HILYATI
KARTIKA ARIYANTI
KHAIRIANI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
meyelesaikan makalah ini tentang ayat-ayat mengenai ilmu pengetahuan.
Sholawat dan salam senantiasa diucapkan dan curahkan untuk junjungan nabi
besar kita, Nabi Muhammad saw yang sudah menyampaikan petunjuk Allah SWT
untuk kita semua yakni syariah agama islam yang sempurna dan satu-satunya
karunia paling besar kepada seluruh alam semesta.
Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Tarbawi yang berjudul ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan sesuai tafsir dari
surat Al-Mujadalah ayat 11. Didalam makalah ini akan membahas tentang arti
penting ilmu pengetahuan bagi manusia, tafsir Q.S. AL-Mujadalah ayat 11, Ayat-
ayat yang berkaitan dengan surah Al-Mujadalah:11, dan hikmah dari surah Al-
Mujadalah ayat 11
Akhirul kalam, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan.
Oleh karna itu kami sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi
penyempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
serta mampu memenuhi harapan berbagai pihak.
Kelompok Enam
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Makalah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Federspiel Howard M, Kajian al-Qur’an di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), h. 55.
2
B. Tafsir Q.S. AL-Mujadalah Ayat 11
1. Asbabun Nuzul
Sebab turunnya ayat ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil
bin Habban. Ayat ini turun pada hari Jum’at. Ketika itu Rasulullah SAW duduk di
ruang Shuffah, (yaitu ruang tempat berkumpul dan tempat tinggal dari sahabat-
sahabat Rasulullah SAW yang tidak mempunyai rumah). Tempat itu agak sempit
dan sahabat-sahabat dari Muhajirin dan Anshar telah berkumpul. Beberapa orang
sahabat yang turut dalam peperangan Badar itu terlambat datang diantaranya
Tsabit bin Qais. Para pahlawan Badar itu berdiri diluar yang kelihatan oleh
Rasulullah, mereka mengucapkan salam “Assalamualaikum Ayyuhan Nabi
Wabarakatuh”, Nabi SAW. menjawab salam. Dan mereka mengucapkan salam
kepada orang-orang yang hadir lebih dahulu, salam mereka pun dijawab orang
yang telah hadir, tetapi mereka tidak bergeser dari tempat duduk mereka, sehingga
orang-orang yang baru datang itu terpaksa berdiri terus. Melihat hal itu Rasulullah
merasa kecewa, terutama karena di antara yang baru datang itu adalah sahabat-
sahabat yang mendapat penghargaan istimewa dari Allah, karena mereka turut
dalam peperangan Badar.
Akhirnya berkatalah Rasulullah SAW kepada orang-orang yang berada
disekitarnya, “ berdirilah, berdirilah ”. Tetapi yang disuruh berdiri itu ada yang
3
wajahnya terbayang rasa enggan atas hal demikian dan orang munafik yang turut
hadir mulailah membisikkan celaannya atas yang demikian seraya berkata “Demi
Allah, Muhammad tidak adil, ada orang yang dahulu datang dengan maksud
memperoleh tempat duduk didekatnya, tetapi disuruh berdiri agar tempat itu
diberikan pada orang yang terlambat datang”. Melihat yang demikian bersabdalah
Rasulullah SAW “Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan tempat buat
saudaranya”. Maka turunlah ayat ini.2
4
dan akan mempopulerkan namanya.”Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. Yaitu, maha mengetahui orang yang yang berhak untuk mendapatkan
hal itu dan orang yang tidak berhak untuk mendapatkannya.3
3. Tafsir Al-Maragi
Tafsir surah Al-Mujadalah (58):11
ٱَّللُ لَ ُكم
َّ ِسح َ س ُحواْ فِي ۡٱل َم َٰ َج ِل ِس فَ ۡٱف
َ س ُحواْ يَ ۡف َّ َيَا َأَيُّ َهاٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِذَا قِي َل َل ُك ۡم تَف
Memberi kelapangan kepada sesama muslim dalam pergaulan dan usaha
mencari kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-
saudaranya, memberi pertolongan dan sebagainya termasuk dianjurkan Rasulullah
SAW. Beliau bersabda:
“Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”
(H.R Muslim no: 2699)
ْش ُزوا
ُ ش ُزواْ فَٱن
ُ َو ِإذَا ِقي َل ٱن
Ayat ini menerangkan bahwa jika kamu disuruh Rasulullah SAW berdiri
untuk memberi kesempatan kepada orang tertentu agar ia dapat duduk atau kamu
disuruh pergi dahulu hendaklah kamu berdiri atau pergi, karena ia ingin memberi
penghormatan kepada orang-orang itu. Berdasarkan ayat ini para ulama
berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah
mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi
perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.
3
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.125-
128.
5
Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang
paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu
diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwa (Al Qur’an) itu
benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepada-Nya.
Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus. (Q.S Al-Hajj: 54)
4
Ahmad Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: PT Karya Toha, 1987), h. 78-
80.
6
Dalam surat Thaha ayat 75. Allah SWT berfirman :
“… dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar, (yaitu) kedudukan beberapa derajat dari pada-Nya,
ampunan, serta rahmat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S An Nisaa’ : 95-96).
Iman memberi cahaya pada jiwa, disebut juga pada moral, sedang ilmu
pengetahuan dapat memperkuat imannya. Iman dan Ilmu membuat orang jadi
mantap, agung, walau tidak ada pangkat dan jabatan yang disandangnya, sebab
cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri.
5
Federspiel Howard M, Kajian al-Qur’an di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), h. 57.
7
Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengirimnya adalah Ilmu. Ilmu
tidak disertai iman dapat memberikan kerugian pada dirinya, ilmu yang dimiliki
akan sia-sia jika tidak diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan. Ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan dengan
tujuan untuk membangun agama dan meningkatkan keimanan. Dicontohkan yaitu
orang-orang kafir berilmu, maka tidak akan diangkat derajatnya oleh Allah dan
tidak akan masuk surga.6
6
Ibid, h. 58.
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: CV Ferlia Citra Utama,
1994), h 26.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat berharap ada kritikan dan saran
yang sifatnya untuk membangun. Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis begitu juga pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: CV Ferlia Citra Utama,
1994.
Howard M, Federspiel. Kajian al-Qur’an di Indonesia, Bandung: Mizan, 1996.
Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al-Maragi, Semarang: PT Karya Toha, 1987.
Nasib Ar Rifa’i, Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 2001.
10