Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDY ULUMUL QUR’AN DAN TAFSIR TARBAWI


RASMUL AL-QUR’AN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Study Ulumul Qur’an Dan Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu Dr. H. Matkur, S.Pd.I,M.Si.

Disusun oleh:
Eva Sulviah T20178043
Susi Faheliyatul Hasanah 201101080003
A. Yusril Ubaidillah 201101080006
Salsabila Elfirida 201101080014

TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan nikmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Rasmul Al-Qur’an” secara lancar dan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Qur’an dan Tafsir
Tarbawi dan bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Dr. H. Matkur,
S.Pd.I,M.Si. Dan kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
sangat diharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi terciptanya kesempurnaan makalah
ini.

Jember, 07 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. ii
BAB I .........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................3
A. Pengertian Rasmul Al-Qur’an ...........................................................................................................3
B. Kaidah-kaidah Rasmul Al-Qur’an .....................................................................................................4
C. Pendapat Tentang Rasmul Al-Qur’an................................................................................................7
D. Kaitan Rasmul Al-Qur’an Dengan Qira’at ........................................................................................8
E. Urgensi Dan Kegunaan Mempelajari Rasmul Al-Qur’an................................................................10
BAB III ....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran diturunkan secara bertahap. Setiap kali ada ayat turun, Rasulullah
SAW segera menyampaikannya kepada umat, dan memerintahkan untuk menulisnya.
Diantara sahabat, ada yang langsung menghafal ayat al-Qur'an setiap kali turun. Ada
pula yang hanya menulisnya, dan Rasulullah menuntun penulisan itu sesuai dengan
urutan surat dan ayat. Ketika Rasulullah SAW wafat, Al-Qur'an tidak terkumpul
dalam satu buku (mushaf), melainkan tersimpan dalam dada para sahabat, terukir
diatas lembar-lembar para penulis wahyu. Pada saat itu para penghafal al-Qur'an
sangat banyak, dan ada yang hafal secara keseluruhan.
Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang
mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf
yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani. Tulisan
al-Quran ‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman ra.
(Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Quran yang
dilakukan oleh Zaid bin Tsabit dan team yang telah dibentuk dan disetujui oleh
Ustman, pada tahun 25 H. Oleh karena itu para Ulama menyebutkan cara penulisan
ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’.
Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang
berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari
Rasulullah), mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah
menerangkan kepada salah satu Kuttab (juru tulis wahyu) yaitu Mu’awiyah tentang
tatacara penulisan wahyu. diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini
adalah Ibnul al-Mubarak dalam kitabnya “al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “
Abdul ‘Aziz al-Dibagh”, “bahwa tlisan yang terdapat pada Rasm ‘Utsmani semuanya
memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil,
sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalh mu’jizat begitupula tulisannya”.
Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani
bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rasmul Qur’an?
2. Bagaimana kaidah-kaidah rasmul Qur’an?
3. Bagaimana pendapat tentang rasmul Qur’an?
4. Bagaimana kaitan rasmul Qur’an dengan qira’at?
5. Apa urgensi dan kegunaan mempelajari rasmul Qur’an?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian rasmul Qur’an
2. Untuk mengetahui kaidah-kaidah rasmul Qur’an
3. Untuk mengetahui pendapat tentang rasmul Qur’an
4. Untuk mengetahui kaitan rasmul Qur’an dengan qira’at
5. Untuk mengetahui urgensi dan kegunaan mempelajari rasmul Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasmul Al-Qur’an


Kata rasm terdiri dari tiga huruf ‫ ﺭ ﺱ ﻡ‬adalah bentuk masdar dari fi’il ‫ ﺭﺳﻡ‬,
yang berarti digambar atau dilukis. Dapat juga diartikan bekas atau tulisan. Pengertian
rasmul Al-Qur’an secara terminologi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Muhammad Abd. Azim Al-Zarqaniy
Rasmul Al-Qur’an merupakan tata cara menuliskan Al-Qur’an yang
ditetapkan pada masa khalifah Utsan bin Affan yang ditulis dengan
kaidah-kaidah tertentu.
2. Majma Al-Buhus Al-Ismiyyah
Rasmul Al-Qur’an merupakan ketentuan atau pola yang digunakan
Utsman bin Affan bersama sahabat-sahabat lainnya dalam penulisan Al-
Qur’an, berkaitan dengan huruf-hurufnya, yang terdapat dalam mushaf-
mushaf yang dikirim ke berbagai daerah dan kota serta mushaf yang
berada di tangan Utsman sendiri.
3. Manna Khalil Al-Qattan
Rasmul Al-Qur’an diidentikkan dengan nama rasm Utsmani yaitu metode
khusus penulisan Al-Qur’an yang dilakukan Zaid bin Tsabit yang
mendapat persetujuan Utsman.1

Berdasarkan pengertian di atas, maka jelaslah bahwa rasm Al-Qur’an atau


rasm al-Mushaf adalah suatu metode atau cara penulisan Al-Qur’an berdasarkan
kaidah-kaidah atau pola penulisan Al-Qur’an yang dipergunakan oleh khalifah
Utsman bin Affan dan sahabat-sahabatnya dalam menulis dan membukukan Al-
Qur’an. Dalam kitab Manahil al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an juga disebutkan
pengertian Rasm Al-Qur’an atau Mushaf.

‫ﻋ ْﻧﻪُ َﻓﻰ ﻛﺗَﺎ َﺑﺔ ﻛَﻠ َﻣﺎﺕ‬


َ ‫ﻋ ْﺛ َﻣﺎﻥ ﺭﺿﯨﺎ‬ َ َ‫ﺿ ُﻊ ﺍﻟﺩﻯ ﺍﺭﺗ‬
ُ ‫ﺿﺎﻩ‬ ْ ‫ﺍﻟﻭ‬ ْ ‫َﺭ ْﺳ ُﻡ ْﺍﻟ ٌﻣ‬
َ ‫ﺻ َﺣﻑ ﻳ َُﺭﺍﺩُﺑﻪ‬
َ ‫ﺍﻟﻘُ ْﺭ‬
‫ﺁﻧﻭ ُﺣ ُﺭﻭﻑ‬

“Rasm mushaf yang dimaksud disini adalah kaidah yang disepakati oleh
Utsman RA. dalam penulisan kalimat-kalimat Al-Qur‟an dan hurufnya”.2

1
Muhammad Yusuf, Bahasa Arab Bahasa Al-Qur’an (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), 264-265.
Dari definisi di atas maka Rasm Utsmani adalah penulisan Al-Qur’an yang
telah disetujui oleh Utsman bin Affan yang mana dalam suhuf Abu Bakar sendiri
adalah hasil dari pengumpulan naskah-naskah para penulis wahyu Rasulullah saw.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa rasm utsmani tidak berbeda dengan rasm
yang ditulis oleh para penulis wahyu Rasulullah saw.3

B. Kaidah-kaidah Rasmul Al-Qur’an


Rasm Usmani disebut juga Rasmul Al-Qur‟an atau Rasm Usman adalah tata
cara menuliskan Al-Qur‟an yang ditetapkan pada masa khlalifah Utsman bin Affan.
Istilah rasmul Al-Qur‟an diartikan sebagai pola penulisan Al-Qur‟an yang digunakan
Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-
Qur‟an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari, Mus bin
zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits.4
Mushaf Usman ditulis dengan kaidah tertentu. Kaidah ini teringkas dalam
enam kaidah;
1. Penghapusan (al-Hadzf), seperti penghapusan huruf-huruf sebagai berikut:
a. Huruf alif yang terdapat pada ya’ nida’ (ya’ seruan) sebagaimana
yang tercantum dalam bunyi ayat ‫ﻳﺎﺍﻳﻬﺎ ﺍﻟﻧﺎﺱ‬, huruf alif yang
terdapat pada ha at-tanbih (peringatan) sebagaimana tercantum
dalam bunyi ayat ‫ ﻫﺎﻧﺗﻡ ﻫﺅﻻء‬. huruf alif yang terdapat ‫ ﻧﺎ‬apabila

diikuti oleh suatu dhamir, seperti ‫ ﺍﻧﺟﻳﻧﻛﻡ‬dan ‫ ﻭﺍﺗﻳﻧﻪ‬huruf alif


terdapat setiap bentuk jama’ shahih, baik untuk jama’ mudzakkar
atau jama’ muannats seperti ‫ ﺍﻟﻣﺳﻠﻣﺎﺕ‬serta huruf alif yang terdapat
pada setiap bentuk jama’ yang menyerupai wazan mafaa’ilu dan
yang serupa dengannya, seperti ‫ﻣﺳﺎﺟﺩ‬.
b. Huruf ya yang terdapat pada setiap lafazhal-manqush yang
bertanwin (manqush munawwan), baik dalam keadaan rafa’
maupun jarr, seperti ungkapan ‫ ﻏﻳﺭﻋﺎﺩ ﻭﻻﺑﺎﻏﻥ‬dan huruf ya'

dalam ungkapan seruan, seperti ungkapan: ‫ ﻳﻌﺑﺎﺩ ﻓﺎﺗﻘﻭﻥ‬kecuali

dalam ungkapan ‫ﻗﻝ ﻳﺎ ﻋﺑﺎﺩﻱ ﺍﻟﺩﻳﻥ ﺍﺳﺭﻓﻭﺍ‬

2
Mira Shodiqoh, “Ilmu Rasm Qur’an”, Tadris, 1 (2019), 92.
3
Elsa Mulazimah, “Telaahn Rasm Utsmani Dalam Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Koleksi Jamal Nasuhi”,
4
Ibid., 95-98.
c. Huruf wawu apabila terjadi bersamaan dengan huruf wawu yang
lain, seperti lafazh ‫ﻻ ﻳﺳﺗﻭﻥ‬dari lafadz ‫ﻻﻳﺳﺗﻭﻭﻥ‬
2. Penambahan (Az-Ziyadah)
Sebagaimana penambahan huruf-huruf berikut ini:
a. Penambahan huruf alif di akhir isim yang dijama’kan atau dalam
hukum yang serupa dengannya, seperti dalam lafadz ‫ﻣﻠﻛﻭﺍﺭﺑﻛﻡ‬

dan ‫ ﺍﻟﻅﻧﻭﺍﻥ‬dan huruf alif yang terletak antara huruf jim dan

huruf ya’ dalam lafadz ‫ ﻭﺟﺊ‬dalam surah az-Zumar, sedangkan di

dalam suratnya tertulis ‫ ﻭﺟﺎﻯء‬Penambahan huruf ya,

sebagaimana lafadz ‫ﺑﺎﻳﺑﻛﻡ ﻟﻣﻔﺛﻭﻥ‬

b. Penambahan huruf wawu, sebagaimana lafadz ‫ﺍﻭﻟﺋﻙ‬


3. Aturan Hamzah
Terdiri atas beberapa macam, yaitu berikut ini:
a. Al-Hamzah al-Sakinah yang aslinya ditulis di atas huruf yang
sesuai dengan harakat sebelumnya, baik di awal, tengah, maupun
akhir, ‫ﺍﻗﺭﺃ‬kecuali dalam kata-kata tertentu, seperti ‫ ﻓﺎﺩﺍﺭﺍﺳﻡ‬maka
kedua kata tersebut hurufnya dihilangkan dan hamzah ditulis
menyendiri.
b. Al-Hamzah al-Mutaharrikah apabila berada di awal kata atau
digabungkan dengan huruf tambahan, hamzah tersebut ditulis
dengan alif secara pasti (mutlak, baik dalam keadaan fatah,
dammah maupun kasrah, seperti kata ‫ ﺃﻳﻭﺏ‬,‫ ﺍﺩﺍ‬,‫ ﺍﻭﻟﻭﺍ‬kecuali di

tempat-tempat tertentu seperti ‫ﻗﻝ ﺃﺋﻧﻛﻡ ﻟﺛﻛﻔﺭﻭﻥ‬ di dalam surah


Fushshilat.
4. Ibdal (mengganti).
a. Gambar alif ditulis dengan wawu untuk menyatakan keagungan
(al-tafkhim), terkadang sebagian lafadz ditulis secara
bersambung dan terkadang ditulis secara terpisah, dan sebagian
lagi ditulis dalam satu keadaan tertentu. Contoh ‫ ﺍﻟﺰﻛﻮﺓ‬,‫ﺍﻟﺼﻠﻮﺓ‬
b. Setiap alif yang merupakan refleksi (munqalabah) huruf al-
ya’u ditulis dengan huruf al-ya’, seperti kata ‫ ﻳﺛﻭﻓﻳﻛﻡ‬dalam isim
atau fi’il yang bersambung dengan dhamir atau tidak, yang tetap
sukun atau tidak, seperti ‫ ﻳﺎﺃﺳﻔﻰ ﻋﻠﻲ ﻳﻭﺳﻑ‬,‫ﻳﺎﺣﺳﺭﺛﻰ‬ kecuali

seperti kata ‫ﻫﺩﺍﻧﻲ‬


c. Nun taukid khafif ditulis dengan huruf alif, begitu pula nun dalam
kata (‫)ﺍﺩﺍ‬
d. Ha’ at-Ta’nis ditulis dengan huruf Ta’ yang berbeda dengan
huruf aslinya dibeberapa tempat di dalam Al-Qur‟an, seperti kata
‫ ﺭﺣﻣﺔ‬menjadi ‫ ﺭﺣﻣﺕ‬dalam surah al-Baqarah, Maidah, dan lain-
lain.
5. Aturan Pemisahan (Al-Fashl) Dan Penyambungan (Al-Washl)
Di dalam tulisan, Aturan al-Badal (penggantian) yang terdiri atas beberapa
macam aturan, yaitu:
a. Penyambungan kata ‫ ﺍﻥ‬dengan fathah hamzah nya disambungkan

(washl) dengan ‫ﻻ‬, bila jatuh sesudahnya seperti lafadz ‫ﺃﻻﺛﻘﻭﻟﻭ‬


dalam surah al-A’raf. Dari kaidah ini dikecualikan sepuluh
tempat, antara lain kata ‫ﺃﻥ ﻻ ﺗﻌﺑﺩ ﻭﺍ‬ dalam surah Huud dan

surah Yasin, kata ‫ ﻭﺃﻥ ﻻ ﺗﻌﻠﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﷲ‬dalam surah al-Dukhan.

b. Penyambungan kata ‫ ﻣﻥ‬dengan ‫ ﻣﺎ‬menjadi ‫ ﻣﻣﺎ‬kecuali di

dalam ungkapan‫ ﻣﻥ ﻣﺎ ﻣﻠﻛﺕ ﺍﻳﻣﺎ ﻧﻛﻡ‬dalam surah al-Nisa dan al-

Ruum, ungkapan ‫ ﻣﻥ ﻣﺎ ﺭﺯﻗﻧﺎﻛﻡ‬dalam surah al-Munafiqun,

penyambungan kata ‫ ﻣﻣﻥ‬secara mutlak.

c. Penyambungan kata ‫ ﻋﻥ‬dengan ‫ ﻣﺎ‬menjadi ‫ﻋﻣﺎ‬, kecuali di dalam

‫ﻋﻥ ﻣﺎﻧﻬﻭﺍﻋﻧﻪ‬
d. Penyambungan kata ‫ ﻋﻣﻥ‬kecuali di dalam firman-Nya ‫ﻭﻳﺻﺭﻓﻪ‬

‫ ﻋﻥ ﻣﻥ ﻳﺷﺎء‬dalam surah an-Nur, dan firman-Nya ‫ﻋﻥ ﻣﻥ ﺗﻭﻟﻲ‬


dalam surah an-Najm.
e. Penyambungan kata ‫ ﻛﻞ‬dengan ‫ ﻣﺎ‬menjadi ‫ ﻛﻠﻣﺎ‬kecuali dalam

firman-Nya ‫ ﻛﻝ ﻣﺎ ﺭﺩﻭﺍﺍﻟﻲ ﺍﻟﻔﺗﻧﺔ‬dan firman-Nya ‫ﻣﻥ ﻛﻝ ﻣﺎﺳﺄﻟﺗﻣﻭﻩ‬

f. Penyambungan kata ‫ ﺍﻣﻥ‬kecuali dalam firman-Nya ‫ﺍﻣﻥ ﻳﻛﻭﻥ ﻋﻠﻳﻬﻡ‬

‫ﻭﻛﻳﻼ‬dalam surah an-Nisa, penyambungan kata ‫ ﺍﻣﺎ‬dengan harakat


kasrah pada huruf hamzah dan syiddah, kecuali dalam ungkapan
‫ﻭﻣﺎ ﻧﺭﻳﻧﻙ‬dalam surah ar-Ra’du.
g. Penyambungan kata ‫ ﺍﻧﻣﺎ‬dengan harakat fatah pada huruf hamzah
secara mutlak. Dan lafaz-lafaz lainnya yang sewaktu-waktu
ditulis secara bersambung dan sewaktu-sewaktu terpisah, seperti
kata ‫ ﺍﻧﻣﺎ‬kata ‫ﺍﻥ ﻟﻡ‬dengan harakat dan kasrah.
6. Lafadz Yang Bisa Dibaca Dua Bunyi
Lafadz-lafadz yang memiliki dua bacaan maka ditulis menurut salah satunya,
semuanya dibaca dengan menetapkan alif, atau dengan menghilangkannya.
Demikian pula, kata-kata yang ditulis dengan ta’ maftuhah, yaitu ‫ﻣﺎﻟﻙ‬

‫ ﻳﻭﻡ ﺍﻟﺩﻳﻥ‬lafadz bisa ditulis ‫ ﻣﻠﻙ ﻳﻭﻡ ﺍﻟﺩﻳﻥ‬dalam surah Al-Fatihah.5

C. Pendapat Tentang Rasmul Quran


Pada sejarahnya, penulisan dan pengeditan al-Qur’an dari segi tulisan
dan dialektika dilakukan oleh empat orang shahabat yang diketuai oleh
Zaid bin Tsabit di bawah pengawasan Usman bin Affan. Mushaf ini kemudian
dikenal dengan nama mushaf Usmaniy. Setelah rampungnya penulisan ulang al-
Qur’an tersebut, muncul per- tanyaan di kalangan umat Islam tentang statusnya
apakah tauqifiy atau isthilahiy, yang kenudian sangat erat hubungannya dengan
hukum mengikuti pola penulisan dari rasm tersebut.
Terdapat tiga pendapat tentang persoalan rasm ini :
1. Jumhur ulama, diantaranya Ibnu Mubarak mengutip pendapat
gurunya Abdul Aziz ad-Dabbagh, bahwa rasm al-qur’an adalah
tauqifiy. Pola penulisannya bukan berasal dari ijtihad para
shahabat, sebab penulisan al-Qur’an telah ada semenjak zaman
Rasulullah dan tidak mengkun mereka sepakat dalam hal yang
bertentangan dengan kehendak Rasulullah, sehingga wajib
mengikuti pola penulisan rasm al-Qur’an.
2. Sebagian Ulama berpendapat bahwa rasm al-qur’an bukan
tauqifiy dari Nabi, tetapi suatu istilah yang disepakati oleh usman
dan diterima baik oleh umat Islam, sehingga dari kesepakatan

5
Elsa Mulazimah, “Telaah Rasm Utsmani Dalam Manuskrip Mushaf Al-Qur’an Koleksi Jamal Nasuhi”, (Skripsi,
UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2020), 34-35.
tersebut wajib mengikuti penulisan rasm Usman dan tidak
boleh menyalahinya. Di antara ulama yang mendukung pendapat
ini adalah Imam Malik, beliau pernah ditanya apakah boleh
menulis al-Qur’an de- ngan kaidah hijaiyah, maka Malik
menjawab tidak kecuali menurut tata cara penulisan pertama,
yaitu rasm al-Qur’an.
3. Sekelompok ulama berpendapat bahwa rasm al-Qur’an
hanyalah istilahi dan tidak terlarang menya- lahinya. Di antara
ulama yang mendukung pendapat ini adalah Ibn Khaldun dna
Qadhi Abu Bakar. Pendapat ini berlandaskan kepada argumen
bahwa di dalam al-Qur’an ataupun mafhumnya tidak pernah
ditemukan penjelasan yang mewajibkan penulisan rasm al-
Qur’an dengan rasm tertentu, dan tidak juga ditemukan adanya
perintah meninggalkan rasm tertentu. 6.
Begitu pula dalam sunnah dan qiyas-qiyas syar’i. bahkan sunnah sendiri
memperbolehkan menggunakan rasm mana saja yang mudah, karena rasul
memerintahkan menulis tanpa menjelaskan jenis rasm yang digunakan.
Oleh sebab itu tidak ada keharusan mengikuti penulisan rasm Usman karena rasm
hanya sekedar symbol atau isyarat.7

D. Kaitan Rasmul Quran dengan Qiraat


Secara etimologi Qiraat adalah jamak dari Qira’ah, yang berarti ‘bacaan’, dan
ia adalah masdar (verbal noun) dari Qara’a. Secara terminologi atau istilah ilmiyah
Qiraat adalah salah satu Mazhab (aliran) pengucapan Qur’an yang dipilih oleh
seorang imam qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab yang lainya.
Berbicara dan mendalami tentang ilmu rasm mushaf bukanlah hal yang
mudah. Ilmu rasm mushaf membahas tentang cara khusus dalam penulisan kata-kata
Alquran serta kaidah-kaidahnya yang berbeda dengan rasm imla’i atau ishtilahi yang
digunakan dalam penulisan di luar Alquran. Contoh, cara penulisan kata shalat yang
menggunakan huruf (waw – shad, lam, waw, ta’ marbuthah) bukan (alif – shad, lam,
alif, ta’ marbuthah).

6
Yulia Rahmi, “Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm Al-Qur’an”, Jurnal Ulunnuha , Vol. 2 No. 6, Desember
2017, hal. 193.
7
Ibid., 194.
Ulama berbeda pendapat tentang jumlah mushaf yang ditulis di masa sahabat
Usman. Perlu diketahui bahwa mushaf ditulis tanpa titik atau harakat (Naqth al-I’rab
dan Naqth al-I’jam) yang dapat ditemui dalam pembahasan ilmu Dhabth, meskipun
kitab-kitab rasm juga membahas tema ini.

Hubungan qiraat dengan rasm dapat dilihat dari dua hal:


1. Macam-macam qiraat ditinjau dari sisi rasam
Di antara macam-macam qiraat dilihat dari sisi rasm-nya adalah
sebagai berikut:
a. Qiraat yang memeliki sanad yang sahih, sesuai dengan rasm,
sesuai dengan kaidah bahasa Arab.
b. Qiraat yang sesuai rasm, sesuai dengan bahasa Arab, tapi tidak
diriwayatkan atau dibacakan oleh seorang qari’.
Contoh, Qs. al-Isra: 106 dalam lafaz (mim, kaf, tsa’) yang
dalam bahasa arab dapat dibaca dengan fathah atau dhammah
(makts, mukts) tetapi hanya satu bacaan yang diriwayatkan
yaitu mukts.
c. Ketiga, qiraat yang sesuai rasm, tetapi tidak salah dari aspek
bahasa, serta tidak dibacakan oleh seorang qari’. Bahasa di sini
tidak hanya dilihat dari aspek nahwu dan sharaf, tapi konteks
(siyaq), kesuaian.
Contoh Qs. al-Baqarah: 2, (dzalika al-kitab la raiba fih) yang
dibacakan (la zaita fih/tidak ada minyak di dalamnya), lafal
zait dan raib dari sisi rasm adalah sama jika dikosongkan dari
titik. 8
2. Tata cara bacaan terhadap lafaz-lafaz.
Kesesuaian dengan salah satu rasm mushaf bisa berbentuk
tahqiqi atau ihtimali. Contoh, terdapat dua qiraat: Qs. Ali Imran: 133
(sari’i ila maghfirah) yang sesuai dengan rasm mushaf Madani dan
Syami. Dan qiraat (wa sari’i ila maghfirah) yang sesuai dengan rasm
mushaf Makki, Kufi dan Bashri.

8
Abdul Jalil, “Pengantar Ilmu Qiraat: Hubungan Qiraat Dengan Rasm Mushaf Al-Qur’an”,
https://www.almunawwir.com/pengantar-ilmu-qiraat-6-hubungan-qiraat-dengan-rasm-
mushaf-alquran/. (03 November 2020)
Contoh soal perbedaan cara bacaan lafal yang berhubungan
denga rasm adalah lafaz (ya abat), di dalam Alquran ditulis dengan
huruf ta, jika disambung maka dibaca dengan ta, tetapi jika berhenti
pada lafaz tersebut maka sebagian qari’ membacanya sesuai rasm
dengan huruf ta (ya abat) dan sebagian membacanya dengan ha (ya
abah) seperti imam Ibn Katsir.

Untuk menghindarkan umat dari kekeliruan para ulama berusaha menerangkan


mana yang hak mana yang batil. Maka segala qira’at yang dapat disesuaikan dengan
bahasa arab dan dapat disesuaikan dengan salah satu mushaf Usmani serta sah pula
sanadnya dipandang qira’at yang bebas masuk kedalam qira’at tujuh, maupun
diterimanya dari imam yang sepuluh ataupun dari yang lain. Meskipun mushaf
Utsmani tetap dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang dijadikan pegangan bagi
umat Islam diseluruh dunia dalam pembacaan Al-Qur’an, namun demikian masih
terdapat juga perbedaan dalam pembacaan. Hal ini disebabkan penulisan Al-Qur’an
itu sendiri pada waktu itu belum mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf-huruf
yang hampir sama dan belum ada baris harakat.
Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an dengan Qira’at sangat erat. Karena
semakin lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk
mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-Qur’an.Untuk
mengatasi permasalahan tersebut Abu Aswad Ad-Duali berusaha menghilangkan
kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh orang-orang Islam non Arab dalam
membaca Al-Qur’an dengan memberikan tanda-tanda yang diperlukan untuk
menolong mereka membaca ayat-ayat al-Qur’an dan memahami kandungan ayat-ayat
al-Qur’an tersebut.9

E. Urgensi dan Kegunaan Mempelajari Rasmul Quran


Penulisan Al Quran dengan mengikuti atau berpedoman pada kepada rasm
usmani yang dilakukan pada masa khalifah usman sangat berfaedah bagi umat islam.
Memelihara dan melestarikan penulisan Al-Quran sesuai dengan pola
penulisan Al Quran pada awal penulisan dan pembukuannya.

9
Alwanul Haq, “Ilmu Rasm Qur’an: Kaitan Rusmul Qur’an Dengan Qiraat”,
https://mdikita.blogspot.com/2017/03/ilmu-rasm-quran-4-kaitan-rusmul-quran.html?m=1.
(03 november 2020).
1. Memberi kemungkinan pada lafazh yang sama untuk dibaca dengan versi
qiraat yang berbeda.
2. Kemungkinan dapat menunjukkan makna atau maksud yang tersembunyi,
dalam ayat-ayat tertentu yang penulisannya menyalahi rasm imla’I.
3. Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat (syakl) suatu lafazh.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rasmul qur’an atau rasmul ustmani adalah tata cara menuliskan Al-qur’an
yang ditetapkan pada masa khalifah ustman bin affan dengan kaidah-kaidah tertentu.
Sebagian para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi, tapi sebagian
besar para ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan
kesepakatan cara penulisan yang disetujui ustman dan diterima umatnya,sehingga
wajib wajib diikuti dan di taati siapa pun ketika menulis al-qur’an. Tidak boleh ada
yang menyalahinya.
Hubungan antara rasmul qur’an dan qira’ah sangat erat sekali Karena semakin
lengkap petunjuk yang dapat ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk
mengungkap pengertian-pengertian yang terkandung didalam Al-qur’an.Sebagaimana
yang telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ‘ustmani yang tidak berharakat dan
bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at.
Hal itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawwwir.com. (2019, Agustus 15). Pengantar Ilmu Qiraat (6):


Hubungan Qiraat dengan Rasm Mushaf Alquran. Diakses pada 3 November 2020,
dari https://www.almunawwir.com/pengantar-ilmu-qiraat-6-hubungan-qiraat-dengan-
rasm-mushaf-alquran/.
MDIkita. (2017, Maret 08). Ilmu Rasm Qur’an (4): Kaitan Rusmul Qur’an
dengan Qiraat. Diakses pada 3 November 2020, dari
https://mdikita.blogspot.com/2017/03/ilmu-rasm-quran-4-kaitan-rusmul-
quran.html?m=1.
Mulazimah, Elsa. 2020. Telaah Rasm Utsmani Dalam Manuskrip Mushaf Al-
Qur’an Koleksi Jamal Nasuhi. Surabaya: UIN Sunan Ampel press.
Rahmi, Yulia. 2017. Penetapan Susunan Ayat, Surat dan Rasm Al-Qur’an.
Jurnal Ulunnuha, 2(6),193-194.
Shodiqoh, Mira. 2019. Ilmu Rasm Quran. Tadris, 13(1), 92-98.
Yusuf, Muhammad dan Ismail Suardi Wekke. 2018. Bahasa Arab Bahasa Al
Quran. Sleman: Penerbit Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai