Anda di halaman 1dari 30

LINGKUNGAN PENDIDIKAN SEKOLAH

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Tafsir Hadis Tarbawi

Dosen Pengampu:
Dr. H. Syamsudin, M. Ag

Tim Penyusun:
Afi Rizqiyah (D91219091)
Alina Finnajah (D91219097)
Anggi Novella Permatasari (D91219100)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Lingkungan Pendidikan Sekolah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Tafsir Hadis Tarbawi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Syamsudin, M. Ag.
selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Hadis Tarbawi yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami pelajari. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun Akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 12 April 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Lingkungan Pendidikan Sekolah dan Karakteristiknya sesuai
Qur’an Hadist ...................................................................................................... 3
B. Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan .. 12
C. Hadis Tentang Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan .......................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 25
A. Kesimpulan ................................................................................................ 25
B. Saran ........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan. Lingkungan
dapat berpengaruh positif kepada manusia atau sebaliknya membawa pengaruh
negatif pada pribadi manusia. Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan
dalam proses pendidikan, sebab lingkungan pendidikan berfungsi menunjang
terjadinya proses belajar mengajar, lingkungan yang nyaman dan mendukung
bagi terselenggaranya suatu pendidikan sangat dibutuhkan dan turut
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh
karena itu lingkungan sebagai salah satu yang sangat menentukan dalam proses
pendidikan hingga dapat tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Menurut Saratin, seorang ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan lingkungan sekitar ialah meliputi semua kondisi dalam
dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku manusia,
pertumbuhan dan perkembangan kecuali gen-gen dan bahkan gen dapat pula
dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain. Demikian pula
dalam sistem pendidikan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai
dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Kegiatan tersebut terdapat
dalam kegiatan mengajar yang dilakukan guru.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Juhji bahwa mengajar adalah
mengatur lingkungan agar dapat membantu belajar. Ada empat tempat
penyelenggaraan pendidikan agama Islam yaitu: 1) di rumah, 2) di masyarakat,
3) di sekolah, dan 4) di rumah ibadah. Dari empat tempat tersebut, yang
menjadi fokus pada makalah kami kali ini yakni pendidikan di lingkungan
sekolah. Secara historis, sekolah merupakan perkembangan lebih lanjut dari
keberadaan masjid. Di masjid terjadi proses pembelajaran yang di dalamnya
ada guru, peserta didik, materi, dan metode pembelajaran yang diterapkan. Di
bagian pembahasan akan dijelaskan lebih lengkapnya mengenai lingkungan
pendidikan serta ayat dan hadits terkait.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Lingkungan Pendidikan Sekolah dan Karakteristiknya
sesuai Qur’an Hadist?
2. Apa saja Ayat Al-Qur’an Tentang Sekolah sebagai Lingkungan
Pendidikan?
3. Apa saja Hadis Tentang Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian Lingkungan Pendidikan Sekolah dan
Karakteristiknya sesuai Qur’an Hadist
2. Menyebutkan Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Sekolah sebagai Lingkungan
Pendidikan
3. Menyebutkan Hadis Tentang Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan Sekolah dan Karakteristiknya sesuai


Qur’an Hadist
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai
kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara
lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam
yang harus dihadapi olehanak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong
kelompok biotic.1 Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit,
seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia /
individu. Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan
segala isinya,maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan
beragama, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang, kedua lingkungan
tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh
manusia.2 Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam buku
M.Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa lingkungan ialah meliputi semua
kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life
processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.3Menurut Mohammad

1
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002), 142.
2
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cetke-1,
290.
3
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya OffsetBandung,
2000), 28.

3
Surya, lingkungan adalah segala hal yang merangsang individu, sehingga
individu turut terlibat dan mempengaruhi perkembangannya.4
Menurut Zakiah Daradjat, dalam arti yang luas lingkungan
mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan,
pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah segala sesuatu
yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa
berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda
buatan manusia, atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan
seseorang. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan
lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh
pendidikan kepadanya. Selanjutnya, dia juga menjelaskan bahwa
pengetahuan tentang lingkungan, bagi para pendidik merupakan alat untuk
dapat mengerti, memberikan penjelasan dan mempengaruhi anak secara
lebih baik. Misalnya, anak manja biasanya berasal dari lingkungan keluarga
yang anaknya tunggal atau anak yang yang nakal di sekolah umumnya di
rumah mendapat didikan yang keras atau kurang kasih sayang dan mungkin
juga karena kurang mendapat perhatian gurunya. Sedangkan Pendidikan
atau dalam bahasa arab tarbiyah dari sudut pandang etimologi berasal dari
tiga kelompok kata yaitu :
a. Rabaa yarbuu yang berarti bertambah dan bertumbuh,
b. Rabiya yarba yang berarti menjadi besar,
c. Rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan,
menuntut, menjaga, dan memelihara.
Pendidikan harus dipahami sebagai suatu proses. Proses yang
sedang mengalami pembaruan atau perubahan ke arah yang lebih baik.5
Menurut Ahmad Tafsir adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh
seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai
perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya. Satu

4
Mohamad Surya, Psikologi Guru: Konsep Dan Aplikasinya (Bandung: ALFABETA CV,2014),
34.
5
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2005), cet. ke-
1, 99.

4
diantaranya dengan cara mengajarnya yaitu mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya. Selain itu ditempuh juga usaha lain, yakni
memberikan contoh (teladan) agar ditiru, membiasakan, memberikan
pujian dan hadiah,dan lain-lain. Pendidikan juga merupakan seluruh
aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik/guru kepada
peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik
jasmani maupun rohani, secara formal, informal maupun non-formal yang
berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi,
baik nilai insaniyah atau ilahiyah. Jadi, Lingkungan Pendidikan adalah
segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal
atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta
mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk
menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai
insaniyah dan ilahiyah.
Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh
itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. Tetapi
keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai
positif bagi perkembangan seseorang karena bisa saja merusak
perkembangannya. Oleh karena itu, Ramayulis dalam bukunya
menjelaskan bahwa Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap keberhasilan pendidikan islam. Karena perkembangan jiwa anak
itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat
memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
dan perkembangan jiwa anak,sikapnya, akhlaknya, dan perasaan
agamanya. Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan
proses pendidikan itu. Dikatakan negatif apabila lingkungan menghambat
keberhasilan. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman sebaya dan
masyarakat lingkungannya. Nasution dalam bukunya menjelaskan bahwa
Segala sesuatu yang dipelajari individu harus dipelajari dari anggota
masyarakat lainnya, secara sadar apa yang diajarkan oleh orang-orang tua,
saudara-saudara, anggota keluarganya yang lain dan di sekolah kebanyakan

5
oleh gurunya. Dengan tak sadar ia belajar dengan mendapat informasi
secara insidental dalam berbagaisituasi sambil mengamati kelakuan orang
lain, membaca buku, menonton televisi, mendengar percakapan orang dan
sebagainya atau menyerap kebiasaan-kebiasaan dalam lingkungannya.
2. Macam-Macam Lingkungan Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan
dan unsur lingkungan yang keduaanya tidak terpisahkan tetapi dapat
dibedakan. Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan
walaupun didalamnya terdapat factor-faktor yang mendidik. Pergaulan
semacam itu dapat terjadi dalam:
a. Hidup bersama orang tua, nenek, kakek, atau adik dan saudara-
saudaralainnya dalam suatu keluarga
b. Berkumpul dengan teman-teman sebaya
c. Bertempat tinggal dalam satu lingkungan kebersamaan di kota, di
desa,atau dimana saja.
Diantara ketiga pergaulan diatas, sudah jelas Keluarga merupakan
lingkungan sosial yang paling awal yang kemudian dilengkapi dengan
lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan masyarakat secara lebih
luas. Demikian pula kebudayaan seperti bahasa, adat istiadat, kebiasaan,
hasilseni, peraturan, merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh
yang cukup berarti bagi perkembangan individu. Ki Hajar Dewantoro
membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan yang kita kenal
dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu:6
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan suatu soaial terkecil dalam kehidupan umat
manusia sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam
masyarakat. Disitulah terbentuknya tahap awal proses sosialiasi dan
perkembangan individu. Keluarga merupakan masyarakat alamiah
yang pergaulan diatara golongannya bersifat khas. Di lingkungan ini

6
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1995), 66.

6
terletak dasar-dasar pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan
sendirinya sesuaidengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya.
Menurut Mohammad Surya dalam bukunya menjelaskan bahwa
dari sekian banyak faktor -faktor yang mengkodidisikan penyesuaian
diri, tidak ada satupun faktor yang lebih penting selain dari pada factor
rumah dan keluarga karena keluarga merupakan satuan kelompok
sosial yang terkecil. Dan lingkungan yang paling awal bagi
perkembangan individu adalah Rahim ibu yang kemudian berkembang
pada lingkungan yang lebih luas, seperti pola dan kualitas pertumbuhan
dan perkembangan individu lingkungan tersebut. Lingkungan alam
tempat individu dilahirkan dan dibesarkan akan banyak mempengaruhi
kondisi perkembangan individu. Interaksi social yang pertama
diperoleh individu adalah dalam keluarga yang kemudian akan
dikembangkan di masyarakat. Terdapat beberapa karakteristik
kehidupan keluarga yang merupakan penyesuaian diri, yaitu:7
1) Susunan keluarga, yaitu besar kecilnya keluarga, siapa yang lebih
berkuasa, jumlah anak, perbandingan anak perempuan, dan laki –
laki, dan sebagainya.
2) Peranan-peranan social dalam keluarga yaitu setiap peranan social
yang dimainkan oleh setiap anggota keluarga. Peranan social ini
dipengaruhi oleh sikap dan harapan orang tua terhadap anaknya,
factor umur, jenis kelamin.
3) Keanggotaan kelompok, yaitu sejauh mana anggota keluarga
merasakan sebagai bagian dari kelompok.
4) Kohesi keluarga, yaitu kekuatan petautan antara anggota keluarga
yang satu dengan yang lainnya.
Pendidikan keluarga adalah juga pendidikan masyarakat, karena
disamping keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari bentuk
kesatuan-kesatuan masyarakat, juga karena pendidikan yang diberikan

7
Mohamad Surya, Psikologi Guru: Konsep Dan Aplikasinya, op.cit., 180.

7
oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk
kehidupan anak-anak itu di masyarakat kelak. Pendidikan yang tidak
mau mengikuti derap langkah kemajuan masyarakat. Dengan demikian
nampaklah adanya hubungan erat antara keluarga dengan masyarakat.
Pada zaman dahulu umumnya orang hidup dalam satu rumahyang
besar. Di dalam rumah yang besar itu hiduplah beberapa keluarga
menjadi satu. Suatu keluarga mempunyai peraturan-peraturan dan tata
tertib sendiri yang diatur dan dikepalai oleh seorang kepala keluarga.
Segala kebutuhan, hidup dibuat sendiri oleh anggota-anggota
keluarga masing-masing secara gotong royong. Demikian pula
pendidikan yang diberikan kepada anak-anak dalam keluarga itu
umumnya merupakan kelanjutan adat istiadat yang mereka terima dari
nenek moyang yang merupakan tradisi statis dan hampir tidak berubah-
ubah. Di samping itu, diajarakan pula kepada anak-anak mereka segala
sesuatu yang lazimnya diperbuat atau dikerjakan oleh orang-orang
tuadan orang-orang dewasa dan keluarga itu.
b. Lingkungan Sekolah
Kegiatan pendidikan pada mulanya dilaksanakan dalam
lingkungan keluarga dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai
pendidikan utama, dengan semakin dewasanya anak semakin banyak
hal-hal yang dibutuhkannya untuk dapat hidup di dalam masyarakat
secara dan wajar. Sebagai respon dalam memenuhi kebutuhan tersebut
muncullah usaha untuk mendirikan sekolah di lingkungan keluarga.
Sekolah memegang peranan penting dalam pendiidkan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga
sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat
pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Dengan sekolah,
pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadiseorang ahli yang
sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak yang berguna bagi dirinya,
dan berguna bagi nusa dan bangsanya.

8
c. Lingkungan Masyarakat
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota
masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial
dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami
pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama
dalam tiap masyarakat. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan
ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang
berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan
keanekaragaman bentuk kehudupan sosial serta berjenis-jenis budaya.
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu
daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki
sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak
bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya. Unsur-unsur pokok
dan suatu masyarakat adalah:
1) Adanya unsure kelompok manusia yang bertempat tinggal di
daerah tertentu.
2) Mempunyai tujuan yang samac. Mempunyai nilai-nilai dan norma-
norma yang ditaati Bersama
3) Mempunyai perasaan baik suka maupun duka
4) Mempunyai organisasi yang ditaati di masyarakat terdapat norma-
norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya dan norma-
norma itu berpengaruh dalampembentukan kepribadian warganya
dalam bertindak dan bersikap.
Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut merupakan
aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua generasi mudanya.
Penularan-penularan yang dilakukan dengan sadardan bertujuan ini
sudah merupakan proses pendidikan masyarakat.Contoh tentang sopan
santun orang timur yang mengajarkan atau menentukan cara memberi
sesuatu kepada, atau menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan
kanan. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang
tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan

9
harus menguasai sejumlah kelakuan yang diharapkan dari padanya
pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas
kelakuannya.
3. Lingkungan Pendidikan Sekolah
Sekolah atau dalam Islam sering disebut madrasah, merupakan
lembaga pendidikan formal, juga menentukan membentuk kepribadian
anak didik yang Islami. Bahkan sekolah bisa disebut sebagai lembaga
pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik peserta didik. Hal ini
cukup beralasan, mengingat bahwa sekolah merupakan tempat khusus
dalam menuntut berbagai ilmu pengetahuan.
Disebut sekolah bilamana dalam pendidikan tersebut diadakan di
tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam
kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi, dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah
ditetapkan. Lingkungan sekolah yang positif yaitu lingkungan sekolah
yang memberikan fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan
agama, tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak untuk
kehidupan masyarakat, sekolah juga sebagai produsen dan pemberi jasa
yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan tidak
mungkin berhasil dengan baik tanpa di dukungnya dengan manusia yang
memiliki sumber daya yang berkualitas sebagai produk pendidikan. Karena
itu sekolah perlu dirancang dengan baik. Sekolah merupakan lingkungan
baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan
dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di
sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan,
kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari
lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda. Begitu juga para
pengajar berasal dari berbagai latar belakang pemikiran dan budaya serta
kepribadian.8

8
Hasbullah, “Lingkungan Pendidikan Dalam Al-Qur’an dan Hadits,” Tarbawi: Jurnal Keilmuan
Manajemen Pendidikan, Vol.4, No.01 (Juni, 2018), 21-22.

10
Pendidikan agama di sekolah/ madrasah sangat penting bagi
kehidupan manusia, terutama dalam mencapai ketenteraman batin dan
kesehatan mental pada umumnya. Tidak diragukan lagi, bahwa agama
Islam merupakan bimbingan hidup yang paling baik, pencegah perbuatan
salah dan mungkar yang paling ampuh, pengendalian moral yang tiada
taranya. Untuk membekali peserta didik diperlukan lingkungan sekolah
yang agamis.
Menurut Abuddin Nata,17 guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini,
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam pandangan pendidikan Islam, ketika menjalankan tugasnya
para pendidik harus memiliki kompetensi personal-religius, sosial-religius,
dan profesional-religius. Kata religius selalu dikaitkan dengan tiap-tiap
kompetensi, karena menunjukkan adanya komitmen guru/pendidik dengan
ajaran Islam sebagai kriteria utama, sehingga segala masalah pendidikan
dihadapi dan dipecahkan dalam perspektif Islam.
a. Kompetensi Paedagogik-Religius
Kemampuan untuk pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya dan
mengantarkan peserta didik dalam mencapai tujuan yaitu kebahagiaan
hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat kelak
Sayyid Qutub23 menyatakan orang-orang yang lebih luas
cakrawala pandangannya dan lebih besar jiwanya, selalu berhubungan
dengan Allah Swt, menginginkan kebaikan di dunia dengan tidak
melupakan bagiannya di akhirat.
b. Kompetensi Personal-Religius
Kemampuan dasar yang berkaitan dengan kepribadian agamis
artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak
ditransinternalisasikan kepada peserta didiknya, misalnya nilai

11
kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggungjawab,
kebijaksanaan, kebersihan, keindahan, kedisiplinan, ketertiban.
c. Kompetensi Sosial-Religius
Kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru adalah
menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan
lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).
Kompetensi ini juga menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-
masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Sikap gotong-
royong, tolong-menolong, egalitarian (persamaan derajat antara
manusia), sikap toleransi, dan sebagainya perlu dimiliki oleh pendidik
dalam rangka transinternalisasi sosial antara pendidik dan peserta didik.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya24 menyatakan bahwa Allah Swt menyuruh
hamba-hamba-Nya yang beriman supaya tolong menolong dalam
mengerjakan berbagai kebaikan dan ketaqwaan dan meninggalkan
aneka kemungkaran, serta melarang mereka tolong menolong dalam
melakukan kebatilan dan bekerja sama dalam berbuat dosa dan
keharaman.
d. Kompetensi Profesional-Religius
Kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara
professional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas
prinsip religiusnya.9

B. Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan


1. An-Nisa’ ayat 58
a. Lafadz dan terjemah
‫ى‬
‫ْي النَّا ِس اَ ْن ََْت ُك ُم ْوا ِِب لْ َع ْد ِل اِ َّن‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ت‬‫م‬ ‫ك‬
َ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ
َ َْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ
ِ‫هت اِ هٰل اَهلِها وا‬
ِ ‫اِ َّن هاّلل َيْمرُكم اَ ْن تُؤُّدوا ْاْلَ همن‬
َ ْ ُ ُ َ َٰ
ِ ‫هاّلل نِعِ َّما يعِظُ ُكم بِه اِ َّن هاّلل َكا َن ََِسي ًۢعا ب‬
‫ص ْ ًْيا‬ َ ًْ َٰ ْ َ َٰ

9
Suhada, "LINGKUNGAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN," HIKMAH,
Vol. XIII, No. 1, 2017, 10-15.

12
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah
Maha Mendengar, Maha Melihat.”10
b. Mufrodat
No Makna Lafadz
1 Menyampaikan ‫ تُ َؤُّدوا‬،‫ يُ َؤِٰدي‬،‫أ ََّدى‬

2 Menetapkan hukum ‫ َح َك ْمتُ ْم‬،‫ ََْي ُك ُم‬،‫َح َك َم‬

3 Di antara manusia ‫ْي النَّا ِس‬


َ َْ‫ب‬
4 Memberi pengajaran yang ‫نِعِ َّما يَعِظُ ُك ْم‬
sebaik-baiknya

c. Penafsiran
1) Tafsir Al-Muyassar
Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menunaikan amanat
kepada pemiliknya. Dan Dia menyuruh kalian, apabila kalian
memutuskan perkara di antara manusia dalam semua urusan
mereka, maka putuskanlah perkara mereka dengan adil, jangan
memihak atau zalim dalam memutuskan. Sesungguhnya Allah
mengingatkan dan memberi bimbingan yang sebaik-baiknya ke
arahnya (menjaga amanat) dalam setiap kondisi kalian.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar ucapan-ucapan kalian dan
Maha Melihat perbuatan-perbuatan kalian.
2) Tafsir Al-Mukhtashar
Setelah Allah menyebutkan kabar gembira bagi orang-orang
yang beriman dan beramal shalih, kemudian Allah mengarahkan

10
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Jabal Raudhatul Jannah. 2010),
87.

13
mereka untuk berbuat dua jenis amal shalih, yaitu menunaikan
amanat dan memberi keputusan bagi orang lain dengan adil. Firman
ini ditujukan bagi setiap orang yang diberi amanat, baik itu yang
berhubungan dengan hak Allah ataupun yang berhubungan dengan
hak manusia, baik itu berupa jabatan, harta dan lain sebagainya.
Kemudian Allah memuji perintah dan larangan yang telah di
tetapkan-Nya karena mengandung kemaslahatan di dunia dan
akhirat serta menjauhkan dari mudharatnya, sebab yang
menetapkan adalah Dzat Allah Yang Maha Mendengar dan Maha
Melihat, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya, dan Maha
Mengetahui kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya.11
3) Tafsir Misbah
Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung, yang wajib wujud-
Nya serta menyandang segala sifat terpuji lagi suci dari segala sifat
tercela, menyuruh kamu menunaikan amanah-amanah secara
sempurna dan tepat waktu, kepada pemiliknya, yakni yang berhak
menerimanya, baik amanah Allah kepada kamu maupun amanah
manusia, betapa pun banyaknya yang diserahkannya kepada kamu,
dan Allah juga menyuruh kamu apabila kamu menetapkan hukum
di antara manusia, baik yang berselisih dengan manusia lain
maupun tanpa perselisihan, maka supaya kamu harus menetapkan
putusan dengan adil sesuai dengan apa yang diajarkan Allah swt.,
tidak memihak kecuali kepada kebenaran dan tidak pula
menjatuhkan sanksi kecuali kepada yang melanggar, tidak
menganiaya walau lawanmu dan tidak pula memihak kepada
temanmu. Sesungguhnya Allah dengan memerintahkan
menunaikan amanah dan menetapkan hukum dengan adil, telah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Karena
itu, berupayalah sekuat tenaga untuk melaksanakannya, dan

11
Quran Surat An-Nisa Ayat 58 Arab, Latin, Terjemahan Arti Bahasa Indonesia (tafsirweb.com)
diakses 13-04-2021, 22.11.

14
ketahuilah bahwa Dia yang memerintahkan kedua hal ini
mengawasi kamu, dan sesungguhnya Allah sejak dulu hingga kini
adalah Maha Mendengar apa yang kamu bicarakan, baik dengan
orang lain maupun dengan hati kecilmu sendiri, lagi Maha Melihat
sikap dan tingkah laku kamu.
d. Penjelasan
Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk
dipelihara dan dikembalikan bila tiba saatnya atau bila diminta oleh
pemiliknya. Amanah tidak diberikan kecuali pada orang yang dinilai
oleh pemberinya dapat memelihara dengan baik apa yang diberikannya
itu. Agama mengajarkan bahwa amanah/kepercayaan adalah asas
keimanan berdasarkan sabda Nabi saw., “Tidak ada iman bagi yang
tidak memiliki amanah. Amanah tersebut membutuhkan kepercayaan
dan kepercayaan itu melahirkan ketenangan batin yang selanjutnya
melahirkan keyakinan.
Dalam ayat ini, kata amanah menggunakan bentuk jamak karena
amanah bukan hanya sesuatu yang bersifat material, tapi juga non-
material dan bermacam-macam. Terdapat amanah antara manusia
dengan Allah, antara manusia dengan manusia lainnya, antara manusia
dengan lingkungannya, dan antara manusia dengan dirinya sendiri.
Masing-masing memiliki rincian, dan setiap rincian harus dipenuhi,
walaupun seandainya amanah yang banyak itu hanya milik seorang.
Kemudian ketika Allah memerintahkan untuk menetapkan
hukum dengan adil, ayat ini memulainya dengan menyatakan; apabila
kamu menetapkan hukum di antara manusia. Sedangkan sebelumnya
ketika memerintahkan menunaikan amanah, redaksi semacam ini tidak
ditemukan. Ini mengisyaratkan bahwa setiap manusia telah menerima
amanah secara potensial sebelum kelahirannya dan secara aktual sejak
dia akil baligh. Sedangkan menetapkan hukum bukanlah wewenang
setiap orang. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk tampil
melaksanakannya, antara lain; pengetahuan tentang hukum dan tata

15
cara menetapkannya, serta kasus yang dihadapi. Bagi yang memenuhi
syarat-syaratnya dan bermaksud tampil menetapkan hukum,
kepadanyalah ditujukan perintah di atas, yaitu kamu harus menetapkan
dengan adil.12
Dari penjelasan Surat an-Nisa ayat 58 di atas, yang ditekankan
dan memiliki kaitan dengan pembahasan makalah ini adalah bahwa
amanah itu diberikan pada orang yang dinilai oleh pemberinya dapat
memelihara dengan baik apa yang diberikannya itu. Seperti yang kita
tahu, lingkungan pendidikan sekolah tak lepas dari peran seorang
pendidik atau guru. Amanah sebagai seorang pendidik tentu diberikan
pada orang-orang yang dapat menjadi figur dan tokoh yang menjadi
uswatun hasanah bagi peserta didik. Karena peserta didik memandang
seorang guru sebagai sosok yang disanjung, didengar, dan ditiru.
Karena itu seorang guru haruslah seseorang yang membekali diri
dengan ilmu agama dan ilmu duniawi, akhlak mulia, serta rasa sayang
pada anak didik. Dengan demikian seorang guru dapat menjalankan
amanahnya sebagai seorang pendidik.13
2. Al-Isra’ ayat 84
a. Lafadz dan terjemah

‫قُ ْل ُكلٌّ يَّ ْع َم ُل َع هلى َشا كِلَتِه فَ َربُّ ُك ْم اَ ْعلَ ُم ِِبَ ْن ُه َو اَ ْه هدى َسبِْي ًل‬
"Katakanlah (Muhammad), "Setiap orang berbuat sesuai dengan
pembawaannya masing-masing." Maka Tuhanmu lebih mengetahui
siapa yang lebih benar jalannya."14
b. Mufrodat
No Makna Lafadz
1 Setiap orang
ٌّ‫ُكل‬

12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol.02 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 480-481.
13
Hasbullah, “Lingkungan Pendidikan Dalam Al-Qur’an dan Hadits,” Tarbawi: Jurnal Keilmuan,
22.
14
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an, 290.

16
2 Pembawaan, jalan, ‫َشا كِلَة‬
kebiasaan, cara,
kecenderungan
3 lebih mengetahui ‫اَ ْعلَ ُم‬

4 Yang lebih benar jalannya ‫اَ ْه هدى َسبِْي ًل‬

c. Penafsiran
1) Tafsir Al-Mukhtashar
َ ‫( قُ ْل ُك ٌّل يَ ْع َم ُل‬Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat
‫علَ ٰى شَا ِكلَتِ ِهۦ‬
menurut keadaannya masing-masing”) Yakni setiap insan
berperilaku sesuai dengan akhlak yang dia biasakan pada dirinya.
َ ‫( فَ َر ُّب ُك ْم أ َ ْعلَ ُم بِ َم ْن ه َُو أ َ ْهدَ ٰى‬Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa
ً ِ‫سب‬
‫يل‬
yang lebih benar jalannya) Yakni dalam perilakunya, apakah itu
baik atau buruk.
2) Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir
Disebutkan dalam hadits shahih: "semuanya telah
dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya", maka
perhatikanlah kesesuaian bakat dan kemampuanmu, dan
kembangkanlah untuk kamu pergunakan di jalan Allah, untuk
ummatmu dan untuk keluargamu, dan janganlah berlagak seperti
orang baik padahal kamu belum memberi apa-apa, sehingga kamu
termasuk orang yang kelam kabut, tadabburi ayat Allah : { ‫قُ ْل ُك ٌّل‬
‫ع َل ٰى شَا ِكلَ ِت ِهۦ‬
َ ‫" } َي ْع َم ُل‬Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing" { ‫ت‬ ۟ ُ‫" } َو ِل ُك ٍّل ِوجْ َهةٌ ه َُو ُم َولِي َها ۖ فَٱ ْستَبِق‬Dan bagi
ِ ‫وا ْٱل َخي ٰ َْر‬
tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan"
(Al-Baqarah: 148).15

15
Quran Surat An-Nisa Ayat 58 Arab, Latin, Terjemahan Arti Bahasa Indonesia (tafsirweb.com)
diakses 13-04-2021, 22.11.

17
3) Tafsir Misbah
Demikian halnya orang-orang musyrik yang sakit jiwanya
itu, padahal ayat-ayar al-Qur’an yang merupakan penawar
penyakit-penyakit kejiwaan yang silih berganti turun, maka
katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka sebagai
ungkapan rasa tidak senangmu terhadap kejahatan dan pertikaian:
“Tiap-tiap orang yang bersyukur dan sehat jiwanya demikian juga
yang kufur karena jiwanya sakit berbuat menurut keadaan jiwa,
pembawaan dan kecenderungan serta budi pekertinya masing-
masing. ” Karena Tuhan kamu wahai yang taat maupun yang
durhaka lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. Mereka
akan mendapatkan pahala yang besar. Allah juga Maha Mengetahui
siapa yang lebih sesat jalannya dan akan memberi balasan sesuai
dengan apa yang mereka perbuat.
d. Penjelasan
Ayat ini bisa dihubungkan dengan ayat-ayat sebelumnya, yakni
setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan bahwa kehadiran al-Qur’an
merupakan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan menambah
kerugian serta celaka bagi orang-orang kafir yang menjauhkan diri dari
Allah dan nikmat-Nya, maka seakan-akan ada pertanyaan “mengapa
yang satu beriman dan memperoleh rahmat dan yang lainnya menjauh
dan bertambah rugi?”. Ayat ini ditafsirkan menjelaskan pertanyaan
tersebut dengan mengatakan bahwa masing-masing mengambil sikap
dan berbuat sesuai dengan keadaan jiwa, pembawaan, dan budi
pekertinya.
Kata ‫ شاكلة‬dipahami Ibn ‘Asyur dengan arti jalan atau kebiasaan
yang dilakukan oleh seseorang. Sayyid Quthub memahaminya dalam
arti cara dan kecenderungan. Ayat ini menunjukkan bahwa setiap
manusia memiliki kecenderungan, potensi, pembawaan, yang menjadi
pendorong aktivitasnya. Sementara pakar berpendapat bahwa ada
empat tipe manusia. Ada yang memiliki kecenderungan beribadah, ada

18
lagi yang senang meneliti dan tekun belajar. Yang ketiga adalah pekerja
keras dan yang keempat adalah seniman. Semua berbeda penekanan
aktivitasnya. Di sisi lain ada manusia yang tertutup (introvert) yaitu
senang menyendiri dan enggan bergaul, dan ada juga sebaliknya yang
terbuka (ekstrovert). Selanjutnya ada yang pemberani dan ada juga
yang penakut. Ada yang dermawan dan ada pula yang kikir, ada yang
pemaaf dan ada juga yang pendendam. Ada yang pandai berterima
kasih dan ada juga yang mengingkari jasa.
Di sisi lain, pergaulan juga mempunyai pengaruh sikap dan budi
pekerti seseorang. Jika ia dekat dengan penjual parfum, maka ia akan
mendapat parfum atau setidaknya menghirup aromanya. Dan jika ia
suka bersama tukang las, maka ia akan terpercik apinya atau paling
tidak menghirup aroma buruk. Seperti itulah nabi memberi gambaran
tentang pergaulan. Pergaulan sangat mempengaruhi manusia, dan
menghasilkan berbagai aktivitas. Dua makna di atas, yakni yang
disampaikan Ibn ‘Asyur dan Sayyid Quthub dapat ditampung oleh kata
syakilah.
Masing-masing manusia melakukan apa yang dianggapnya baik,
Allah dan Rasul-Nya tidak akan memaksa, hanya mengingatkan bahwa
Yang Maha Kuasa itu lebih mengetahui siapa yang berbuat baik siapa
pula yang sesat, dan berdasar pengetahuan-Nya yang terbukti dalam
kenyataan itulah Dia memberi bagi masing-masing balasan dan
ganjaran yang sesuai.16
Korelasi ayat ini dengan tema pembahasan makalah adalah
bahwa seseorang haruslah memenuhi kompetensi di bidangnya masing-
masing. Termasuk guru yang memiliki peranan penting dalam
lingkungan pendidikan sekolah. Dalam ayat di atas terdapat kata
syakilah yang mencakup makna cara, potensi, kecenderungan dan
pembawaan. Seorang guru haruslah memiliki kemampuan dan

16
Shihab, Tafsir, Vol.07, 535-537.

19
kecakapan di dalam bidangnya, meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan profesional baik yang bersifat pribadi, maupun
akademis.17

C. Hadis Tentang Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan


Musnad Ahmad 9051
1. Hadits dan Terjemahnya

‫حدثنا قتيبة قال حدثنا حامت بن إمساعيل عن محيد اخلراط عن املقربي عن أيب هريرة قال‬
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من جاء مسجدي هذا مل أيت إال خلري يتعلمه فهو مبنزلة‬
‫اجملاهد يف سبيل هللا ومن جاء لغري ذلك فهو مبنزلة رجل ينظر إىل متاع غريه‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata: telah
menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Humaid Al
Kharrath dari Al Maqburi dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa datang ke
masjidku ini, ia tidak datang kecuali untuk suatu kebaikan yang ia
pelajari, maka ia seperti seorang mujahid fi sabilillah. Dan
barangsiapa datang bukan untuk tujuan itu, maka ia seperti seorang
yang melihat harta milik orang lain.”

2. Skema Sanad

17
Zulhammi, “Lingkungan Pendidikan Menurut Al-Qur’an,” Forum Pedagogik, Vol.VI, No.01
(Januari, 2014), 194.

20
21
3. Penjelasan Hadist

Dalam substansi hadist di atas, hal utama yang perlu diperhatikan


ketika menuntut ilmu adalah niat, harus diniatkan untuk mencari kebaikan
(ridha Allah) agar ilmunya barakah dan bernilai ibadah. Jika diniatkan
untuk hal tersebut, maka kedudukannya sama dengan seorang yang sedang
berjihad di jalan Allah. Namun, apabila diniatkan bukan karena ingin
mencari ridha Allah, ia diibaratkan seperti hanya melihat harta orang lain
saja. Artinya, maka ia di sana hanya berada dalam kesia-siaan, karena tidak
diniati untuk mencari kebaikan atas ilmu yang datang padanya yang
mengakibatkan ilmu (diibaratkan sebagai harta) tidak masuk ke dalam
dirinya.

SUNAN DARIMI 308

1. Hadist dan Terjemahnya


‫أخربان حممد بن يوسف عن سفيان عن جعفر بن برقان عن عمر بن عبد العزيز قال سأله‬
‫رجل عن شيء من األهواء فقال عليك بدين األعرايب والغالم يف الكتاب واله عما سوى‬
‫ذلك قال أبو حممد كثر تنقله أي ينتقل من رأي إىل رأي‬

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf


dari Sufyan dari Ja'far bin Burqan dari Umar bin Abdul Aziz
rahimahullahu ia berkata: "Ada seorang laki-laki bertanya
kepadanya tentang hawa nafsu, maka ia berkata: 'Hendaknya kamu
senantiasa memegang teguh agama orang-orang Arab dan anak-
anak dalam madrasah. Dan tinggalkanlah selain hal itu, Abu
Muhammad berkata: 'Maksudnya banyak berpindah, yaitu
berpindah dari satu pendapat ke pendapat yang lain”.

22
2. Skema Hadist

23
3. Penjelasan Hadist
Hadis di atas menjelaskan bahwa pendidikan berperan penting sekali
dalam kehidupan kita, salah satunya yakni untuk menjaga diri agar menjadi
insan kamil, termasuk mengendalikan hawa nafsu. Selain di dalam
lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar rumah, anak dianjurkan juga
untuk mendapatkan pendidikan di lingkungan sekolah / madrasah. Karena
guru (sebagai seorang pendidik yang berjalan di atas kaidah ilmu agama
dan ilmu pengetahuan yang benar) dituntut untuk kompeten di bidangnya,
termasuk bertanggung jawab untuk mendidik dan membimbing para
peserta didik sejak dini dengan tujuan mengenalkan dan menanamkan
pengetahuan agama yang baik dan benar untuk mempersiapkan peserta
didik menjadi pribadi muslim-muslimah yang taat pada syariat Allah dan
menjauhi larangan Allah.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diadakan di tempat
tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu
tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi,
dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan. Sekolah
sangat penting dalam menyiapkan anak untuk kehidupan masyarakat, sekolah
juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan
pembangunan. Di sekolah terdapat guru yang harus memiliki kompetensi
personal-religius, sosial-religius, dan profesional-religius.
Ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan sekolah di antaranya
QS. An-Nisa’ ayat 58 tentang sebuah amanah haruslah diserahkan pada orang
yang dinilai mampu memeliharanya, termasuk amanah sebagai pendidik
diberikan pada guru yang dapat menjadi uswatun hasanah bagi peserta didik.
Yaitu orang-orang yang membekali diri dengan ilmu agama dan ilmu duniawi,
akhlak mulia, serta rasa sayang pada anak didik. Berikutnya ialah QS. Al-Isra’
ayat 84 yang menjelaskan profesionalitas individu di bidangnya masing-
masing. Demikian juga seorang guru atau pendidik haruslah yang memiliki
kemampuan di bidangnya, meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan
profesional baik yang bersifat pribadi, maupun akademis.
Hadits terkait lingkungan pendidikan sekolah yang pertama hadits dalam
Musnad Ahmad 9051. Dari substansi hadits ini, hal utama yang perlu
diperhatikan ketika menuntut ilmu adalah niat. Menuntut ilmu di lembaga
pendidikan manapun haruslah diniati untuk mencari ridha Allah Swt, sehingga
ilmunya barakah dan bernilai ibadah. Hadits yang kedua dalam sunan Darimi
308 bahwasannya pendidikan berperan penting dalam kehidupan kita, salah
satunya untuk menjadi insan kamil termasuk dalam mengendalikan hawa
nafsu. Di sekolah guru dituntut untuk membimbing peserta didik dengan
mengenalkan dan menanamkan pengetahuan agama pada peserta didik agar

25
menjadi pribadi Muslim dan Muslimah yang taat pada syariat Allah dan
menjauhi larangan-Nya.

B. Saran
Sebagai manusia, penyusun menyadari banyaknya kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Pun pula manusia adalah tempat salah dan lupa. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
bapak pengajar atau Dosen maupun dari teman-teman mahasiswa.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. dan Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
1995.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002.

Hasbullah. “Lingkungan Pendidikan Dalam Al-Qur’an dan Hadits.” Tarbawi:


Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Vol.4, No.01 (Juni, 2018).

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Jabal Raudhatul


Jannah. 2010.

Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka


Belajar,2005.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.

Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


OffsetBandung, 2000.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Vol.02. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Suhada. "LINGKUNGAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN."


HIKMAH. Vol. XIII, No. 1, 2017.

Surya, Mohamad. Psikologi Guru: Konsep Dan Aplikasinya. Bandung:


ALFABETA CV,2014.

Zulhammi. “Lingkungan Pendidikan Menurut Al-Qur’an.” Forum Pedagogik.


Vol.VI, No.01 (Januari, 2014).

Quran Surat An-Nisa Ayat 58 Arab, Latin, Terjemahan Arti Bahasa Indonesia
(tafsirweb.com) diakses 13-04-2021, 22.11.

27

Anda mungkin juga menyukai