Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HADITS TENTANG MUSLIM AKTUAL


Makalah di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi
Dosen pengampu : Ahmad Zarnuji, M.Pd.I

Disusun oleh :
MIFTAHUL KHOIRI NPM : 201210092
NURUL AINI MAHMUDAH NPM : 201210114
WASILATUR ROHMAH NPM : 201210139

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
ISTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIMNU)
METRO LAMPUNG
T.A 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


karunia serta nikmat yang banyak kepada para penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas yang telah diberikan dengan tepat waktu.

Sholawat beriringan salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi


Muhammad SAW, kepada para sahabat-sahabatnya dan setiap orang yang
mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Di dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan banyak


bantuan baik itu dalam material maupun non material yang sangat membantu
penulis, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terima kasih.

Penulis menyadari di dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak


sekali kesalahan kalimat ataupun yang lainnya, oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun yang diharapkan
akan memberikan masukan yang berguna, yang nantinya akan dijadikan sebagai
bahan perbaikan.

Wassalamu’alaikum wr wb

Metro, 26 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan.................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Muslim Aktual................................................................... 6
B. Sumber Riwayat Hadits Tentang Muslim Aktual................................ 6
C. Mukharijul Hadits Tentang Muslim Aktual......................................... 8
D. Takhrijul Hadits Tentang Muslim Aktual............................................ 9
E. Asbab Al Wurud Tentang Muslim Aktual........................................... 9
F. Fiqhul Hadits Mengenai Muslim Aktual.............................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 14
Daftar pustaka................................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keislaman seseorang belum dianggap sempurna dan sejati jika hanya
terpaku pada ibadah ritual sebagai kewajibannya terhadap Allah swt., lalu
meremehkan hubungannya dengan sesama manusia. Ajaran Islam tidak
sepenuhnya berdimensi Ilahiyah, tetapi juga berdimensi insaniyah, meskipun
semuanya bermuara kepada ketaatan kepada Allah swt. Oleh sebab itu, berlaku baik
kepada sesama manusia juga merupakan bagian dari ajaran Islam yang tidak dapat
diabaikan.

Karena Islam dalam pengamalannya tidak hanya sebatas dalam


sebuah tataran konseptual dan ibadah ritual semata, akan tetapi harus ada
tindakan yang diaktualisasikan dalam kehidupan realitas sosial
kemanusian yang benar-benar humanis, harmonis dan damai. Dan
memberi motivasi agar umat Islam senantiasa berlaku baik terhadap
sesamanya muslim dan tidak menyakitinya, baik secara fisik maupun hati.
Mengingat pentingnya hubungan baik dengan sesama muslim, maka
Rasulullah saw. Menjadikannya sebagai ciri tingkat keislaman seseorang.
Orang yang tidak memberikan rasa tenang dan nyaman terhadap
sesamanya muslim dikategorikan bukan seorang muslim sejati.

Rukun Islam, dalam pengamalannya jika telah terpenuhi maka seseorang


sudah dianggap muslim. Bahwa muslim yang sejati tidak hanya memenuhi rukun
Islam secara formal, tetapi keislaman yang benar ialah di samping terpenuhinya
rukun Islam, juga harus senantiasa tercermin dalam segala tingkah lakunya
beberapa nilai moral yang Islami.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari muslim aktual?

4
2. Bagaimana sumber riwayat hadits tentang muslim aktual?
3. Bagaimana mukhorijul hadits tentang muslim aktual?
4. Bagaimana takhrijul hadits tentang muslim aktual?
5. Bagaimana asbab al wurud tentang muslim aktual?
6. Bagaimana fiqhul hadits mengenai muslim aktual?

C. Tujuan dan kegunaan


1. Dapat mengetahui tentang pengertian dari muslim aktual
2. Dapat mengetahui tentang sumber riwayat hadits tentang muslim aktual
3. Dapat mengetahui tentang mukhorijul hadits tentang muslim aktual
4. Dapat mengetahui tentang takhrijul hadits tentang muslim aktual
5. Dapat mengetahui tentang asbab al wurud tentang muslim aktual
6. Dapat mengetahui tentang fiqhul hadits mengenai muslim aktual

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muslim Aktual


Muslim aktual, maksudnya seorang muslim yang benar-benar
mengamalkan ajaran Islam. Tidak hanya sebatas dalam sebuah tataran konseptual
dan ibadah ritual semata, akan tetapi harus ada tindakan yang diaktualisasikan
dalam kehidupan realitas sosial kemanusian yang benar-benar humanis, harmonis
dan damai.

‫عن عبد هللا بن عمرو رضي هللا عنه قال مسعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬

‫اَّللُ َعْنهُ ( رواه‬ ِ ‫الْمسلِم من سلِم الْمسلِمو َن ِمن لِسانِِه وي ِدهِ والْمه‬
‫اج ُر َم ْن َه َجَر َما ََنَى ه‬ َ ُ َ ََ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ ُ
) ‫امحد‬

Artinya : Diriwayatkan dari ‘Abdullah ibn Umar R.A., ia berkata, ia berkata, saya
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Seorang muslim itu adalah orang-orang
yang menyelamatkan terhadap sesamanya muslim dari gangguan Iidah dan
tangannya. Dan muhajir (orang yang berhijrah) adalah Orang yang menahan diri
dari apa yang dilarang Allah kepadanya." (HR. Ahmad bin Hambal).

B. Sumber Riwayat Hadits

Yang menjadi sumber riwayat hadis ini merupakan seseorang yang


langsung menerima dan terlibat dengan Rasulullah Saw. Yaitu Abdullah ibn 'Amr.
Nama lengkapnya ialah Abu Muhammad 'Abdullah ibn 'Amr ibn al-Ash ibn Wail.
Lahir pada tahun 27 (SH) sebelum hijrahnya Nabi Saw. ke Madinah. la masuk Islam
lebih dahulu dari pada kedua orang tuanya dan hijrah ke Madinah sesudah tahun ke
7 H serta banyak mengikuti peperangan.

6
Abdullah ibn Amr termasuk salah seorang sahabat yang pandai menulis
sehingga banyak koleksi hadis yang ditulis yang didengar langsung dari Nabi Saw.
Beliau pernah menuturkan: “Aku menulis semua yang kudengar dari Rasulullah
Saw. Karena hal itu akan kuhafal”. Akan tetapi, orang-orang Quraisy melarang,
mereka mengatakan: “Anda selalu menulis apa yang Anda dengar dari Rasulullah
Saw., padahal beliau tidak lebih dari manusia biasa yang berbicara dalam keadaan
marah atau gembira.” Mendengar hal itu, saya lalu berhenti menulis. Kemudian
hal itu saya laporkan kepada Rasulullah Saw., ternyata beliau menjawab: “Tulislah,
demi Allah, tidak keluar dari mulutku kecuali kata-kata yang hak.” Abu Hurairah
juga memberi kesaksian bahwa Abdullah banyak menulis hadis, katanya: “Tidak
ada sahabat Nabi yang lebih banyak hadisnya daripada saya kecuali Abdullah ibn
Amr, sebab ia pandai menulis sedangkan saya tidak.”

Abdullah ibn Amr rajin dan tekun menulis hadis sampai mengoleksi dalam
sebuah Shohifah yang beliau namakan Shohifah Ash-Shadiqoh yang merupakan
modal yang paling berharga bagi beliau. Di dalam Shohifah ini berisi hadis-hadis
yang beliau dengar langsung dari Rasulullah Saw.

Abdullah ibn ‘Amr ibn al-Ash seorang ahli mengenai Al Qur’an dan juga
tentang kitab-kitab samawi yang terdahulu, sebab ia pandai bahasa Suryani. Rasyid
Al-Hajari meriwayatkan yang bersumber dari ayahnya, bahwa ada seseorang
berkata kepada Abdullah ibn Amr, “Beritahukanlah kepadaku tentang suatu hadis
yang Anda terima dari Rasulullah Saw. dan bukan yang Anda terima dari perang
Yarmuk.” Lalu Abdullah ibn Amr menjawab, saya mendengar Rasulullah Saw.
bersabda sebagaimana hadis yang diriwayatkan di atas: “Seorang muslim (sejati)
ialah yang selamat atas sesamanya muslim dari gangguan lidah dan tangannya.”

Ketika Nabi Saw. Wafat dan para sahabat sudah tersebar ke berbagai kota,
Abdullah ibn Umar, Abu Hurairah, dan Aisyah tinggal dan menetap di Madinah,
Abdullah ibn Abbas di Mekah, Abdullah ibn Mas’ud di Kufah, Anas ibn Malik dan
Abu Musa al-Asy’ari di Basrah, Mu’adz ibn Jabal, Abu Darda’, dan Ubbadah ibn
Shamit di Syiria, dan di Mesir adalah Abdullah ibn Amr ibn al-Ash. Dialah yang
merupakan acuan dan rujukan dalam penetapan hukum, pemberian fatwa, dan
dalam berbagai pengajaran agama di Mesir. La meriwayatkan 7()0 hadis Nabi Saw.

7
Penduduk Mesir telah meriwayatkan hadis yang bersumber dari Abdullah ibn Amr
ibn Ash lebih dari 100 hadis. La wafat di Mesir pada tahun 63 H dalam usia 92
tahun pada masa pemerintahan Abdul Malik ibn Marwan. Dan ada juga yang
mengatakan wafat di Thaif pada tahun 55 H, dan ada juga yang berpendapat wafat
di Mekah pada tahun 67 H.

C. Mukharijul Hadits

Yang menjadi mukharijul hadits di atas adalah imam Ahmad ibn Hambal.
Nama lengkapnya ialah Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal ibn Hilal
ad-Dzuhli as-Syaibani al-Marwazi al-Baghdadi. Lahir di Marwaz pada bulan Rabi’
al-Awal tahun 164 H (780 M). Ibunya membawanya ke kota Baghdad ketika masih
dalam keadaan menyusu.

Kota Baghdad merupakan tempat beliau memulai belajar dan mencari


hadis-hadis sejak usia 16 tahun hingga mengembara ke berbagai kota, seperti
Mekah, Madinah, Syiria, Yaman, Basrah, dan kota-kota lainnya. Beliau belajar
hadits kepada guru-gurunya, antara lain; Sufyan ibn Uyainah, Ibrahim ibn Sa’ad,
Yahya ibn Qaththan, la belajar fikih kepada imam Syafi’i dan selalu menyertainya
selama tinggal di Baghdad. Imam Syafi’i pernah berkata. “Kutinggalkan kota
Baghdad dengan tidak meninggalkan apa-apa, selain meninggalkan orang yang
lebih takwa, dan lebih alim dalam ilmu fikih yang tiada bandingannya yaitu Ibnu
Hambal”.

Beliau termasuk salah seorang imam mujtahid yang dalam


perkembangannya kemudian, pokok-pokok hasil ijtihad pemikirannya melahirkan
madzhab fikih yang terkenal dengan nama madzhab HaNabilah. Namun
kecenderungannya kepada disiplin dunia hadis lebih dominan, ia menghafal
1.000.000 (satu juta) matan hadis, dan ia digelar sebagai imam Ahl as-Sunnah.

Di antara karyanya yang monumental ialah kitab Musnad al-Imam Ahmad


ibn Hambal yang memuat 40.000 hadis, 10.000 dari jumlah tersebut merupakan
hadis yang diulang-ulang. Ahmad ibn Hambal wafat pada hari jumat, bulan Rabi’

8
al-Awal tahun 241 H (855 M) di Baghdad dalam uasia 77 tahun dan dimakamkan
di Marwaz tempat kelahirannya.

D. Takhrijul Hadits

Secara istilah dalam ilmu hadist, takhrij bermakna upaya untuk mengetahui
sumber kitab utama suatu hadits, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para
periwayat hadits tersebut, menjelaskan tingkatannya serta mempertimbangkan
apakah hadits tersebut dapat dijadikan suatu dalil.

Musnadnya 12 kali hanya susunan redaksinya ada yang berbeda – beda ,


tidak sama seperti di atas , yaitu pada hadis no . 6767 , 6796 , 6850 , 6914 , 6916 ,
6943 , 6944 , 15208 , 6886 , 6479 , 8712 , dan 23447. Bukhari dalam Shahihnya
pada hadis no . 9 , 10 dan 6484. Muslim dalam Shahihnya pada hadis no . 40 , 41 ,
dan 42. Tirmidzi dalam Sunannya pada hadis no . 2504 dan 2628. Abu Daud dalam
Sunannya pada hadis no.2481 . An Nasai dalam Sunannya pada hadis no . 4995 dan
4996. Darimi dalam Sunannya pada hadis no . 2716. Dalam hadis lain yang senada
susunan redaksinya adalah :

‫املسلم من سل م املسلمون من لسانه ويده واملؤمن من أمنه الناس على أمواهلم وأنفسهم‬

‫واملهاجر من هجر اخلطااي والذنوب واجملاهد من جاهد نفسه يف طاعة هللا عز وجل‬

Artinya : “Muslim adalah orang yang aman dari lidah dan tangannya orang
Muslim, orang yang beriman adalah orang yang aman dari uang dan diri mereka
sendiri, pendatang adalah orang yang meninggalkan dosa dan dosa, dan Mujahid
adalah orang yang berjuang. Terhadap dirinya sendiri dalam ketaatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.”

Dalam wacana ilmu hadist, hadits tersebut di atas termasuk bagian dari
hadist masyhur, yang dimaksudkan adalah masyhur dalam pengertian ilmu hadis.
Hadis masyhur menurut Ibnu Hajar al-Asqalani adalah hadis yang mempunyai jalur

9
sanad terbatas yang lebih dari dua dan tidak sampai pada derajat mutawatir. Hadis
tersebut di atas adalah hadis masyhur di kalangan ahli hadis, ahli fikih, ahli ushul
serta masyarakat umum dan kualitasnya adalah sahih.

E. Asbab Al Wurud
Asbab al-Wurud adalah sesuatu atau sebab-sebab yang membatasi arti suatu
hadits, baik itu dalam pengertian ‘am atau khash, mutlak atau terbatas dan
seterusnya. Dengan kata lain, “suatu arti yang dimaksud oleh sebuah hadits saat
kemunculannya atau konteks sosial dari sebuah teks”. Menurut Hasbi ash-Shiddiqi,
Asbab al-Wurud adalah ilmu untuk mengetahui sebab-sebab munculnya sebuah
hadits, waktu dan tempat terjadinya.
Adapun latar belakang yang menyebabkan ya hadis di atas adalah
sebagaimana yang diriwayatkan Ahmad yang bersumber dari Abdullah ibn ‘Amr,
katanya; aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Kedzaliman itu merupakan
kegelapan pada hari kiamat kelak. Oleh karena itu, hindarilah kamu akan kejahatan,
sebab sesungguhnya Allah tidak senang kejahatan dan memang tidak
memerintahkan kejahatan itu. Dan hindarilah sifat kikir itu sebab ialah yang telah
menghancurkan orang-orang terdahulu. Mereka menyuruh memotong dan mereka
melakukannya dan mereka menyuruh dan berbuat kikir. Dan mereka menyuruh dan
berbuat tindak kejahatan. Lalu seorang laki-laki berdiri dan mendatangi Rasulullah
Saw. Dan bertanya kepada beliau: “Orang Islam manakah yang lebih utama, ya
Rasulullah ?” Mendengar pertanyaan ini, beliau menjawab: “Orang muslim adalah
orang yang mampu menyelamatkan terhadap sesamanya dari gangguan lidah dan
tanganmu. Kemudian yang lainnya juga bertanya: “Manakah hijrah yang lebih
utama ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Engkau menahan diri dari apa yang
dilarang Tuhanmu.”

F. Fiqh al Hadits
Fiqh al-hadits dapat dikatakan sebagai salah satu aspek ilmu hadis yang
mempelajari dan berupaya memahami hadis-hadis Nabi dengan baik. Dimaksudkan
dengan baik adalah mampu menangkap pesan-pesan keagamaan sebagai sesuatu
yang dikehendaki oleh Nabi.

10
Dilihat dari Sisi konteks historis sosial lahirnya hadis tersebut merupakan
jawaban atau respon atas sikap dan perilaku orang-orang terdahulu sebelum Islam
yang berbuat kedzaliman dan berbagai tindak kejahatan. Islam datang dengan misi
yang sangat berbeda dengan mereka dan jauh dari sikap dan tindakan yang
menyakitkan dan menyengsarakan, baik secara individual maupun sosial
kemanusiaan secara umum. Bahkan, justru seorang muslim harus berciri khas
mampu menciptakan suasana yang kondusif, aman dan damai.

Secara etimologi, kata Islam berasal dari kata salima-yaslamu-salamatan,


yang mengandung arti as-Silm (penyerahan dan ketundukan), as-Salm,
(perdamaian dan keamanan). Dalam ilmu gramatika (tashrif)----tata bahasa Arab,
kata muslim adalah isim fail dari aslama-yuslimu-islãman. Sekali lagi, dalam ilmu
tashrif, aslama adalah termasuk bagian dari fiil tsulasi mazid (fiil yang pada
dasarnya terdiri dari tiga huruf, tapi kemudian mendapat tambahan, baik satu, dua
atau tiga huruf) yang terbagi ke dalam 12 bab. Aslama kebetulan masuk tsulastsi
mazid ruba’i, maksudnya fiil yang asalnya tiga huruf, yaitu sin-lam-mim, kemudian
ditambah lagi satu huruf, yaitu hamzah, sehingga menjadi empat huruf. Dan, aslama
ini masuk dalam bab if’al, yang salah satu faedah atau maknanya adalah lil-ta’diyah
(fiil yang butuh pada maf’ul: kalau dalam istilah bahasa Indonesia adalah kata kerja
transitif.
Secara terminologi, ketika disebut kata muslim, itu menunjukkan atribut
seorang penganut agama Islam yang telah menyempurnakan rukun-rukun Islam.
Hadis tersebut juga mempertegas, bahwa seorang muslim itu tidak hanya sekedar
persaksian verbal melalui ucapan dua kalimat syahadat dan ibadah ritual. Namun,
harus mampu melakukan sesuatu yang membuat orang lain dan lingkungannya
selamat, aman dan damai.
Contohnya Di negara kita ini masih banyak orang yang bolak-balik
mengerjakan ibadah umrah berkali-kali, padahal hukumnya hanya sunnah (karena
yang wajib hanya satu kali), akan tetapi orang-orang di sekitarnya yang butuh
makan masih banyak justru tidak dipedulikan. Bukankah itu lebih wajib? Masih
banyak anak yatim terlantar atau lembaga pendidikan yang butuh pendanaan
ataupun korban-korban musibah yang jelas-jelas membutuhkan bantuan.

11
Nabi Muhammad SAW. Bersabda :

‫صلهى‬ ‫س َر ِض َي ه‬
ِ‫اَّللُ َعْنهُ َع ْن النِ ي‬
َ ‫هب‬ ٍ َ‫ال َحدهثَنَا ََْي ََي َع ْن ُش ْعبَةَ َع ْن قَتَ َاد َة َع ْن أَن‬
َ َ‫هد ق‬
ٌ ‫َحدهثَنَا ُم َسد‬

‫اَّللُ َعلَْي ِه‬


‫صلهى ه‬ ِ‫س َع ْن النِ ي‬
َ ‫هب‬ َ َ‫ْي الْ ُم َعلِيِم ق‬
ٍ َ‫ال َحدهثَنَا قَتَ َادةُ َع ْن أَن‬ ٍ ْ ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلهم َو َع ْن ُحس‬
َ َ ‫ه‬

‫(رواه البخاري ومسلم وأمحد‬. ‫ب لِنَ ْف ِس ِه‬


ُّ ‫ب ِأل ِخ ِيه َما َُِي‬
‫َح ُد ُك ْم َح هَّت َُِي ه‬ ِ َ َ‫َو َسله َم ق‬
َ ‫ال الَ يُ ْؤم ُن أ‬
‫ ادب‬: ‫ النسائى‬.‫ ادب‬: ‫ امحد‬. 67 : ‫ الميان‬: ‫ مسلم‬.7 . ‫ الميان‬:‫ البخاري‬.)‫والنسائى‬
Artinya : “Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Yahya
telah menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a berkata
bahwa Nabi saw. Telah bersabda “tidaklah termasuk beriman seseorang di antara
kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i”

Dalam hadits ini kita di anjurkan untuk bergaul dengan orang lain dengan
kebaikan. Maksudnya jika kita bergaul dengan orang lain dengan kebaikan serta
kita menyenanginya maka pasti mereka pun akan bergaul dengan kita dengan budi
pekerti yang baik. Di antara kebaikan itu adalah menepati janji, lemah lembut, dan
beberapa kebaikan lain yang sesuai dengan perintah agama.

Seorang muslim itu tidak hanya sekedar persaksian verbal melalui ucapan
dua kalimat syahadat dan ibadah ritual, akan tetapi harus mampu melakukan
sesuatu yang membuat orang lain dan lingkungannya dalam suasana selamat, aman,
damai, tenang, dan tenteram. Paling tidak, mampu menghindarkan diri dari
perbuatan yang bisa mengganggu orang lain.

Abdullah ibn ‘Amr ibn al-Ash meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pemah
ditanya oleh seseorang:

ِ ُّ َ‫ا‬
َ ُّ‫جَرَما َك ِرَه َرب‬
‫ك‬ ُ ْ‫ أَ ْن ََت‬: ‫ال‬ َ ْ‫ي ا ْهل ْجَرةِ أَف‬
َ َ‫ضلُ ؟ ق‬

12
Artinya : “Manakah hijrah yang lebih utama? Beliau menjawab: “Engkau
memutuskan diri dari apa yang dibenci Tuhanmu.” (HR. Ahmad dan Nasai dari
Abdullah ibn ‘Amr)

Meninggalkan suatu daerah menuju daerah lain yang lebih aman dengan
dasar pertimbangan tuntutan agama adalah termasuk hijrah yang dituntut dalam
Islam, tetapi meninggalkan apa saja yang dilarang Allah itulah hijrah yang paling
utama dan inilah sebetulnya hakikat hijrah.

Hijrah itu ada dua macam, yaitu pertama, hijrah secara fisik dengan
meninggalkan suatu daerah dengan dasar pertimbangan agama untuk menghindari
adanya fitnah. Kedua, hijrah batin secara psikis atau yang dikenal dengan istilah
hijrah al-qulüb wa al-jawârih dalam artian meninggalkan segala macam bentuk
ajakan hawa nafsu dan setan, tegasnya segala macam bentuk larangan Allah dan
melaksanakan perintah-Nya

Abu Daud meriwayatkan bersumber dari Muawiyah yang mendengarnya


langsung dari Nabi Saw. Yang artinya “Hijrah itu tidak akan terputus (waktunya)
sampai terputusnya taubat. Dan taubat tidak akan terputus sampai matahari terbit
dari tempat terbenamnya.” (HR. Abu Daud dari Muawiyah).

Dengan demikian, pesan utama dari hadis tersebut di atas adalah agar Islam
tidak hanya dalam sebuah konseptual atau hanya sebatas ibadah ritual, akan tetapi,
harus diaktualisasikan dalam kehidupan realitas sosial kemanusiaan yang harmonis
dan damai.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Muslim itu adalah yang membuat selamat terhadap sesamanya muslim dari
gangguan lidah dan tangannya. Mukmin itu adalah yang membuat rasa aman
terhadap sesamanya manusia atas harta dan jiwanya. Muhajir adalah orang yang
menahan diri dari kesalahan dan dosa. Dan mujahid adalah yang berjihad terhadap
dirinya sendiri dalam ketaatan kepada Allah swt.”

Hadis ini bersumber dari Abdullah ibn ‘Amar yang langsung menerima dan
terlibat dengan Rasulullah saw. Nama lengkapnya ialah Abu Muhammad ‘Abdullah
ibn Amar ibn al-Ash ibn Wail. Lahir pada tahun 27 (SH) sebelum hijrahnya Nabi
saw ke Madinah.

Muslim aktual, maksudnya seorang muslim yang benar-benar


mengamalkan ajaran Islam. Tidak hanya sebatas dalam sebuah tataran konseptual
dan ibadah ritual semata, akan tetapi harus ada tindakan yang diaktualisasikan
dalam kehidupan realitas sosial kemanusian yang benar-benar humanis, harmonis
dan damai.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wajidi Sayadi, Hadis Tarbawi Pesan-pesan Nabi SAW. Tentang


Pendidikan, Pontianak, STAIN Press, 2008

Kementerian agama republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemah Aisyah

Adi Fadli, Asbab al wurud antara teks dan konteks, el hikam : jurnal
pendidikan dan keislaman, vol. 7 no. 2 (mataram: Juli-Desember 2014), h.383

15

Anda mungkin juga menyukai