Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AL-TARKIB

Tentang :

‫معىن امجلةل ومفهوم امجلةل عند العرب‬

Disusun Oleh Kelompok 1:

SAHRIM MUNTHE : 2020020002

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. H. Masnal Zajuli, M.Ag

PASCASARJANA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)


IMAM BONJOL PADANG
2021 M/ 1442 H

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji bagi Allah SWT., Tuhan semesta

alam yang telah mencurahkan ni’mat-Nya kepada kita semua, sehingga dengan

pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

‫معىن امجلةل ومفهوم امجلةل عند العرب‬ ini. Ucapan terimakasih kepada Bapak Dosen dan

teman-teman yang telah memberikan saran dan bantuannya didalam proses

pembuatan makalah ini. Makalah ini sengaja dibuat sebagai salah satu belajar

mengenai jumlah didalam ilmu nahwu dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah

AL-TARKIB. Didalam penyusunan makalah ini, mungkin masih terdapat beberapa

kesalahan yang belum penulis mengerti. Oleh karena itu, penulis mohon maaf

apabila di dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, dan

penulis sangat besar hati dan berlapang dada apabila Bapak Dosen, teman-teman dan

para pembaca memberikan saran dan kritiknya kepada penulis , demi perbaikan

pembuatan makalah yang selanjutnya.

Padang, 03 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................4

B. Rumusan Masalah .................................................................4

C. Tujuan Pembahasan ...............................................................4

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jumlah .................................................................6

a. Ismiyah .............................................................................7

b. Fi’liyah ............................................................................10

B. Pernyataan jumlah menurut orang arab ...............................14

PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................17

B. Saran ....................................................................................17

DAFTAR FUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Pendidikan Bahasa Arab banyak ilmu-ilmu yang perlu

diketahui seperti Ilmu Nahwu, Ilmu Shorof dan Ilmu-ilmu yang berkaitan

dengan bahasa Arab. Dalam ilmu nahwu banyak materi-materi yang disajikan.

Oleh karena itu penulis mengangkat sebuah materi yang berjudul ”Pengertian

Jumlah Dan Pendapat Orang Arab Tentang Jumlah”, yang mana materi ini

salah satu materi penting yang mana harus diketahui dalam ilmu tarkib.

Materi ini juga merupakan materi yang penting ketika kita ingin mempelajari

kitab-kitab kuning. Makalah ini juga disusun karena merupakan tugas

kelompok yng diberikan oleh Bapak Dosen yang bersangkutan dalam mata

kuliah AL-TARKIB.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Jumlah dan macam-macam jumlah?

2. Apa yang dimaksud jumlah ismiyah?

3. Apa yang dimaksud jumlah fi’liyah?

4. Bangaimana Pendapat Orang Arab Tentang Jumlah?

4
C. TUJUAN

1. Untuk mengetauhi pengertian dari Jumlah dan pembagiannya.

2. Untuk mengetahui maksud dari Jumlah Ismiyah.

3. Untuk mengetahui maksud dari Jumlah Fi’liyah.

4. Untuk mengetahui Pendapat Orang Arab Tentang Jumlah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JUMLAH

Jumlah (kalimat) merupakan susunan dari dua kata yang

mempunyai arti. Jumlah didalam bahasa arab terbagi menjadi dua yaitu

jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah. Jumlah Ismiyah dan jumlah fi’liyah

dapat disebut juga dengan jumlah mufidah (kalimat sempurna). Jumlah

mufidah (kalimat sempurna) yaitu susunan kalimat yang mengandung

pengertian tertentu yang dapat dipahami oleh lawan bicara tanpa

menimbulkan pertanyaan lagi. Dalam membuat jumlah mufidah

biasanya terdiri dari susunan dua kata ataupun lebih. Contoh:

❖ Taman itu indah ‫احلديقة مجيةل‬

❖ Sekolah itu luas ‫املدرسة واسع‬

❖ Qur’an itu telah di baca ‫قرء القرءان‬

❖ Saya duduk diatas kursi ‫جلست عىل الكرس‬

Dari beberapa contoh-contoh di atas pada kalimat (al hadiqah

jamilah) taman itu indah terdiri dua suku kata isim. Seseorang yang

membaca atau mendengar kalimat tersebut dapat dipastikan sudah faham

6
dengan kalimat tersebut karena ungkapan ini mengandung pengertian yang

jelas tanpa menimbulkan pertanyaan lagi oleh karena itu di sebut kalimat

sempurna, dan begitupula pada contoh-contoh yang lainnya. Seperti halnya

yang telah kita ketahui sebelumnya bahwasanya jumlah fi’liyah dan

ismiyah disebut sebagai jumlah mufidah. Kemudian, apa yang dimaksud

dengan jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah tersebut.

1. PENGERTIAN JUMLAH ISMIYAH

‫لك مجةل ترت كب من مبتد ا وخربتسمى مجةل امسية‬

Jumlah Ismiyah merupakan setiap kalimat yang tersusun dari

mubtada dan khabar. Mubtada’ adalah Isim yang terletak di awal Jumlah

yang di baca Rofa’. Sedangkan Khobar ad alah Isim yang berfungsi untuk

melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna (jumlah al

mufidah)

Selain itu, Jumlah ismiyah merupakan setiap susunan kalimat yang

ditandai dengan diawali dengan kalimat Isim. Kalimat Isim merupakan lafadz

yang mempunyai arti sendiri tanpa disertai oleh zaman yang biasanya dikenal

dengan kata benda. Contohnya: (masjid) ‫مسجد‬, (sekolah) ‫مدرسة‬

7
1. Tanda-Tanda Kata Benda (‫(االسم‬

Suatu kalimat dapat diketahui bahwa it u merupakan kalimat isim

yaitu apabila suatu kalimat tersebut mempunyai tanda-tanda seperti

dibawah ini:

a. Menerima AL, contoh: ‫ ْاملَدْ َر َس ُة‬, ‫ الكتاب‬,‫املصباح‬

b. Menerima tanwin, contoh: ‫ َمدْ َر َسة‬,‫مكتب‬,‫زيد‬

c. Kemasukan huruf nida’ ,contoh: ‫اي امحد‬

d. Musnad Ilaih yang berupa fa’il dan mubtada’ , contoh: ‫جاء محمد‬

e. Bisa di dahului oleh huruf jar.

Huruf jar yaitu (didalam) ‫في‬, (ke) ‫الي‬, (dari) ‫من‬, ( ‫عن‬, (diatas) ‫علي‬,

(seperti) ‫الكاف‬, (dengan) ‫الباء‬. Contoh: (didalam masjid) ‫(في المسجد‬ke rumah) ‫الي‬

‫بيت‬,(dari kelas) ‫من فصل‬.

2. Contoh jumlah Ismiyah:

a. ‫امل َ ْسجِ دُ َكب ِْي‬ (masjid itu besar)

b. ‫العمل نور‬ (ilmu itu adalah cahaya)

c. ‫ادلَ ُار َو ِاس َعة‬ (rumah itu luas )

8
Dari beberapa contoh di atas kita ambil salah satu yakni darilafadz al

masjidu kabiirun. Almasjidu dapat dikatakan sebagai kalimat isim karena

mempunyai tanda yaitu dapat menerima imbuhan Al.Dan lafadz Almasjidu

disini disebut sebagai mubtada’, dan lafadz kabiirun adalah khobar.

3. Kaidah-kaidah

Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang harus diperhatikan

diantaranya:

a. Dibaca Rofa’

Tanda Rofa’ pada Isim adalah dhommah, wawu dan alif.

Contoh:

❖ ‫ال َبيْ ُت َص ِغ ْي‬ (Rumah itu kecil)

❖ ‫امل ُ ْس ِل ُم ْو َن َمه ْ ُِي ْو َن‬ ( Orang-orang muslim itu pintar)

❖ ‫الطا ِل َب ِان عَ ِامل َ ِان‬


َ ( dua murid itu pintar).

b. Mubtada’ harus berupa Isim Ma’rifat.

Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.

Isim ma’rifat bisa berupa:

1) Isim alam ( nama sesuatu) contoh: ‫ َا ْ َمحد‬, ‫ِانْدُ ْوِني ِْس َيا‬

9
2) isim dhomiir munfasil yaitu isim yang digunakan sebagai kata ganti

orang. Contoh ‫ ه َُو َط ِويْل‬:( dia laki-laki 1 tinggi), ‫( َان َْت ُمدَ ِرس‬

kamu laki-laki 1 guru)

3) Isim yang kemasukan al. Contoh: ‫( الفصل مجيل‬kelas itu indah)

4) Khobar berupa isim nakiroh(isim yang maknanya masih bersifat

umum) dan ditandai dengan tanwin.Contoh ‫) الب ََِل َط ن َِظ ْيف‬:lantai

itu bersih)

5) Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan

muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya. Contoh: ‫فَا ِط َم ُة‬

‫َ ِمج ْي َةل‬ (fathimah itu cantik) ‫ ( الزيدان قامئان‬dua zaid berdiri ).

2. PENGERTIAN JUMLAH FI’LIYYAH

Jumlah fi’liyyah merupakan susunan dua kalimat atau lebih yang

diawali dengan fi’il (kata kerja) . Fi’il merupakan suatu kalimat yang

menunjukkan arti serta bersamaan dengan zaman (madhi,hal, atupun

mustaqbal.

10
‫يه اليت تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل وانئب فاعل‬
Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il
(predikat) dan tersusun dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’il(kata kerja) dan
naibulal-fa’il.

Contohnya: ‫ رضب‬, ‫ يقوم‬, ‫جاء‬. Adapun contoh dari jumlah fi’liyah

yaitu: ‫( َجلَ ْس ُت عَ َىل الْ ُك ْر ِس‬saya telah duduk diatas kursi) , ‫( َجا َء ْزد‬zaid telah

berdiri).

1. Tanda-tanda fi’il

Adapun tanda-tanda yang terdapat dalam kalimat fi’il yaitu dapat dimasuki

oleh huruf dibawah ini:

1) ‫قد حنو قد قام زيد‬

2) ‫س حنو س يقول‬

3) ‫سوف حنو سوف تعلمون‬

4) . ‫اتء التاءنيث مع التسكني حنو قامت هند‬

5) ‫مضي رفع متحرك حنو جلست عىل الكرس‬

2. Kalimat Fi’il jika ditinjau dari pelakunya :

11
Kalimat Fi’il apabila dilihat dari keadaan pelakunya terbagi menjadi dua

macam yaitu: Fi’il Mabni ma’lum (kata kerja aktif) dan fi’il mabni majhul

(kata kerja pasif).

1) Fi’il mabni ma’lum (kata kerja aktif)

Susunan Fi’il Mabni ma’lum adalah susunan kalimat yang fi’ilnya

disebutkan di dalam sebuah kalam, baik fa’il itu berupa dhomir

ataupun dzohir. Contoh : ‫رض َب ُم َح َّمد َ َْع ًرا‬


َ َ (Muhammad telah

memukul umar) Dari kata tersebut pelaku (fa’il) dari pekerjaan

tersebut telah kita ketahui yakni Umar.

2) Fi’il mabni majhul (kata kerja pasif)

Mabni majhul adalah ialah kalimat yang tidak dsebutkan fa’ilnya

dalam kalam, kemudian Maf’ul bih menggantikan kedudukan fa’il

(dalam menyaandarkan fi’il pada maf’ul) Contoh: ‫ُس َق الْامَ َل‬


ُِ (harta

itu telah dicuri) Dari contoh tersebut tidak dapat kita ketahui pelaku

dari pencurian tersebut

3. Cara Membuat Fi’il Mabni Majhul

a. Dari fi’il madhi

Untuk membuat fi’il mabni majhul dari fi’il madhi yaitu dengan

menggunakan patokan:

12
‫مض اوهل وكرس ما قبل اخره‬

Yaitu dengan mendhummahkan huruf awalnya dan mengkasrahkan

huruf sebelum akhir. Contoh: ‫ب‬


َ ‫ ض ََر‬menjadi ‫ب‬
َ ‫ض ُِر‬

‫الص َيا ُم َ َمَك ُكتِ َب عَ َىل َّ ِاَّل َين ِم ْن قَ ْب ِل ُ ُْك لَ َعل َّ ُ ُْك‬
ِ ‫اي َأُّيه َا َّ ِاَّل َين أ َمنُوا ُكتِ َب عَلَ ْي ُ ُُك‬

َ ‫تَتَّ ُق‬
.‫ون‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertakwa."

Adapun perincian lebih lanjut seperti dibawah ini:

❖ Fi’il tsulasi dan ruba’i.

Untuk fi’il madhi tsulasi dan ruba’i maka huruf awal harus dibaca dhomah

dan huruf sebelum akhir dibaca kasroh.

❖ Fi’il madhi diawali dengan ta’ tambahan.

❖ Fi’il madhi diawali dengan hamzah washol.

❖ Apabila berupa fi’il sudasi, maka huruf alif tersebut diubah dengan ya’,

sedangkan hamzah dan huruf yang ketiga dibaca dhomah.

b. Dari fi’il Mudhori’

13
Untuk membuat fi’il mabni majhul dari fi’il udhori’ yaitu dengan

menggunakan patokan:

‫مض اوهل وفتح ما قبل اخره‬

Yaitu dengan mendhummahkan huruf awalnya dan memfathahkan

huruf sebelum akhir. Contoh ِ ْ َ ‫ ي‬menjadi ‫ْض ُب‬


: ‫ْض ُب‬ َ ْ ُ‫ي‬ . Adapun Penjelasan

lebnih lanjut sebagai berikut:

❖ Fi’il stulasi dan ruba’i awalnya diharokati dhummah dan huruf sebelum

akhir dibaca fathah

❖ Fi’il mudhori’ yang fi’ilnya ada ta’ tambahan.

❖ Fi’il mudhori’ yang fi’il madhinya dimulai hamzah washol.

B. PEMAHAMAN JUMLAH DIKALANGAN ORANG ARAB

Dalam Pemahamn Jumlah Dalam Kalangan Orang Arab Tokoh

Sibawaihi yang nama lengkapnya adalah Amrun’ bin Usmant

Menjelaskan Terkait Dengan Jumlah, Lahir Pada Tahun 147 H Dan

Wafat Pada 180 Hdala usia 33 tahun. Sebagian ada yang mengtakan

wafat pada tahun 175 H. Amrun bin usmant bun qanbar memiliki

beberapa kuniah diantaranya : Abu basyar, Abu Husain ,dan Abu

usmant. Dan kuniah yang telah disepakati adalah abu basyar.adapun

14
laqab yang melekata pada nama Amrn bin ustmant bin qanbar dari

zaman dahulu tidak memilki laqab yang sama denagan sebelumnya

adalah sibawaihi.

Mendapat pangigilan sibawaihi opera ulam berpendapat bahwa

nama julukan sibawaihi berasal dari dua akar kata adalah si yang berarti

tiga puluh dan waih yang berarti harum, sehingga menjado orang yang

memiliki tiga puluh keharuaman. Adapula pendapat yang mengatakan

bahwa makna sibawaihi adalah bau harum buah apel, namun pendapat

ini lemah. Dari julukan ini pula ,ia mendapat pridikat pemuda yang

memperhatikan penampilan. Itu sekilas tentang sejarah sibawaihi

kemudian penjelasanya terkaait dengan jumlah sibawaihi 180 H. Belum

memberikan defenisi dan tidak ditemukan dalam bukunya istilah

tersebut tetapi terdapat beberapa tema yang menggunakan makna dari

jumlah itu secara bahasa. Dan didalam bukunya itu sibawaihi siring

mengulang ngulangi istilah istilah kalam dengan makna yang berbeda

beda. Dia menggunakan kalam itu dengan arti pidato ,prosa, bahasa, dan

mengartikan kalam itu dengan jumlah.

U.Mosel mengatakan apabila kita menggunakan tema tema yang

oleh sibawaihi bahwa kalam bermakna jumlah ,maka kita tidak dapat

15
mnyimpulkan defenisi jumlah yang tepat. Dan kita katakan Ibnu jinni

932 H mampu untuk meberikan kesimpulan defenisi terhadap kalam

dengan makna jumlah dalam buku sibawaihi yang mengatakan

ketehuilah bahwa engkau katakan pada kalam orang arab sesungguhnya

dia bercerita dengan nya, jadi hikayat setelah ucapan atau qoul adalah

kalam bukanlah qoul atau percakapan. Maka berbeda antara kalam dan

qaul. Spesifik dalam kata kata dalam arti kalimat sibawaihi mengatakan

: (Said Sboyeh :saya tahu itu saya katakan dalam kata kata orang arab

tetapi menandatangani untuk diucapkan ,tetapi memberitahu setelah

mengatakan dia mengatakan dalam tindakan mengatakan.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : Jumlah mufidah

merupakan susunan dua kalimat atau lebih yang mempunyai arti tertentu yang

jelas tanpa menimbulkan pertanyaan bagi setiap pembaca ataupun pendengar.

Dalam kalimat sempurna terdapat dua jumlah yaitu jumlah ismiyah dan

jumlah fi’liyah. Jumlah fi’liyyah adalah susunan kata yang diawali dengan

fi’il, sedangkan jumlah Ismiyyah adalah susunan kata yang diawali dengan

isim.

Suatu kalimat dapat diketahui kalimat isim ataupun kalimat fi’il

melalui tanda-tanda yang ada pada keduanya. Diantara tanda-tanda kalimat

isim diantaranya:

a. Menerima AL, contoh: ‫ ْاملَدْ َر َس ُة‬, ‫ الكتاب‬,‫املصباح‬

b. Menerima tanwin, contoh: ‫ َمدْ َر َسة‬,‫مكتب‬,‫زيد‬

c. Kemasukan huruf nida’ ,contoh: ‫اي امحد‬

d. Musnad Ilaih yang berupa fa’il dan mubtada’ , contoh: ‫جاء محمد‬

17
e. Bisa di dahului oleh huruf jar Huruf jar yaitu (didalam) ‫في‬, (ke) ‫الي‬, (dari)

‫من‬, ( ‫عن‬, (diatas) ‫علي‬, (seperti) ‫الكاف‬, (dengan) ‫الباء‬. Contoh: (didalam

masjid) ‫(في المسجد‬ke rumah) ‫الي بيت‬,(dari kelas) ‫من فصل‬.

Sedangkan tanda-tanda kalimat fi’il yaitu apabila dapat dimasuki oleh huruf-huruf:

1) ‫قد حنو قد قام زيد‬

2) ‫س حنو س يقول‬

3) ‫سوف حنو سوف تعلمون‬

4) . ‫اتء التاءنيث مع التسكني حنو قامت هند‬

5) ‫مضي رفع متحرك حنو جلست عىل الكرس‬

18
DAFTAR PUSTAKA

Moch Anwar. 1995. Ilmu Nahwu Terjemah Matan Al Ajurumiyyah Dan Imriti Berikut

Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Abu An’im. 2009. Sang Pangeran Nahwu Al Ajurumiyyah Pengantar Memahami Dan

Mahir Matan Al Ajurumiyyah. Jawa Barat: Mu’jizat Group.

Achmad Sunarto. Terjemah Al Ajurumiyyah Makna Pegon Dan Terjemah Indonesia.

Surabaya: AL-MIFTAH.

http://www.nahwumudah.com

http://pgmickudus.blogspot.co.id/2013/12/makalah-jumlah-fi.html. diunduh 3 maret

2021 jam 19:00

19

Anda mungkin juga menyukai