TAUHID FUNGSIONAL
Disusun oleh :
TAHUN 2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan Allah.
Tauhid menurut (salafi) dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah, dan
asma wa sifat. Mengamalkan tauhid dan menyenang, sirik merupakankonsekuensi dari
kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang benar
tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid yang
tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan
dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi
orang-orang yang Allah kehendaki”
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telahmengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menilai): Sembahlah Allah (saja),dan jauhilah Thaghut itu (QS An Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya memuji Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS
At Taubah: 31)
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Ingatlah,hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-
3)
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Tauhid?
b. Macam-macam Tauhid?
c. Kedudukan Tauhid?
d. Aplikasi dan pengamalan Tauhid?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tauhid
Para ulama Aqidah mendefinisikan tauhid sebagai berikut: Tauhid adalah
keyakinan tentang keesaan Allah SWT. dalam rububiyah-Nya, mengikhlaskan ibadah
hanya kepada-Nya serta menetapkan nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Dengan demikian maka biasa dikatakan bahwa tauhid terbagi menjadi empat macam
yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, Tauhid Mulkiyyah dan Tauhid Asma dan
Sifat. Kesimpulan ini diambil oleh para ulama setelah mereka meneliti dalil-dalil AL
Quran dan hadits yang terkait dengan keesaan Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk lebih
jelasnya akan dijabarkan dibawah ini masing-masing tauhid tersebut.1
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada yuwahhidu.
Secara etimologi, tauhid berarti keesaan.Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah
adalah Esa; Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang
digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti
“mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah.”2
Secara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal mencipta,
menguasai, mengatur dan memurnikan (mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selainNya serta menetapkan asma‟ul husna dan sifat
al-„ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Asal makna “tauhid”
ialah meyakinkan, bahwa Allah adalah “satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya. Oleh sebab
itu, sebab dinamakan “Ilmu Tauhid”, ialah karena bahagiannya yang terpenting,
menetapkan sifat “wahdah” (satu) bagi Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya
menciptakan alam seluruhnya dan bahwa Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam
ini dan penghabisan segala tujuan.3
Muhammad Abduh menjelaskan yang artinya: “Tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifatsifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat sifat yang
boleh disifatkan kepada Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan
1
Syaikh Sholih Al Fauzan, Aqidatu Tauhid, hal 15-16
2
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid,(Jakarta: RakaGrafindo Persada, 1996), hal 1
3
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (diterjemahkan oleh Firdaus AN), (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) h.5
3
pada Nya. Juga membahas tentang rasulrasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa
yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada diri mereka.”4
2. Macam-macam Tauhid
1. Tauhid rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan
makhluk dan mengatur seluruh realitas kehidupan. Benar bahwa dalam
kehidupan ini ada hukum alam, ada hukum sebab-akibat, tapi semuanya tetap
berada dalam pengaturan Allah. Orang-orang yang meyakini bahwa realitas
kehidupan ada dengan sendirinya dan segala sistem kehidupan berjalan tanpa
ada kendali dan pengaturan dari Allah berarti dia melakukan kesalahan/
kesesatan dan bertentangan dengan tauhid rububiyyah.
2. Tauhid uluhiyyah, yaitu meyakini bahwa hanya Allah-lah Dzat Tuhan yang
benar (haq) dan wajib disembah dan melakukan penyembahan/pemujaan
hanya kepada-Nya. Orang-orang yang melakukan penyembahan selain kepada
Allah atau menduakan Allah berarti melakukan kesalahan/kesesatan karena
melakukan hal yang bertentangan dengan tauhid uluhiyyah.
3. Tauhid mulkiyyah, yaitu meyakini hanya Allah-lah penguasa yang wajib
ditaati segala aturannya. Orang-orang yang memuja dan mensakralkan
pemimpin apalagi sampai mentaati perintahnya yang bertentanga dengan
aturan Allah berarti ia melakukan kesalahan/kesesatan dan bertentangan
dengan tauhid mulkiyyah.
4. Tauhid asma wa sifat, meyakini bahwa Allah mempunyai nama dan sifat-sifat
sebagaimana dijelaskan oleh Allah sendiri dalam kitab suci al-Quran dan
melalui penjelasan Nabi Muhammad SAW (dalam al-Hadis), tanpa
menambah dan menyerupakan sifat dan nama Allah itu dengan nama dan
sifat-sifat makhluk. Orang-orang yang tak mempercayai, mengubah, atau pun
menyerupakan sifat dan nama Allah dengan makhluk berarti ia melakukan
kesalahan/kesesatan dan bertentangan dengan tauhid asma wa sifat.5
3. Kedudukan Tauhid
4
Yusman Asmuni, hal 1
5
Luthfi Naufal, Tauhidullah: Menghayati kehadiran Allah( Depok, september 2014) hal.4-5
4
1. Tauhid Adalah tujuan penciptaan manusia
Allah berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah
di ayat ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah
sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat
dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan
manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh saja. Tidaklah mereka
diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang
senang belaka.
Sebagaimana firman Alloh
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan,
tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.”
(Al Anbiya: 16-17).
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-
Mu’minun: 115)
5
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa:
36). Dalam ayat ini Alloh menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal
pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak
menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada orang tua
serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap
sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak menyepelekan hak-hak
Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Alloh semata.
6
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)”.
Sebagai saksi Allah, manusia dituntut mengaplikasikan tauhid tersebut
dalam bentuk:
1. Bersaksi tentang ke-esaan Zat Allah, seperti:
a. Syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah,
b. Tasbih, yaitu mensucikan Allah,
c. Tahmid, yaitu bahwa segala puji-pujian hanya milik Allah,
d. Takbir, yaitu bahwa Allah maha besar
e. Ta’zhim, yaitu bahwa tiada daya kecuali bersama Allah.
2. Mempersaksikan ke-esaan Allah dan sifat-sifat Allah yang indah
(asma’ jamaliyah) kepada makhluk-makhluk lain di alam sekitar.
7
Dengan mengetahui dan mengakui bahwa hanya Allah satu-
satunya yang maha kuasa dan menentukan kehidupan setiap makhluk,
maka seorang muslim di dalam hidupnya hanya akan memohon
perlindungan kepada Allah. Seperti yang di perintahkan Allah dalam surat
Al-Falaq ayat 1-5 dan Surat An-Naas ayat 1-6.
3. Tawakkal hanya kepada Allah Swt
Tawakkal adalah menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha
yang dilakukan kepada Allah Swt serta berserah diri sepenuhnya kepada-
Nya untuk mendapat manfaat atau menolak yang mudharat.
6
Hadis, Salamuddin, Theologi Islam Ilmu Tauhid (Agustus 2016) hal 142-157
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi, tauhid berarti keesaan.Maksudnya, iktikad atau keyakinan
bahwa Allah adalah Esa; Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid
yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti
“mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah.”
Secara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal mencipta,
menguasai, mengatur dan memurnikan (mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selainNya serta menetapkan asma‟ul husna dan sifat
al-„ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Tauhid terbagi
menjadi empat macam yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, Tauhid Mulkiyyah
dan Tauhid Asma dan Sifat
Kududukan Tauhid: Tauhid Adalah tujuan penciptaan manusia, Tauhid adalah
tujuan di utusnya para Rosul, Tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan
pertama.
Allah menciptakan manusia memiliki tujuan yaitu sebagai saksi Allah, sebagai
hamba Allah, sebagai khalifah di muka bumi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (diterjemahkan oleh Firdaus AN), (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996)
10