Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGERTIAN ‘AM DAN KHAS

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh

Dosen Pengampu : Bapak A. Muwahid Muhammad, S. HI, MM

Disusun oleh :

Putri Sapia (22.1.2486)

Dina Swastika (22.1.2399)

Rustam Fajriana (22.1.2501)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK AL-KARIMIYAH

Jl. H. Maksum No. 23 Sawangan Baru, Depok

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktunya. Sholawat serta salam senantiasa kami
haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam beserta
keluarga dan para sahabatnya, yang telah membawa umat islam dari
zaman kegelapan sampai kepada zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini.
Dalam makalah ini tersaji “Makalah Pengertian ‘Am dan Khas.”
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang ushul fiqih.
Dengan segala kerendahan hati kami sangat membutuhkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun agar kami dapat meyusun makalah
lebih baik lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya hanya dating dari
Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada khususnya.

Depok, 8 Apil 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Pengertian ‘Am ..................................................................................... 3

B. Pengertian Khas .................................................................................... 8

BAB III

PENUTUP ........................................................................................................ 11

A. Kesimpulan .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….…….12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah kita ketahui bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang di


turunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab.
Sebagai bahasa Al-Qur’an, bahasa Arab memiliki berbagai macam dialek (lahjah),
sehingga tidak sedikit di jumpai lafal yang kadang kala bisa memiliki berbagai
macam arti. Dalam Al-Qur;an banyak dijumpai istilah yang biasa di pakai untuk
menunjukkan makna tertentu, seperti lafal’ am dan khas, muthlaq dan muqayyad,
dan lain sebagainya.

Untuk bisa memahami dengan baik dan benar bahasa Al-Qur’an tersebut
para Ulama, baik ulama ushul fiqh, ulama tafsir, ulama lughah, dan lain sebagainya,
telah mengadakan penelitian yang serius terhadap beberaa lafal, khususnya yang
terkait dengan ushlub atau gaya bahasa Arab

Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam


mengkaji Islam adalah Ilmu Ushul Fiqh ini, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-
kaidah yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum-hukum syari’at yang
bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalil yang rinci. Melalui kaidah-
kaidah Ushul Fiqh akan diketahui nash-nash syara’ dan hukum-hukum yang
ditunjukkannya. Diantara kaidah-kaidah Ushul Fiqh yang penting diketahui adalah
Istinbath dari segi kebahasaan. Dengan kaidah itu diharapkan dapat memahami
hukum dari nash syara’ dengan pemahaman yang benar, dan juga dapat membuka
nash yang masih samar, menghilangkan kontradiksi antara nash yang satu dengan
yang lain, mentakwilkan nash yang ada bukti takwilnya, juga hal-hal lain yang
berhubungan dengan pengambilan hukum dari nashnya. Salah satu dari kaidah-
kaidah ushul fiqh adalah lafadz ‘am (lafaz umum) dan lafadz khas (lafaz khusus).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian ‘Am ?

2. Apa Pengertian Khas ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian ‘Am.

2. Untuk mengetahui Pengertian Khas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ‘Am

‘Am menurut bahasa artinya merata atau yang umum. Sedangkan menurut
istilah ialah;

‫ْع َواحِ ٍد دَ ْفعَة‬


ٍ ‫ب َوض‬
ِ ‫س‬ ْ ‫ظ ْال ُم ْستَ ْف ِر ُق ِل َجمِ ي ِْع َما َي‬
َ ‫صلُ ُح لَهُ ِب َح‬ ُ ‫اللَّ ْف‬

Artinya :

Lafadz yang meliputi pengertian umum terhadap semua yang termasuk dalam
pengertian lafadz itu, dengan hanya disebut sekaligus.

Dengan pengertian lain, al-Amm adalah suatu perkataan yang memberi


pengertian umum dan meliputi segala sesuatu yang terkandung dalam perkataan itu
dengan tidak terbatas, misalnya al-Insan yang berarti manusia. Perkataan ini
mempunyai pengertian umum. Jadi, semua manusia termasuk dalam tujuan
perkataan ini, sekali mengucapkan lafadz al-insanberarti meliputi jenis manusia
seluruhnya.

Dapat dimengerti keumuman itu menjadi sifat yang pengertiannya


mencakup segala yang dapat dimasukkan kedalam konotasi lafal. Sedangkan lafal
yang hanya menunjukkan beberapa orang, seperti rijalun tidak termasuk lafadz
umum”1.

Al-‘am secara etimologi berarti merata atau yang umum. Sedangkan


secara terminologi atau istilah Muhammad Adib Saleh mendefinisikan bahwa Al-
Am adalah lafal yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan pengertian
tiap lafal itu sendiri tanpa di batasi dengan jumlah tertentu”2

1
Khairul Umam dan Ahyar Aminudin, Ushul Fiqh II, Pustaka Setia, Bandung, hal. 61
2
Satria Effendi, M. Zein, ushul fiqh,Jakarta:Prenada Media,2005,hal. 196

3
Macam-macam lafadz ‘Amm

1. Lafal kulun, jamiun,kaffah,masya (seluruhnya). Masing-masing lafal tersebut


meliputi segala yang menjadi mudhaf ilaihi dari lafal-lafal itu,misalnya :

a. Kullun

‫كل نفس ذا ئقة ا لموت‬

Artinya :”tiap-tiap yang berjiwa, akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran:185).

b. Jamiun

‫هوا لذ ي خلق لكم ما فى اال ر ض جميعا‬

Artinya :”Dia-lah (Allah) yang menjadikan bagimu apa-apa yang ada di bumi,
semuanya.”(QS. Al-Baqarah;29).

c. Ma’syar

‫يا معشر ا لجن واال نس أ لم يأ تكم ر سال منكم ي قصو ن عليكم ا يا تي وينذ رو نكم لقا ء يو مكم هذا‬

Artinya :”hai golongan jin dan manusia ! apakah tidak pernah dating kepadamu
Rasul-rasul dari golonganmu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku
dan member peringatan kepadamu, terhadap pertemuan hari ini ?” (QS. Al-An’am
:130)

d. Kaffah

‫وما أ رسلنا ك االكا فة للنا س‬

Artinya :”dan kami tidak mengutusmu melainkan kepada manusi semuanya .”

2. Isim istifham ialah man (siapa), ma (apa), aina, ayyun ( di mana), dan mata
(kapan), misalnya :

a. Man (siapa)

‫كن ذاا لذ ي يقر ض ا هلل قر ضا حسا‬

Artinya :Siapakah yang mau berpiutang kepada Allah dengan piutang yang baik ?”
(QS. Al-baqarah :245)

b. Ma (apa)

4
‫ما سلكم فى سقر‬

Artinya :”apa sebab kamu masuk neraka ?” (QS. Al-Mudatsir :42)

c. Ayyun (siapakah)

‫ايكم يأ تيني بعر شها قبل ان يأ تو ني مسلمين‬

Artinya : Siapakah di antara kamu yang bias membawa kursi tahta kerajaannya
(Bulqis) di hadapanku sebelum mereka dating menyerahkan diri kepadaku.” (QS:
an-Naml : 38)

d. Mata (kapan)

‫متى نصر ا هلل اال ان نصر هللا قر يب‬

Artinya :”Kapan datangnya pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan


Allah itu sangat dekat.”(QS. Al-Baqarah :215)

e. Aina (di mana)

‫أ ين مسكنك ؟‬

Artinya :”Di manakah tempat tinggalmu?”

3. Isim syarat, seperti man (barang siapa), ma (apa saja), dan ayyun (yang mana
saja),contoh:

a. Man (barang siapa)

‫من يعمل سو أ يجز به‬

Artinya :”barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi


pembalasan dengan kejahatan itu.” (QS. An-Nisa :123)

b. Ma (apa saja)

‫ما تنفقوا من خير يو ف اليكم وأ نتم ال تظلمو ن‬

Artinya :”Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah)
niscaya kamu diberi pahalanya dengan cukup dan sedikitpun kamu tidak dianiaya.”
(QS. Al-BAqarah :272)

c. Ayyun (mana saja)

5
‫ا يا ما تد عو ا فله اال سما ء الحسنى‬

Artinya :”Dengan apa saja kamu seru Dia, maka ia mempunyai nama-nama yang
baik.”(QS.:al-ISra:110)

d. Ayyuma (siapa saja)

)‫ا يما امرا ة سأ لت زو جها الطال ق من غير ما بأ س فحرا م عليها را ئحة (رواه أ حمد‬

Artinya :”Siapa saja perempuan yang minta ditalak kepada suaminya tanpa alasan,
maka haram baginya wangi surga.” (HR. Ahmad)

4. Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam (al) atau idhafah :

‫واحل هللا البيع وحرم بوا‬

Artinya :”Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-
Baqarah:275)

Marifat dengan idhafah

‫وان تعد وا نعمت هللا ال تحصو ها‬

Artinya :”Kalau kamu menghitung-hitung nikmat Allah tentu kamu tidak dapat
menghitungnya.” (QS. Ibrahim :34)

5. Jama yang ditakrifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah :

a. Makrifat dengan alif lam (al) :

‫ان هللا يحب المقسين‬

Artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil._ (QS. Al-


Maidah:42)

b. Makrifat dengan idhafah

Seperti lafal ummahatukum pada ayat ini :

‫حرمت عليكم امها تكم‬

Artinya :”terlarang bagimu (mengawini) ibu-ibumu.” (QS. An-Nisa :23)

6. Isim nakirah yang terletak sesudah Nafi ,contoh :

‫ما ر أ يت ر جال‬

6
Artinya :”Aku tidak melihat seorangpun.”

7. Isim mausul (alladzi, alladzina, allatii, dan sebagainya)

‫ان الذ ين يأ كلون أ موا ل اليتمى ظلما ا نما يأ كلو ن فى بطو نهم نا را‬

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang makan harta anak-anak yatim dengan


aniaya, benar-benar orang-orang itu makan api pada perut mereka.” (QS. An-Nisa:
10)

Lafal am dibagi menjadi 3 :

1. Lafal umum yang tidak mungkin ditakhsiskan, seperti dalam firman Allah :

‫و ما من دا بة فى اال ر ض اال على هللا ر ز قها‬

Artinya :”Dan tidak ada suatu bintang melata pun d bumi melainkan Allah-;ah yang
member rizkinya.” (QS. Hud : 6)

Ayat di atas menerangkan sunatullah yang berlaku bagi setiap makhluk


karena dilalah-nya qat’I yang tidak menerima takhsis.

2. Lafal umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang


kekhususannya, seperti firman Allah :

‫وهلل على النا س حج البيت‬

Artinya :”Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah.”

(QS. Ali Imron :97)

Lafal manusia dalam ayat di atas adalah lafal umum, yang dimaksud adalah
manusia yang mukhalaf saja karena dengaan perantaraan akal dapat dikeluarkan
dari keumuman lafal, seperti anak kecil dan orang gila.

3. Lafal umum yang khusus seperti lagal umum yang tidak ditemui tanda yang
menunjukkan ditaakhsis seperti dalam firman Allah :

‫و المطلقا ت يتر بصن بأ نفسهن ثال ثة قر و ء‬

Artinya : “wanita-wanita yang ditolak hemdaknya menahan (menunggu) tiga kali


quru’.” (QS. Al-Baqarah : 228)

7
Dalam uraian yang dikemukakan di atas diterangkan bahwa Al-quran seperti dalam
firman Allah :

‫ت ث ُ َّم لَ ْم يَأْت ُ ْوا‬ َ ‫َوالَّ ِذيْنَ يَ ْر ُم ْونَ ْال ُم ْح‬


ِ ‫ص ٰن‬

Artinya :”dan orang-orang yang menuduh wanita—wanita yang baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan 4 orang saksi, maka deralah mereka (yang
menuduh itu) 80 kali dera.” (QS. AN-Nur :4)”3.

B. Pengertian Khas

Lafadz Khas ialah lafadz yang dilalahnya berlaku bagi seseorang yang
namanya disebutkan seperti Muhammad atau seseorang yang disebutkan jenisnya
umpamanya seorang lelaki atau beberapa orang tertentu seperti tiga orang, sepuluh
orang, seratus orang, sekelompok orang. Jadi berarti lafadz Khas tidak mencakup
semua namun hanya berlaku untuk sebagian tertentu.

Lafadz khas kadang berbentuk mutlak yakni tidak dikaitkan dengan


sesuatu, tapi terkadang dikaitkan dengan sesuatu yang dinamakan muqayyad
(sesuatu yang sudah jelas), dan terkadang dalam bentuk amar(perintah) dan
terkadang dalam bentuk nahi(larangan)”4

Lafadz khusus ini adakalanya dipergunakan untuk seseorang, barang atau


hal tertentu. Lafadz khusus ini diperguanakan juga untuk lebih dari dua orang yang
tidak dibatasi, seperti lafadz Ar-Rijaal (beberapa orang laki-laki atau tiga orang
laki-laki). Dengan demikian yang dimaksud dengan khas ialah lafadz yang tidak
meliputi satu hal tertentu tetapi juga dua atau beberapa hal tertentu tanpa ada
batasan artinya tidak mencakup semua, namun hanya berlaku untuk sebagian
tertentu saja”5.

Lafadz khas merupakan lawan dari lafadz ‘am jika lafadz ‘am
memberikan lafadz umum yaitu suatu lafadz yang mencakup berbagai satuan-

3
Muhammad,Nor Ikhwan,memahami Bahasa Al-Qur’an,Jogjakarta:Pustaka Pelajar,2002,hal.185
4
Syafi’i Karim, Fiqih-Ushul Fiqih, , Bandung: Pustaka Setia, 1997, hal. 166
5
Khairul Umam dan Ahyar Aminudin, Op Cit, hal. 81

8
satuan yang banyak, lafadz khas adalah suatu lafadz yang menunjukkan suatu
makna khusus. Definisi lafadz khas dari ulama’ adalah sebagai berikut:

a. Menurut Manna Al-Qattan, lafadz khaas adalah lafadz yang merupakan


kebalikan dari lafadz ‘am yaitu tidak hanya menghabiskan semua apa yang
pantas baginya tanpa ada pembatasan.

b. Menurut Musthafa Said Al-khin, lafadz khas adalah setiap lafadz yang
digunakan untuk yang di menunjukkan makna satu atas beberapa satuan yang
diketahui.

c. Menurut Abdul Wahab Khallaf, lafadz khas adalah lafadz yang digunakan
untuk menunjukkan satu orang tertentu.”6

Macam-macam lafadz Khas

Mukhassis ada 2 macam yaitu mukhassis muttashil dan mukhassis munfashil

a. Mukhassis Muttashil

Yaitu lafadz yang tidak berdiri sendiri, yaitu maknanya bersangkutan dengan
lafadz sebelumnya.

Misalnya :

ِ ‫ّٰللاُ ا َِّال بِ ْال َح‬


‫ق‬ ‫س الَّتِ ْي َح َّر َم ه‬
َ ‫َو َال ت َ ْقتُلُوا النَّ ْف‬

Artinya :

“Dan janganlah kamu membunuh suatu jiwa yang diharamkan Allah


(membunuhnya) melainkan dengan suatu yang benar. (QS. Al-An’am : 151)

Susunan “janganlah kamu membunuh suatu jiwa yang diharamkan Allah


untuk membunuhnya”, itu menunjukkan umum artinya tidak boleh membunuh
siapapun. “Melainkan dengan jalan yang benar”, yaitu qishas atau di dalam
pertempuran.

6
Muhammad,Nor Ikhwan,memahami Bahasa Al-Qur’an,Jogjakarta:Pustaka Pelajar,2002,hal.166-167

9
b. Mukhassis munfashil

Yaitu lafadz yang berdiri sendiri, terpisah dari dalil yang memberikan
pengertian umum. Misalnya :

‫َّو ُكلُ ْوا َوا ْش َرب ُْوا َو َال تُس ِْرفُ ْوا‬

Artinya :

“Dan makan serta minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf : 31)

Perkataan “Makanlah.....” itu umum, yakni boleh makan apa saja yang
kita kehendaki, tetapi keumuman ini telah dibatasi oleh Allah dengan firmannya
juga, sebagai berikut :

‫علَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََّم َولَ ْح َم ْالخِ ْن ِزي ِْر َو َما ٓ ا ُ ِه َّل بِ ٖه ِلغَي ِْر ه‬
ِ‫ّٰللا‬ َ ‫اِنَّ َما َح َّر َم‬

Artinya :

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (makan) bangkai, darah,


daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.” (QS.
Al-Baqarah : 173)

Ayat ini membatasi keumuman ayat 31 dari surat Al-A’raf dan


menentukan bahwa yang haram itu hanya 4 macam makanan tersebut diatas.
Pembatasan ini tidak terdapat pada satu ayat dalam surat Al-A’raf ayat 31
melainkan terpisah (munfashil).

Yang termasuk mukhassis munfasil ialah:

1. Ayat Al-Qur’an ditakhsis oleh ayat Al-Qur’an

2. Hadis ditakhsis oleh ayat Al-Qur’an

3. Ayat Al-Qur’an ditakhsis oleh Hadis

4. Hadis ditakhsis oleh Hadis”7

7
Khairul Umam dan Ahyar Aminudin, Op Cit, hal. 62-71

10
BABA III

PENUTUP

A. Kesimpulan

‘Am adalah suatu perkataan yang memberi pengertian umum dan


meliputi segala sesuatu yang terkandung dalam perkataan itu dengan tidak terbatas,
misalnya al-Insan yang berarti manusia.

Dapat dimengerti keumuman itu menjadi sifat yang pengertiannya


mencakup segala yang dapat dimasukkan kedalam konotasi lafal. Sedangkan lafal
yang hanya menunjukkan beberapa orang, seperti rijalun tidak termasuk lafadz umum.

Lafadz Khas ialah lafadz yang dilalahnya berlaku bagi seseorang yang
namanya disebutkan seperti Muhammad atau seseorang yang disebutkan jenisnya
umpamanya seorang lelaki atau beberapa orang tertentu seperti tiga orang, sepuluh
orang, seratus orang, sekelompok orang. Jadi berarti lafadz Khas tidak mencakup
semua namun hanya berlaku untuk sebagian tertentu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Karim Syafi’i, Fiqih-Ushul Fiqih, Bandung, Pustaka Setia, 1997

Muhammad,nor Ikhwan,memahami Bahasa Al-Qur’an,jogjakarta,Pustaka


Pelajar,2002

Satria Effendi, M. Zein, ushul fiqh,Jakarta:Prenada media,2005

Umam Khairul, Aminudin Ahyar, Ushul Fiqh II, Bandung: Pustaka Setia

12

Anda mungkin juga menyukai