Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBINEMIA

PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh :

FERY AKBAR RIZKY

108118015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN 2018-2019
A. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan
sehingga menimbulkan joundice pada neonatus. (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh. (Adi Smith, G,
1988)
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin
dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk bayi yang baru lahir
cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl, sedangkan bayi yang lahir
kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. Jika kemudian kadar
bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan hiperbilirubin

B. ETIOLOGI
a. Peningkatan produksi :
 Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
 Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
 Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
 Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
 Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
c. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.

C. TANDA DAN GEJALA


a) Kulit berwarna kuning sampai jingga
b) Pasien tampak lemah
c) Nafsu makan berkurang
d) Reflek hisap kurang
e) Urine pekat
f) Perut buncit
g) Pembesaran lien dan hati
h) Gangguan neurologic
i) Feses seperti dempul
j) Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.

D. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar
yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia,asidosis.Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau
neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air
tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa
kelainan pada saraf pusa tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek
lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaanneonatus.Bilirubin Indirek akan mudah melalui
sawar otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan
hipoglikemia. (Markum, 1991)

E. PATHWAYS

Hemoglobin

Globin Hema

Bilivirdin Feco

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin/gangguan


transport bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik), Hb dan eritrosit

Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikatan dengan


albumin meningkat

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus


enterohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah, pengeluaran meconeum


terlambat, obstruksi usus, tinja berwarna pucat

Gangguan integritas kulit Icterus pada sklera, leher dan badan


peningkatan bilirubin indirek > 12 mg/dl

Indikasi Fototerapi

Sinar dengan intensitas tinggi


F. KOMPLIKASI
a. Retardasi mental : kerusakan neurologist
b. Gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Kematian
d. Kernikterus.

G. PENATALAKSANAAN
Tindakan umum meliputi :
1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma
lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan
ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.
Pengobatan mempunyai tujuan :
1) Menghilangkan Anemia
2) Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3) Meningkatkan Badan Serum Albumin
4) Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
a. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin
tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin
bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama
feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg /
dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan
untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko
tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
b. Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4) Tes Coombs Positif.
5) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1) Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2) Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3) Menghilangkan Serum Bilirubin
4) Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang
dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A
dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin
harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

H. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


a. Resti cedera b/d efek samping tindakan fototerapi, komplikasi transfuse tukar,
peningkatan bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gangguan
eksresi bilirubin.
b. Resiko kurangnya volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan, fototerapi,

NANDA, NOC, NIC

Dx
NANDA NOCs
.
1 Resti cedera b.d efek sampingSt status Neurologis Manajemen Lingku
tindakan fototerapi, komplikasiK kontrol Risiko ·      Ciptakan lingkunga
transfuse tukar, peningkatan ·      Identifikasi kebutuh
D deteksi Risiko
bilirubin sekunder dari ·      Pindahkan benda-be
pemecahan sel darah merahK kontrol Gejala pasien
dan gangguan eksresi ·      Pindahkan ben
bilirubin. lingkungan pasien
·      Sediakan ruangan ra
·      Sediakan tempat tid
·      Posisikan tempat tid
·      Kurangi stimulus lin
·      Sesuaikan temper
kebutuhan pasien
·      Atur pencahayaan u
·      Batasi pengunjung
·      Bawa benda-bend
pasien dari rumah

Surveilan

§  Pantau status neurolo


§  Pantau tanda-tanda vi
§  Kolaborasikan den
monitoring ICP, jika
§  Kolaborasikan denga
monitoring Hemo
diperlukan
§  Pantau tingkat keny
yang sesuai.
§  Pantau perubahan pol
§  Pantau oksigenasi d
mendukung keadeku
§  Lakukan pemeriksaa
resiko tinggi.
§  Pantau tanda dan
cairan dan elektrolit.
§  Pantau perfusi jaringa
§  Pantau status nutrisi,
§  Pantau adanya infeks
§  Pantau fungsi gastroin
§  Pantau pola eliminasi

2 Resiko kurangnya volumea.    Keseimbangan cairan Manajemen Cairan


cairan b/d tidak adekuatnyab.    Status nutrisi: intake makanan dan cairan §  Timbang BB tiap har
intake cairan, fototerapi, diare.c.    Kontrol risiko §  Pertahankan intake ya
d.   Hidrasi §  Monitor status hi
e.    Termoregulasi : neonatus mukosa membrane,
§  Monitor status
CVP,MAP, PAP
§  Monitor hasil lab
(peningkatan BUN,

Monitor TTV
§  Monitor adanya indik
(seperti :edem, asites
§  Monitor status nutrisi
§  Kaji lokasi dan luas ed
§  Distribusikan cairan >
§  Berikan terapi IV
§  Berikan cairan
§  Berikan diuretic
§  Berikan cairan IV
§  Nasogastrik untuk me

Pemantauan Caira

§  Kaji tentang riwaya


cairan dan pola elim
§  Kaji kemungkinan
imbalan cairan (sep
jantung, diaforesis,
disfungsi hati)
§  Pantau berat badan, in
§  Pantau nilai elektrolit
§  Pantau osmolalitas ur
§  Pantau denyut jantung
§  Pantau TD ortosta
jantung
§  Pantau parameter hem
§  Pantau membran muk
§  Pantau warna dan kua
§  Pantau distensi vena
pengingkatan berat b
§  Pantau tanda dan geja
§  Pertahankan keakur
output
§  Catat adanya vertigo
§  Beri agen farmako
output urin
§  Lakukan dialisa, catat
§  Beri cairan
§  Batasi intake cairan p

Pemantauan  Tand
§  Monitor tekanan
pernafasan, jika diin
§  Catat adanya fluktuas
§  Pertahankan kelangsu
§  Monitor adanya
hipotermi/hipertermi
§  Monitor kuat/lemahny
§  Monitor irama dan fre
§  Monitor bunyi jantun
§  Monitor frekuensi dan
§  Identifikasi faktor p
tanda vital.
§  Monitor warna
kelembapan
§  Monitor sianosis sent
DAFTAR PUSTAKA

Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan Nasional.

Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba
Medika.

Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

Mansyoer, Arid dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : JNPKKR/POGI dan Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai