Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ULUM AL-QUR’AN DAN

PERKEMBANGANNYA

Dosen Pembimbing : Dr. Ja'far, M.A

Disusun Oleh : Kelompok 1


Stephani Silalahi 0701191125
Syah Zanul Husna 0701191128
Taufik Hidayat Hasibuan 0701191110

JURUSAN ILMU KOMPUTER


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa menyelesaikan Makalah “Ulumul Al qur’an Dan Perkembangannya”.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi di dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata semoga Makalah ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi
bagi pembaca.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Medan, Maret 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur’an.............................................................2
B. Ruang Lingkup ‘Ulum Al-qur;an.................................................4
C. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ulumul Qur’an ..........6
D. Urgensi Mempelajari Al-Qur’an....................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................14
B. Saran..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui Malaikat Jibril. Kitab terakhir ini merupakan sumber utama
ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Quran bukan sekedar
memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya (Hablum min Allah wa hablum min an-
nas), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara
sempurna (kaffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan al-Quran dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan
konsisten.
Al-Quran merupakan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW.
Diturunkan dalam bahasa Arab, baik lafal maupun uslub-nya. Suatu bahasa yang
kaya kosa kata dan sarat makna. Kendati al-Quran berbahasa Arab, tidak berarti
semua orang Arab atau orang yang mahir dalam bahasa Arab, dapat memahami
al-Quran secara rinci. Al-Quran adalah kitab yang agung, memiliki nilai sastra
yang tinggi. Meskipun diturunkan kepada bangsa Arab yang lima belas abad lalu
terkenal dengan jiwa yang kasar. Al-Quran mampu meruntuhkan dominasi sya’ir-
sya’ir Sastrawan Arab, hingga tidak berdaya dihadapan Al-Quran.
Kitab suci al-Quran sebagai pedoman umat Islam harus dipahami dengan
benar. Hasbi Ash-Shidieqi menyatakan untuk dapat memahami al-Quran.

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik permasalahan sebagai berikut:
1. Apa dan bagaimana Ulumul Qur’an?
2. Bagaimana perkembangan Ulumul Qur’an dan urgensi mempelajarinya?

1
BAB II
ULUMUL QUR’AN DAN PERKEMBANGANNYA

A. Pengertian Ulumul Qur’an


Istilah Ulumul Qur’an, secara etimologis merupakan gabungan dari dua
kata bahasa Arab ulum dan al-Qur’an. Kata ulum bentuk jama’ dari kata ‘ilm yang
merupakan bentuk masdhar dari kata ‘alima, ya’lamu yang berarti mengetahui.
Dalam kamus al-Muhit kata ‘alima disinonimkan dengan kata ‘arafa
(mengetahui, mengenal).1 Kata ‘ilm semakna dengan ma’rifah yang berarti
“pengetahuan”. Sedangkan ‘ulum berarti sejumlah pengetahuan.
Kata al-Qur’an dari segi bahasa adalah bentuk masdhar dari kata kerja
Qara’a, berarti “bacaan”. Hal ini berdasarkan firman Allah:
Artinya: apabila kami telah selesai membacanya, maka ikutilah
bacaannya. (QS. Al–Qiyamah: 18).
Kemudian dari makna masdhar ini dijadikan nama untuk kalamullah
mukjizat bagi nabi Muhammad SAW. Lebih lanjut terdapat beberapa pandangan
ulama tentang nama al-Qur’an itu sendiri, sebagaimana yang terungkap dalam
kitab al- Madkhal li Dirasah al- Qur’an al-Karim, sebagai berikut:
1. Qur’an adalah kata sifat dari al-Qar’u yang bermakna al-jam’u
(kumpulan). Selanjutnya kata ini digunakan sebagai salah satu nama bagi
kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena al-
Qur’an terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah,
perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya. Pendapat ini dikemukakan al-Zujaj (w. 311).
2. Kata al-Qur’an adalah ism alam, bukan kata bentukan dan sejak awal
digunakan sebagaimana bagi kitab suci umat Islam. Pendapat ini
diriwayatkan dari Imam Syafi’i (w.204).
3. Menurut Abu Syuhbah, dari beberapa pendapat di atas, yang paling tepat
adalah pendapat yang mengatakan al-Qur’an bentuk masdhar dari kata
Qara-a.

1
Mujid al-Din Muhammad bin Ya’qub al-Farizi, al-Qamus al- Muhith, (Mesir: Mustafa
al-Baby al-Halaby, 1952/1371 H), Juz. IV, Cet. II, H. 155

2
Sedangkan al-Qur’an menurut istilah adalah: “ Firman Allah Swt, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang memiliki kemukjizatan lafal,
membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam
mushaf, dimulai dengan surat al- Fatihah dan di akhiri dengan surat an-Nas.
Kata ulum yang disandarkan kepada kata “al-Qur’an” telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan
dengan al-Qur’an, baik dari segi kberadaannya sebagai al-Qur’an maupun dari
segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya. Secara istilah,
para ulama telah merumuskan berbagai defenisi Ulumul Qur’an.
1. Al-Zarqani merumuskan pengertian Ulumul Qur’an sebagai: beberapa
pembahasan yang berhubungan dengan AL-Qur’an al-Karim, dari segi
turunnya, urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya,
penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh dan mansukhnya, penolakan hal-hal
yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya, dan sebagainya.
2. Manna’ al- Qathan memberikan defenisi bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu
yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-
Qur’an, dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulan
Al- Qur’an dan urut-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat Makkiyah dan
Madaniyah, hal –hal lain yang ada hubungannya dengan al-Qur’an.
3. Menurut T.M Hasbi As-Shiddiqie
‘Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan
Al-Qur’an, dari segi nuzulnya, tertibnya, mengumpulnya, menulisnya,
membacanya dan menafsirkannya, I’jaznya, nasikh mansukhnya, menolak
syubhat-syubhat yang dihadapkan kepadanya.2
Defenisi nomor satu dan dua di atas pada dasarnya sama. Keduanya
menunjukkan bahwa ulumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang
pada mulanya merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak
keluar dari ilmu agama dan bahasa. Masing-masing menampilkan sejumlah aspek
pembahasan yang dianggap penting. Objek pembahasannya adalah Al-Qur’an.
Adapun perbedaannya terletak pada tiga hal:

2
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h.10-11

3
1. Aspek pembahasannya; defenisi pertama menampilkan sembilan aspek
pembahasannya dan yang kedua menampilkan hannya lima daripadanya.
2. Meskipun ke duanya tidak membataskan pembahasannya pada aspek-
aspek yang ditampilkan, namun defenisi pertama lebih luas cakupannya
dari yang ke dua. Sebab, defenisi pertama diawali dengan kata
Mabaahitsu (‫ )المباحث‬yang merupakan bentuk jama’ yang tidak berhingga
dan menyebut secara eksplisit penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan
keragu-raguan terhadap al-Qur’an sebagai bagian dari pembahasannya.
Sedangkan defenisi yang kedua tidak demikian.
3. Pada perbedaan aspek pembahasan yang ditampilkan tidak semuanya sama
di antara ke duanya. Defenisi pertama disebutkan bahwa penulisan al-
Qur’an, Qiraat, penafsiran dan kemu’jizatan Al-Qur’an sebagai bagian
pembahasannya. Sementara itu, dalam defenisi ke dua semua itu tidak
disebutkan.3
Dengan melihat persamaan dan perbedaan antara kedua defenisi di atas
dapat diketahui bahwa defenisi pertama lebih lengkap dibanding dengan defenisi
ke dua. Dengan demikian defenisi kedua lebih akomodatif terhadap ilmu-ilmu Al-
Qur’an yang selalu berkembang sebagaimana akan terlihat pada uraian sejarah
pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur’an.
Penjelasan-penjelasan di atas juga menunjukkan adanya dua unsur
penting dalam defenisi Ulumul Qur’an. Pertama, bahwa ilmu ini merupakan
kumpulan sejumlah pembahasan. Kedua, pembahasan-pembahasan ini
mempunyai hubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaannya sebagai
al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan
petunjuk hidup bagi manusia.

B. Ruang lingkup ‘Ulum AL-Qur’an


Berdasarkan pengertian ‘Ulum AL-Qur’an di atas dapat dipahami tentang
ruang lingkup Ulum Al-Qur’an, yaitu semua ilmu yang berhubungan dengan Al-
Qur’an berupa ilmu agama dan ilmu ‘Ibrab Al-Qur’an. Bahkan As-Suyuthi
sebagaimana dikutip oleh Ahmad Syadali memperluasnya sehingga memasukkan
3
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, ( Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), Cet. Ke IV, h.
9

4
kedokteran, ilmu ukur, astronomi dan sebagainya ke dalam pembahasan ‘Ulumul
Qur’an.4
Namun As-Shiddiqie sebagaimana yang dikutip oleh Ramli Abdul Wahid
mengatakan bahwa segala macam pembahasan ‘Ulumul Qur’an kembali kepada
beberapa pokok persoalan sebagai berikut:
1. Persoalan Nuzul, ayat-ayat Makiyah atau Madaniyah, sebab turun ayat, yang
mula-mula turun dan yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang
turun terpisah pisah, dan yang turun sekaligus
2. Persoalan sanad, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sanad yang
muthawatir, yang ahad, yang Syaz, bentuk-bentuk Qirat, para periwayat dan
penghafal Al-Qur’an dan cara tahammul ( penerimaan riwayatnya)
3. Persoalan adad Qiraat, masalah waqaf (berhenti), ibtida’ (cara memulai),
imalah( cara memanjangkan) takhfif Hazah (cara meringankan Hamzah),
idgham (memasukkan bunyi huruf nun mati ke dalam huruf sesudahnya)
4. Persoalan yang menyangkut lafal Al-Qur’an yaitu Gharib (pelik), Mu’rab
(menerima perubahan akhir kata), majaz (metafora), musytarak, muradif
(sinonim), isti’arah (metaphor), tasybih (penyerupaan).
5. Persoalan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum yaitu ayat yang
bermakna umum yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zhahir, yang
mujmal (global), yang munfashal (yang terinci), yang manthuq (makna yang
berdasarkan pengutaraan), nasikh mansukh, mutlaq (tidak terbatas) dan
muqayyad (terbatas) dan lain sebagainya
6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafal fashl (pisah),
washal (berhubungan), ijaz (singkat), ithnab (panjang) musawah (sama) dan
qashr (pendek).5

C. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan ‘Ulumul Qur’an’

4
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11
5
Ramli Abdul Wahid, op.cit., h. 8

5
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ‘Ulumul
Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu cabang
disiplin ilmu setelah melalui proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam hal ini tentu banyak Pribadi dan kondisi yang membuatnya sebagai
cabang ilmu yang penting untuk memahami kitab suci Al Qur’an. Berikut ini kita
lihat bagaimana alur lahirnya cabang ilmu ini.
1.       Masa Sebelum Penulisan
Di masa Rasulullah dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal
sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang
Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Ara yang tinggi dan memahami
apa yang diturunkan kepada Rasul SAW. Bila mereka menemukan ksulitan dalam
memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul
SAW. Sebagai contoh, ketika turun ayat:

Terjemahnya: ”Dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka


dengan kezaliman…..”(Q.S Al-An’am: 82).6 Para sahabat bertannya: “siapa dari
kami yang tidak menganiaya (menzalimi) dirinya?”. Nabi menafsirkan kata zulm
di sini dengan syirik berdasarkan ayat:

Terjemahnya: “…sesungguhnya Syirik itu kezaliman yang besar “ (Q.S


Luqman: 13)7
Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak dibukukan di
masa Rasul dan Sahabat.
1. Kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar untuk
memahami Al-Qur'an dan rasul dapat menjelaskan maksudnya.
2. Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis
3. Adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Al-Qur’an.

6
Departemen Agama, op.cit, h. 138
7
Ibid., h. 412

6
Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu
ini baik di masa Nabi maupun di zaman sahabat.8
2.  Masa Penulisan Ulumul Qur’an
Di zaman khalifah usman Bin Affan wilayah Islam bertambah luas
sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak
mengetahui bahasa Arab. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan
sahabat akan terjadinya perpecahan di kalangan muslimin tentang bacaan Al-
Qur’an, selama mereka tidak memiliki sebuah Al-Qur’an yang menjadi standar
bagi bacaan mereka. Sehingga disalinlah dari tulisan aslinya sebuah al-Qur’an
yang disebut Mushaf Imam. Dengan terlaksananya penyalinan ini, maka berarti
Usman telah meletakkan suatu dasar Ulumul Qur’an yang disebut Rasm Al-
Qur’an atau Ilmu al-Rasm al- Utsmani.9
Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu Qur’an. Karena
melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non Arab, kemerosotan
dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan Al-Qur’an. Ali menyuruh Abu al-
Aswad al-Duali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Hal ini dilakukan
untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga Al-Qur’an dari
keteledoran pembacanya. Tindakan khalifah Ali ini dianggap perintis bagi
lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an.10
Pada zaman Bani Umayyah, kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal
dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur’an
melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau
catatn.
Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa
pembukuannya. Orang yang paling berjasa dalam usaha periwayatan ini adalah
khalifah yang empat, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid Ibn Tsabit, Abu Musa al-
Asy’ari, Abdullah Ibn al-Zubair dari kalangan sahabat. Sedangkan dari kalangan
tabi’in ialah Mujahid, Atha’, Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan al-Bashri, Sa’id Ibn
Jubair, dan Zaid Ibn Aslam di Madinah. Kemudian Malik bin Anas dari generasi

8
Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Qur’an,( Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977),
h. 120
9
Muhammad Abdul ‘Azim Al-Zarqani, op.cit., h. 30
10
Kahar Mansyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 32

7
tabi’tabi’in. mereka semuanya dianggap sebagai peletak batu pertama bagi apa
yang disebut ilmu tafsir, ilmu asban al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu
gharib al- Qur’an dan lainnya.
Pada abad ke 2 H ulumul Qu’an memasuki masa pembukuan. Para ulama
memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya
sebagai Umm al-‘ulum al-Qur’aniah (induk ilmu-ilmu Al-Qur’an). Penulis
pertama dalam tafsir adalah Syu’bah Ibn al-Hajjaj, Sufyan Ibn ‘Uyaynah, dan
Wali’ Ibn al-Jarrah.
Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-Thabari.
Dia orang pertama membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya
atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari
al-Qur’an). Di abad ini juga lahir ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh,
ilmu tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah.
Berikut ini dapat kita lihat karya ulama pada abad ke -3, yaitu:
1. Kitab Asbab al-Nuzul karangan Ali Ibn Al-Madini
2. Kitab nasikh dan mansukh, Qiraat dan keutamaan Al-Qur’an disusun oleh
Abu ‘Ubaid al-Qasim Ibn Salam.
3. Kitab tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah karya Muhammad Ibn
Ayyub al Dharis11
Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul
Qur’an.
Adapun Ulama ulumul Qur’an pada masa ini adalah:
1. Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim al-Anbari, kitabnya ‘Ajaib Ulumul
Qur’an.
Isi kitab ini tentang keutamaan Al-Qur’an, turunnya atas tujuh huruf,
penulisan mushaf-mushaf, jumlah surah, ayat dan kata –kata Al-Qur’an.
2. Abu al-Hasan al-‘Asy’ari, kitabnya Al-Mukhtazan fi Ulumul Qur’an
3. Abu Bakar al-Sijistani, kitabnya Gharib al-Qur’an
4. Muhammad Ibn Ali al-Adfawi, kitabnya Al- Istighna fi Ulumul Qur’an.12

11
Shubhi al- Shalih, op.cit., h. 121-122
12
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:Bulan Bintang, 1973. H.14

8
Di abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para tokoh
serta karyanya adalah;
1. Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al- Hufi, kitabnya Al- Burhan fi Ulumul Qur’an dan
I’rab Al-Qur’an
2. Abu Amr al- Dani, kitabnya Al-Taisir fi al-Qiraat al-Sab’I dan Al- Muhkam fi
al- Nuqath
3. Al- Mawardi, kitabnya tentang amtsal Qur’an.13

Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat al-Qur’an. Abu Qasim Abdur
Rahman al-Suahaili mengarang Mubhamat al-Qur’an. Ilmu ini menerangkan lafal-
lafal Al-Qur’an yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas. Ibn al-Jauzi menulis
kitab Funun al- Afnan Fi ‘Aja’ib al-Qur’an dan kitab Al- Mujtaba fi Ulum
Tata’allaq bi al-Qur’an.
Pada abad ke-7 Ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al’Izz
mengarang kitab Majaz al-Qur’an. ‘Alam al-Din al-Sakhawi mengarang tentang
Qiraat. Ia menulis kitab Hidayah al- Murtab fi al- Mutasyabih. Abu Syamah Abd
al-Rahman Ibn Ismail al- Maqdisi, menlis kitab Al- Mursyid al- Wajiz fi ma
Yata’allaq bi al- Qur’an al- ‘Aziz.
Pada abad ke-8 H muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru
tentang Al-Qur’an, seperti berikut ini:
1. Ibn Abi al- Ishba’, kitabnya tentang badai al-Qur’an.
Ilmu ini membahas berbagai macam keindahan bahasa dalam al-Qur’an.
2. Ibn Qayyim, menulis tentang Aqsamul Qur’an
3. Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj al-Qur’an. Isi kitab ini tentang
bukti-bukti yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menetapkan suatu hukum
4. Abu Hasan al-Mawardi menyusun ilmu amstal al-Qur’an
5. Badruddin al-Zarkasyi, kitanya Al- Burhan fi Ulum Al-Qur’an.14

Pada abad ke- 9 muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan ilmu-


ilmu Qur’an, yaitu:

13
Ibid.
14
Ibid., h. 222

9
1. Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi’ al- Ulum min Mawaqi’ al- Nujum.
Menurut Al-Suyuthi, Al-Buqini dipandang sebagai ulama yang mempelopori
penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab dalam kitabnya tercakup 50
macam ilmu Al-Qur’an.
2. Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya Al-Tafsir fi Qawa’id al-Tafsir.
Di dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, al-Qur’an, surat dan ayat. Juga
dijelaskan dalam kitabnya itu tentang syarat-syarat menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an.
3. Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir (873 H). Kitab ini
memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Menurut sebagian Ulama. Kitab ini
dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an yang paling lengkap. Al-Suyuthi
merasa belum puas, beliau menyusun lagi sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-
Qur’an. Di dalam kitab ini terdapat 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara
padat dan sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini merupakan kitab pegangan
bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah wafatnya Al-Suyuthi
tidak terlihat munculnya penulis yang memiliki kemampuan seperti
kemampuannya. Sehingga terjadi kevakuman sejak wafatnya Imam Al-
Suyuthi sampai dengan akhir abad ke 13 H.15
Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke -15, perhatian ulama
terhadap penyusunan kitab-kitab Ulumul Qur’an kembali bangkit. Kebangkitan
ini sejalan dengan kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama
lainnya.diantara Ulama yang menulis tentang Ulumul Qur’an ialah:
1. Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Ba’dh Al- Mabahits Al-
Muta’alliqah bi Al-Qur’an.
2. Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (1332 H) kitabnya, Mahaasin Al-Takwil
3. Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, kitabnya Manaahil Al-‘Irfan Fi
‘Ulum Al-Qur’an.
4. Musthafa Shadiq Al-Rafi’, kitabnya I’jaz Al-Qur’an
5. Sayyid Quttub, kitabnya Al-Thaswir al-Fanni Fi Al-Qur’an dan Fi Zilal Al-
Qur’an
6. Muhammad Rasyid, kitabnya Tafsir al-Mannar

15
Ramli Abdul Wahid, op.cit., h.20

10
7. Shubhi al-Shalih, kitabnya Mabaahits Fi Ulum Al-Qur’an
8. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, kitabnya ilmu-ilmu Qur’an
9. Rif’at Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnya Pengantar ilmu Tafsir
10. M. Quraish Shihab, kitabnya membumikan Al-Qur’an.16

Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulum Al-Qur’an, terdapat tiga


pendapat, yaitu:
1. Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah ‘Ulum Al-Qur’an
mengatakan bahwa lahirnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an pertama kali ialah pada
abad ke-7.17
2. Ibn Sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi, dengan demikian
menurutnya, istilah ini lahir pada permulaan abad ke-15.18
3. Shubhi Al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang yang pertama kali
menggunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an ialah Ibn Al-Mirzaban. Dia
berpendapat seperti ini berlandasan pada penemuannya tentang beberapa kitab
yang berbicara tentang kajian Al-Qur’an yang telah mempergunakan istilah
‘Ulum Al-Qur’an. Yang paling awal menurutnya ialah kitab Ibn Al-Mirzaban
yang berjudul Al-Hawi Fi ‘Ulum Al-Qur’an yang ditulis pada abad ke-3 H.
Hal ini juga disepakti oleh Hasbi As-shiddieqi.19

D. Urgensi mempelajari Al-Qur’an


Adapun tujuan dari mempelajari ‘Ulumul Qur’an adalah:
1. Agar dapat memahami kalam Allah ‘Aza Wajalla sejalan dengan keterangan
yang dikutip oleh para sahabat dan para tabi’in tentang interprestasi mereka
terhadap Al-Qur’an
2. Agar mengetahui cara dan gaya yang digunakan oleh para mufassir (ahli
tafsir) dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan disertai penjelasan tentang
tokoh-tokoh ahli tafsir yang ternama serta kelebihan-kelebihannya.
3. Agar mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-Qur’an
16
Ibid., h.21
17
Muhammad Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, op.cit., h. 34
18
Ibid., h. 34-35
19
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, op.cit., h. 16

11
4. Mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan dalam menafsirkan Al-Qur’an.20

Hubungan ‘Ulumul Qur’an dengan tafsir juga dapat dilihat dari beberapa
hal yaitu:
a. Fungsi ‘Ulumul Qur’an sebagai alat untuk menafsirkan, yaitu:
1. Ulumul Qur’an akan menentukan bagi seseorang yang membuat syarah
atau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tepat dapat dipertanggung
jawabkan. Maka bagi mafassir ‘Ulumul Qur’an secara mutlak merupakan
alat yang harus lebih dahulu dikuasai sebelum menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an.
2. Dengan menguasai ‘Ulumul Qur’an seseorang baru bisa membuka dan
menyelami apa yang terkandung dalam Al-Qur’an
3. ‘Ulumul Qur’an sebagai kunci pembuka dalam menafsirkan ayat Al-
Qur’an sesuai dengan maksud apa yang terkandung di dalamnya dan
mempunyai kedudukan sebagai ilmu pokok dalam menafsirkan Al-Qur’an.
b. Fungsi ‘Ulumul Qur’an sebagai Standar atau Ukuran Tafsir
Apabila dilihat dari segi ilmu, ‘Ulumul Qur’an sebagai standar atau ukuran
tafsir Al-Qur’an artinya semakin tinggi dan mendalam ‘Ulumul Qur’an dikuasai
oleh seseorang mufassir maka tafsir yang diberikan akan semakin mendekati
kebenaran, maka dengan ‘Ulumul Qur’an akan dapat dibedakan tafsir yang shahih
dan tafsir yang tidak shahih.
Ada beberapa syarat dari ahli tafsir (mufassir) yaitu:
1.       Akidahnya bersih
2.       Tidak mengikuti hawa nafsu
3.       Mufassir mengerti Ushul at-Tafsir
4.       Pandai dalam ilmu riwayah dan dirayah hadits
5.       Mufassir mengetahui dasar-dasar agama
6.       Mufassir mengerti ushul fiqh
7.       Mufassir menguasai bahasa Arab.21

20
Muhammad ‘Ali Al-Shabuni, loc. cit, h.18
21
Ibid., h. 218-219

12
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ‘Ulumul Qur’an sangat penting
dipelajari dalam rangka sebagai pijakan dasar dalam menafsirkan Al-Qur’an oleh
para mufassir. Dapat dikatakan semakin dikuasainya ‘Ulumul Qur’an oleh
mufassir maka semakin tinggilah kualitas tafsir yang dibuatnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13
1. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ‘Ulumul Qur’an adalah ilmu yang
membahas segala hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu
yang disandarkan kepada Al-Qur’an sebagai penunjang untuk memahami Al-
Qur’an secara luas dan mendalam. Perlu kita pelajari agar tidak terjadi
kesalahan dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
menjadi acuan dan pedoman hidup dalam rangka meraih kesuksesan di dunia
dan akhirat.
2. Pertumbuhan dan perkembangan ‘Ulumul Qur’an berlangsung dalam rentang
waktu yang panjang. Walaupun pada masa nabi hidup di siplin ilmu ini belum
dibukukan, sebab sahabat merasa cukup meminta penjelasan dari rasul akan
sesuatu yang tidak dipahami. Namun hal ini berkembang, dimana wilayah
Islam telah luas dan banyak orang ‘Ajam (non Arab) yang masuk Islam,
tentunya mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami Al-
Qur’an. Lahirlah inisiatif dari Usman untuk menyalin Al-Qur’an kembali dari
Salinan Al-Qur’an yang pernah ditulis di masa Nabi hidup dan diperbanyak.
Tindakan ini disusul dengan berbagai kegiatan para sahabat dan para tabi’in
untuk menggali berbagai ilmu dalam Al-Qur’an, sehingga lahirlah berbagai
kitab. Akhirnya pada abad ke-2 H ‘Ulumul Qur’an mulai dibukukan. Dengan
kitab-kitab yang sudah ditulis tersebut semakin meramaikan pembahasan para
Ulama tentang Al-Qur’an.
3. Imam As-Suyuthi adalah salah satu Ulama ‘Ulumul Qur’an yang berpengaruh,
karena kitabnya menjadi pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu
ini.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kami harapkan
kritik dan saran untuk makalah yang saya rasa masih perlu di perbaiki. Dan saya
harapkan informasi di makalah ini tidak hanya sebatas di makalah ini. Semoga
teman teman dapat mencari informasi di sumber yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

14
As-Shiddiqie, T.M. Hasbi, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).

Ash-Shiddieqi, T.M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:Bulan Bintang, 1973.

https://www.academia.edu/4084746/ULUMUL_QURAN_DAN_PERKEMBANGANNYA?
auto=download
https://www.researchgate.net/publication/318760957_Buku_Ajar_Ulumul_Quran
_1

15

Anda mungkin juga menyukai