Tentang :
Dosen Pembimbing:
1
KATA PENGANTAR
alam yang telah mencurahkan ni’mat-Nya kepada kita semua, sehingga dengan
معىن امجلةل ومفهوم امجلةل عند العرب ini. Ucapan terimakasih kepada Bapak Dosen dan
pembuatan makalah ini. Makalah ini sengaja dibuat sebagai salah satu belajar
mengenai jumlah didalam ilmu nahwu dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah
kesalahan yang belum penulis mengerti. Oleh karena itu, penulis mohon maaf
penulis sangat besar hati dan berlapang dada apabila Bapak Dosen, teman-teman dan
para pembaca memberikan saran dan kritiknya kepada penulis , demi perbaikan
Penulis
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
a. Ismiyah .............................................................................7
b. Fi’liyah ............................................................................10
PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................17
B. Saran ....................................................................................17
DAFTAR FUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diketahui seperti Ilmu Nahwu, Ilmu Shorof dan Ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan bahasa Arab. Dalam ilmu nahwu banyak materi-materi yang disajikan.
Oleh karena itu penulis mengangkat sebuah materi yang berjudul ”Pengertian
Jumlah Dan Pendapat Orang Arab Tentang Jumlah”, yang mana materi ini
salah satu materi penting yang mana harus diketahui dalam ilmu tarkib.
Materi ini juga merupakan materi yang penting ketika kita ingin mempelajari
kelompok yng diberikan oleh Bapak Dosen yang bersangkutan dalam mata
kuliah AL-TARKIB.
B. Rumusan Masalah
4
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN JUMLAH
mempunyai arti. Jumlah didalam bahasa arab terbagi menjadi dua yaitu
jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah. Jumlah Ismiyah dan jumlah fi’liyah
jamilah) taman itu indah terdiri dua suku kata isim. Seseorang yang
6
dengan kalimat tersebut karena ungkapan ini mengandung pengertian yang
jelas tanpa menimbulkan pertanyaan lagi oleh karena itu di sebut kalimat
mubtada dan khabar. Mubtada’ adalah Isim yang terletak di awal Jumlah
yang di baca Rofa’. Sedangkan Khobar ad alah Isim yang berfungsi untuk
mufidah)
ditandai dengan diawali dengan kalimat Isim. Kalimat Isim merupakan lafadz
yang mempunyai arti sendiri tanpa disertai oleh zaman yang biasanya dikenal
7
1. Tanda-Tanda Kata Benda ((االسم
dibawah ini:
d. Musnad Ilaih yang berupa fa’il dan mubtada’ , contoh: جاء محمد
Huruf jar yaitu (didalam) في, (ke) الي, (dari) من, ( عن, (diatas) علي,
(seperti) الكاف, (dengan) الباء. Contoh: (didalam masjid) (في المسجدke rumah) الي
8
Dari beberapa contoh di atas kita ambil salah satu yakni darilafadz al
3. Kaidah-kaidah
diantaranya:
a. Dibaca Rofa’
Contoh:
Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.
1) Isim alam ( nama sesuatu) contoh: َا ْ َمحد, ِانْدُ ْوِني ِْس َيا
9
2) isim dhomiir munfasil yaitu isim yang digunakan sebagai kata ganti
orang. Contoh ه َُو َط ِويْل:( dia laki-laki 1 tinggi), ( َان َْت ُمدَ ِرس
itu bersih)
diawali dengan fi’il (kata kerja) . Fi’il merupakan suatu kalimat yang
mustaqbal.
10
يه اليت تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل وانئب فاعل
Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il
(predikat) dan tersusun dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’il(kata kerja) dan
naibulal-fa’il.
yaitu: ( َجلَ ْس ُت عَ َىل الْ ُك ْر ِسsaya telah duduk diatas kursi) , ( َجا َء ْزدzaid telah
berdiri).
1. Tanda-tanda fi’il
Adapun tanda-tanda yang terdapat dalam kalimat fi’il yaitu dapat dimasuki
2) س حنو س يقول
11
Kalimat Fi’il apabila dilihat dari keadaan pelakunya terbagi menjadi dua
macam yaitu: Fi’il Mabni ma’lum (kata kerja aktif) dan fi’il mabni majhul
itu telah dicuri) Dari contoh tersebut tidak dapat kita ketahui pelaku
Untuk membuat fi’il mabni majhul dari fi’il madhi yaitu dengan
menggunakan patokan:
12
مض اوهل وكرس ما قبل اخره
الص َيا ُم َ َمَك ُكتِ َب عَ َىل َّ ِاَّل َين ِم ْن قَ ْب ِل ُ ُْك لَ َعل َّ ُ ُْك
ِ اي َأُّيه َا َّ ِاَّل َين أ َمنُوا ُكتِ َب عَلَ ْي ُ ُُك
َ تَتَّ ُق
.ون
bertakwa."
Untuk fi’il madhi tsulasi dan ruba’i maka huruf awal harus dibaca dhomah
❖ Apabila berupa fi’il sudasi, maka huruf alif tersebut diubah dengan ya’,
13
Untuk membuat fi’il mabni majhul dari fi’il udhori’ yaitu dengan
menggunakan patokan:
❖ Fi’il stulasi dan ruba’i awalnya diharokati dhummah dan huruf sebelum
Wafat Pada 180 Hdala usia 33 tahun. Sebagian ada yang mengtakan
wafat pada tahun 175 H. Amrun bin usmant bun qanbar memiliki
14
laqab yang melekata pada nama Amrn bin ustmant bin qanbar dari
adalah sibawaihi.
nama julukan sibawaihi berasal dari dua akar kata adalah si yang berarti
tiga puluh dan waih yang berarti harum, sehingga menjado orang yang
bahwa makna sibawaihi adalah bau harum buah apel, namun pendapat
ini lemah. Dari julukan ini pula ,ia mendapat pridikat pemuda yang
jumlah itu secara bahasa. Dan didalam bukunya itu sibawaihi siring
beda. Dia menggunakan kalam itu dengan arti pidato ,prosa, bahasa, dan
oleh sibawaihi bahwa kalam bermakna jumlah ,maka kita tidak dapat
15
mnyimpulkan defenisi jumlah yang tepat. Dan kita katakan Ibnu jinni
dia bercerita dengan nya, jadi hikayat setelah ucapan atau qoul adalah
kalam bukanlah qoul atau percakapan. Maka berbeda antara kalam dan
qaul. Spesifik dalam kata kata dalam arti kalimat sibawaihi mengatakan
: (Said Sboyeh :saya tahu itu saya katakan dalam kata kata orang arab
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
merupakan susunan dua kalimat atau lebih yang mempunyai arti tertentu yang
Dalam kalimat sempurna terdapat dua jumlah yaitu jumlah ismiyah dan
jumlah fi’liyah. Jumlah fi’liyyah adalah susunan kata yang diawali dengan
fi’il, sedangkan jumlah Ismiyyah adalah susunan kata yang diawali dengan
isim.
isim diantaranya:
d. Musnad Ilaih yang berupa fa’il dan mubtada’ , contoh: جاء محمد
17
e. Bisa di dahului oleh huruf jar Huruf jar yaitu (didalam) في, (ke) الي, (dari)
من, ( عن, (diatas) علي, (seperti) الكاف, (dengan) الباء. Contoh: (didalam
Sedangkan tanda-tanda kalimat fi’il yaitu apabila dapat dimasuki oleh huruf-huruf:
2) س حنو س يقول
18
DAFTAR PUSTAKA
Moch Anwar. 1995. Ilmu Nahwu Terjemah Matan Al Ajurumiyyah Dan Imriti Berikut
Abu An’im. 2009. Sang Pangeran Nahwu Al Ajurumiyyah Pengantar Memahami Dan
Surabaya: AL-MIFTAH.
http://www.nahwumudah.com
19