Anda di halaman 1dari 11

Kerangka Berpikir Aliran Ilmu Kalam

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Tauhid/Aqidah

Dosen Pengampu: Drs. H. Yaya, M.Ag

Disusun Oleh:

Ariva Wijayanti 1214060016

Argha Wiguna Hasbullah 1214060015

Boy Fauzan Zefany 1214060026

Dinovan Shiamsandy Putra 1214060035

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI HUBUNGAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam, karena atas
segala karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, mata
kuliah Ilmu Tauhid/Aqidah mengenai Kerangka Berpikir Aliran-Aliran Ilmu
Kalam. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, tabiin tabiit tabiin, juga sampai pada kita
semua selaku umat yang mengikuti ajarannya.

Selesainya makalah ini tiada lain karena berkat ridho dan pertolongan
Allah SWT. Serta bimbingan dari dosen pengampu Drs. H. Yaya, M.Ag dan juga
tidak lepas dari kerjasama anggota kelompok yang telah ikut andil bersama dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami berharap para mahasiswa dan pembaca sekalian tidak merasa puas
dengan hasil dari penelitian yang kami lakukan ini, tetapi terus mencari dan
menggali literatur yang berkaitan dengan persoalan-persoalan lain yang serupa.

Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari dalam makalah yang


kami buat ini jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami khususnya, dan bermanfaat juga bagi para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………...

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...

2.1 Munculnya Aliran Kalam…………………………………………..

2.2 Kerangka Berpikir Aliran-Aliran Ilmu Kalam…………………….

1. Aliran …………………………………………….

2. Aliran ………………………………………………

3.

4.

BAB III PENUTUP……………………………………………………………

3.1 Simpulan…………………………………………………………………….

3.2 Saran………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Kalam adalah salah satu bentuk ilmu keislaman, kajian dalam ilmu
kalam terfokus pada aspek ketuhanan (devesivasinya) atau bentuk karena itu
disebut teologi dialetika dan rasional. Secara harfiah kata kalam berarti
pembicaraan tetapi bukan dalam arti pembicaraan sehari-hari (omongan)
melainkan pembicaraan yang bernalar dan logika (akal). Maka dari itu, dalam
mempelajari ilmu kalam kita akan dihadapkan pada beberapa aliran kalam dan
kerangka-kerangka berfikir kalam dengan membawa pemikiran masing-masing

Oleh karena itu, diperlukan kajian-kajian mengenai pemikiran-pemikiran dari


masing-masing golongan agar kita dapat mengetahui dan juga mengambil sikap
yang tepat dalam menghadapi perbedaan aliran kalam tersebut, karena kita
sebagai seorang muslim yang baik tidak diperbolehkan fanatik dengan aliran kita
sendiri (primordialisme). Perlu adanya pemahaman yang menyeluruh dan sikap
toleransi bilamana ada perbedaan aliran.

Ilmu kalam adalah salah satu yang dibahas dari bidang ilmu kajian Islam yang
diantara lain adalah ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu
kalam. Dalam mengkaji dan membahas materi kalam ini terdapat berbagai macam
cara untuk memahaminya dikalangan umat Islam. Karena alasan diataslah hal-hal
yang melatar belakangi penulisan makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang akan dipaparkan
adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengertian ilmu kalam dan proses munculnya aliran ilmu


kalam?
2. Apa saja pemikiran/aliran-aliran dalam ilmu kalam?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami pengertian ilmu kalam dan proses munculnya ilmu


kalam itu sendiri.
2. Untuk mengetahui pemikiran/aliran-aliran dalam ilmu kalam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Pemikiran Kalam dalam Islam

Sebuah kenyataan pahit dalam sejarah umat Islam dimana munculnya Ilmu
Kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan
Khalifah Utsman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Mu‘awiyah atas
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Perseteruan antara Mu‘awiyah dan Ali bin Abi
Thalib memuncak sehingga terjadi Perang yang dikenal dalam sejarah dengan
Perang Shiffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase) yaitu solusi
untuk mendamaikan kedua belah pihak namun dijadikan alat politik untuk
memecah kubu Khalifah Ali bin Abi Thalib menjadi dua bagian yaitu Syi‘ah dan
Khawarij.

Sikap Ali yang menerima tipu muslihat politik Amr bin Ash, utusan dari
pihak Mu‘awiyah dalam peristiwa tahkim, membuat kekecewaan dari pihak yang
sebelumnya mendukung Ali bin Abi Thalib, lalu meningg- alkan barisannya
karena memandang Ali bin Abi Tholib telah berbuat kesalahan fatal. Dalam
sejarah Islam, kubu yang meninggalkan barisan Ali dikenal dengan sebutan
Khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri atau secerders.
Sedangkan, sebagian besar pasukan yang membela dan tetap mendukung Ali
menamakan dirinya sebagai kelompok Syi‘ah. Dari sinilah kelak akan menjadi
pupuk penyubur kebangkitan aliran-aliran kalam lainnya.

Perbedaan pendapat di dalam masalah objek teologi sebenarnya berkaitan


erat dengan metode bepikir aliran-aliran Ilmu Kalam dalam menguraikan objek
pengkajian (persoalan- persoalan kalam). Perbedaan cara berpikir secara garis
besar dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu metode bepikir rasional dan
metode berpikir tradisional. Metode berpikir rasional memiliki prinsip berikut ini:
1. Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas disebut
dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Yakni ayat yang gathi
2. (ayat yang tidak boleh disamakan dengan arti lain).
2. Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan
berkehendak.Serta memberikan daya yang kuat kepada akal.
Adapun metode berpikir tradisional memiliki prinsip berikut ini:

1. Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti zhanni (yang
boleh mengandung arti lain selain dari arti harfinya).
2. Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat.
3. Memberikan daya yang kecil kepada akal.

Perbedaan metode berfikir secara garis besar dibagi menjadi dua macam,
yaitu teologi rasional memberikan peranan yang besar terhadap akal. Adapun
teologi tradisional memberikan peranan yang kecil terhadap akal. Disamping
pengkategorian tersebut dikenal pula pengkategorian akibat adanya perbedaan
kerangka berfikir dalam menyelesaikan persoalan ilmu kalam.

1. Aliran Antroposentris

Aliran antroposentis menganggap bahwa hakikat realitas trensenden


bersifat intrakosmos dan impersonal. Tugas manusia dalam aliran ini adalah
melepaskan unsur natural yang jahat. Dengan demikian, manusia harus mampu
menghapus kepribadian kemanusiaannya untuk meraih kemerdekaan dari lilitan
naturalnya. Manusia seperti ini berpandangan negatif terhadap dunia karena
menganggap keselamatan dirinya terletak pada kemampuannya membuang semua
hasrat keinginannya. Sementara, ketakwaannya lebih diorientasikan pada praktik
praktik pertapaan dan konsep dalam realita impersonalnya. Namun, Anshari
menganggap manusia yang berpandangan antroposentris sebagai sufi adalah
mereka yang berpandangan mistis dan statis. Padahal manusia antroposentris
sangat dinamis karena menganggap hakikat realitas transenden yang bersifat
intrakosmos dan impersonal datang kepada manusia dalam bentuk daya sejak
manusia lahir. Daya itu berupa potensi yang menjadikannya mampu membedakan
suatu hal yang baik dan hal yang jahat. Berkenaan dengan daya tersebut, manusia
yang memilih kebaikan pasti akan mendapatkan keuntungan yang berupa surga,
sedangkan manusia yang memilih keburukan pasti akan mengalami kerugian.
Aliran teologi yang termasuk dalam kategori ini adalah Qadariyah, Mu’tazilah,
dan Syi’ah. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemardekaan dan
kebesan dalam menentukan perjalanan hidupnya.

2. Teolog Teosentris

Aliran ini menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat


suprakosmos, personal, dan ketuhanan. Arti kata “teosentris” di dalam KBBI
berarti berpusat kepada Tuhan. Manusia yang menganut aliran ini adalah manusia
yang statis kerena sering terjebak dalam kepasrahan mutlak kepada Tuhan.
Menurut aliran ini segala bentuk perbuatan yang dilakukan manusia hakikatnya
adalah aktivitas Tuhan. Sehingga manusia tidak mempunyai pilihan lain, kecuali
apa yang sudah ditetapkan oleh Tuhan.

Aliran ini juga menganggap bahwa daya yang dimiliki manusia itu berasal dari
Tuhan. Sehingga sewaktu-waktu akan ada perbuatan baik atau jelek apabila daya
tersebut datang pada manusia. Aliran yang termasuk ke dalam teologi ini salah
satunya ialah jabariah.

3. Aliran Konvergensi

Konvergensi adalah sebuah hukum yang berasal dari ahli psikologi Jerman
bernama Williams Stern, bahwa pembawaan dan lingkungan kedua- duanya
menentukan perkembangan manusia. Menurut Djumransjah, teori konvergensi
ialah teori yang ingin mengompromikan dua macam aliran yang eksterm, yaitu
aliran empirisme dan aliran nativisme, dimana pembawaan dan lingkungan sama
pentingnya, kedua-duanya sama berpengaruh terhadap hasil perkembangan anak
didik.

Aliran konvergensi mengnggap hakikat realitas transenden bersifat supra


sekaligus intrakosmos, personal dan ipersonal, lahut dan nashut, makhluk dan
Tuhan, sayang dan jahat, lenyap dan abadi, tampak dan abstrak, dan sifat lain
yang dikotomik. Aliran ini juga berkeyakinan bahwa hakikat daya manusia
merupakan proses kerja sama antara daya yang transendental (Tuhan) dalam
bentuk kebijaksanaan dan daya temporal (manusia) dalam bentuk teknis.
Dampaknya, ketika daya manusia tidak berpartisipasi dalam proses peristiwa yang
terjadi pada dirinya, daya yang transendental yang memperoses suatu peristiwa
yang terjadi pada dirinya.

Oleh karena itu, ia tidak memperoleh pahala atau siksaan dari Tuhan.
Konsekuensinya, manusia akan mendapat pahala atau siksaan dari Tuhan
sebanyak andil temporalnya dalam mengaktualkan peristiwa tertentu. Aliran yang
termasuk kedalam teologi ini adalah Asy’ariyah.

4. Aliran Nihilis

Aliran Nihilis menganggap bahwa hakikat realitas transendental hanyalah


ilusi. Aliran ini pun menolak Tuhan yang mutlak, tetapi menerima berbagai
variasi Tuhan kosmos. Menurut aliran ini manusia hanyalah bintik kecil dari
aktivitas mekanisme dalam suatu masyarakat yang serba kebetulan. Kekuatan
terletak pada kecerdikan diri manusia sendiri sehingga mampu melakukan yang
terbaik dari tawaran yang buruk.

Dalam aliran ini bahwasannya Tuhan tidak mempunyai sifat mutlak.


Hakikat prioritasnya nihil semuanya/nonsense. Aliran Nihils menganggap bahwa
hakekat realitas transcendental hanyalah ilusi. Aliran ini juga menolak tuhan yang
mutlak, tetapi menerima berbagai variasi tuhan kosmos. Manusia hanyalah bintik
kecil dari aktivitas mekanisme dalam suatu masyarakat yang serba kebetulan.
Kekuatan terletak pada kecerdikan diri sendiri manusia, sehingga mampu
melakukan yang terbaik dari tawaran yang terburuk. Idealnya manusia
mempunyai kebahagiaan bersifat fisik yang merupakan titik sentral perjuangan
manusia
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Aliran-aliran kalam lahir karena adanya persoalan politik dan aqidah.


Perbedaan pemahaman-pemahaman. Perbedaan kerangka berpikir dalam
menyelesaikan persoalan kalam dikategorikan menjadi :

• Aliran Antroposentris

• Teolog Teosentris

• Aliran Konvergensi atau Sintesis

• Aliran Nihilis

3.2 Saran

Kami sebagai penulis makalah ini menyadari masih terdapat banyak


kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah kami yang jauh lebih baik dimasa yang
akan dating.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono & Bashori. Studi Ilmu Tauhid/Kalam. (Malang: UIN-Maliki Press,


2010) Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu kalam (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2012)

Anda mungkin juga menyukai