Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah swt, yang selalu memberikan kita kekuatan, kesehatan serta
melimpahkan ilmu pengetahuan kepada kita, dan terutama telah menurunkan islam yang mulia sebagai
agama yang diridhai oleh Allah swt. Semoga kita selalu menjadi hamba yang beriman kepada Allah
SWT,amin ya robbal Allamin. Pada kesempatan kali ini saya sebagai pemakalah dari tugas yang telah
diberikan, untuk menyajikan makalah yang telah saya buat yang berjudul “ sejarah penulisan dan
kodifikasi Hadis “. saya juga menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dengan kata
sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah. Oleh karena itu saya tetap menerima kritik dan
saran
Daftar isi
Judul…………………………
……………………………………………….i
Kata pengantar……………………………………………………………………..ii
Daftar isi…………………………………………………………………………....iii
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar belakang………………………………………… 1
B. .Rumusan masalah……………………………………. 2
C. Tujuan pembelajaran…………………………………. 2
Bab II pembahasan
A. Pengertian kodifikasi hadis
B. Tujuan kodifikasi Hadis
C. Sejarah kodifikasi Hadis
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar belakang
Hadis merupakan pedoman kedua bagi umat islam di dunia setelah Al – Qur’an, yang
tentunya memiliki peranan sangat penting pula dalam disiplin ajaran islam. Hadis adalah
segala perkataan, perbuatan, dan takrir nabi, para sahabat, dan para tabii.[1]1
Dengan demikian, keberadaan Al-Hadits dalam proses kodifikasinya sangat berbeda
dengan Al – Qur’an.Sejarah hadits dan periodesasi penghimpunannya lebih lama dan
panjang masanya dibandingkan dengan Al-Qur’an.Al-Hadits butuh waktu 3 abad untuk
pengkodifikasiannya secara menyeluruh. Banyak sekali liku-liku dalam sejarah
pengkodifikasian hadits yang berlangsung pada waktu itu.
Munculnya hadits – hadits palsu merupakan alasan yang amat kuat untuk mengadakan
kodifikasi hadits. Selain itu, kodifikasi hadits ketika itu di lakukan karena para ulama hadits
telah tersebar ke berbagai negeri, dikhawatirkan hadits akan menghilang bersama wafatnya
mereka, sementara generasi penerus diperkirakan tidak menaruh perhatian memelihara
hadits, dan banyak berita – berita yang diada-adakan oleh kaum penyebar bid’ah.
1
Al Fatih Suryadilaga, Ulumul Hadis,(Yogyakarta : Penerbit Teras, 2010),
hlm.21
Keberadaan hadis sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an memiliki sejarah
perkembangan dan penyebaran yang kompleks. Sejak dari zaman nabi, sahabat, tabi’in,
hingga pembukuan hadits setelah abad ke-2 Hijriyah. Perkembangan Hadis dari masa awal
lebih memfokuskan pada lisan, hal ini karena pada waktu itu Rosulullah khawatir akan
bercampurnya antara Nash Al-Qur’an dengan Hadis. selain itu juga disebabkan karena
Rasulullah lebih memfokuskan pada penulisan Al-Qur’an oleh para Sahabat. Periodisasi
Pembukuan Hadis secara resmi baru dilaksanakan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
B. Rumusan masalah
1. Apa itu kodifikasi hadis
2. Mengapa kodifikasi hadis perlu dilakukan
3. Bagaimana sejarah perkembangan kodifikasi hadis
4. Apa saja kitab-kitab Hadis yang terkenal Hasil kodifikasi nya
C. tujuan pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian dari kodifikasi Hadis
2. Untuk mengetahui sejarah kodifikasi hadis
3. Untuk mengetahui kitab-kitab hadis yang terkenal hasil kodifikasi
Bab II
Pembahasan
Kodifikasi berasal dari bahasa Arab yang dikenal dengan istilah Tadwîn. Yakni:
pencatatan, penulisan atau pembukuan. Sedangkan kodifikasi hadis sendiri merupakan
sebuah proses pencatatan atau pembukuan hadis Nabi Muhammad SAW.
Tadwin Al-Hadis atau kodifikasi Al-Hadis merupakan suatu kegiatan pengumpulan Al-
Hadis dan penulisannya secara besar-besaran yang secara resmi disponsori atau
diperintahkan oleh pemerintah (khalifah). Sedangkan penulisan hadis sendiri secara tidak
resmi sebenarnya sudah di lakukan sejak pada masa Rasulullah SAW, saat beliau masih
hidup.
2
Sejarah mencatat bahwa pada masa rasul Hadis belum banyak ditulis apalagi
dibukukan. Menurut data sejarah, awal mula kodifikasi hadis secara resmi diperkasai oleh
Umar Abdul Aziz. Ia adalah khalifah ke 8 dari dinasti Umayyah. Kodifikasi Hadis yang
dilakukan pada masa ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiranUmar Bin Abdul Aziz
terhadap berbagai persoalan selama masa pemerintahannya akibat pergolakan politik
yang sudah terjadi sejak lama yang mengakibatkan perpecahan umat islam kepada
beberapa kelompok. Hal ini secara tidak langsung memberikan pengaruh negatif kepada
orientasi hadis-hadis nabi dan menimbulkan kehawatiran. Kehawatiran itu pada tiga hal,
yaitu: pertama, hilangnya Hadis dan dengan meninggalnya para ulama. Hal ini kemudian
memicu para ulama untuk segera membukukan hadis sesuai petunjuk sahabat yang
mendengar langsung dari nabi. Kedua, bercampurnya antara Hadis yang sahih dan yang
2
[2] Octoberrinsyah, Al- Hadis, (Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005), hlm 42.
palsu. Ketiga, semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam, sementara kemampuan para
tabi’in antara yang szatu dengan yang lainnya tidak sama.[2]Demikianlah persoalan yang
menentukan bangkitnya semangat para muslim khususnya Umar bin Abdul Aziz selaku
khalifah dan segera mengambil tindakan positif guna menyelamatkan Hadis dari
kemusnahan dan pemalsuan melalui pembukuannya.
Dalam sejarah kodifikasi hadis, sejarahnya dapat dibagi menjadi dua bab, yakni:
1. Sejarah hadits pra-kodifikasi
2. Sejarah dan perkembangan kodifikasi hadis
Di antara karya-karya kompilasi hadis yang dihasilkan melalui gerakan penulisan hadis
dengan kategori himpunan hadis-hadis shahih adalah sebagai berikut :
a) Al-jami’ al-shahih, karya Muhammad bin Abdullah al Bukhari (w.256 H)
b) Al-jami’ al-shahih karya Muslim bin al-Hajjaj (w.261 H)
c) Kitab Al-sunan karya Abu Dawud,Sulaiman bin Asy’as (w.275 H), dll.
b. Pembukuan Hadis pada Pertengahan kedua abad ke IV H, ke V H dan
Seterusnya.
Pembukuan atau kompilasi hadis nabi pada abad ke V H menunjukkan karakteristik yang
sangat berbeda dari abad-abad sebelumnya. Bila pada abad-abad sebelumnya,
dapat dikatakan sebagai kitab-kitab hadis yang asli, yakni suatu kompilasi
hadis nabi yang didasarkan atas sanad penghimpun hadis yang diperolehnya
dari perjalanan individu kepada guru-guru yang ada di berbagai daerah
imperium Islam. Maka, karya-karya hadis pada abad ke V H (tepatnya sejak
pertengahan abad ke IV) tidak semuanya dapat diklasifikasikan sebagai kitab-
kitab hadis yang asli. Hal ini lebih dikarenakan karya-karya yang muncul
semenjak pertengahan abad ke IV H lebih banyak disandarkan pada hasil
karya ulama-ulama sebelumnya.
Secara umum, bentuk dari karya-karya yang muncul semenjak pertengahan abad ke IV H,
bahkan hingga saat sekarang adalah dalam bentuk elaborasi (sharah) ,
kritisime, ringkasan (mukhtashar), pengembangan, komentar, revisi dan
penseleksian atau pembuatan indek-indek untuk referensi secara mudah.
Berikut ini adalah beberapa contoh dari model-model karya yang muncul
semenjak pertengahan abad ke IV H tersebut :
1) Kompilasi hadis dalam bentuk karya pelengkap (istidrakat)
Pertama: al- ilzamat ‘ala al-bukhari wa mislim karya Ali bin Umar al-daruqutni (w.385
H). Dan yang kedua : almustadrak ‘ala al-shahihain karya Muhammad bin Ali
Al-hakim (w. 404 H).
2) Kompilasi hadis dalam bentuk catatan-catatan kritis
a) Ma’alim al-sunah karya Hammad bin Muhammad al-Khottobi, dikenal dengan al-Khottobi
(w. 389 H). Karya ini merupakan karya tentang komentar terhadap karya kitab al-Sunan karya
Abu Dawud. Di samping karya ini, al-Khottobo juga membuat karya komentar lainnya yang
berjudul I’lam al-Sunan yang merupakan karya komentar terhadap al-Jami’ al-Shohih-nya al-
Bukhari dan ditulis segera setelah al-Khottobi menyelesaikan Ma’alim al-Sunan.
b) Kitab Qur’an wa al-Hadis karya Ahmad bin Muhammad Abu Ubaid al-Harawi, dikenal
dengan al-Harawi (w. 401). Beliau mengkaji kosa kata yang ada di dalam al-Qur’an dan hadis
tanpa disertai sanad dan sumber rujukan kitab hadisnya.
c) Tafsir Gharib al-Shahihain karya Muhammad bin Abi Nasr al-Hamidi, dikenal dengan al-
Hamidi (w.488 H).
3) Kompilasi hadis dalam bentuk ringkasan (mukhtashar)
a) Al –Mulakhkhis li ma fi al-Muatha’ min al hadis al musnad karya Ali bin Muhammad bin
Khallaf al-Qabisi, dikenal dengan al-Qabbisi (w.403 H). Karya ini berisi 525 hadis lengkap
dengan sanadnya
b) Al-tajrid al-sharih karya Abu al-Abbas Ahmad bin Ahmad al Zubaidi(w.893 H). Karya ini
terdiri dari dua jilid dan merupakan sebuah karya populer yang menghimpunkan hadis-hadis
yang terdapat di dalam al-Jami’ al-shahih karya al-Bukhari tanpa disertai sanad dan
pengulangan hadis yang sering dijumpai dalam karya asli al-Bukhari.
Dalam kodifikasi pada zaman ulama-ulama muqoddimin seperti masa Nabi Muhammad SAW,
shahabat, dan tabi’in kenyakan masih menggunakan metode hafalan terutama pada zaman Nabi
SAW. Pada masa beliau hadits tidak diperbolehkan untuk ditulis karena takut akan tercampur
dengan Al-Quran, sebab lain karena shahabat tidak terlalu fokus dengan hadits yang merupakan
sunnah beliau. Kodifikasi secara tertulis terjadi pada masa tabi’in, tepatnya pada masa Khalifah
Umar bin Abdul Aziz yang pada saat itu masyarakat arab banyak yang berkelana dan menikah
dengan bangsa lain yang kekuatan hafalannya berbeda dengan masyarakat arab. Dikhawatirkan
hadits akan hilang, maka Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk pembukuan
hadits yang dikoordinatori oleh Muhammad Shihab Al Zuhri.
Selanjutnya proses kodifikasi hadis, yang pada awalnya dilatar belakangi oleh
kekhawatiran Khalifah Umar bin Abdul Aziz terhadap berbagai persoalan di masa
pemerintahannya. Kekhawatiran tersebut didasarkan pada tiga hal, yaitu: Hilangnya hadis-hadis
dikarenakan meninggalnya para ulama yang mengerti atau hafal hadis di medan perang,
Bercampurnya antara hadis-hadis yang shahih dengan hadis-hadis yang palsu, Meluasnya daerah
kekuasaan islam. Atau lebih singkatnya, tujuan dari kodifikasi hadis adalah untuk untuk
menyelamat-kan hadis-hadis Nabi Muhammad Saw dari kepunahan dan penyelewengan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Kemudian sejarah pengkodifikasian hadis dibagi menjadi dua bab yaitu :
1. Sejarah pra-kodifikasi hadis, yaitu sebelum adanya perintah untuk mengumpulkan
hadis yang terdori dari beberapa periode yakni : periode pada masa rasul,periode masa
sahabat dan periode pada masa tabi’in.
2. Sejarah perkembangan kodifikasi hadis, yaitu mulai diperintahkan untuk
mengumpulkan hadis-hadis yang masih berada dimana-mana belum menjadi satu
mushaf.
Kitab-kitab hadis yang terkenal hasil kodifikasi yaitu :
1. Al-Muwatha’ karya Ibnu Malik,
2. Al-Musnad karya Ahmad Imam ahmad,
3. Shahih al-bukhari penyusun Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim,
4. Shahih Muslim penyusun Abu al husain Muslim,
5. Sunan Abu Daud penyusun Abu Daud,
6. Sunan Al-Nasa’i penyusun Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Bahr,
Saran
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari makalah saya masih jauh dengan kata
sempurna,maka saya membutuhkan kritik dan saran yang membangun supaya saya dapat
menyusun makalah dengan lebih sempurna
Daftar pustaka
http://www.garisguru.my.id/2017/11/makalah-kodifikasi-hadits.html
Alfatih Suryadilaga, Ulumul Hadis,(Yogyakarta : Penerbit Teras, 2010),
hlm.21
El-Rasheed, Brilly. 2010. Makalah: Catatan Historis Kronologis Kodifikasi Hadits.