ISLAM
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Materi Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu :
Dr. M. Baderun, M. Pd
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat, taufiq, hidayah serta karunianya Makalah Materi Bimbingan
Penyuluhan dengan judul “ Pengaruh Filsafat Yunani Terhadap Pendidikan Islam’’
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
1. Bapak Dr. M. Baderun, M.Pd sebagai dosen pembimbing kami yang tidak
lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap
saat.
2. Orang tua dan keluarga kami yang banyak memberikan motivasi.
3. Pihak-pihak yang sudah membantu terselesainya tugas ini.
Kami sadar sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi yang masih dalam
proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,
guna penulisan makalah ini yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Ada
kurang dan lebihnya kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika ditelusuri perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia, khususnya
pendidikan Islami, nama madrasah itu sendiri munculnya agak belakangan.
Beberapa tempat diduga lebih dahulu digunakan masyarakat Islam di
Nusantara, di antaranya masjid yang digunakan mempunyai fungsi ganda,
sebagai tempat ibadah dan aktivitas sosial keagamaan yang lain, termasuk di
dalamnya aktivitas pendidikan. Fungsi ganda ini lebih nyata jika dikaitkan
dengan pendapat yang menyatakan bahwa Islam masuk di Indonesia pada abad
1 Hijriah atau abad VII Masehi. Pada abad I Hijriah tersebut, perkembangan
Islam di tanah kelahirannya masih memandang masjid sebagai pusat kegiatan
pemerintahan dan sosial keagamaan.
Selain itu juga dijumpai rumah-rumah tokoh masyarakat, ulama, kiai, dan
guru ngaji yang dijadikan sebagai tempat pengajaran agama Islam. Tempat
semacam ini jumlahnya amat banyak yang sangat menonjol terjadi di daerah
pedesaan. Bahkan kondisi yang demikian ini masih banyak dijumpai di daerah
daerah tertentu di wilayah Indonesia.
Namun yang lebih spesifik dan menunjukkan tempat pendidikan Islami di
Nusantara antara lain adalah meunasah, yaitu tempat belajar al-Quran, doa
shalat, dan tempat belajar agama bagi anak-anak atau orang dewasa, serta untuk
1
shalat berjamaah bagi masyarakat dikampung-kampung masyarakat Aceh.
Sementara bagi masyarakat Jawa dikenal dengan langgar atau tajug , dan di
tempat lain disebut dengan mesegit. Nama-nama tersebut merupakan nama
lembaga pendidikan tingkat dasar.2
1 Munawar Syadzali memberikan perjelasan lebih rinci, bahwa meunasah adalah lembaga
pendidikan Islami yang serups pondok pesantren tingkat elementary (mubtad) dan gurunya diuebut
Teungku Meunasah. Di tempat in dajarkan membaca menulis huruf Arab Melayu (Arab Pegan),
membaca Juz Amma untuk bacaan shalat, preaktsk shalat, dan Akidah Islamiyah, Kital yang
digunakan antara lain Mesol al Muhtad Ahwinal Muhtad oleh Syakh Dawud Rumi (baba dawud),
Hidayah al Hidayah oleh Syaikh Muhammad Zain Ibn Tagh Jaka alin. Lihat Munawir Sadzali,
Pendidikan Agama dan Pengembangan Pemikiran Keagamon, (jakarta Depag , 1983), p.123.
2
Nurul Huda, Madrasah : Sebuah perjalanan untuk eksis dalam dinamika pesantren dan
Madrasah.(Yogyakarta; Pustaka Pelajar,2020). P.2010.
1
Sebelum mengkaji lebih luas mengenai persoalan lembaga pendidikan
Islami beserta fungsinya, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai
pengaruh yang ditimbulkan oleh filsafat yang berasal dari peradaban Helenisme
atau Yunani, yang diakui atau tidak, merupakan modal dasar yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan pemikiran abad selanjutnya, termasuk dalam
perkembangan pemikiran pendidikan Islami.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh filsafat Yunani tehadap pendidikan Islam ?
2. Bagaimanakah fungi Madrasah dalam pengembangan ilmu pendidikan
Islami ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui engaruh filsafat Yunani tehadap pendidikan Islam
2. Untuk mengtahui fungi Madrasah dalam pengembangan ilmu pendidikan
Islami
2
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat Yunani ditemukan oleh umat Islam dalam bahasa samaran Syiria
yang merupakan bahasa campuran antara pemikiran Plato dan Aristoteles,
sebagaimana yang ditafsirkan dan diolah oleh para filsuf selama berabad-abad
sepanjang masa Helenisme.4 Pemikiran Yunani yang masuk ke dunia Islam tidak
datang dengan manuskrip-manuskripnya yang asli. Vitalitas ilmuan dan filsuf
Yunani telah berakhir dengan mundurnya Museum Alexander. Jembatan yang
menghubungkan antara pengetahuan Helenisme dengan budaya Islam adalah
3 Abudin Nata, (ed), Sejarah Pendidikan Islami Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta
Rajawal Press, 20042 155-156
4
Menunt Nurchols Madjid, istilah "Hellerisme" pertama kali diperkenalkan oleh ahill separah dari
Jerman. JC Droysen Droysen menggunakan istilah ini sebagai sebutan untuk masa yang
dianggapnya sebagai periode peralihan antara Yunani Kuno dan dunia Uhat Nurcholis Madjid Islam
Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan
Kemerdekaan, Jakarta Paramadana, 1955, h 233 berbeda dengan Droysen beberapa ahli sejarah,
seperti Bernard Lewis dan Philip K. H menggunakan istilah "elemme" sebagai sebutan untuk adopsi
peralaban Yunani, bak peradaban Yunani Kuno maupun peradaban Yunani pada masa setelah
meninggalnya Alexander Agung sampai berkuasanya Romawi terhadap wilayah bekas kekuasaan
Alexander Agung Peradaban Hellenume dapat dibedakan atas peradaban Hellenis dan Hellenistk,
yang berasal dan kata "Helene" Artinya Greek atau Yunani Hellers adalah peradaban Yunani Kuno
mula 776 SM sampai meninggalnya Alexander Agung sampai berkuasanya Romawi atas wilayah
Hellmis. Lihat foot note Harun Asroh, Sejarah Pendidikan Islam, (akarta Logos, 2001), p. 27.
3
penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Syiria, yang merupakan
bahasa intelektual Timur Tengah. Bahasa Syiria dimengerti oleh ilmuwan
Persia, Yunani, Yahudi, dan Kristen yang sedang mencari kebebasan beragama
dan stimulan intelektual di Persia selama dua abad, sampai kerajaan Sasaniyah
ditaklukan oleh bangsa Arab.
4
Lembaga-lembaga pendidikan yang sebelumnya hanya mengajarkan
pengetahuan agama, malah mengajarkan ilmu pengetahuan, seperti matematika,
filsafat dan kedokteran. Misalnya di Kuttab, yaitu salah satu dan lembaga filsafat
tingkat dasar, pada abad pertama masa Islam hanya mengajarkan pelajaran
membaca dan menulis. Kemudian diajarkan pula pendidikan keagamaan. Sejak
abad ke-8 M, Kuttab mulai mengajarkan pelajaran ilmu pengetahuan di samping
ilmu agama. Tidak diragukan lagi, semua ini disebabkan setelah adanya kontak
antara Islam dengan budaya Helenisme. 6
6
Harun Aurohah, Op. Cit, hal 44
7
Perlu dijelaskan bahwa sistem pendidikan hami di masa Klask tidak kenal di sekolah tingkat
memengah yang ada hanya lembaga pendidikan tingkat dasar dan lembaga pendidikan tingkat
tinggi. Ibid
5
dengan Helenisme bukan hanya memengaruhi lahirnya berbagai wacana di
bidang ilmu pengetahuan dan filsafat Islam, tetapi juga pemikiran-pemikiran
keagamaan, seperti teologi, tafsir, bahasa, hukum Islam dan sebagainya. Pendek
kata, masa klasik Islam adalah periode kejayaan dan keemasan peradaban Islam,
khususnya di bidang intelektual Islam. 8
8
Menurut Harun Nasution, pada periode tersebut memberikan kontribusi yang tidak sedikit,
sungguh pun tidak secara langsung terhadap tercapainya peradaban modern di Barat.
6
ilmu agama (Islam) dan ilmu sekuler (ilmu umum dan ilmu sekuler Kristen).
Dualisme model pendidikan yang konfrontatif tersebut mengilhami munculnya
gerakan reformasi dalam pendidikan pada awal abad XX. Gerakan reformasi
tersebut bertujuan mengakomodasi sistem pendidikan sekolah ke dalam
lingkungan pesantren. Corak model pendidikan ini menyebar dengan cepat tidak
hanya di pelosok pulau Jawa, tetapi juga di luar pulau Jawa. Dari situlah embrio
madrasah lahir.
Di samping itu, munculnya SKB tiga menteri tersebut juga dimulai sebagai
langkah positif bagi peningkatan mutu madrasah, baik dari status, nilai ijazah,
maupun kurikulumnya. Di dalam salah satu diktum pertimbangan SKB tersebut,
disebutkan perlunya diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu
pendidikan pada madrasah-madrasah, agar lulusan madrasah dapat melanjutkan
7
atau pindah ke sekolah-sekolah umum dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi.9
9
Rutarjo, Medah sebagai Center of Excellendam Di Peren dan Madrah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2002), p.210
8
materialistik dan individualistik, sebagai dampak dari pembangunan nasional,
khususnya pembangunan ekonomi.
3. Membentuk akhlak dan kepribadian
Peran kultural madrasah dan pondok pesantren telah diakui oleh
banyak pihak sampai sekarang. Sistem pendidikan pondok pesantren masih
dianggap satu-satunya lembaga yang dapat mencetak calon ulama
(reproduction of ulama). Banyak ulama dan pemimpin nasional yang menjadi
panutan masyarakat dan bangsa lahir dari sistern pendidikan Islami ini. Hal
ini bisa terjadi karena dari sistem pendidikannya di samping menekankan
pengusaan pengetahuan yang luas, juga sangat memerhatikan pendidikan
etika dan moral yang tinggi. Tujuan pendidikan madrasah atau pesantren
tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan pengetahuan-
pengetahuan, tetapi untuk meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi
semangat, menghargai nilai-nilai spritual dan kemanusiaan, mengajarkan
sikap dan tingkah laku jujur dan bermoral, menyiapkan para murid untuk
hidup sederhana dan bersih hati.
4. Benteng moralitas bangsa
Pesatnya kemajuan pembangunan nasional selama tiga dekade ini
telah membawa pengaruh positif bagi kemajuan dan peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat Indonesia, terutama tingkat kesejahteraan yang
bersifat materi. Pendapatan perkapita masyarakat Indonesia telah meningkat
pesat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada
gilirannya, kemajuan ini telah ikut meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat. Sekarang ini masyarakat relatif cukup mudah untuk memperoleh
pangan dan sandang. Namun, di sisi lain kemajuan ekonomi ini pada
gilirannya juga telah melahirkan masalah-masalah baru, seperti kesenjangan
sosial yang semakin tinggi antara yang kaya dan miskin, meningkatknya
tingkat kriminalitas, meningkatnya jumlah kenakalan remaja,
berkembangnya pergaulan bebas dan praktik prostitusi, merosotnya
kepedulian sosial masyarakat. Kondisi ini menyebabkan masyarakat mulai
melirik kembali kepada lembaga pendidikan Islami seperti madrasah atau
pondok pesantren. Kecenderungan ini memberi bukti madrasah dan pesantren
9
diyakini dapat menjadi benteng yang ampuh untuk menjaga kemerosotan
moralitas masyarakat.
5. Lembaga pendidikan alternatif
Modernisasi kehidupan masyarakat akibat perkembangan dan
kemajuan ilmu dan teknologi yang diwujudkan dalam kegiatan
pembangunan, telah melahirkan kemauan dan peningkatan kehidupan
masyarakat. Penyelengaraan sistem pendidikan persekolahan (umum) secara
masal pada tahap awal telah melahirkan kemajuan-kemajuan yang
menakjubkan, terutama dalam upaya memberantas buta huruf dan
meningkatkan kualitas penduduk yang berpendidikan, sehingga dapat
mencari penghidupan yang layak. Peningkatan kualitas pendidikan ini pada
gilirannya telah mempercepat tumbuhnya tingkat kesejahteraan ekonomi
sebagian masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat menengah ke atas.
Namun peningkatan kualitas kesejahteraan ekonomi ini tidak diikuti dengan
peningkatan kesejahteraan spritual dan mental masyarakat. Kemajuan
kemajuan yang ada telah melahirkan bentuk kehidupan yang timpang. Di satu
sisi mereka berkelebihan secara materi, tetapi di sisi lain merasa kosong
mental spritual.
10 Husel Rahim, Arah Baru Pendidikan tenidodonesia (Jakarta Logos Wacana imu, 2001) 34-34
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penaklukan daerah-daerah dalam pemerintahan Islam, sejak masa Khalifah
Umar bin Khattab sampai masa Daulah Bani Umayyah dan Bani Abbasyiah,
banyak berpengaruh pada peradaban. dan pendidikan Islami, dan yang paling
berharga dari penaklukan negara-negara tersebut adalah pengetahuan dari
filsafat Yunani. Sejak itu dasar-dasar filsafat Yunani ikut memberikan pengaruh
pada kemajuan pendidikan Islami.
Filsafat Yunani ditemukan oleh umat Islam dalam bahasa samaran Syiria
yang merupakan bahasa campuran antara pemikiran Plato dan Aristoteles,
sebagaimana yang ditafsirkan dan diolah oleh para filsuf selama berabad-abad
sepanjang masa Helenisme. Pemikiran Yunani yang masuk ke dunia Islam tidak
datang dengan manuskrip-manuskripnya yang asli. Vitalitas ilmuan dan filsuf
Yunani telah berakhir dengan mundurnya Museum Alexander. Jembatan yang
menghubungkan antara pengetahuan Helenisme. dengan budaya Islam adalah
penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Syiria, yang merupakan
bahasa intelektual Timur Tengah.
Sedangkan lembaga pendidikan agama Islam pertama yang didirikan di
Indonesia adalah dalam bentuk pesantren. Dengan karakternya yang khas,
religious oriented, pesantren telah mampu meletakkan dasar-dasar pendidikan
keagamaan yang kuat. Para santri tidak hanya dibekali pemahaman tentang
ajaran Islam, tetapi juga kemampuan untuk menyebarkan dan memerhatikan
Islam.
Madrasah berdiri atas inisiatif dan realisasi dari pembaharuan sistem
pendidikan Islami yang telah ada. Pembaharuan tersebut, menurut Karl
Stembrink (1986) meliputi empat hal, yaitu:
11
3. Upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren dan
sistem pendidikan Barat;
12
DAFTAR PUSTAKA
13