Anda di halaman 1dari 5

PAPER

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen : Sutarno

Disusun Oleh :

1. Rizqi Aprilia Hebas (108118014)


2. Fery Akbar Rizky (108118015)
3. Siska Bella Ocktavia (108118016)
4. Silfia Triara Lestari (108118017)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2020/2021
ASPEK SPIRITUAL PADA LANSIA (HAJI PADA LANSIA)

Menurut James (1902), pengalaman spiritual adalah sebuah label yang luas mencakup
berbagai kemungkinan individu memiliki hubungan antara dirinya, jiwa, dan Tuhan.
Davis (dalam Cunningham, 2011) mendefinisikan pengalaman spiritual sebagai sebuah
bidang psikologi yang memadukan antara konsep psikologis, teori, dan metode dengan materi
dan praktek dari spiritual. Hal tersebut termasuk kedalam kesadaran mistis, pengalaman
meditasi, ritual dan dimensi-dimensi transpersonal.
Menurut Wildman (2011), pengalaman spiritual meliputi semua pengalaman utama dan
domain pengalaman religius yang tidak biasa pada individu yang mungkin memiliki ataupun
tidak memiliki agama.
Rankin (2008) berpendapat bahwa pengalaman spiritual merupakan pengalaman yang
tidak mencerminkan kepercayaan suatu agama secara khusus, akan tetapi mengindikasikan suatu
pengaruh yang tidak dapat dijelaskan.
James (1902) memaparkan karakteristik pengalaman spiritual kedalam empat poin, yaitu:
a. Ineffability (tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata) Pengalaman spiritual harus
dialami secara langsung dan tidak dapat disampaikan oleh orang lain. Tidak ada yang bisa
menjelaskan bagaimana perasaaan tersebut, seberapa besar kualitas ataupun nilai dari perasaan
yang dialami oleh seseorang.
b. Noetic Quality (Kualitas Noetik) Seseorang yang mengalami pengalaman spiritual
akan mendapatkan kedalaman kebenaran yang tidak dapat digali melalui intelektual semata.
Pengalaman ini mengungkapkan sesuatu yang tersembunyi ataupun tidak dapat dikaitkan dengan
pengetahuan. Beberapa ilmuan menganggap pengalaman seperti ini tabu dan tidak boleh
dibicarakan oleh orang lain (Shadder, 2008).
c. Transiency (Bersifat sementara) Keadaan mistik tidak dapat dipertahankan dalam
waktu yang cukup lama. Ketika keadaan mistis melemah, kualitas situasi tersebut dapat diolah
melalui ingatan meskipun tidak terlalu sempurna. Akan tetapi, saat keadaan tersebut kembali,
maka akan dapat dikenali dengan mudah.
d. Passivity (kepasifan) Kondisi mistik dapat dikondisikan melalui beberapa tindakan
yang dilakukan secara sengaja, seperti melakukan gerakan-gerakan tertentu, pemusatan pikiran
ataupun cara lain yang telah diuraikan oleh berbagai agama.
Ibadah haji merupakan ibadah individual yang mana sangat ditentukan oleh kualitas
pribadi setiap jamaah dalam memahami ketentuan dalam ibadah haji (Saputra, 2016). Dalam
melakukan ibadah tersebut, terdapat pengalaman spiritual yang didapat oleh jamaah. Rankin
(2008) menyebutkan bahwa pengalaman spiritual dipicu oleh pengalaman keagamaan seperti
berhaji.
Contoh :
a. Ineffability
Kesempatan berhaji merupakan hal yang tidak terduga yang dialami oleh
responden. Perasaan tidak menyangka akan dipanggil ke Rumah Allah menjadi
pelengkap Rukun Islamnya sebagai awal perjalanan tersebut. Sebagai seorang
pegawai lepas, untuk menunaikan ibadah haji merupakan hal yang mustahil.
Responden pergi haji melalui mertuanya yang membiayai perjalanan responden.
Sebagai seseorang yang memiliki dasar agama yang belum kuat, ketika panggilan
tersebut sudah terlayangkan pada dirinya, ada perasaan takut balasan yang akan
terjadi di Baitullah. Kekhawatiran tersebut berupa kelakuan yang pernah dilakukan di
tanah air. Berserah diri adalah cara untuk mendapatkan ketenangan tersebut. Tujuan
menunaikan ibadah haji ini adalah untuk mengubah diri.
Saat berada di Tanah Suci, salah satu pengalaman yang tidak dijelaskan melalui
pengalaman biasa adalah ketika responden ingin melakukan ibadah di Raudah.
Raudah merupakan suatu tempat yang mana banyak orang mengharapkan doanya
terkabul disana, oleh karena itu akan bersempit-sempitan untuk bisa berada disana.
Responden sangat ingin melakukan ibadah di Raudah, saat dirinya sudah putus asa
dan ingin menyerah, ia mengatakan jika Allah memiliki cara lain.
Responden juga bercerita jika Ka’bah memiliki daya tarik yang tak mampu ia
jelaskan. Daya tarik tersebut diposisikan sebagai tempat untuk menghadap.
Responden merasa harus melakukan sholat di depan Ka’bah untuk memenuhi hasrat
kepuasannya yang menjadi daya tarik tersendiri baginya. Emosi yang campur aduk
ketika berada disana, yaitu menangis. Menangis terjadi sendirinya ketika sudah
berdoa di hadapan Ka’bah, menyentuh Ka’bah dan memohon doa. Terdapat dorongan
didalam diri yang responden tak mampu untuk menjelaskannya.
b. Noetic Quality
Aktivitas noetik yang dialami oleh responden berkaitan dengan seseorang yang
membantunya, namun seperti bukan manusia. Saat ia ingin menyentuh Ka’bah, ia
serasa seperti ada yang mendorong dari belakang. Uluran tangan menariknya untuk
dengan cepat memegang Ka’bah. Hal tersebut diakui oleh responden yang mana
kemungkinan itu bukanlah perbuatan manusia. Pengalaman lainnya berkaitan dengan
bantuan oleh Allah SWT ketika responden ingin melakukan ibadah. Sesuatu yang
dikhawatirkan menjadi aman karena telah diselamatkan oleh Allah SWT.
c. Transiency
Pengalaman yang didapat oleh responden adalah ketika ia melihat Ka’bah
pertama kali. Rasa takjub akan Ka’bah membuat air matanya jatuh tanpa ia sadari. Ia
juga tidak sadar telah melihat Ka’bah sudah berapa lama. Sambil menunggu adzan
berkumandang, ia selalu melihat Ka’bah yang memiliki daya tarik tersendiri baginya.
Rasa bersyukur dapat berdoa di Raudah juga diwakili dengan air mata.
Saat berdoa, ia duduk berdoa serasa waktu berjalan dengan cepat. Untuk
melakukan ibadah di Raudah, ada batasan waktu untuk bergantian dengan orang lain.
Waktu yang diberikan adalah sepuluh sampai lima belas menit. Doa demi doa dan
sholat sunnah yang ia lakukan tak terasa sudah habis. Hal itu diungkapkannya
dikarenakan disana ia sangatlah tidak puas jika hanya sekali untuk pergi ke Raudah.
d. Passivity
Responden hanya mengatakan jika untuk memusatkan diri kepada Allah SWT
hanyalah berdzikir dan berdoa. Saat berdoa didalam hati, apapun akan dikabulkan
oleh Allah pada saat itu juga. Doa yang dimaksud adalah doa yang berkaitan dengan
dirinya pada waktu itu. Berdzikir dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, berdzikir
dilakukan untuk tetap fokus kepada Allah SWT dan mengurangi perbuatan yang tidak
diinginkan, seperti mengganggu orang lain dengan candaan. Disetiap waktu, dzikir
yang dilakukan juga untuk menambah kekuatan doa.
DAFTAR PUSTAKA

Rankin, M. (2008). An Introduction to Religious and Spiritual Experience.


London: Continuum. Diambil dari http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?
md5=A3A85F3C56B881395848337E 1CBC0DA5 Rohman, A. K. (2014).
James, W. (1902). The Varieties of Religious Experiene. Longmans, Green & Co.
Diambil dari https://csrs.nd.edu/assets/59930/williams_1902.pdf

Anda mungkin juga menyukai