Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

WIRID FUNGSIONAL DAN PRAKTIK WIRID FUNGSIONAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Islam Terapan

Dosen Pengampu : Mc. Mifrohul Hana, M.E. Sy.

Kelompok 5

1. Mona Riski Tiara (2020510124)

2. Noor Lailatus Sa’adah (2020510134)

3. Mutiara Rohmatul Khusna (2020510135)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN EKNOMI SYARI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan dzikir dan doa dalam kehidupan umat beragama islam sangat
penting.berdzikir dan berdoa dimaksudkan sebagai sarana berkomunikasi dengan
Allah SWT. Berdzikir tidaklah sekedar melafalkan wirid-wirid, demikian juga
dengan berdoa tidaklah sekedar mengaminkan doa yang kita ucapkan dan apa
yang kita hajati. Berdzikir dan berdoa seharusnya tidak hanya menjadi ritual
seremonial sesudah selesai shalat atau dalam berbagai acara dan upacara.
Karena manusia hidup didunia tidak lepas dari campur tangan Allah,
dimana manusia itu sangat bergantung kepada Allah dan tidak bisa berbuat apa-
apa tanpa mendapatkan izin dan Ridho-Nya, maka sangat penting kita mempunyai
kendaraan yang bisa mengantarkan menghadap langsung kepada Allah, kendaran
itu adalah shalat, dzikir kepada Allah dengan tujuan mendekatkan diri kepada
Allah. Dzikir juga meliputi doa dan sembahyang (shalat) yang merupakan satu
pengertian bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhan-Nya.
Dzikir merupakan ibadah verbal ritual, yang tidak terikat dengan waktu,
tempat atau keadaan, dan jika manusia menyibukkan diri untuk melakukanya ,
dzikir menghasilkan pengetahuan dan penglihatan dalam dirinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian dzikir?
2. Apa saja bentuk-bentuk dzikir?
3. Apa manfaat dzikir untuk kecerdasan menurut islam?
4. Bagaimana adab atau tata cara dzikir?
5. Apa keutamaan berdzikir kepada Allah Swt?
6. Bagaimana konsep dzikir?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dzikir.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dzikir.
3. Untuk mengetahui manfaat dzikir untuk kecerdasan islam.
4. Untuk mengetahui adab atau tata cara dzikir.
5. Untuk mengetahui keutamaan berdzikir kepada Allah Swt
6. Untuk mengetahui konsep-konsep dzikir

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dzikir
Dalam bahasa arab, kata dzikir adalah bentuk turunan dari kata dzakara
yang berarti mengingat, menyebut,atau menghadirkan rekaman memori yang
tersimpan dalam ingatan. Dalam Al-Qur’an kata turunan dari dzakara ini
disebutkan 285 kali dalam berbagai bentuk dan tersebar tak kurang di 56 surah.
Karena dalam bahasa arab dzakara adalah kata yang multi makna, maka tidak
heran kalau para ulama pun memberikan pengertian yang sangat beragam
terhadap kata zikir. Ibnu Athaillah As-Sakandari misalnya, ulama abad ke-7
hijriah ini mendefinisikan zikir sebagai aktivitas melepaskan diri dari kelalaian
dengan senantiasa menghadirkan kalbu bersama Allah. Atau mengulang-ulang
nama Allah dalam hati maupun lewat lisan.1
Menurut Hasbi Assidiqi, dzikir adalah menyebut nama Allah SWT.
Dengan membaca tasbih (subhanallah), tahlil (lailahaillahu), tahmid (Alhamdu),
basmallah (bismillahirahmanirrahim) dan membaca Al-Qur’an serta membaca
doa-doa yang diterima dari Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan menurut Mir Valuddin, dzikir adalah senantiasa dan terus
menerus mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta
mengosongkan hati dari kecintaan dan ketertarikan pada dunia fana ini.
Menurut bastaman dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan
keagungan-Nya meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan seperti
tasbih, tahmid, shalat, membaca Al-Qur’an, berdoa, melakukan perbuatan baik
dan menghindarkan diri dari kejahatan.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa zikir berarti ingatan seseorang
bahwa Allah mengamati seluruh tindakan dan pikirannya. Dengan pengertian
1
Luqman Junaidi, The Power of Wirid, (Jakarta Selatan : Hikmah, 2007), hlm. 3.
seperti ini, zikir tidak lagi menjadi media komunikasi sepihak yang dilakukan
seorang hamba kepada tuhan, tetapi mengesankan hubungan timbal balik antara
sang pencipta dengan ciptaan-Nya. Dari berbagai pengertian menurut para ulama
kita bisa tarik benang merah yang bisa ditarik. Yaitu dzikir merupakan perpaduan
antara aktivitas lidah dan hati. Lidah mengucapkan lafal-lafal khusus yang
memiliki makna menyucikan, menggagungkan, dan mengesakan Tuhan secara
berulang-ulang, sementara hati berupaya secara maksimal meresapi makna ucapan
tersebut. Salah satu tujuan zikir adalah membersihkan hati dan menentramkan
jiwa. Ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan dzikir terdapat dalam beberapa surat
sebagai berikut: surat Ali Imran ayat 191, surat Al-Jum’ah ayat 10, surat Al-
Baqarah ayat 152, surat An-Nisa’ ayat 103.
Secara praktis, melatih membiasakan wirid dapat dimulai dari hal yang
kecil dan sederhana. Misalkan dengan meluangkan waktu setelah shalat fardhu
membaca istigfar sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam
haditsnya.
“Tsauban bercerita, “Jika Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam selesai
shalat beliau beristigfar tiga kali, lalu membaca “Allahumma antas salam wa
minka salam tabarokta ya dzal jalali wal ikrom”. Al-Walid (salah satu perawi
hadits) bertanya kepada al-Auza’i, “bagaimana (redaksi) istigfar beliau?.
“Astagfirullah, astaghfirullah” jawab al-Auzi’i.
Dzikir mempunyai faidah, satu-satunya faidah berdzikir bagi fisik yang
ditulis As-Sakandari hanyalah memperkuat oragan-organ tubuh. Hal ini bisa
dimaklumi mengingat dia adalah sufi besar sekaligus pakar ilmu-ilmu agama,
nyaris tidak pernah bersentuhan dengan ilmu-ilmu biologi dan fisika, khususnya
fisiologi. Namun, bukan berarti berdzikir hanya bermanfaat bagi bagi keehatan
spiritual semata, lebih dari itu, dia juga bermanfaat pada kesehatan badan. Sebesar
apa manfaat zikir bagi bagi kesehatan mental, beberapa faidah berdzikir adalah :
1. Mengusir, menangkal dan menghancurkan setan.
2. Membuat Allah rida dan membuat setan murka.
3. Menghilangkan segala kerisauan dan kegelisahan serta mendatangkan
kegembiraan dan kesenangan.
4. Melenyapkan segala keburukan.
5. Memperkuat kalbu dan badan.
6. Memperbaiki apa yang tersembunyi dan yang kelihatan.
7. Membuat kalbu dan wajah menjadi bersinar terang.
8. Mempermudah datangnya rezeki.
9. Mendatangkan wibawa dan ketenangan.
10. Zikir adalah penghalang anatara seorang hamba dan api neraka.
11. Zikir menjadi penyebab seseorang diakui sebagai hambanya.
12. Tempat tinggal disurga dibangun dengan zikir.2
Bacaan berzikir setelah sholat
Berdasarkan hadis yang dikemukakan Rasulullah SAW. Bacaan utama
dalam berdzikir setelah sholat memang hanya ada 3 atau 4 bentuk yang diawali
dengan tasbih, dilanjutkan dengan tahmid dan takbir, lalu diakhiri dengan tahlil.
Namun, bukan berarti setelah shalat kita langsung membaca keempatnya secara
berkesinambungan- walaupun hal ini juga boleh dan tidak mengurangi manfaat
yang didapat. Ada bacaan-bacaan lain yang turut mengiringi ketiga kalimat zikir
tersebut, sehingga keempatnya dapat disatukan dalam satu simfoni yang indah dan
teratur.
Para ulama kemudian menambahkan bacaan-bacaan lain yang juga turut
mengiringi ketiga atau empat zikir utama tersebut. Sunah yang bisa kita lakukan
sesuai kehendak kita, bisa diperbanyak dan juga bisa lebih sedikit dari pada yang
dilakukan Rasulullah SAW. Lebih utama dan lebih baik. Di samping itu, beberapa
bacaan tersebut jika dibaca terpisah dari zikir juga memiliki keutamaan dan
manfaat yang sangat besar.3
Mengakhirinya dengan berdoa
Berdoa setelah berdzikir merupakan saat yang tepat, lebih-lebih yang
dilakukan sesuai mendirikan shalat wajib. Abu Umamah meriwayatkan salah
seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “kapan doa yang paling
didengar oleh Allah?” Rasulullah SAW. Menjawab, “doa yang dipanjatkan pada

2
Ibid., hlm. 9-10.
3
Ibid., 29-32.
tengah malam terakhir dan setelah mendirikan sholat fardhu”. Sama seperti
berdzikir, tidak ada aturan ketat yang mengatur tata cara memohon kepada-Nya.
Andai bisa berdoa dengan bahasa apa pun. Namun ada baiknya jika kita mengikuti
nasihat para ulama dalam berdoa, yaitu dengan memanjatkan puja-puji kepada
Allah dan shalawat kepada Rasul-Nya. Kemudian diakhiri oleh kalimat yang
sama.
B. Bentuk-bentuk dzikir
Dzikir merupakan pengalaman ruhani yang dapat dinikmati oleh
pelakunya. Hal ini yang dimakud oleh Allah sebagai penetraman hati. Menurut
Muhammad Zaki, Hakikat Dzikir. Pada hakekatnya dzikir dibagi menjadi
beberapa :
1. Dzikir Qalbiyah
Dzikir qalbiyah adalah merasakan kehadiran Allah, dalam melakukan apa
saja, sehingga hati selalu senang, tanpa ada rasa takut, karena Allah Maha
Melihat, tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya. Dzikir qalbiyah
lazim disebut ihsan, yaitu engkau menyembah Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya sekalipun engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya dia
melihatmu.
2. Dzikir Aqliyah
Dzikir aqliyah adalah kemampuan menangkap bahasa Allah dibalik setiap
gerak alam semesta, Allah yang menjadi sumber gerak itu. Segala ciptaanya
dengan segala proses kejadianya adalah proses pembelajaran bagi manusia.
Segala ciptaanya berupa batu, sungai, gunung, udara, pohon, manusia, hewan
dan sebagainya merupakan pena Allah SWT yang mengandung kalam-Nya
yang wajib dibaca. Sesungguhnya pertama kali yang diperintahkan iqra’
(membaca), yang wajib dibaca meliputi dua wujud yakni alam semesta
termasuk didalamnya dan Al-Qur’an. Dengan kesadaran cara berfikir ini,
maka setiap melihat ciptaa-Nya pada saat yang sama terlihat keagugan-Nya.
3. Dzikir Amaliah
Dzikir amaliah, yaitu tujuan yang sangat urgen, setelah hati berdzikir, akan
berdzikir, lisan berdzikir, maka akan lahirlah pribadi-pribadi yang suci,
pribadi-pribadi yang berakhlaq mulia, dari pribadi-pribadi tersebut akan lahir
amal-amal soleh yang diridhai, sehingga terbentuk masyarakat yang
bertaqwa.
Sedangkan pembagian dzikir secara garis besar pada umumnya ialah
meliputi :
1. Dzikir lisan dan hati, yakni dengan mengucapkan kalimat-kalimat dzikir, dan
merenungkan serta mengingat Allah dengan hati.
2. Dzikir perbuatan, yakni dengan berbuat kebaikan dan beramal sholeh dengan
mengingat kebesaran Allah.
Beberapa ahli memberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk dzikir yang
diterapkan dalam kehidupan tashawuf, para ahli tersebut diantaranya : Sukamto
diterapkan MM. Dalam Anshori membagi dzikir kedalam empat jenis (1). Dzikir
membangkitkan daya ingat, (2) dzikir kepada hukum-hukum ilahi, (3) dzikir-
dzikir mengambil pelajaran atau peringatan. (4) dzikir meneliti proses alam.
Menurut Amin Syukur banyak bentuk dzikir yang ditentukan dalam ajaran
tashawuf, pertama dzikir jahr sesuatu perbuatan mengingat Allah dalam bentuk
ucapan-ucapan lisan, yang lebih menampakan suara yang jelas untuk menuntun
gerak hati. Kedua, dzikir khafi yaitu dzikir yang samar-samar. Dzikir khafi
dilakukan secara khusyu’ oleh ingatan baik diserta dzikir lisan atau tidak. Ketiga,
dzikir haqiqi, yaitu dzikir yang sebenarnya, jenis terakhir ini dilakukan oleh
seluruh jiwa raga baik lahir maupun batin, kapan saja dimana saja.
C. Manfaat Berdzikir Untuk Kecerdasan Menurut Islam
Implementasi dzikir dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, cara
berdzikir menurut tuntunan ajaran islam yaitu dilakukan dengan hati dan lisan,
dan dengan sendiri maupun kelompok. Dzikir memiliki keutamaan salah satunya
adalah dapat membuat hati jadi teanang. Dengan contoh yang telah diberikan oleh
Rasulullah tentang dzikir dan waktu-waktu yang disunahkan seperti shalat dan
lain sebagainya. Hubungan antara dzikir dan kecerdasan spiritual dimana semakin
tinggi dzikir semakin tinggi pula kecerdasan spiritualnya, dan juga semakin
rendah dzikir semakin rendah pula kecerdasan spiritualya.
Hal ini berarti bahwa dzikir yang dilaksanakan sebagai ritual ibadah
keagamaan maupun menjadi sarana untuk meningkatkan potensi kecerdasan
spiritual seseorang. Pandangan islam tentang kecerdasan spiritual dalam
perspektif pendidikan islam memiliki makna yang sama demgan ruh. Ruh
merupakan hal yang tidak diketahui keberadaanya (gaib). Ruh selalu berhubungan
dengan ketuhanan, ia mampu melihat yang dapat masuk akal. Ruh merupakan
esensi dari hidup manusia, ia diciptakan langsung dan berhubungan dengan
realitas yang lebih tinggi yaitu penciptanya. Ruh memiliki hasrat dan keinginan
untuk kembali kepada Tuhan pada waktu masih berada dan menyatu dengan tubuh
manusia. Ruh yang baik adalah ruh yang tidak lupa dengan penciptanya dan selalu
merindukan realitas yang lebih tinggi. Ini dapat terlihat dari perbuatan individu
apakah ia ingkar dan suka maksiat atau suka dan selalu berbuat kebaikan.
Seseorang yang berdzikir akan merasakan beberapa manfaat, selain
merasakan ketenangan batin, juga terdapat manfaat-manfaat yang lain, yaitu :
1. Dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian, artinya siapa yang
senantiasa berdzikir kepada Allah maka akan bisa mencapai derajat kekasih
tuhan.
2. Dzikir merupakan kunci ibadah-ibadah yang lain.
3. Dzikir akan mebuka hijat dan memanjatkan keihlasan hati yang sempurna.
4. Dzikir akan menurunkan rahmat.
5. Menghilangkan kesusahan hati.
6. Melunakan hati.
7. Memutuskan kehendak setan.
8. Dzikir menolak bencana.
Menurut Anshori dzikir bermanfaat mengontrol perilaku. Pemgaruh yang
ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol perilaku seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada tuhan,
terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat, namun mana kala ingat kepada
Tuhan kesadaran akan dirinya sebagai hamba tuhan akan muncul kembali.
Al-Khoemini memberikan penjelasan, dengan berdzikir akan mendapatkan
ampunan. Siapapun yang berdzikir kepada Allah SWT ditengah-tengah orang
yang lalai maka dia seperti orang yang berperang melawan kaum muharibin (para
aggressor yang melawan Allah dan Islam). Dzikir juga bermanfaat sebagai
pembersih hati. Dzikir merupakan lawan dari kelalaian, jika manusia mengingat
Allah dalam keadaan apapun dan menyadari dirinya ada dihadapkan dzat suci,
tentu akan menahan diri dari masalah-masalah yang tidak sesuai dengan
keridhaan-Nya, dan mengendalikan diri agar tidak bersikap durhaka.
Dzikir mempunyai manfaat yang besar terutama dalam dunia modern
seperti sekarang, manfaat dzikir dalam kehidupan menurut Amin Syukur, antara
lain :
1. Dzikir memantapkan imam
2. Dzikir dapat menghidarkan dari bahaya
3. Dzikir sebagai terapi jiwa
4. Dzikir menumbuhkan energi akhlak
D. Adab atau Tata Cara Dzikir
Para ulama dan ahli ibadah telah banyak menulis adab-adab berzikir ini.
Secara garis besar, adab dan tata cara berzikir ini dapat dibagi dua, pertama yang
berkaitan dengan badan lahiriah, kedua yang berkaitan dengan hati batiniah.
Adab-adab yang berkaitan dengan badan lahiriah antara lain adalah:
Pertama, dalam keadaan suci. Karena untuk melaksanakan shalat kita
harus menyucikan badan, pakaian, dan tempat shalat, maka adab yang pertama ini
tidak akan sulit untuk dipenuhi. Adab ini perlu diperhatikan karena biasanya kita
cenderung menyepelekan kesucian dalam berzikir. Misalnya. karena selama shalat
perut kita terasa mules hendak buang angin, maka setelah salam mundur ke
barisan belakang lalu buang angin. Setelah itu duduk kembali dan berzikir.
Walaupun menurut hukum fiqih dzikir yang kita lakukan dalam keadaan
tidak suci tetap sah, tapi ini tidak etis. Mengapa? Sebab selama berzikir kita
sedang menyebut dan mengingat Allah Yang Maha suci yang mencintai kesucian.
Menurut Anda, sopankah kira mengingat Zat Yang Maha suci sementara keadaan
kita sendiri tidak suci? Oleh sebab itu, kalau wudhu anda batal setelah mendirikan
shalat, alangkah baiknya kalau Anda membersihkan diri dengan berwudhu
kembali sebelum berzikir. Untuk mengembalikan kesucian dan kekhusyukan yang
sempat buyar, silakan dirikan shalat sunah dua rakaat setelah berwudu sebelum
berukir. Shalat sunah yang biasa disebut sebagai shalat Thahur ini rutin dikerjakan
oleh Bilal bin Rabah dan dibenarkan oleh Rasulullah Saw. Untuk itu, siapkan
segala sesuatunya sebelum anda beniat untuk shalat dan berzikir.
Kedua, duduk bersila dengan khusyuk dan tunduk menghadap kiblat.
Karena posisi terakhir dalam shalat adalah duduk Iftirasy yang membuat posisi
Anda rapat dengan jamaah di samping kanan dan kiri, maka setelah salam, Anda
bisa maju ke depan atau mundur ke belakang sedikit supaya bisa duduk bersila.
Tetapi. kalau Anda merasa nyaman dengan posisi duduk Iftirasy atau duduk
tawarruk selama berzikir, berarti Anda tidak perlu bergerak sama sekali.
Duduk besila merupakan posisi yang terbaik untuk berzikir mengingat
Allah Swt. Setelah shalat, posisi seperti itu merupakan posisi ideal yang membuat
tubuh berada dalam kadaan seimbang, sehinga lebih mudah untuk khusyuk dan
berkonsentrasi. Dalam tarikat Qadiriah dan Nikmatullah misalnya, untuk berzikir
duduk bersila saja tidak cukup. Para penganut tarikat tersebut juga harus
meletakkan telapak tangan kanan di atas lutut sebelah kiri, dan tangan kiri
diletakkan di dada kanan. Posisi semacam mi disebut posisi Lam Alif yang
bermakna tidak. Artinya. orang yang berzikir harus mengosongkan diri dari segala
sesuatu selain Allah termasuk kediriannya. Dengan posisi seperti itu, tubuh
diharapkan berada selaras dengan kalbu.
Posisi bersila ini sudah terbukti efektif untuk menunjang konsentrasi
dalam bermeditasi dan sudah dipraktikkan sejak ratusan atau bahkan ribuan tahun
yang lalu oleh orang-orang yang suka bermeditasi atau bersemedi. Dalam agama
Buddha, mulanya posisi terbaik yang dipilih oleh Gautama ketika bersemedi di
bawah pohon Bodhi yang diabadikan dalam patung-patung Buddha sampai saat
ini adalah posisi bersila.
Bersila bukan merupakan sunah yang dipraktikkan oleh Rasulullah Saw
dan para sahabat ketika berzikir setelah shalat. Karena nyaris tidak ada hadis yang
menerangkan posisi duduk Rasulullah Saw dan para sahabat ketika sedang
berzikir, yang ada adalah hadis-hadis yang menjelaskan bacaan apa saja yang
mereka baca untuk berzikir. Namun demikian, besar kemungkinan Rasulullah
Saw, sahabat, dan orang-orang saleh itu duduk bersila selama bermunajat kepada
Allah. Mengapa? Karena posisi yang lain, seperti duduk iftirasy dan duduk
tawarruk cepat membuat kita lelah dan tidak bisa berkonsentrasi dalam waktu
yang sangat lama.
Ketiga, sebaiknya mata sedikit dipejamkan, sebab memejamkan mata
melambangkan ketertutupan terhadap dunia dan keterbukaan terhadap alam
keruhanian. Kalau Anda sudah merasa nyaman dengan hanya menunduk
menghadap ke tempat sujud seperti ketika mendirikan shalat, berarti Anda tidak
perlu memejamkan mata untuk mencapai kekhusyukan. Sedikit memejamkan
mata dianjurkan karena suasana ketika shalat dengan ketika berzikir sangat jauh
berbeda. Saat mendirikan shalat berjamaah, Anda takkan disibukkan oleh orang-
orang yang ada di sekitar Anda karena mereka semua berada dalam posisi yang
rapi dan gerakan yang sama persis dengan Anda. Kala imam rukuk, semuanya
ikut rukuk secara serempak. Saat imam bangkit dari sujud, semuanya juga ikut.
Jadi, tidak ada yang mondar-mandir atau melakukan tindakan aneh yang dapat
memecah konsentrasi.
Keempat, melafalkan zikir secara perlahan dan penuh penghayatan.
Ulama-ulama tasawuf memang berbeda pendapat seputar cara melafalkan
kalimat-kalimat zikir. Ada yang menganjurkannya untuk dibaca dalam hati dan
tidak perlu dibaca secara jelas melalui lidah, tapi ada juga yang menganjurkan
untuk dilafalkan dengan lidah. Kelompok pertama mendasarkan pendapatnya pada
firman Allah SWT yang berbunyi, "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu
dengan merendahlan diri dari rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara.
"(QS Al-A'raf [7]: 205).
Sedangkan kelompok kedua mendasarkan pendapatnya pada ayat yang
berbunyi. “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadaNya degan penuh
ketekunan.” (QS Al-Muzammil [75]: 8). Kemudian juga hadis yang berbunyi
“Orang yang menyebur-Ku dalam dirinya akan Aku sebut dalarn diri-Ku. Orang
yang menyebut-Ku di tengah kerumunan akan Aku sebut ditengah kerumunan
yang lebih baik dari mereka”.
Menurut lbnu Athaillah, zikir sebaiknya dilafalkan dengan lidah secara
perlahan karena hal itu sesuai dengan anjuran Rasulullah terhadap kedua sahabat
utamanya, yaitu Abu Bakar dan Umar. Konon Abu Bakar biasa merendahkan
suara ketika shalat malam. Sebaliknya Umar selalu menyaringkan suara sehingga
terdengar dengan nyaring dan jelas. Rasulullah Saw kemudian bertanya kepada
Abu Bakar mengapa ia bersikap demikian, "Zat yang kuseru mendengar semua
ucapanku." jawab Abu Bakar, Selanjutnya beliau bertanya kepada Umar, “Aku
ingin membangkitkan kesadaran, mengusir setan, dan membuat Tuhan rida.”
Jawabnya. Mendengar kedua jawaban ini, Rasulullah Saw lantas meminta Abu
Bakar untuk sedikit mengangkat suaranya, dan menyuruh Umar untuk sedikit
merendahkan suara, tapi bukan sampai tidak terdengar.
Kelima, diam dan jangan berbicara kecuali mengatakan hal yang sangat
perlu. Selama berzikir, jangan menoleh ke kanan ke kiri atau mendengarkan
obrolan orang yang ada di sekitar Anda. Jangan berbicara sepatah kata pun dan
dengan siapa pun kecuali memang ada perkara yang sangat mendesak. Acuhkan
apa pun yang terjadi disekitar Anda kecuali memang ada hal penting yang bisa
mengancam keselamatan jiwa. Atap masjid runtuh misalnya, usahakan Anda bisa
meniru sikap Muslim bin Yasar ketika berzikir. Dalam sebuah kisah diceritakan
bahwa kalau sudah shalat atau berzikir, ia benar-benar tidak peduli dengan semua
peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Ketika tembok masjid Bashrah runtuh dan
suara dentumannya membuat omng-orang kaget sehingga berlarian menuju
masjid. Ternyata, Muslim bin Yasar tetap bergeming dalam munajatnya kepada
Allah Swt. 4
Selain kelima adab yang berkenaan dengan aspek badan lahiriah, ada juga
adab yang berkaitan dengan aspek hati batiniah. Antara lain:
Pertama, niat berzikir untuk beribadah kepada Allah dengan tulus menari
rida dan cintaNya. Dalam segala perbuatan, niat menempati urutan pertama dan
sangat menentukan hasil perbuatan tersebut di sisi Allah Swt. Tidak sedikit orang
yang tidak mendapatkan apa-apa dari perbuatan baik yang dia lakukan karena
niatnya salah. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang rugi waktu dan

4
Ibid., hlm. 63-71.
energi bahkan kadang juga materi. Oleh sebab itulah, Rasulullah Saw
mengingatkan. “Sungguh, suatu perbulan ini tergantung niatnya. Dan sesorang itu
tergantung pada apa yang diniatkannya” (HR Bukhari-Muslim).
Dalam zikir juga demikian, langkah pertama yang harus kita lakukan
adalah meluruskan niat. Jadikan Allah Swt sebagai satu-satunya tujuan dari ibadah
yang kita lakukan tersebut, jangan ada embel-embel lain dan jangan salah tujuan.
Misalnya, berzikir karena ingin mendapat kemudahan dalam mencari nafkah, atau
supaya diberi kelancaran dalam menyelesaikan segala urusan.
Kedua, berusaha memahami makna lafal-lafal zikir dengan sebaik-
baiknya. Kalimat zikir yang kita ucapkan sangat singkat dan hanya terdiri dari dua
hingga empat suku kata. Jadi, untuk memahami artinya bukanlah suatu perkara
yang rumit.
Ketiga, mengosongkan ingatan dari segala suatu selain Allah. Artinya
adalah berusaha untuk melupakan semua urusan yang sudah dan akan dilakukan
setelah berzikir. lstilah lainnya adalah fokus dan berkonsentrasi. Hal ini sangat
sulit, namun bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Letak kesulitannya adalah
karena hidup kita dinamis dan tidak statis. Setiap saat kita pasti disibukkan
dengan beragam masalah, selesai yang satu, datang yang lain. Demikianlah
seterusnya seakan-akan tiada akhir. Hal ini wajar karena kita sebagai manusia
yang hidup di tengah-tengah masyarakat, kita pasti memiliki kewajiban yang
harus ditunaikan dan hak yang harus diperoleh. Ketika kewajiban belum selesai,
pikiran kita pasti terasa berat dan terbebani, dan ketika hak tidak kita dapatkan,
perasaan kita juga pasti resah dan tidak tenang.
Keempat, tidak lalai selama bezikir. Menurut lbnu Athalllah As-Sakandari,
orang yang lalai ketika berzikir bisa mendapatkan hukuman. Karena menurutnya,
orang itu sama dengan rakyat jelata yang duduk di hadapan raja tanpa etika. Hal
ini menarik untuk kita cermati karena sering terjadi pada kita dalam kehidupan
sehan hari. Tidak sedikit diantara orang yang berbuat seperti itu. Kita seringkali
mendapati pemandangan yang sangat ironis jika mengamati hubungan yang
terjadi antara bawahan dengan atasan dibandingkan dengan hubungan antara
manusia dengan Tuhannya. Banyak bawahan yang bersikap seolah mereka lebih
takut kapada atasan dibandingkan dengan Tuhan.
Kelima, berusaha mewujudkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam
ucapan zikir dalam sikap hidup. Bacaan-bacaan zikir yang kita tujukan kepada
Allah Swt hakikatnya memiliki dimensi moral yang harus kita praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dengan begitu, zikir tidak hanya menjadi ibadah
ritual yang dilakukan setelah mendirikan shalat wajib, akan tetapi juga menjadi
kekuatan yang dapat membentuk karakter dan kepribadian kita secara elegan. 5

E. Keutamaan berdzikir kepada Allah Swt.


Banyak orang yang masih menganggap remeh kegiatan dzikir atau mengingat
Allah. Mereka menganggap duduk diam sambil berzikir menyebut nama Allah
sebagai suatu kegiatan yang sia sia dan hanya membuang waktu percuma. Ini
terjadi karena sebagian besar manusia perhatiannya hanya tercurah pada
kehidupan dunia. Sebagian besar manusia hanya fokus pada kehidupan jangka
pendek, yaitu kehidupan dunia. Mereka merancang kehidupannya hanya sampai
hari tua, seluruh perhatian dan aktifitasnya dicurahkan untuk keberhasilan dan
kesuksesan hidup didunia. Mereka tidak peduli dengan kehidupan jangka panjang,
bahkan mereka ragu dengan adanya kehidupan akhirat yang abadi dan pertemuan
dengan Allah kelak.
Barang siapa yang mengharapkan berjumpa dengan Allah penguasa alam
semesta, maka saat pertemuan itu pasti terjadi. Barang siapa yang tidak
mengharap perjumpaan dengan Allah, maka di akhirat kelak dia tidak akan
berjumpa dengan-Nya, kesenangan dan kegembiraan hidupnya didunia ini telah
berakhir dengan datangnya kematian, diakhirat kelak ia akan dikumpulkan
dilembah neraka, hidup kekal abadi selamanya disana.
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya
waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Ankabut 5)

5
Ibid., hlm. 71-77.
Sedikit sekali orang yang paham dan mengerti bahwa saat ini mereka sedang
berada dalam perjalanan panjang yang tidak memiliki ujung, perjalanan panjang
yang tidak ada akhirnya. Sebagian besar manusia hanya tahu bahwa perjalanan ini
akan berakhir dengan datangnya kematian. Mereka tidak menyadari bahwa dibalik
kematian mereka masih harus menempuh perjalanan panjang yang tidak pernah
ada ujungnya, perjalanan panjang yang tidak pernah ada akhirnya. Mereka harus
melalui alam barzakh, padang mahsyar, hari berhisab, selanjutnya hidup kekal
abadi dilembah neraka atau ditaman syurga. Itulah perjalan panjang yang tidak
pernah ada akhirnya.
Perjalanan panjang yang kita lalui didunia maupun akhirat penuh dengan
halangan dan rintangan. Halangan dan rintangan itu akan menimbulkan berbagai
penderitaan dan rasa sakit yang berkepanjangan. Kita butuh kekuatan ekstra untuk
mengatasi berbagai halangan dan rintangan itu. Jika kita sanggup mengatasi
berbagai halangan dan rintangan yang datang menghadang kita akan mengalamai
kegembiraan dan kebahagiaan yang terus menerus.
Dengan ingat kepada Allah dan selalu berlindung pada-Nya kita akan
mendapat kekuatan ekstra menghadapi berbagai halangan dan rintangan yang
datang menghadang baik didunia maupun diakhirat. Orang yang selalu ingat pada
Allah akan mendapat kemudahan dalam mengatasi berbagai halangan dan
rintangan yang datang menghadang. Hal tersebut terjadi karena Allah selalu ingat
dan memperhatikan keadaan orang yang selalu ingat pada-Nya, Dia selalu siap
memberi pertolongan kepada orang yang selalu ingat pada-Nya. Firman Allah
dalam surat Al Baqarah 152 :
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku. (Al
Baqarah 152).

F. Konsep-konsep dzikir
Sebutan dan Nama Dalam BerdzikirUntuk mempermudah mengingat dzikir para
ulama memberi sebutan dzikir yangdigunakan dalam keadaan tertentu.
 Basmalah : diucapkan saat memulai sesuatu
 Hamdalah / Tahmid : diucapkan saat mengakhiri sesuatu
 Istigfar : diucapkan ketika melihat atau mendengar sesuatu yang
tidakdiinginkn atau untuk memohon ampun
 Hauqalah : diucapkan ketika melihat atau mendengar sesutu yang
dibenci.
 Tahlil / Syahadah : diucapkan memasukan orang non muslim
kedalam agamaislam/ bacaan wajib dalam shalat
 Tasbih : diucapkan ketika melihat atau mendenga kekuasaan
Allah2.

Anggota tubuh dalam berdzikirPada hakikatnya semua anggota tubuh pada


manusia dapat digunakan sebagai dzikirasalkan digunakan untuk bersyukur atau
mendekatkan diri kepada Allah. Sepertishalat, puasa, dan pergi haji. Tetapi para
ahli tasauf membagi dzikir itu dengan dua bagian :
1. Dzikir billisan : Berdzikir dengan menggunakan lidah dan menggerakan.
(HR. Al Baihaqi). Berdzikir dengan lisan ada dua cara, pertama
berdzikirdengan suara perlahan sekiranya hanya terdengar oeh telinga orang yang
berdzikir sebagaimana dalam firman Allah
“ Dan sebutlah nama tuhanmu
dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan
tidakmengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu
termasukorang-
orang yang lalai.”
(QS Al Araf : 205), dan cara kedua berzikir dengansuara keras sekira
erdengar telinga orang yang berdzikir dan orang yagdidekatnya.
2. Dzikir bilqolbi : berdzikir menggunakan hati dan sama sekali tidak
terdengaroleh telinga.

Keadaan dalam berdzikir dan larangannyaPada dasarnya berdzikir tidak


dibatasi dengan sesuatu apapun, karena mengingatkepada sang pencipta tidak
boleh dibatsi oleh apapun, kecuali ada hal-hal tertentuyang dilarang untuk
mengerjakannya.Berdzikir boleh dilakukan dalam kondisi berdiri, duduk, atau
berbaring.Sebagaiman firmannya
“ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah
Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring..”
(QS An-Nisa : 103).Ayat ini mengandung pengertian boleh berdzikir pada
waktu siang atau malam,didaratan atau dilautan, sedang berpergian dalam
kendaraan atau disuatu tempat dandalam kondisi apapun seperti sakit atau sehat,
sendiri atau ramai.Dzikir bilqolbi tidak ada larangan sama sekali, tetapi dzikir
billisan memilikilarangan tertentu:

 Berdzikir pada tempat yang bernajis seperti WC atau kamar mandi.


 Wanita yang haid atau orang yang sedang junub (hadats besar)
dilarangmembaca sesuatu yang diambil dari Al-Quran,
“Tidak menyentuhnyakecuali orang-orang yang disucikan. (QS. Al
Waqiah : 79).
 Orang yang sedang menjalankan maksiat kepada Allah, seperti
sedang berjudi,berzina atau meminum-minumah keras dengan
maksud mengejekAllah.4.

Tingkatan orang yang berdzikirDalam ilmu tasawuf, orang berdzikir terbagi atas
dua golongan :
Pertama : orang awam yang zikirnya hanya sebatas menyebut atau
mengingatAllah
Kedua : orang arifin, bagi mereka berdzikir wajib hukumnya bila
sekejapmereka lupa kepada Allah maka berdosa baginya dan dzikirnya bukan
sekedarmenyebut atau mengingat allah akan tetapi mendekatkan diri kepada zat
yagmaha esa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam bahasa arab, kata dzikir adalah bentuk turunan dari kata dzakara yang
berarti mengingat, menyebut,atau menghadirkan rekaman memori yang
tersimpan dalam ingatan. Dalam Al-Qur’an kata turunan dari dzakara ini
disebutkan 285 kali dalam berbagai bentuk dan tersebar tak kurang di 56
surah. Karena dalam bahasa arab dzakara adalah kata yang multi makna,
maka tidak heran kalau para ulama pun memberikan pengertian yang sangat
beragam terhadap kata zikir. Ibnu Athaillah As-Sakandari misalnya, ulama
abad ke-7 hijriah ini mendefinisikan zikir sebagai aktivitas melepaskan diri
dari kelalaian dengan senantiasa menghadirkan kalbu bersama Allah. Atau
mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun lewat lisan
2. Bentuk-bentuk dzikir
a) Dzikir Qalbiyah
b) Dzikir Aqliyah
c) Dzikir Amaliah
3. Manfaat dzikir, Implementasi dzikir dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual, cara berdzikir menurut tuntunan ajaran islam yaitu dilakukan
dengan hati dan lisan, dan dengan sendiri maupun kelompok. Dzikir memiliki
keutamaan salah satunya adalah dapat membuat hati jadi tenang. Dengan
contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah tentang dzikir dan waktu-waktu
yang disunahkan seperti shalat dan lain sebagainya.
4. Adab atau tata cara berdzikir
a) Pertama, dalam keadaan suci
b) Kedua, duduk bersila dengan khusyuk dan tunduk menghadap kiblat
c) Ketiga, sebaiknya mata sedikit dipejamkan
d) Keempat, melafalkan zikir secara perlahan dan penuh penghayatan
e) Kelima, diam dan jangan berbicara kecuali mengatakan hal yang
sangat perlu

B. Saran
Penulis berharap makalah yang kami buat ini memberikan manfaat bagi
banyak khalayak. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap pihak yang lebih mengetahui
tentang makalah kami berkenaan memberikan ilmunya demi kelengkapan
makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Junaidi Lukman. 2007. The Power of Wirid, Jakarta Selatan. Hikmah.
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://etheses.uin-

malang.ac.id/631/6/10410152%2520Bab

%25202.pdf&ved=2ahUKEwi7yLyUsLDhAhUVWysKHac7AP0QFjAHegQIBx

AL&usg=AOvVaw3DnEsLq0iIxIHcZxYhqNp2, diakses hari selasa, tgl (02 April

2019).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai