Anda di halaman 1dari 21

i

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG KEWAJIBAN


BELAJAR DAN MENGAJAR

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Rofiqotul Aini, M.Pd.I

oleh:
Naylis Arfiani (2023115006)
Alisa Qotrunnada Amalia A. (2317002)
Afi
Nur Yusuf
Gunawan

KELAS B
JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Tafsir ayat-ayat tentang kewajiban
belajar dan mengajar “ ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tafsir ayat-ayat tentang kewajiban belajar dan mengajar “ dengan tepat
waktu walaupun banyak halangan dan rintangan yang dilalui. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah
ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa
robbal ‘alamin.

Pekalongan, 7 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Metode Pemecahan Masalah ................................................ 2
D. Sistematika Penulisan Makalah ............................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3


A. Surah Al-Alaq Ayat 1-5 ....................................................... 3
B. Surah Al-Ankabut Ayat 19-20 ............................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................. 15
A. Kesimpulan ........................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah menciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna,
baik secara fisik, maupun ruhani yang dilengkapi dengan akal, itulah yang
membedakan manusia dari makhluk Allah yang lain. Suatu tuntutan yang
berlaku bagi semua manusia yang telah diberi nilai ekstra yakni akal adalah
untuk difungsikan sebagai media ataupun fasilitas untuk meraih tanda-tanda
kekuasaan Allah. Maka dari itu manusia diwajibkan untuk belajar dan
mengajar.
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak bisa melepaskan diri
dari beberapa hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar.
Banyak orang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapat hasil apa-
apa, hanya kegagalan demi kegagalan yang ditemui. Namun kita tidak boleh
putus asa, sebagai orang Islam kita wajib menuntut ilmu dari lahir hingga
keliang kubur, dengan Kekuasaan Allah maka kita pasti bisa meraihnya.
Hal ini antara lain dapat dilihat pada apa yang ditegaskan dalam Al-quran
dan hadits, dan pada apa yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah.
secara normatif teologis , sumber ajaran islam, Al-quran dan As-Sunnah yang
diakui sebagai pedoman hidup yang dapat menjamin keselamatan hidup di
dunia dan akhirat, amat memberikan perhatian yang besar terhadap
pendidikan. Al-quran melihat pendidikan sebagai sarana yang sangat strategis
dan ampuh dalam mengangkat harkat dan martabat manusia dari keterpurukan
sebagaimana dijumpai di abad jahiliyyah. Hal ini hal ini dapat dipahami
karena dengan pendidikan seseorang akan memiliki bekal untuk memasuki
lapangan kerja, mendapatkan berbagai kesempatan dan peluang yang
menjajikan masa depan, penuh dengan percaya diri, dan tidak mudah
diperalat.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan
masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Apa saja ayat-ayat Al-Quran yang mengandung tentang kewajiban belajar
mengajar ?
2. Bagaimana asbabun nuzul dari ayat-ayat Al-Quran tentang kewajiban
belajar mengajar ?
3. Bagaimana isi kandungan dari ayat-ayat Al-Quran tentang kewajiban
belajar mengajar ?
4. Bagaimana tafsir dari ayat-ayat Al-Quran tentang kewajiban belajar
mengajar ?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi
literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi
buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang
dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan
menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan
masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan
dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian
pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah,
metode pemecahan masalah, dan sistematika pnulisan makalah; Bab II, adalah
pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-
saran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Al- Alaq Ayat 1-5
1. Surat Al- Alaq Ayat 1-5 dan Artinya

ْ ‫اِ ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِب َك الَّذ‬


َ‫ِي َخلَق‬
(Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan)

‫علَق‬ ِ ْ َ‫َخلَق‬
َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ ِم ْن‬
(Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah)
َ ْ ‫اِ ْق َرأْ َو َرب َُّك‬
‫اْل ْك َرم‬
(Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia)

‫علَّ َم ِب ْالقَ َل ِم‬ ْ ‫الَّذ‬


َ ‫ِي‬
(Yang mengajar (manusia) dengan pena)

‫سانَ َما لَ ْم َي ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬


َ ‫اْل ْن‬ َ
(Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya)
2. Asbabun Nuzul
Surah Al-'Alaq (bahasa Arab:‫العلق‬, "Segumpal Darah"). Surah ini
terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah dan
termasuk surat ke 96.
Dalam hadist yang diriwayatkan Sayyidah 'Aisyah r.a, asbabun nuzul
Surat al-Alaq ayat 1-5 bermula ketika Nabi Muhammad sedang menyepi di
Gua Hira. Keinginan 'uzlah di Gua Hira ketika sebelumnya Rasulallah
SAW sering mengalami mimpi yang begitu jelas seperti cahaya di pagi
hari.
Pada waktu menyendiri di Gua Hira, Nabi Muhammad didatangi
malaikat Jibril yang menyuruh beliau untuk membaca. Malaikat Jibril
berkata kepada beliau: iqra (bacalah), iqra (bacalah), iqra (bacalah)!
Perintah tersebut diulang sebanyak tiga kali. Lalu, Nabi Muhammad
menjawab perkataan malaikat Jibril: ‫( ما أنا بقارئ‬saya tidak bisa membaca)

3
sebanyak tiga kali pula. Setelah itu, Malaikat Jibril membacakan Surat al-
Alaq ayat satu sampai lima.
Lantas malaikat Jibril pergi meninggalkan Nabi Muhammad seorang
diri dengan badan gemetar dan perasaan takut. Kemudian beliau langsung
pulang menemui Siti Khadijah seraya meminta diselimuti. Lalu beliau
menceritakan kejadian yang menimpanya selama di Gua Hira tadi.
Singkat cerita, Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW untuk
bertemu pamannya, Waraqah bin Naufal. Paman Siti Khadijah ini
merupakan pendeta nasrani yang sangat memahami isi serta kandungan
kitab Injil. Siti Khadijah meminta kepada pamannya untuk menjelaskan
prihal kejadian yang menimpa Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah menceritakan kejadian yang dialaminya saat
menyepi di Gua Hira kepada pendeta Waraqah bin Naufal. Ia menjelaskan
bahwa kejadian tersebut merupakan pertanda kenabian Rasulullah.
Bahkan, Waraqah memaparkan tantangan yang akan dihadapi Nabi
Muhammad dalam menyampaikan risalah nubuwahnya nanti. Pada saat
itu, ia sampai berkata andaikan dikarunia umur panjang sampai nabi
diutus, ia akan membela dan melindungi Rasulullah dari perbuatan orang-
orang yang memusuhinya.1
3. Isi Kandungan
Surat al-Alaq ayat 1 sampai 5 berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan perintah gemar membaca Dalam Surat al-Alaq ayat satu sampai lima,
Allah SWT menjelaskan bahwa Islam sebagai agama yang sempurna,
sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Kewajiban
menuntut ilmu dibebankan kepada umat Islam sejak dalam ayunan sampai
ajal menjemput. Berbekal ilmu pengetahuan dan wawasan yang mumpuni,
manusia dapat menyadari dan mebuktikan akan kebesaran Tuhannya.
Surat al-Alaq ayat 1-5 menjadi salah satu landasan hukum bagi umat
Islam dalam menjungjung tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan.

1
Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh, Cet. I,
(Makassar: Alauddin, 2009), Hlm. 12-13
4
Surah ini dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq
yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra'
atau Al Qalam.2
Perintah membaca lingkungan alam semesta untuk menemukan
siapa sebenarnya Tuhan; tersurat dalam Surat Al alaq: manusia dijadikan
dari segumpal darah; Allah menjadikan kalam sebagai alat
mengembangkan pengetahuan; Janganlah manusia bertindak melampaui
batas karena merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah terhadap orang-
orang kafir yang menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan
perintah-Nya.
Surat Al 'Alaq menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia
dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar
membaca, menulis dan memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak
ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu,
bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa
serba cukup.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.

Pada ayat satu surat al-alaq ini tidak menyebutkan objek bacaan
maka dari itu kata iqro di gunakan dalam arti membaca membaca,
menelaah, menyampaikan, dan sebagainya, dan karena objeknya bersifat
umum, maka objek tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik
yang merupakan bacaan suci yang bersumber dari tuhan maupun bukan,
baik ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun tidak tertulis.

2
Al-Hijazi, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-ayat Berdimensi Pendidikan, (Bandung : CV
Senjaya Offset, 1996) Hlm.19
5
Lalu dalam ayat ke duanya menjelaskan bahwa Allah menjadikan
dari segumpal darah salah satu cara yang di tempuh oleh al quran untuk
mengantar manusia menghayati petunjuk allah adalah memperkenalkan
jati dirinya antaralain dengan menguraikan proses kejadiannya. Dalam
ayat ni allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia,
yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia di jadikan allah dari sesuatu
yang melekat dan di berinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu
yang ada di bumi ini serta menundukannya untuk keperluan hidupnya
dengan ilmu yang di berikan allah kepadanya.

Lalu dalam ayat ke tiga, Allah SWT memerintahkan kembali


nasibnya untuk membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri
seseorang kecuali dengan mengulang-ngulangi dan membiasakanya, maka
seakan-akan perintah mengulangi bacaan itu berarti mengulang-ngulangi
bacaan yang di baca dengan demikian isi bacaan itu menjadi satu dengan
jiwa nabi SAW sesuai dengan maksud firman allah dalam ayat yang lain.

Pada ayat ke empat, Allah menyatakan bahwa dia menjadikan


manusia dari alaq lalu di ajarinya komunikasi dengan prantara kalam
bahwa manusia di ciptakan dari sesuatu bahan hina dengan melalui proses
sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga dapat mengetahui
segala rahasia sesuatu.

Dan pada ayat ke lima, Allah menambahkan keterangan tentang


kelimpahan karuniannya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa
allah yang menjadikan nabinyapandai membaca, dialah tuhan yang
mengajar manusia yang bermacam-macam ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagian yang menyebabkan dia lebih utama daripada binatang-
binatang, sedangkan manusia pada pemulaan hidupnya tidak mengetahui
apa-apa. Oleh sebab itu apakah menjadi suatu keanehan bahwa dia

6
mengajar nabinya pandai membaca dan mengetahui bermacam-macam
ilmu pengetahuan serta nabi SAW sanggup menerimannya.3
Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan,
adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup
tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan
membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak
sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:

َ ‫علَّ َم اإل ْن‬


}‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ َ ‫{ا ْق َرأْ َو َرب َُّك األ ْك َر ُم الَّذِي‬
َ ‫علَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5)
Di dalam sebuah asar disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan."
Dan masih disebutkan pula dalam asar, bahwa barang siapa yang
mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.4
4. Tafsir Ayat
‫ اقرأباسم ربك الذي خلق‬.

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan”.

Kata ( ‫ ) اقر‬iqra’ terambil dari kata kerja (‫ )قرأ‬qara’a yang pada


mulanya berarti menghimpun. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa
Nabi SAW bertanya (‫“ )مااقرأ‬maa iqra” apakah yang saya harus baca?
Beraneka ragam pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud.
Ada yang berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu al-quran sehingga perintah
itu dalam arti bacalah wahyu-wahyu al-quran ketika turun nanti. Ada yang

3
Anie, Q.S Al-Alaq,Arti perkata,isi kandungan dan sebab turunya, diakses di
http://aniieyyeoja.blogspot.com/2015/02/qs-al-alaqarti-perkataisi-kandungan-dan.html pada 9
september 2018

4
Mardan, Op.Cit., Hlm. 12-15
7
berpendapat objeknya adalah (‫“ )اسم ربك‬ismi rabbika”sambil menilai

huruf (‫ )ب‬ba’ yang menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti
bacalah nama Tuhanmu atau berzikirlah. Tapi jika demikian mengapa
Nabi SAW menjawab “saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang
dimaksud adalah perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian
karena jauh sebelum wahyu datang beliau senantiasa melakukannya. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa kata iqra’ digunakan dalam arti membaca,
menelaah, menyampaikan, dan sebagainya.
Huruf (‫ )ب‬ba’ pada kata (‫)با سم‬bismi ada yang memahaminya
sebagai fungsi penyertaan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat
tersebut berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama
memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah
mengaitkan suatu pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan.
Kata (‫ )خلق‬khalaqa memiliki sekian banyak arti antara lain
menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu),
mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek
khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun
sebagaimana iqra’ bersifat umum dengan demikian, allah adalah pencipta
semua makhluk.5
Diriwayatkan dari ‘Aisyah (ummul mukminin), ia berkata: Maka
datanglah Malaikat Jibril, ia berkata:”Bacalah”. Rasulullah
menjawab,”Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril tersebut
memegangku dan mendekapku hingga aku merasa kepayahan, kemudian
ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah”. Rasulullah menjawab,”Aku
tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril kembali memegangku dan
mendekapku untuk yang kedua kalinya hingga aku merasa kepayahan,
kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah”. Rasulullah
menjawab,”Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril kembali

5
M. Quaisy Shihab, Tafsir al-Misbah Vol 15, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), Hlm. 392
8
memegangku dan mendekapku untuk yang ketiga kalinya hingga aku
merasa kepayahan, kemudian ia melepaskannku. Lalu berkata,”Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah
Yang Maha Mulia.

‫خلق االءنسان من علق‬.


“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
Kata (‫)انسان‬insan atau manusia terambil dari akar kata (‫ )انس‬uns

atau senang, jinak, dan harmonis atau dari kata (‫)نسي‬nis-y yang berarti

lupa. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata ( ‫ ) نوس‬naus yakni
gerak atau dinamika. Kata insan menggambarkan manusia dengan
berbagai keragaman sifatnya.
Kata (‫‘)علق‬alaq dalam kamus bahasa arab berarti segumpal darah
dalam arti cacing yang terdapat didalam air bila diminum oleh binatang
maka ia tersangkut ke krongkongannya tetapi ada yang memahaminya
dalam arti sesuatu yang tergantung didinding rahim. Karena para pakar
embriologi menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan antara sperma
dan induk telur ia berproses dan membelah menjadi dua, kemudian empat,
kemudian delapan, demikian seterusnya sambil bergerak menuju
kekantong kehamilan dan melekat berdempet serta masuk kedinding
rahim.

‫اقرأ وربّك األكرم‬.


“Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia”.
Ayat diatas memerintahkan membaca dengan menyampaikan janji
Allah diatas manfaat membaca itu. Menurut syaikh Muhammad ‘Abduh
mengemukakan kemampuan membaca dengan lancar dan baik tidak dapat
diperoleh tanpa mengulang-ulangi atau melatih diri secara teratur, hanya
saja keharusan latihan demikian itu tidak berlaku atas diri Nabi
Muhammad SAW.
Kata (‫)األكرم‬al-akram biasa diterjemahkan dengan yang maha atau
paling pemurah atau semulia-mulia. Kata ini terambil dari kata
9
(‫)كرم‬karama yang berarti memberikan dengan mudah dan tanpa pamrih,
bernilai tinggi, mulia, setia, dan kebangsawanan.

‫الذي علم بالقلم‬.


“Yang mengajar (manusia) dengan pena”

‫علم اْلنسان مالم يعلم‬


“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Kata (‫)القلم‬al-qalam terambil dari kata kerja (‫)قلم‬qalama yang
berarti pemotong ujung sesuatu. Kata qalam berarti hasil dari penggunaan
alat-alat tersebut yakni tulisan. Makna tersebut dikuatkan oleh firman
Allah dalam al-quran ayat 1 yakni firmannya: Nun demi qalam dan apa
yang mereka tulis. Dari segi masa turunnya kedua kata qalam tersebut
berkaitan erat bahkan bersambung walaupun urutan penulisannya dalam
mushaf tidak demikian.
Pada ayat diatas dinamai ihtibak maksudnya adalah tidak
disebutkan sesuatu keterangan, yang sewajarnya ada pada dua susunan
kalimat yang bergandengan, karena keterangan yang dimaksud sudah
disebut pada kalimat yang lain. Pada ayat 4, kata manusia tidak disebut
karena telah disebut pada ayat 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak
disebut karena pada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya
pena. Dengan demikian, kedua ayat diatas bearti “Dia (Allah) mengajarkan
dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui manusia sebelumnya)
dan Dia mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui
sebelumnya.
Dari uraian diatas, kedua ayat tersebut menjelaskan dua cara yang
ditempuh Allah SWT. Dalam mengajarkan manusia. Pertama melalui pena
(tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui

10
pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan
istilah ‘ilm Ladunniy.6
B. Surat Al- Ankabut Ayat 19-20
1. Surat Al- Ankabut Ayat 19-20 dan Artinya

‫ّللاِ َي ِسيْر‬ َ ‫ّللا ْالخ َْلق ْْا َ َولَم ث َّم ي ِعيْد ٗه ا َِّن ٰذ ِل َك‬
ٰ ‫ع َلى‬ َ ‫َْ َي َر ْوا َكي‬
ٰ ‫ْف ي ْبدِئ‬
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai
penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh,
yang demikian itu mudah bagi Allah.)

َ ‫ض فَا ْنظر ْوا َكي‬


‫ْف ب‬ ٰ ‫دَا َ ْالخ َْلقَ ث َّم‬
ِ ‫ّللا ي ْنشِئَْالنَّ ْشاَة َق ْل ِسيْر ْوا ِفى ْاْلَ ْر‬
ْ‫ش ْيء قَ ِديْر‬ َ ‫ع ٰلى ك ِل‬ ْٰ
ٰ ‫اْل ِخ َرة َ ا َِّن‬
َ َ‫ّللا‬
(Katakanlah, “Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah)
memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian
yang akhir. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.)
2. Asbabun Nuzul
Kedua ayat ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari nasihat Nabi
Ibrahim kepada kaumnya, setelah beliau melihat tanda-tanda penolakan
mereka. Ayat ini merupakan jawaban atas keraguan orang musyrik
terhadap hari kebangkitan.
Dalam suatu riwayat dikekemukakan bahwa rasulullah saw
berdakwah pada orang-orang yahudi agar masuk Islam, tetapi mereka
menolaknya, Mu’adz bin Jabbal dan Sa’ad bin Ubadah (Ansor) berkata
kepada mereka : wahai kaum yahudi! Takutlah kalian kepada Allah, demi
Allah, sesungguhnya kalian mengetahui bahwa beliau utusan Allah, karena
kalian telah menerangkah kepada kami dahulu sebeluim belio diutus, sifat-
sifat berada padanya, berkatalah Ofik bin Huraimalah dan Wahab bin
Lahuda kami tidak pernah berkata demikian kepada kalian, dan Allah tidak
menurunkan kitab sesudah musa, dan tiada mengutus utusan selaku
pemberi kabar gembira dan peringatan sesudah musa”. Maka Allah

6
Ibid., Hlm.393
11
menurunkan kitab ini sebagai teguran terhadap orang-orang yang
mengingkari ayat-ayat tersebut tentang rasul terahir.
3. Isi Kandungan
Sebagian ulama memandang ayat ini ditujukan kepada penduduk
Mekah yang masih tidak mau beriman kepada Rasulullah. Tetapi jumhur
mufassirin berpendapat bahwa ayat ini masih merupakan rangkaian dari
peringatan Nabi Ibrahim as kepada kaumnya. Di sini Allah menegaskan
bilamana orang-orang kafir masih tidak juga percaya kepada Allah Yang
Maha Esa menurut apa yang disampaikan oleh para Rasul-Nya, maka
mereka diajak untuk melihat dan memikirkan tentang proses kejadian diri
mereka sendiri sejak dari permulaan sampai akhir.
Surat al-Ankabut ayat 19-20, menjelaskan tentang kewajiban yang
seharusnya dijalankan umat Islam untuk mengadakan perjalanan, dalam
arti penelitian di muka bumi ini. Sehingga umat Islam dapat menemukan
suatu kesimpulan dengan cara mengambil I'tibar baik atas penciptaan
alam, hingga sejarah perjalanan manusia dan alam di masa lampau. Apa
yang diperoleh dari penelaahan itu, kemudian akan dijadikan bahan
refleksi dalam meniti kehidupan di dunia yang akan mengantarkannya
selamat dalam kehidupan di akhirat kelak.
Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk menerangkan
kepada kaumnya yang kafir agar kiranya mereka berjalan di atas bumi ini
sambil merenungkan bagaimana bumi ini diciptakan pada awalnya dan
kemudian dikembalikan lagi sebagaimana pada awal kejadiannya; dari ada
kemudian tidak ada, kemudian manusia dibangkitkan kembali; dari tidak
ada menjadi ada dan dari ada dikembalikan lagi kepada ada, yaitu pada
hari kebangkitan yang dikenal dengan yaumu al Ba’tsi. Semua itu harus di
yakini bahwa tak seorangpun dapat melakukannya, kecuali Allah SAW
Yang Maha Kuasa.7 Ayat di atas adalah pengarahan Allah untuk
melakukan riset tentang asal usul kehidupan lalu kemudian menjadikannya
bukti.

7
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009), Hlm. 137
12
Sebagai tambahan perjuangan mencari ilmu pengetahuan merupakan tugas
atau kewjiban bagi setiap muslim baik bagi laki-laki maupun wanita.
Menurut Nabi , tinta para pelajar nilainya setara dengan darah para
syuhada’ pada hari pembalasan.dengan demikian, para pelaku dalam
proses belajar mengajar, yaitu guru dan murid dipandang sebagai ‘‘ orang-
orang terpilih’’ dalam masyarakat yang telah termotivasi secara kuat oleh
agama untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan
mereka.8
4. Tafsir Ayat
a. Tafsir Jalalayn
1) Pada ayat ke 19
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) dapat dibaca
Yarau dan Tarau, artinya memikirkan (bagaimana Allah
menciptakan manusia dari permulaannya) lafal Yubdi-u menurut
suatu qiraat dibaca Yabda-u berasal dari Bada-a, makna yang
dimaksud bagaimana Allah menciptakan mereka dari permulaan
(kemudian) Dia (mengulanginya kembali) maksudnya
mengulangi penciptaan-Nya kembali sebagaimana permulaan Dia
menciptakan mereka. (Sesungguhnya yang demikian itu) yaitu hal
yang telah disebutkan mengenai penciptaan pertama dan
penciptaan kedua (adalah mudah bagi Allah) dan kenapa mereka
mengingkari adanya penciptaan yang kedua itu; yang dimaksud
adalah hari berbangkit.
2) Pada ayat ke 20
(Katakanlah, "Berjalanlah kalian di muka bumi, maka
perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya) yakni
menciptakan orang-orang yang sebelum kalian, kemudian Dia
mematikan mereka (lalu Allah menjadikannya sekali lagi) dapat
dibaca An Nasy-atal akhirata dan An Nasy-atal ukhra.

8
M. Quaisy Shihab, Op.Cit., Hlm. 468
13
(Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) antara
lain ialah memulai dan mengulanginya.
b. Tafsir Quraish Shihab
1) Pada ayat ke 19
Mereka telah melihat dan mengetahui bahwa Allahlah yang
mengawali penciptaan, kemudian Dia akan mengembalikan
penciptaan itu. Maka bagaimana mungkin mereka mengingkari
kebangkitan di hari akhir untuk dihitung dan diberi balasan?
Sesungguhnya pengembalian penciptaan sangatlah mudah bagi
Allah.
2) Pada Ayat ke 20
Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang yang
mendustaakan itu, "Berjalanlah kalian di muka bumi, dan
perhatikanlah bermacam-macam makhluk ciptaan Allah yang ada
di dalamnya. Dan lihatlah bekas orang-orang sebelum kalian yang
ada di sana, setelah mereka mati dan rumah-rumah mereka kosong
dari mereka. Ketahuilah bahwa Allah akan mengembalikan itu
semua dengan kekuasaan-Nya di akhirat nanti dengan kebangkitan,
yaitu penciptaan kembali. Begitu pula keadaan kalian.
Sesungguhnya Allah sangat sempurna kekuasaan-Nya atas segala
sesuatu. "(1) (1) Ayat suci ini memerintahkan para ilmuwan untuk
berjalan di muka bumi guna menyingkap proses awal penciptaan
segala sesuatu, seperti hewan, tumbuhan dan benda-benda mati.
Sesungguhnya bekas-bekas penciptaan pertama terlihat di antara
lapisan-lapisan bumi dan permukaannya. Maka dari itu, bumi
merupakan catatan yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai
dari permulaannya sampai sekarang.9

9
Tafsir Al-Qur’an Online, diakses dari https://tafsirq.com/29-al-ankabut/ayat-20#tafsir-
jalalayn pada 9 September 2018
14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan disimpulkan bahwa ayat-
ayat di atas mengingatkan kita akan pentingnya mencari ilmu serta juga
mengamalkan ilmu karena ayat-ayat tersebut semuanya berkenaan dengan
kewajiban kita atau manusia dalam belajar dan mengajar. Allah telah
membuktikan kekuasaannya kepada manusia, tentunya manusia harus bisa
mensyukuri dan mentafakuri akan nikmat dan ke Maha Besaran Allah SWT.
Al-Alaq ayat 1-5, Ayat ini mengandung perintah kewajiban dalam
belajar dengan perintah membaca dan menulis di atas nama Tuhan dalam
segala ilmu pengetahuan. Dengan pena ilmu pengetahuan dapat di catat, pena
adalah benda kaku dan beku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena
itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia.
Demikian pula dengan Ar-Razi menguraikan dalam tafsirnya, bahwa
pada ayat pertama disuruh membaca diatas nama Tuhan yang telah mencipta,
adalah mengandung qudrat, dan hikmat dan ilmu dan rahmat. Semuanya
adalah sifat Tuhan. Dan pada aayat seterusnya seketika Tuhan menyatakan
mencapai ilmu engan qalam atau pena, adalah satu isyarat bahwa ada juga
diantara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat difahamkan kalau tidak
didengarkan dengan seksama. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan
rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan tiga ayat sesudahnya
mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabuian. Dan siapa Tuhan itu tidaklah
akan dikenal kalau bukan dengan perantaraan Nubuwwat itu sendiri pun
tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan.
Al Ankabut ayat 19-20, Pada ayat 19 ini Allah memerintahkan kita
untuk belajar dan berfikir dengan menggunakan akal. Dan Allah memberi kita
dorongan sebagai seorang manusia agar selalu memperhatikan proses
penciptaan alam semesta dan fenomena-fenomena yang selalu ada dan tidak

15
pernah hilang dari pandangan manusia dan semua ini bukti atas kekuasaan
Allah Swt.
Sedangkan pada ayat 20 memberikan dorongan kepada umat islam
tentang kewajiban dalam belajar, dan memerintahkan agar menuntut ilmu
tidak hanya dilakukan di dalam negeri kita sendiri saja, tetapi boleh dilakukan
di luar negeri, dimana saja dan kapan saja sehingga akan mempertebal
keyakinannya serta sebagai bukti nyata bagi orang-orang yang menolak
ajaran Al-Qur’an.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hijazi. 1996. Tafsir Pendidikan Studi Ayat-ayat Berdimensi Pendidikan.


Bandung : CV Senjaya Offset.

Mardan. 2009. Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh,


Cet. I. Makassar: Alauddin.

Purwanto, A. 2009. Ayat-Ayat Semesta. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Shihab, M. Q. 2002. Tafsir al-Misbah Vol 15. Jakarta : Lentera Hati.

Diakses Lewat Blog :

Anie, Q.S Al-Alaq,Arti perkata,isi kandungan dan sebab turunya, diakses di


http://aniieyyeoja.blogspot.com/2015/02/qs-al-alaqarti-perkataisi-
kandungan-dan.html pada 9 september 2018

Tafsir Al-Qur’an Online, diakses dari https://tafsirq.com/29-al-ankabut/ayat-


20#tafsir-jalalayn pada 9 September 2018

17

Anda mungkin juga menyukai