kencing
Adanya retensi air kencing mudah menimbulkan infeksi. Sistitis yang terjadi dapat
meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan pielonefritis. Sehingga hal
tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal.
f. Infertilitas
Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau sama sekali
keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan
g. Gangguan partus
Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan dapat timbul
kesulitan di kala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan terhalang.
h. Hemoroid
Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan timbul
hemoroid.
i. Inkarserasi usus
Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan kemungkinan tidak
dapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu dilakukan laparotomi untuk membebaskan
usus yang terjepit itu.
Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya rectum kelumen vagina
1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang dari proksimal kedistal,
kistik dan tidak nyeri.
Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya dapat
diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel menonjol kelumen vagina
lebih keatas dari retrokel. Pada pemeriksaan rectal, dinding rectum lurus, ada benjolan ke
vagina terdapat di atas rectum.
b. Pengobatan
1) Pengobatan Tanpa Operasi
Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul dengan alat
listrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium dari cincin
plastik.
Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga
uterus tak dapat turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya dipakai pada
keadaan: Prolapsus uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas,
Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin
dioperasi: keadaan umum yang jelek
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Sebelum Operasi
a) Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
b) Nyeri di daerah benjolan.
c) Nyeri pinggang dan punggung
d) Konstipasi.
e) Tidak nafsu makan.
2) Sesudah Operasi
a) Nyeri di daerah operasi.
b) Lemas.
c) Pusing.
d) Mual
Rencana tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
c) Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
d) Beri posisi senyaman mungkin untuk pasien.
e) Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi/ nafas dalam.
f) Beri obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
g) Ciptakan lingkungan yang tenang.
2) Resiko tinggi infeksi y.b.d luka akibat pergeseran massa uterus
.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi
Rencana tindakan :
a) Kaji TTV, perhatikan peningkatan suhu.
b) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor kalor rubor, dolor, fungsileisa).
c) Lakukan tehnik perawatan luka secara steril 1x/hari
d) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic.
f) Lakukan Health Education kepada keluarga tentang pentingnya mencuci tangan
sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien.
Rencana tindakan
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b) Timbang berat baclan anak tiap hari.
c) Pasang infus dan NGT sesuai program dokter.
Andra. (2009). www. Menopause.com. Turun Peranakan tak Mengancam Jiwa. diakses
Tanggal 8 November 2014