Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TAUHID FUNGSIONAL

Disusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Islam Terapan

Dosen Pengampu : Drs. THOIFURI, M.Ag.

Disusun oleh :

Nur Khoirrudin (2140310069)

Moh Dani Andriyanto (2140310070)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

TAHUN 2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan Allah.
Tauhid menurut (salafi) dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah, dan
asma wa sifat. Mengamalkan tauhid dan menyenang, sirik merupakankonsekuensi dari
kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang benar
tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid yang
tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan
dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi
orang-orang yang Allah kehendaki”
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telahmengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menilai): Sembahlah Allah (saja),dan jauhilah Thaghut itu (QS An Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya memuji Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS
At Taubah: 31)
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Ingatlah,hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-
3)

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Tauhid?
b. Macam-macam Tauhid?
c. Kedudukan Tauhid?
d. Aplikasi dan pengamalan Tauhid?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Tauhid
Para ulama Aqidah mendefinisikan tauhid sebagai berikut: Tauhid adalah
keyakinan tentang keesaan Allah SWT. dalam rububiyah-Nya, mengikhlaskan ibadah
hanya kepada-Nya serta menetapkan nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Dengan demikian maka biasa dikatakan bahwa tauhid terbagi menjadi empat macam
yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, Tauhid Mulkiyyah dan Tauhid Asma dan
Sifat. Kesimpulan ini diambil oleh para ulama setelah mereka meneliti dalil-dalil AL
Quran dan hadits yang terkait dengan keesaan Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk lebih
jelasnya akan dijabarkan dibawah ini masing-masing tauhid tersebut.1
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada yuwahhidu.
Secara etimologi, tauhid berarti keesaan.Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah
adalah Esa; Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang
digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti
“mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah.”2
Secara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal mencipta,
menguasai, mengatur dan memurnikan (mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selainNya serta menetapkan asma‟ul husna dan sifat
al-„ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Asal makna “tauhid”
ialah meyakinkan, bahwa Allah adalah “satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya. Oleh sebab
itu, sebab dinamakan “Ilmu Tauhid”, ialah karena bahagiannya yang terpenting,
menetapkan sifat “wahdah” (satu) bagi Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya
menciptakan alam seluruhnya dan bahwa Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam
ini dan penghabisan segala tujuan.3
Muhammad Abduh menjelaskan yang artinya: “Tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifatsifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat sifat yang
boleh disifatkan kepada Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan

1
Syaikh Sholih Al Fauzan, Aqidatu Tauhid, hal 15-16
2
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid,(Jakarta: RakaGrafindo Persada, 1996), hal 1
3
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (diterjemahkan oleh Firdaus AN), (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) h.5

3
pada Nya. Juga membahas tentang rasulrasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa
yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada diri mereka.”4
2. Macam-macam Tauhid
1. Tauhid rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan
makhluk dan mengatur seluruh realitas kehidupan. Benar bahwa dalam
kehidupan ini ada hukum alam, ada hukum sebab-akibat, tapi semuanya tetap
berada dalam pengaturan Allah. Orang-orang yang meyakini bahwa realitas
kehidupan ada dengan sendirinya dan segala sistem kehidupan berjalan tanpa
ada kendali dan pengaturan dari Allah berarti dia melakukan kesalahan/
kesesatan dan bertentangan dengan tauhid rububiyyah.
2. Tauhid uluhiyyah, yaitu meyakini bahwa hanya Allah-lah Dzat Tuhan yang
benar (haq) dan wajib disembah dan melakukan penyembahan/pemujaan
hanya kepada-Nya. Orang-orang yang melakukan penyembahan selain kepada
Allah atau menduakan Allah berarti melakukan kesalahan/kesesatan karena
melakukan hal yang bertentangan dengan tauhid uluhiyyah.
3. Tauhid mulkiyyah, yaitu meyakini hanya Allah-lah penguasa yang wajib
ditaati segala aturannya. Orang-orang yang memuja dan mensakralkan
pemimpin apalagi sampai mentaati perintahnya yang bertentanga dengan
aturan Allah berarti ia melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan
dengan tauhid mulkiyyah.
4. Tauhid asma wa sifat, meyakini bahwa Allah mempunyai nama dan sifat-sifat
sebagaimana dijelaskan oleh Allah sendiri dalam kitab suci al-Quran dan
melalui penjelasan Nabi Muhammad SAW (dalam al-Hadis), tanpa
menambah dan menyerupakan sifat dan nama Allah itu dengan nama dan
sifat-sifat makhluk. Orang-orang yang tak mempercayai, mengubah, atau pun
menyerupakan sifat dan nama Allah dengan makhluk berarti ia melakukan
kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid asma wa sifat.5

3. Kedudukan Tauhid
4
Yusman Asmuni, hal 1
5
Luthfi Naufal, Tauhidullah: Menghayati kehadiran Allah( Depok, september 2014) hal.4-5

4
1. Tauhid Adalah tujuan penciptaan manusia
Allah berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah
di ayat ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah
sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat
dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan
manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh saja. Tidaklah mereka
diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang
senang belaka.
Sebagaimana firman Alloh
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan,
tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.”
(Al Anbiya: 16-17).
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-
Mu’minun: 115)

2. Tauhid adalah tujuan di utusnya para Rosul


Alloh berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiaptiap umat
(untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36).
Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi
terakhir Nabi kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Alloh untuk
mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Alloh semata dan tidak
memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun.

3. Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama


Alloh berfirman, “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak

5
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa:
36). Dalam ayat ini Alloh menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal
pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak
menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada orang tua
serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap
sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak menyepelekan hak-hak
Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Alloh semata.

4. Aplikasi dan Pengamalan Tauhid


Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh dalam bukunya fathul majid (1994: 22-
24) menjelaskan bahwa tauhid dalam Al-Qur’an terdiri dari 2 bentuk yaitu:
a. Tauhid Khabari, maksudnya adalah Allah Swt mengabarkan atau
menginformasikan ke-esaan-Nya kepada manusia baik ke-Esaan Rububiyah-
Nya maupun ke-esaan Uluhiyah-Nya.
b. Tauhid Thalaby maksudnya adalah setelah Allah menginformasikan dan
menunjukan ke-esaan-Nya, Dia menuntut agar manusia mengakui ke-esaan-
Nya dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan menunjukannya dalam bentuk
amal perbuatan (Tauhid Amal). Barang siapa yang belummelaksanakan tauhid
ini, maka ia belum beribadah (menghamba kepada Allah).
Adapun tujuan Allah menciptakan manusia seperti yang terdapat dalam ayat-ayat
al-Qur’an sebagai berikut:
A. Sebagai saksi Allah
Keberadaan manusia sebagai saksi Allah di muka bumi sudah merupakan
rancang bangun dan cetak bitu dalam sejarah penciptaan manusia, seperti
dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-A’raaf ayat 172:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini tuhanmu?” mereka menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”(kami lakukan yang
demikian ini) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya

6
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)”.
Sebagai saksi Allah, manusia dituntut mengaplikasikan tauhid tersebut
dalam bentuk:
1. Bersaksi tentang ke-esaan Zat Allah, seperti:
a. Syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah,
b. Tasbih, yaitu mensucikan Allah,
c. Tahmid, yaitu bahwa segala puji-pujian hanya milik Allah,
d. Takbir, yaitu bahwa Allah maha besar
e. Ta’zhim, yaitu bahwa tiada daya kecuali bersama Allah.
2. Mempersaksikan ke-esaan Allah dan sifat-sifat Allah yang indah
(asma’ jamaliyah) kepada makhluk-makhluk lain di alam sekitar.

B. Sebagai Hamba/Abdi Allah Swt


Sekalipun menusia lebih sempurna dari yang lain, manusia juga adalah
makhluk Allah, sama seperti Makhluk-makhluk lainnya. Karena itu sebagai
hamba Allah, manusia dituntut untuk menjadikan seluruh aktifitas hidupnya
sebagai upaya pengabdian diri kepada Allah. Hal ini di tegaskan dalam al-
Qur’an surat Adz-Dzariyaat ayat 56:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi
kepada-Ku”.
Pada prinsipnya, bentuk aplikasi atau pengamalan tauhid sebagai
abdi/hamba Allah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan totalitas hidup sebagai penghambaan diri kepada Allah
semata, yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa hidup dan
kehadiran kita di dunia ini bukanlah atas kehendak dan kemauan kita
sendiri, melainkan karena kehendak dan kemauan Allah Swt. Karena itu
manusia dalam hidupnya tidak boleh berbuat dan berperilaku sekehendak
hatinya, tetapi dituntut untuk berperilaku sesuai dengan kehendak dan
kemauan Allah Swt.
2. Berlindung dan berdoa hanya kepada Allah Swt

7
Dengan mengetahui dan mengakui bahwa hanya Allah satu-
satunya yang maha kuasa dan menentukan kehidupan setiap makhluk,
maka seorang muslim di dalam hidupnya hanya akan memohon
perlindungan kepada Allah. Seperti yang di perintahkan Allah dalam surat
Al-Falaq ayat 1-5 dan Surat An-Naas ayat 1-6.
3. Tawakkal hanya kepada Allah Swt
Tawakkal adalah menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha
yang dilakukan kepada Allah Swt serta berserah diri sepenuhnya kepada-
Nya untuk mendapat manfaat atau menolak yang mudharat.

C. Sebagai Khalifah di muka bumi


Selain sebagai Hamba Allah, manusia diciptakan Tuhan adalah untuk
menjadi khalifah di muka bumi. Seperti dijelaskan dalam surat Al-Baqarah
ayat 30:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifat) di bumi itu,
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”.
Sebagai khalifah, manusia berkewajiban memelihara, melestarikan dan
memakmurkan bumi. Artinya, manusia wajib mengolah dan merekayasa bumi
untuk bermanfaat bagi kemaslahatan manusia dan makhluk-makhluk alam
lainnya. Manusia juga wajib memelihara keseimbangan ekosistem lingkungan
dan alam.6

6
Hadis, Salamuddin, Theologi Islam Ilmu Tauhid (Agustus 2016) hal 142-157

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologi, tauhid berarti keesaan.Maksudnya, iktikad atau keyakinan
bahwa Allah adalah Esa; Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid
yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti
“mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah.”
Secara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal mencipta,
menguasai, mengatur dan memurnikan (mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selainNya serta menetapkan asma‟ul husna dan sifat
al-„ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Tauhid terbagi
menjadi empat macam yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, Tauhid Mulkiyyah
dan Tauhid Asma dan Sifat
Kududukan Tauhid: Tauhid Adalah tujuan penciptaan manusia, Tauhid adalah
tujuan di utusnya para Rosul, Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan
pertama.
Allah menciptakan manusia memiliki tujuan yaitu sebagai saksi Allah, sebagai
hamba Allah, sebagai khalifah di muka bumi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hadis, Salamuddin, Theologi Islam Ilmu Tauhid (Agustus 2016)

Luthfi Naufal, Tauhidullah: Menghayati kehadiran Allah( Depok, september 2014)

Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (diterjemahkan oleh Firdaus AN), (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996)

Syaikh Sholih Al Fauzan, Aqidatu Tauhid,

Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid,(Jakarta: RakaGrafindo Persada, 1996)

10

Anda mungkin juga menyukai