Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HADIST TARBAWI 1

“HADIST TENTANG ALLAH, PARA NABI DAN RASUL SEBAGAI


PROTOTIPE PENDIDIK”

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Yulianto, M. Pd

Disusun oleh Kelompok 3


1. Nur Shabib Adilah : PI.01.221.4869
2. Eliza : PI. 01.221.4798

YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEMESTER 5 TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah s.w.t Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidyah nya kepada kita selaku hamba Nya yang
selalu mengharapkan kebaikan dan keberkahan dari Nya. Sholawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada pundak junjungan kita nabi Muhammad S.A.W yang
telah menuntun kita menuju zaman islamiah yang penuh dengan imu pengtahuan
sekarang ini.

Makalah yang kami buat ini adalah sebuah makalah yang membahas tentang
Hadist Tarbawi dengan judul ”Hadist tentang Allah, Para Nabi dan Rasul Sebagai
Prototipe Pendidikan”. Dalam pembuatan makalah ini, tidak lah luput dari berbagai
pihak. Khususnya dari dosen pengampu kami bapak Yulianto M.Pd, kedua orang
tua,dan teman-teman. Atas dukungan tersebut kami selaku penulis menghaturkan
ucaapan terima kasih. Akhirnya kami mengharapkan bahwa makalah ini dapat
diterima dan menjadi referensi dalam pembelajaran kedepanya. Selain itu kami
memohon kritik daan saran yang membangun bagi kami dalam membuat makalah
kedepanya.

Bungo, 21 Oktober 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………..…………………………………………….ii

DAFTAR ISI………..…………………………………..………………………......iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..……..2
C. Tujuan Penulisan…………………...……………………………………………...2

BAB II. PEMBAHASAN


A. Allah Sebagai Maha Guru…………………….…………………………………..2
B. Nabi dan Rasul Sebagai Prototipe Pendidik............................................................4

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………..……………..……………………....10
B. Saran…………………………………………………………...………………...10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pendidikan telah ditekankan berulang kali dalam Al-Qur’an dan
Hadis. Hadis Nabi Muhammad juga menekankan nilai pengetahuan. Dalam Al-
Qur’an dan hadis dijelaskan secara eksplisit betapa pentingnya sehingga pentingnya
sehingga pendidikan dihukumkan sebagai sebuah kewajiban bagi tiap muslim karena
dengan pendidikan itulah dapat mengantar seseorang mendekatkan diri kepada Allah,
sang pencipta alam semesta ini. Dalam hadis terdapat beberapa kata yang menunjuk
kepada pendidikan yaitu ta’lim, dari akar ‘alima (untuk mengetahui, menyadari,
untuk memahami, belajar), tarbiyah dari kata raba (meningkatkan, tumbuh,
memelihara), ta’dib dari kata addaba (untuk menjadi berbudaya, halus, santun). Hadis
juga menegaskan bahwa terdapat dua elemen penting yang diperlukan dalam
perumusan dasar dan hakikat pendidikan Islam yaitu, tujuan pendidikan dan faktor-
faktor pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Allah bisa disebut sebagai maha guru?
2. Apa yang dimaksud dengan Nabi dan Rasul?
3. Apa saja tugas Nabi dan Rasul?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana Allah bisa disebut sebagai maha guru
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Nabi dan Rasul
3. Mengetahui apa saja tugas Nabi dan Rasul

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Allah Sebagai Maha Guru


Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah SWT mempunyai Sembilan puluh
Sembilan nama baik, maka dari asmaul husna itulah Allah secara tidak langsung
menjelaskan dan mengajar kan kepada kita bagaimana berperilaku yang baik lagi
indah. Selain itu, Allah juga mempunyai sebuah nama yang teragung. Hal ini para
alim ulama berselisih pendapat dalam menentukan nama teragung bagi Allah SWT
tersebut. Tetapi yang Rajih (dapat dianggap kuat dan baik digunakan sebagai
pegangan dan pedoman) ialah pendapat yang mengatakan bahwa nama teragung yang
dimaksudkan itu merupakan kalimat yang tersusun dari beberapa buah nama Allah
SWT, apabila kalimat ini digunakan oleh seseorang untuk berdoa kepada Allah
dengan melengkapi semua syarat berdoa yang telah ditentukan menurut peraturan
syariat, maka Allah SWT akan mengabulkan doanya.1
Hadis tarbawi yang membahas tentang pendidikan, dibangun atas dasar tauhid,
maka segala kegiatan kependidikan mesti berawal dari Allah. 2 Tauhid merupakan hal
yang menjadikan Allah itu esa, sebagaimana terdapat dalam sebuah hadis bahwa
Rasulullah bersabda:
‫ِه‬ ‫ِف ِإ ِذ‬ ‫ِإ‬
‫َّن الُّد ْنَيا َم ْلُعوَنٌة َم ْلُعوٌن َم ا يَه ا اَّل ْك ُر الَّل َو َم ا َو ااَل ُه َو َعاٌمِل َأْو ُمَتَعِّلٌم‬
"Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat dan segala isinya pun juga
terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang berkaitan dengannya, dan orang
yang alim atau orang yang belajar (penuntut ilmu).” (HR. Tirmidzi)
Kemudian di dalam Alqur’an juga menjelaskan bahwa Allah SWT itu merupakan
sang maha guru, dimana Allah mengajarkan kepada manusia dari apa yang tidak
diketahui sampai dia tahu.

1
Sayyid, Sabiq. 1996. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, Bandung: Diponegoro, h.23
2
Nata, Abuddin, 2012. Tafsir Ayat-Ayat. Ed.1-5, Jakarta: Rajawali Pers, h.55

2
3

‫َعَّل ٱِإْل نَٰس َن َم ا ْمَل َيْع َلْم ٱَّلِذى َعَّل ِبٱْلَق َلِم‬
‫َم‬ ‫َم‬
“Yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam, dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S Al-Alaq : 4-5)
Berikut adalah contoh bagaimana Allah menunjukkan eksistensinya kepada
manusia sehingga bisa disebut sebagai maha guru;
1. Allah Yang Maha Pencipta
Alam semesta ini adalah ciptaan Allah, manusia tidak akan bisa menciptakan
suatu benda yang tidak ada menjadi ada, secerdas apapun manusia itu, mereka
hanya memiliki kemampuan mengelolah benda-benda yang tersedia di alam ini
menjadi karya yang bermanfaat, seperti penemuan yang ditemukan oleh para ahli
yaitu pesawat terbang, dan teknologi-teknologi lainnya.
2. Allah Yang Maha Pemelihara
Allah memperhatikan makhluk-makhlukNya seperti memberi rezeki dan juga
memelihara hamba-hambaNya. Orang yang benar-benar mendapat pemelihara
hakiki (dunia akhirat) adalah orang yang benar-benar percaya kepada Allah,
karena sejatinya tidak mungkin orang yang ingin diperhatikan namun ia tidak
pernah memperhatikan orang. Demikian juga dengan Allah harus ada timbal
baliknya, walaupun pada hakikatnya Allah tidak memerlukannya karena Allah
maha kaya dan maha sempurna.3
3. Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Sejak lahir, manusia dianugerahi rasa kasih dan saying. Rasulullah saw
menjelaskan bahwa kasih saying yang kita miliki berasal dari satu bagian dari
seratus bagian yang dimiliki Allah, Beliau bersabda; “Allah SWT menjadikan
rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisiNya Sembilan puluh Sembilan dan
diturunkan Nya di bumi ini satu bagian, inilah yang dibagi kepada seluruh
makhluk” (H.R Muslim).

3
M. Ali Hasan. 2003. Muhammad dan meneladani Asmaul Husna, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
h.95
4

B. Nabi dan Rasul Sebagai Prototipe Pendidik


1. Pengertian Nabi dan Rasul
Menurut bahasa, Nabi berasal dari kata Nabba-Wanbaa yang berarti
mengabarkan. Jadi Nabi adalah yang memberitakan dari Allah dan ia diberi kabar
di sisi Nya, kemudian berasal dari kata nabaa yang berarti alaa wartafa’ (tinggi
dan naik). Maka Nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat atau
kedudukannya. Sedangkan menurut istilah, Nabi adalah seorang laki laki yang
diberi wahyu oleh Allah swt berupa syariat yang dahulu, dan ia mengajarkan
sekitarnya dari umatnya.
Adapun Rasul secara bahasa berasal dari kata arsala yang artinya mengutus
atau mengirim. Sedangkan menurut istilah Rasul artinya seorang laki laki yang
diutus Allah untuk menyampaikan risalah Nya kepada manusia berdasarkan
wahyu yang diterimanya, baik orang yang tidak ia kenal dan yang memusuhinya.
2. Nabi dan Rasul Sebagai Prototipe Pendidikan
Disebutkan dalam dalil, Imam Ghazali memberikan perumpamaan dengan
membandingkan status antara dua profesi, yaitu tukang emas dan tukang kulit.
Menurut Imam Ghazali, profesi tukang emas statusnya lebih mulia dibanding
profesi tukang kulit, karena barang yang dikerjakan berbeda derajatnya. Menurut
Imam Ghazali, barang yang wujud di permukaan bumi ini yang paling mulia
adalah manusia dan bagian dari manusia itu yang paling mulia adalah jiwanya,
sedangkan tugas seorang guru atau pendidik adalah mengembangkan atau
menyempurnakan, menghiasi, menyucikan, dan membimbingnya untuk dapat
mendekat kepada Allah Yang Maha Agung. Atas dasar pertimbangan ini, maka
profesi guru menduduki status yang sangat mulia.
Namun di Negara kita ini, mungkin guru ini adalah profesi yang
dikesampingkan, atau bisa jadi menjad pilihan terakhir diantara profesi lainnya,
padahal hakikatnya guru menduduki status paling atas. Jika tidak boleh dikatakan
paling mulia, Imam Ghazali menyandarkan pada hadist Nabi Muhammad saw:
5

‫ِن‬ ‫ِه ٍل‬ ‫ِب‬


‫َح َّد َثَنا ْش ُر ْبُن اَل الَّصَّو اُف َح َّد َثَنا َداُو ُد ْبُن الِّز ْبِر َقا َعْن َبْك ِر ْبِن ُخ َنْيٍس َعْن‬
‫َعْبِد الَّر َمْحِن ْبِن ِز َياٍد َعْن َعْبِد الَّلِه ْبِن َيِز يَد َعْن َعْبِد الَّلِه ْبِن َعْم ٍر و َقاَل‬

‫َخ َر َج َرُس وُل ال ﷺ َذاَت َيْو ْن َبْع ِض ُحَج َفَد َخ َل اْلَمْس َد َف َذا ُه َو‬
‫ِج ِإ‬ ‫ِرِه‬ ‫ٍم ِم‬ ‫َّلِه‬
‫َحِبْلَق َتِنْي ِإْح َد اَمُها َيْق َرُءوَن اْلُقْر آَن َو َيْد ُعوَن الَّلَه َو اُأْلْخ َر ى َيَتَعَّلُم وَن َو ُيَعِّلُم وَن َفَق اَل‬
‫ا‬ ‫َش‬ ‫ْن‬ ‫الَّنُّيِب ﷺ ُك ٌّل َعَلى َخ ٍرْي َهُؤ اَل ِء ْق وَن اْلُق آَن ْد ُعوَن الَّلَه َفِإ‬
‫َء‬ ‫ْر َو َي‬ ‫َي َرُء‬
‫ِّل‬ ‫ِإ ِع‬ ‫ِء‬ ‫ِإ‬
‫َأْع َطاُه ْم َو ْن َش اَء َم َنَعُه ْم َو َهُؤ اَل َيَتَعَّلُم وَن َو َّنَم ا ُب ْثُت ُمَع ًم ا َفَج َلَس َمَعُه ْم‬
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal Ash Shawwafi berkata, telah
menceritakan kepada kami Daud bin Az Zibirqan dari Bakr bin Khunais dari
Abdurrahman bin Ziyad dari Abdullah bin Yazid dari Abdullah bin 'Amru ia
berkata; Pada suatu hari Rasulullah saw keluar dari salah satu kamarnya dan
masuk ke dalam masjid. Lalu beliau menjumpai dua halaqah, salah satunya
sedang membaca al-Quran dan berdoa kepada Allah, sedang yang lainnya
melakukan proses belajar mengajar. Maka Nabi pun bersabda: "Masing-masing
berada di atas kebaikan, mereka membaca al-Quran dan berdoa kepada Allah, jika
Allah menghendaki maka akan memberinya dan jika tidak menghendakinya maka
tidak akan memberinya. Dan mereka sedang belajar, sementara sesungguhnya
diriku hanya di utus sebagai pengajar, " lalu beliau duduk bersama mereka.
(HR. Ibnu Majah: 225).
Berdasarkan hadis ini, Imam Ghazali menyimpulkan bahwa profesi guru
merupakan warisan dari misi kerasulan. Status sebagai misi kerasulan inilah yang
menyebabkan mengajar menjadi profesi yang sangat mulia, karena sejatinya guru
adalah profesi nya para Nabi.
Adapun tugas tugas para Rasul yang telah Allah utus antara lain sebagai
berikut:
6

1) Menegakkan kalimat Tauhid


Firman Allah swt dalam kitab suci Alquran:
‫ٓا َا ْلَنا ِم ِلَك ِم َّر ٍل ِااَّل ِح ْٓي ِاَل ِه َاَّنهٗ ٓاَل ِاٰل ِآاَّل َاَن۠ا َفاْع ُد ِن‬
‫ُب ْو‬ ‫َه‬ ‫ْي‬ ‫ُنْو‬ ‫َو َم ْر َس ْن َقْب ْن ُسْو‬
“Dan kami tidak mengutus seorang Rasul punsebelum kamu, melainkan kami
wahyukan kepadanya: “Bahwasannya tidak ada tuhan melainkan Aku, maka
sembahlah Aku.” (Q.S Al-Anbiya : 25)
2) Menyeru manusia untuk menyembah hanya kepada Allah
‫ا ُك ُاَّم ٍة َّر اًل َاِن ا وا الّٰل ا ِن وا الَّطاُغ َۚت‬
‫ْو‬ ‫ْع ُبُد َه َو ْج َت ُب‬ ‫ُسْو‬ ‫َو َلَقْد َبَعْثَن ْيِف ِّل‬
“Dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat
(untuk menyerukan), Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut.” (Q.S An-
Nahl: 36)
3) Memberi suri tauladan yang baik
Nabi Muhammad bersabda:
‫ِإَمَّنا ِعْث ُألِّمَت َك اِر اَأل الِق‬
‫ُب ُت َم َم َم ْخ‬
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan
Akhlak.” (H.R Albaihaqi dari Abu Hurairah)
4) Membawa rahmat
Allah berfirman dalam kitab suci Alquran:
‫ِم‬ ‫ِا‬
‫َو َم ٓا َاْر َس ْلٰن َك اَّل َر َمْحًة ِّلْلٰعَل َنْي‬
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (Q.S Al- Anbiya: 107)
7

5) Memberikan petunjuk kejalan yang benar

‫ِاَّنٓا َاْر َس ْلٰن َك ِباَحْلِّق‬


“Sungguh, kami mengutus engkau dengan membawa kebenran.” (Q.S
Fathir : 24)
6) Memberi peringatan kepada manusia

‫ِه‬ ‫ِذ َۚن‬ ‫ِل ِا‬ ‫ِس‬


‫َو َم ا ُنْر ُل اْلُمْر َس َنْي اَّل ُمَبِّش ِر ْيَن َو ُمْن ِر ْي َفَمْن ٰاَم َن َو َاْص َلَح َفاَل َخ ْو ٌف َعَلْي ْم‬

‫َو اَل ُه ْم ْحَيَز ُنْو َن‬


“Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan
memberi peringatan. Barangsiapa beriman dan mengadakan perbaikan,
maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
(Q.S Al-An’am: 48)
Dalam mengemban tugas- tugas tersebut, para Rasul mendapat tantangan dari
kaumnya, karena itulah, untuk membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang
dibawanya, para Rasul dilengkapi Allah dengan mukjizat, yaitu suatu kemampuan
luar biasa yang tidak dapt ditiru oleh manusia biasa yang terjadi semata mata atas
izin Allah swt. Mukjizat para Rasul itu berbeda-beda satu sama lain sesuai dengan
kecenderungan umat masing masing atau situasi yang menghendaki.
Setiap Nabi dan Rasul makshum, artinya terpelihara dari segala macam
kemaksiatan dan dosa, baik itu dosa kecil maupun dosa besar. Tetapi sebagai
manusia biasa, Nabi dan Rasul juga tidak terbebas dari sifat khilaf dan keliru.
Sifat khilaf dan keliru tidaklah menghilangkan sifat kemakshuman tersebut,
karena kekhilafan dan kekeliruan betapapun kecilnya selalu mendapat koreksi
dari Allah swt, sehingga selaindar hal hal yang dikoreksi itu, para Nabi dan Rasul
selalu menjadi panutan dan teladan bagi umat manusia, terutama bagi
pengikutnya.
8

3. Sifat- sifat wajib bagi Nabi dan Rasul Sebagai Prototipe Pendidik
Pertama, amanah, yaitu sikap dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Mengajar adalah pengambilan keputusan. Maksudnya, sejatinya kegiatan
mengajar adalah kumpulan dari rangkaian beberapa keputusan yang diambil oleh
guru. Terkait sifat amanah ini, apa yang disampaikan Prof Djaali beberapa tahun
silam. Menurutnya, guru itu ibarat hakim, tidak boleh mengambil vonis yang
keliru. Jika guru memberikan nilai atas dasar kasihan dan tidak sesuai dengan
kemampuan siswa yang sebenarnya, maka guru tersebut ibarat hakim yang
menjatuhkan vonis yang keliru. Berarti guru tersebut tidak amanah. Karena
keputusan yang diambil guru tersebut ibarat vonis hakim. Jika salah, maka
akibatnya fatal. Sebab apa yang dinilai guru, akan dijadikan rujukan bagi murid
itu sendiri, dan dipercaya oleh wali murid serta instansi yang akan menerima
murid tersebut sebagai pegawainya.
Kedua, fatanah, yaitu cerdas, berwawasan masa depan. Profesi guru harus
didukung dengan kemauan kuat untuk menjadi pribadi pembelajar sepanjang
hayat, sehingga guru menjelma menjadi pribadi yang berwawasan masa depan.
Guru berwawasan masa depan adalah guru yang memiliki pengetahuan tentang
tantangan yang akan dihadapi murid-muridnya kelak, sehingga guru mampu
memberikan pembelajaran yang bermakna untuk membekali murid-muridnya
supaya bisa menyelesaikan tugas-tugas yang akan diembannya di kemudian hari.
Guru berwawasan masa depan ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang
artinya, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup
di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.”
Ketiga, guru harus memiliki sifat sidik, yaitu jujur. Pada dasarnya, semua
profesi harus ditunaikan dengan penuh kejujuran. Menurut Quraisy Shihab
(2007), sidik berarti orang yang selalu membenarkan tuntutan Ilahi dengan
pembenaran melalui ucapan yang dibuktikan dengan pengamalan. Artinya, guru
yang sidik adalah guru yang selaras antara ucapan dan tindakannya. Ucapan dan
9

tindakan guru akan dijadikan rujukan bagi siswa dalam bertindak dan mengambil
keputusan.
Keempat, tablig, menyampaikan, yaitu guru harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik supaya pesan yang akan disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh murid dan masyarakat pada umumnya. Komunikasi di sini tidak
sebatas pada komunikasi verbal, juga berkaitan dengan kemampuan dalam
menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk karya tulis, serta kemampuan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat bagi tumbuh kembangnya murid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah SWT mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama baik, maka dari asmaul
husna itulah Allah secara tidak langsung menjelaskan dan mengajar kan kepada kita
bagaimana berperilaku yang baik lagi indah. Kemudian di dalam Alqur’an juga
menjelaskan bahwa Allah SWT itu merupakan sang maha guru, dimana Allah
mengajarkan kepada manusia dari apa yang tidak diketahui sampai dia tahu.
Nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat atau kedudukannya.
Sedangkan menurut istilah, Nabi adalah seorang laki laki yang diberi wahyu oleh
Allah swt berupa syariat yang dahulu, dan ia mengajarkan sekitarnya dari umatnya.
Rasul artinya seorang laki laki yang diutus Allah untuk menyampaikan risalah Nya
kepada manusia berdasarkan wahyu yang diterimanya, baik orang yang tidak ia kenal
dan yang memusuhinya.
B. Saran
Kami sebagai penulis sangat berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
untuk kita semua dan khususnya bagi kami sebagai penulis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan. M. Muhammad dan meneladani Asmaul Husna, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat. Ed.1-5, Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Sayyid, Sabiq. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, Bandung: Diponegoro,
1996

11

Anda mungkin juga menyukai