MAKALAH
oleh:
Naylis Arfiani (2023115006)
Alisa Qotrunnada Amalia A. (2317002)
Afi
Nur Yusuf
Gunawan
KELAS B
JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Tafsir ayat-ayat tentang kewajiban
belajar dan mengajar “ ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tafsir ayat-ayat tentang kewajiban belajar dan mengajar “ dengan tepat
waktu walaupun banyak halangan dan rintangan yang dilalui. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah
ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa
robbal ‘alamin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan
masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Apa saja ayat-ayat Al-Quran yang mengandung tentang kewajiban belajar
mengajar ?
2. Bagaimana asbabun nuzul dari ayat-ayat Al-Quran tentang kewajiban
belajar mengajar ?
3. Bagaimana isi kandungan dari ayat-ayat Al-Quran tentang kewajiban
belajar mengajar ?
4. Bagaimana tafsir dari ayat-ayat Al-Quran tentang kewajiban belajar
mengajar ?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi
literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi
buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang
dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan
menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan
masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan
dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian
pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah,
metode pemecahan masalah, dan sistematika pnulisan makalah; Bab II, adalah
pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-
saran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Al- Alaq Ayat 1-5
1. Surat Al- Alaq Ayat 1-5 dan Artinya
علَق ِ ْ ََخلَق
َ اْل ْن
َ سانَ ِم ْن
(Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah)
َ ْ اِ ْق َرأْ َو َرب َُّك
اْل ْك َرم
(Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia)
3
sebanyak tiga kali pula. Setelah itu, Malaikat Jibril membacakan Surat al-
Alaq ayat satu sampai lima.
Lantas malaikat Jibril pergi meninggalkan Nabi Muhammad seorang
diri dengan badan gemetar dan perasaan takut. Kemudian beliau langsung
pulang menemui Siti Khadijah seraya meminta diselimuti. Lalu beliau
menceritakan kejadian yang menimpanya selama di Gua Hira tadi.
Singkat cerita, Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW untuk
bertemu pamannya, Waraqah bin Naufal. Paman Siti Khadijah ini
merupakan pendeta nasrani yang sangat memahami isi serta kandungan
kitab Injil. Siti Khadijah meminta kepada pamannya untuk menjelaskan
prihal kejadian yang menimpa Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah menceritakan kejadian yang dialaminya saat
menyepi di Gua Hira kepada pendeta Waraqah bin Naufal. Ia menjelaskan
bahwa kejadian tersebut merupakan pertanda kenabian Rasulullah.
Bahkan, Waraqah memaparkan tantangan yang akan dihadapi Nabi
Muhammad dalam menyampaikan risalah nubuwahnya nanti. Pada saat
itu, ia sampai berkata andaikan dikarunia umur panjang sampai nabi
diutus, ia akan membela dan melindungi Rasulullah dari perbuatan orang-
orang yang memusuhinya.1
3. Isi Kandungan
Surat al-Alaq ayat 1 sampai 5 berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan perintah gemar membaca Dalam Surat al-Alaq ayat satu sampai lima,
Allah SWT menjelaskan bahwa Islam sebagai agama yang sempurna,
sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Kewajiban
menuntut ilmu dibebankan kepada umat Islam sejak dalam ayunan sampai
ajal menjemput. Berbekal ilmu pengetahuan dan wawasan yang mumpuni,
manusia dapat menyadari dan mebuktikan akan kebesaran Tuhannya.
Surat al-Alaq ayat 1-5 menjadi salah satu landasan hukum bagi umat
Islam dalam menjungjung tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan.
1
Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh, Cet. I,
(Makassar: Alauddin, 2009), Hlm. 12-13
4
Surah ini dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq
yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra'
atau Al Qalam.2
Perintah membaca lingkungan alam semesta untuk menemukan
siapa sebenarnya Tuhan; tersurat dalam Surat Al alaq: manusia dijadikan
dari segumpal darah; Allah menjadikan kalam sebagai alat
mengembangkan pengetahuan; Janganlah manusia bertindak melampaui
batas karena merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah terhadap orang-
orang kafir yang menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan
perintah-Nya.
Surat Al 'Alaq menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia
dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar
membaca, menulis dan memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak
ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu,
bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa
serba cukup.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Pada ayat satu surat al-alaq ini tidak menyebutkan objek bacaan
maka dari itu kata iqro di gunakan dalam arti membaca membaca,
menelaah, menyampaikan, dan sebagainya, dan karena objeknya bersifat
umum, maka objek tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik
yang merupakan bacaan suci yang bersumber dari tuhan maupun bukan,
baik ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun tidak tertulis.
2
Al-Hijazi, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-ayat Berdimensi Pendidikan, (Bandung : CV
Senjaya Offset, 1996) Hlm.19
5
Lalu dalam ayat ke duanya menjelaskan bahwa Allah menjadikan
dari segumpal darah salah satu cara yang di tempuh oleh al quran untuk
mengantar manusia menghayati petunjuk allah adalah memperkenalkan
jati dirinya antaralain dengan menguraikan proses kejadiannya. Dalam
ayat ni allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia,
yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia di jadikan allah dari sesuatu
yang melekat dan di berinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu
yang ada di bumi ini serta menundukannya untuk keperluan hidupnya
dengan ilmu yang di berikan allah kepadanya.
6
mengajar nabinya pandai membaca dan mengetahui bermacam-macam
ilmu pengetahuan serta nabi SAW sanggup menerimannya.3
Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan,
adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup
tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan
membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak
sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:
3
Anie, Q.S Al-Alaq,Arti perkata,isi kandungan dan sebab turunya, diakses di
http://aniieyyeoja.blogspot.com/2015/02/qs-al-alaqarti-perkataisi-kandungan-dan.html pada 9
september 2018
4
Mardan, Op.Cit., Hlm. 12-15
7
berpendapat objeknya adalah (“ )اسم ربكismi rabbika”sambil menilai
huruf ( )بba’ yang menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti
bacalah nama Tuhanmu atau berzikirlah. Tapi jika demikian mengapa
Nabi SAW menjawab “saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang
dimaksud adalah perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian
karena jauh sebelum wahyu datang beliau senantiasa melakukannya. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa kata iqra’ digunakan dalam arti membaca,
menelaah, menyampaikan, dan sebagainya.
Huruf ( )بba’ pada kata ()با سمbismi ada yang memahaminya
sebagai fungsi penyertaan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat
tersebut berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama
memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah
mengaitkan suatu pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan.
Kata ( )خلقkhalaqa memiliki sekian banyak arti antara lain
menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu),
mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek
khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun
sebagaimana iqra’ bersifat umum dengan demikian, allah adalah pencipta
semua makhluk.5
Diriwayatkan dari ‘Aisyah (ummul mukminin), ia berkata: Maka
datanglah Malaikat Jibril, ia berkata:”Bacalah”. Rasulullah
menjawab,”Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril tersebut
memegangku dan mendekapku hingga aku merasa kepayahan, kemudian
ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah”. Rasulullah menjawab,”Aku
tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril kembali memegangku dan
mendekapku untuk yang kedua kalinya hingga aku merasa kepayahan,
kemudian ia melepaskanku. Lalu berkata, “Bacalah”. Rasulullah
menjawab,”Aku tidak dapat membaca”. Malaikat Jibril kembali
5
M. Quaisy Shihab, Tafsir al-Misbah Vol 15, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), Hlm. 392
8
memegangku dan mendekapku untuk yang ketiga kalinya hingga aku
merasa kepayahan, kemudian ia melepaskannku. Lalu berkata,”Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah
Yang Maha Mulia.
atau senang, jinak, dan harmonis atau dari kata ()نسيnis-y yang berarti
lupa. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata ( ) نوسnaus yakni
gerak atau dinamika. Kata insan menggambarkan manusia dengan
berbagai keragaman sifatnya.
Kata (‘)علقalaq dalam kamus bahasa arab berarti segumpal darah
dalam arti cacing yang terdapat didalam air bila diminum oleh binatang
maka ia tersangkut ke krongkongannya tetapi ada yang memahaminya
dalam arti sesuatu yang tergantung didinding rahim. Karena para pakar
embriologi menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan antara sperma
dan induk telur ia berproses dan membelah menjadi dua, kemudian empat,
kemudian delapan, demikian seterusnya sambil bergerak menuju
kekantong kehamilan dan melekat berdempet serta masuk kedinding
rahim.
10
pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan
istilah ‘ilm Ladunniy.6
B. Surat Al- Ankabut Ayat 19-20
1. Surat Al- Ankabut Ayat 19-20 dan Artinya
ّللاِ َي ِسيْر َ ّللا ْالخ َْلق ْْا َ َولَم ث َّم ي ِعيْد ٗه ا َِّن ٰذ ِل َك
ٰ ع َلى َ َْ َي َر ْوا َكي
ٰ ْف ي ْبدِئ
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai
penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh,
yang demikian itu mudah bagi Allah.)
6
Ibid., Hlm.393
11
menurunkan kitab ini sebagai teguran terhadap orang-orang yang
mengingkari ayat-ayat tersebut tentang rasul terahir.
3. Isi Kandungan
Sebagian ulama memandang ayat ini ditujukan kepada penduduk
Mekah yang masih tidak mau beriman kepada Rasulullah. Tetapi jumhur
mufassirin berpendapat bahwa ayat ini masih merupakan rangkaian dari
peringatan Nabi Ibrahim as kepada kaumnya. Di sini Allah menegaskan
bilamana orang-orang kafir masih tidak juga percaya kepada Allah Yang
Maha Esa menurut apa yang disampaikan oleh para Rasul-Nya, maka
mereka diajak untuk melihat dan memikirkan tentang proses kejadian diri
mereka sendiri sejak dari permulaan sampai akhir.
Surat al-Ankabut ayat 19-20, menjelaskan tentang kewajiban yang
seharusnya dijalankan umat Islam untuk mengadakan perjalanan, dalam
arti penelitian di muka bumi ini. Sehingga umat Islam dapat menemukan
suatu kesimpulan dengan cara mengambil I'tibar baik atas penciptaan
alam, hingga sejarah perjalanan manusia dan alam di masa lampau. Apa
yang diperoleh dari penelaahan itu, kemudian akan dijadikan bahan
refleksi dalam meniti kehidupan di dunia yang akan mengantarkannya
selamat dalam kehidupan di akhirat kelak.
Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk menerangkan
kepada kaumnya yang kafir agar kiranya mereka berjalan di atas bumi ini
sambil merenungkan bagaimana bumi ini diciptakan pada awalnya dan
kemudian dikembalikan lagi sebagaimana pada awal kejadiannya; dari ada
kemudian tidak ada, kemudian manusia dibangkitkan kembali; dari tidak
ada menjadi ada dan dari ada dikembalikan lagi kepada ada, yaitu pada
hari kebangkitan yang dikenal dengan yaumu al Ba’tsi. Semua itu harus di
yakini bahwa tak seorangpun dapat melakukannya, kecuali Allah SAW
Yang Maha Kuasa.7 Ayat di atas adalah pengarahan Allah untuk
melakukan riset tentang asal usul kehidupan lalu kemudian menjadikannya
bukti.
7
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2009), Hlm. 137
12
Sebagai tambahan perjuangan mencari ilmu pengetahuan merupakan tugas
atau kewjiban bagi setiap muslim baik bagi laki-laki maupun wanita.
Menurut Nabi , tinta para pelajar nilainya setara dengan darah para
syuhada’ pada hari pembalasan.dengan demikian, para pelaku dalam
proses belajar mengajar, yaitu guru dan murid dipandang sebagai ‘‘ orang-
orang terpilih’’ dalam masyarakat yang telah termotivasi secara kuat oleh
agama untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan
mereka.8
4. Tafsir Ayat
a. Tafsir Jalalayn
1) Pada ayat ke 19
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) dapat dibaca
Yarau dan Tarau, artinya memikirkan (bagaimana Allah
menciptakan manusia dari permulaannya) lafal Yubdi-u menurut
suatu qiraat dibaca Yabda-u berasal dari Bada-a, makna yang
dimaksud bagaimana Allah menciptakan mereka dari permulaan
(kemudian) Dia (mengulanginya kembali) maksudnya
mengulangi penciptaan-Nya kembali sebagaimana permulaan Dia
menciptakan mereka. (Sesungguhnya yang demikian itu) yaitu hal
yang telah disebutkan mengenai penciptaan pertama dan
penciptaan kedua (adalah mudah bagi Allah) dan kenapa mereka
mengingkari adanya penciptaan yang kedua itu; yang dimaksud
adalah hari berbangkit.
2) Pada ayat ke 20
(Katakanlah, "Berjalanlah kalian di muka bumi, maka
perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya) yakni
menciptakan orang-orang yang sebelum kalian, kemudian Dia
mematikan mereka (lalu Allah menjadikannya sekali lagi) dapat
dibaca An Nasy-atal akhirata dan An Nasy-atal ukhra.
8
M. Quaisy Shihab, Op.Cit., Hlm. 468
13
(Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) antara
lain ialah memulai dan mengulanginya.
b. Tafsir Quraish Shihab
1) Pada ayat ke 19
Mereka telah melihat dan mengetahui bahwa Allahlah yang
mengawali penciptaan, kemudian Dia akan mengembalikan
penciptaan itu. Maka bagaimana mungkin mereka mengingkari
kebangkitan di hari akhir untuk dihitung dan diberi balasan?
Sesungguhnya pengembalian penciptaan sangatlah mudah bagi
Allah.
2) Pada Ayat ke 20
Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang yang
mendustaakan itu, "Berjalanlah kalian di muka bumi, dan
perhatikanlah bermacam-macam makhluk ciptaan Allah yang ada
di dalamnya. Dan lihatlah bekas orang-orang sebelum kalian yang
ada di sana, setelah mereka mati dan rumah-rumah mereka kosong
dari mereka. Ketahuilah bahwa Allah akan mengembalikan itu
semua dengan kekuasaan-Nya di akhirat nanti dengan kebangkitan,
yaitu penciptaan kembali. Begitu pula keadaan kalian.
Sesungguhnya Allah sangat sempurna kekuasaan-Nya atas segala
sesuatu. "(1) (1) Ayat suci ini memerintahkan para ilmuwan untuk
berjalan di muka bumi guna menyingkap proses awal penciptaan
segala sesuatu, seperti hewan, tumbuhan dan benda-benda mati.
Sesungguhnya bekas-bekas penciptaan pertama terlihat di antara
lapisan-lapisan bumi dan permukaannya. Maka dari itu, bumi
merupakan catatan yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai
dari permulaannya sampai sekarang.9
9
Tafsir Al-Qur’an Online, diakses dari https://tafsirq.com/29-al-ankabut/ayat-20#tafsir-
jalalayn pada 9 September 2018
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan disimpulkan bahwa ayat-
ayat di atas mengingatkan kita akan pentingnya mencari ilmu serta juga
mengamalkan ilmu karena ayat-ayat tersebut semuanya berkenaan dengan
kewajiban kita atau manusia dalam belajar dan mengajar. Allah telah
membuktikan kekuasaannya kepada manusia, tentunya manusia harus bisa
mensyukuri dan mentafakuri akan nikmat dan ke Maha Besaran Allah SWT.
Al-Alaq ayat 1-5, Ayat ini mengandung perintah kewajiban dalam
belajar dengan perintah membaca dan menulis di atas nama Tuhan dalam
segala ilmu pengetahuan. Dengan pena ilmu pengetahuan dapat di catat, pena
adalah benda kaku dan beku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena
itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia.
Demikian pula dengan Ar-Razi menguraikan dalam tafsirnya, bahwa
pada ayat pertama disuruh membaca diatas nama Tuhan yang telah mencipta,
adalah mengandung qudrat, dan hikmat dan ilmu dan rahmat. Semuanya
adalah sifat Tuhan. Dan pada aayat seterusnya seketika Tuhan menyatakan
mencapai ilmu engan qalam atau pena, adalah satu isyarat bahwa ada juga
diantara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat difahamkan kalau tidak
didengarkan dengan seksama. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan
rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan tiga ayat sesudahnya
mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabuian. Dan siapa Tuhan itu tidaklah
akan dikenal kalau bukan dengan perantaraan Nubuwwat itu sendiri pun
tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan.
Al Ankabut ayat 19-20, Pada ayat 19 ini Allah memerintahkan kita
untuk belajar dan berfikir dengan menggunakan akal. Dan Allah memberi kita
dorongan sebagai seorang manusia agar selalu memperhatikan proses
penciptaan alam semesta dan fenomena-fenomena yang selalu ada dan tidak
15
pernah hilang dari pandangan manusia dan semua ini bukti atas kekuasaan
Allah Swt.
Sedangkan pada ayat 20 memberikan dorongan kepada umat islam
tentang kewajiban dalam belajar, dan memerintahkan agar menuntut ilmu
tidak hanya dilakukan di dalam negeri kita sendiri saja, tetapi boleh dilakukan
di luar negeri, dimana saja dan kapan saja sehingga akan mempertebal
keyakinannya serta sebagai bukti nyata bagi orang-orang yang menolak
ajaran Al-Qur’an.
16
DAFTAR PUSTAKA
17