Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SINTAKSIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Ilmu Al-Lughah”
Dibimbing oleh: Abdul Muqit, M.Pd

Oleh :
Kelompok 8
Siti Mashlahah Al Fikri (084142100)
Fathoni Arifandi (084142087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
JEMBER
APRIL, 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah dari-Nya, sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang
berjudul “SINTAKSIS” sebagai kewajiban tugas pada mata kuliah Ilmu Al-
Lughah. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua rekan yang
memberikan sumbangsih pemikiran sehingga tersusulah makalah ini, meski masih
banyak kekurangan didalamnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga juga kami haturkan kepada dosen
pembimbing matakuliah ini, yakni Ustadz Abdul Muqit. M,Pd yang telah
memberi amanah tugas makalah sehingga kami dapat mengembangkannya.
Harapan dari kami adalah koreksi terhadap karya tulis ilmiah ini, baik dari dosen
pembimbing dan pembaca.
Semoga bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan rekan, serta pemerhati
bahasa arab. Amiin

Jember, 21 April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Pengertian Sintaksis...................................................................... 3
B. Satuan Sintaksis............................................................................ 4
C. Tataran Sintaksis Secara Umum................................................... 4
D. Hubungan Sintagmatik dan Hubungan Paradigmatik.................. 6
E. Teknik Diagram Pohon................................................................. 8
F. Kaidah Transformatif................................................................... 9
G. Struktur Lahir dan Struktur Batin.................................................11
H. Kaidah Wajib dan Kaidah Manasuka...........................................12
BAB III : KESIMPULAN ................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bahasa arab, pengaturan antar kata dalam kalimat atau antar
kaliamat dalam klausa atau wacana merupakan kajian ilmu Nahwu. Bahkan
hubungan itu tidak hanya menimbulkan makna gramatikal, tetapi juga
mempengaruhi baris akhir masing-masing kata yang kemudian disebut dengan
I’rab.
Keanekaragaman struktur bahasa dan unsur-unsur kebahasaan merupakan
sesuatu yang sangat komplek dan sulit dipahami. Namun, hal itu merupakan
kebutuhan ilmiah di bidang lunguistik. Hasil yang dicapai sangat bermanfaat
terutama dalam menyusun kamus bahasa. Dalam makalah ini, kami akan
membahas lebih lanjut mengenai sintaksis atau ilmu nahwu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sintaksis?
2. Apa perbedaan hubungan paradigmatik dan hubungan sintagmatik?
3. Bagaimana penerapan teknik diagram pohon?
4. Bagaimana pemakaian kaidah transformatif?
5. Apa perbedaan struktur lahir dan struktur batin dalam sintaksis?
6. Apa perbedaan kaidah wajib dan kaidah manasuka?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian sintaksis.
2. Untuk mengetahui perbedaan hubungan paradigmatik dan hubungan
sintagmatik.
3. Untuk mengetahui penerapan teknik diagram pohon.
4. Untuk mengetahui pemakaian kaidah transformatif.
5. Untuk mengetahui perbedaan struktur lahir dan struktur batin dalam
sintaksis.
6. Untuk mengetahui perbedaan kaidah wajib dan kaidah manasuka.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sintaksis

‫ أي العلم ال ذي يبحث في نظم الكلم ات داخل‬،‫هو علم يبحث في بن اء الجمل ة‬


‫ ألن مباحثه إنما تكون في‬،‫ ويدعى ايضا بعلم نظم الجملة أو علم النظام‬،‫الجملة‬
‫ وبأنه سلس لة من القواعد ال تي يمكن قيامها‬،‫ق وانين انتظ ام الكلم ات في الجمل ة‬
‫ تمي يز الجمل المتفقة في مض امينها مع القاع دة النحوية للغة‬:‫بوظيف تين أولهما‬
‫أي) الجمل الص حيحة نحوي ا( عن تلك الجمل المخالفة في مض امينها للقاع دة‬
‫ وصف كل الجمل المتفقة مع‬:‫ وثانيهما‬،)‫ أي (الجمل الخاطئة نحوي ا‬، ‫النحوية‬
.‫القواعد النحوية وشرح تراكيبها ودالالتها المعنوية‬
Pada tahun 1981, Ramlan mengatakan sintaksis adalah bagian atau cabang
dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan
frase. Ramlan mengatakan kalimat adalah satuan aramatik yang dibatasi oleh

adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.1 Sintaksis
merupakan sala satu unsur kebahasaan yang sangat komplek setiap bahasa
memiliki struktur kebahasaan masing-masing. Dengan demikian, struktur
masing-masing bahasa akan berbeda. Perbedaan itu antara lain adala pola
struktur fonologi, morfologi dan sintaksis.
Dalam bahasa arab, pengaturan antar kata dalam kalimat atau antar kalimat
dalam klausa atau wacana merupakan kajian ilmu Nahwu. Bahkan hubungan
itu tidak hanya menimbulkan makna gramatikal, tetapi juga mempengaruhi
baris akhir masing-masing kata yang kemudian disebut dengan I’rab.2
Sintaksis mendeskripsikan bagaimana kalimat dibangun dari kosakata.
Selain itu dalam sintaksis juga mendeskripsikan kelas kata apa yang memiliki

1
Mansoer Pateda, Linguistik (Sebuah Pengantar), (Bandung: Angkasa, 1990), h. 85.
2
Sahkholid, Pengantar Linguistik (Analisis Teori-teori Linguistik Umum Dalam Bahasa Arab),
(Medan: Nara Press, 2006), h. 124.

3
potensi untuk menempati posisi tertentu dalam kalimat, jenis-jenis kalimat, dan
perubahan-perubahan kalimat.3
Keanekaragaman struktur bahasa dan unsur-unsur kebahasaan merupakan
sesuatu yang sangat komplek dan sulit dipahami. Namun hal itu merupakan
kebutuhan ilmiah di bidang linguistik. Hasil yang dicapai sangat bermanfaat
terutama dalam menyusun kamus bahasa.
B. Satuan Sintaksis
Kajian-kajian sintaksis tradisional terfokus pada menjelaskan perbedaan
antara kata dan kalimat. Ia membedakan satu kalimat dengan kalimat lainnya
dengan memakai tanda i’rab; ia membedakan satu kata dengan kata lainnya
dengan mengacu pada bentuk tulisan. Akan tetapi kajian-kajian itu tidak
mementingkan pembagian kata atas satuan-satuan atau unsur-unsur yang lebih
penting daripada kata, padahal semua bahasa manusia memakai unsur-unsur
yang paling kecil dalam menjelaskan berbagai kaitan sintaksis. Misalnya dalam

bahasa Arab: ‫ ;املسلمون‬kata ini terdiri atas tiga unsur . yaitu: ‫ون‬ + ‫ مسلم‬+ ‫ال‬ .

unsur pertama (‫ )ال‬ menunjukkan ta’rif (definit); unsur kedua (‫لم‬ ‫)مس‬

menunjukkan seseorang yang beragama Islam, unsur ketiga (‫)ون‬  menunjukkan

jama’ mudzakar sâlim dalam keadaan rafa’. Misalnya dalam bahasa Inggris,
kata (unacceptable) tersusun dari unsur-unsur berikut: un + accept + able.
Masing-masing unsur ini memiliki unsur karakteristik distribusi. Unsur-unsur
ini merupakan satuan-satuan terkecil yang tidak dapat dianalisis ke dalam
satuan-satuan yang lebih kecil lagi. Satuan-satuan yang paling kecil yang dapat
membentuk sebuah kata adalah yang disebut dengan istilah morfem. Oleh
karena itu, kita mempunyai 3 (tiga) satuan dalam analisis sintaksis struktural
atau sintaksis modern, yaitu: kalimat, kata dan  morfem.4

3
Antoine Dahdah, Mu’jam Qawa’idul-Lughah Al-Arabiyyah; Fi jadawilin Walauhatin. (Libanon:
Maktabah Lubnan, 2001), h. 18.
4
Invest Scenery, “Sintaksis (Nahwu) Struktural”, Invest Scenery, diakses dari http://d-
scene.blogspot.co.id/2011/05/sintaksis-nahwu-struktural.html, pada tanggal 18 November 2016

4
C. Tataran Sintaksis Secara Umum
Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan tataran sintaksis yang
mencakup masalah fungsi dan kategori sintaksis serta hubungan tataran
sintaksis. Berbicara tentang tataran sintaksis berarti kita berbicara tentang
jabatan-jabatan kata dalam kalimat. Seperti halnya kita sering mendengar
istilah-istilah subyek, predikat, objek, kata sifat, kata benda, kata keterangan,
kalimat aktif, kalimat fasif, dan lain-lain.
1. Fungsi Sintaksis
Fungsi-fungsi sintakasis itu biasanya terdiri dari unsur-unsur S,P,O,K
yakni mencakup istilah Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan. Dalam bahasa

arab fungsi-fungsi sintaksis kita kenal dengan istilah antara lain : ،‫ناعب فاعل‬

‫ مفعل فيه‬،‫ مفعل معه‬،‫ مفعل ألجله‬،‫ خرب‬،‫ مبتدأ‬،‫ فاعل‬،‫مفعول به‬
Dalam bahasa arab, jabatan atau fungsi kata itu diklasifikasikan sesuai
dengan jenis i’rabnya. Adapun fungsi-fungsi sintaksis dalam bahasa arab

sesuai dengan jenis i’rabnya terbagi kepada empat yaitu marfu’at ( ‫)مرفؤعات‬,

manshubat (‫)منصوبات‬, majrurat (‫ )جمرورات‬dan majzumat (‫)اجملزومات‬.

2. Kategori Sintaksis
Katagori sebagai tataran di bawah fungsi-fungsi sintaksis. Hal ini
mencakup istilah-istilah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata kata
sifat( adjektiva), kata depan (numeralia), dan lain lain. Menurut para ahli
tatabahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi subjek harus di isi oleh
kategori nomina, fungsi predikat harus diisi oleh katagori verba, sedangkan
fungsi objek harus di isi oleh kategori nomina, dan fungsi keterangan harus
selalu diisi noleh kategori adverbia. Dalam bahasa arab kita mengenal istilah

istilah: ‫ﺍﺴﻡ‬ (nomina), ‫ﻓﻌﻝ‬ (verba), ‫( ﺤﺭﻑ‬preposisi). Ketiganya disebut jenis-


jenis kalimat.

pukul 13.09.

5
3. Hubungan Tataran Sintaksis
Hubungan sintaksis bahasa arab melahirkan apa yang dikenal dengan
jumlah. Dan jumlah ini dapat dibagi menjadi dua macam yaitu jumlah ismiyah (

‫ )اجلمل ة اإلمسية‬dan jumla fi’liyah (‫)اجلمل ة الفعلية‬. Sementara itu, ada juga yang

disebut dengan semi jumlah atau syibhul jumlah (‫اجلملة‬ ‫)شبه‬.


Secara sederhana, yang dimaksud dengan jumlah ismiah adalah kalimat
yang dimulai dengan kata isim. Dengan kata lain, kalimat yang terdiri dari
mubtada’ dan khabar. Sebaliknya, yang dimaksud dengan jumlah fi’liah ialah
setiap kalimat yang di mulai dengan kata Fi’il atau dengan kata lain setiap
kalimat yang tersusun deri Fi’il dan Fa’il. Sementara sy ibhul jumlah adalah
kalimat yang tersusun dari jar + majrur, dzhorof + madzhruf dan mudhaf +
mudhafun ila’ih. Jadi dapat dipastikan bahwa hal yang pokok dalam sebuah
kalimat bahasa arab adalah Mubtada’ dan Fi’il. Sementara itu kalau ada
mubtada’ pasti ada khabar, demikian juga pada Fi’il, jika Fi’ilnya ada maka
pasti terdapat Fa’il.5
D. Hubungan Sintagmatik dan Hubungan Paradigmatik
Kata- kata yang berada dalam satu lingkup medan makna memiliki sebuah
hubungan. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan sintagmatik ataupun
hubungan paradigmatik. Hubungan sintagmatik juga dapat disebut dengan
hubungan kolokasi. Kolokasi sendiri berasal dari bahasa latin colloco yang
berarti ada ditempat sama dengan. Hubungan makna ini juga disebut
hubungan in prasentia.6 Misalkan saja, kata-kata dokter, perawat, jarum suntik,
dan bangsal. Kata-kata tersebut berada dalam satu kolokasi atau satu ruang
lingkup yaitu pembicaraan mengenai rumah sakit. Contoh lain, kata-kata
dosen, mahasiswa, kampus, dan mata kuliah berkolokasi dalam pembicaraan
mengenai perkuliahan.

5
Sahkholid, Op.Cit., h. 134
6
Moch Ainin dan Imam Ansori, Semantik Bahasa Arab, (Malang: FS UM, 2008), h.109

6
Dalam pembagian mengenai jenis makna juga terdapat jenis makna
kolokasi. Makna kolokasi ini adalah makna kata dalam kaitannya dengan kata
lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah kontruksi atau
lingkungan kebahasaan.7 Contohnya cantik dan tampan. Keduanya adalah dua
kata yang berada dalam satu lingkup bahasa karena sama-sama menunjukkan
keindahan. Namun, dua kata tersebut tidak bisa digabungkan dengan masing-
masing pasangan dari dua kata tersebut. Pasangan cantik adalah perempuan
sedangkan tampan adalah pasangan laki-laki. Maka tidak bisa dikatakan laki-
laki cantik dan perempuan tampan. Berkaitan dengan hubungan sintagmatik
ini, Umar (1982) memberikan contoh- contoh berikut:

‫أذن‬ – ‫ يسمع‬،‫عني‬ – ‫يرى‬


Pada beberapa contoh di atas dapat kita pelajari bahwa masing- masing
dari pasangan kata di atas tidak bisa disandingkan dengan pasangan yang lain.

Seperti ‫أذن‬ – ‫ يس مع‬tidak mungkin  ‫عني‬ – ‫يس مع‬. Jadi Hubungan sintagmatik

adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang
tersusun secara berurutan dan bersifat linear.
Sementara itu hubungan paradigmatik juga disebut dengan hubungan
set. Yakni kata-kata yang berda dalam satu set dan dapat saling menggantikan. 8
Hubungan makna ini juga disebut hubungan in absentia.9 Dalam bahasa Arab,
hubungan paradigmatik dapat kita lihat pada kalimat berikut:

)‫امليدان‬ / ‫سوربايا‬ / ‫(اجلامعة‬ ‫ذهب أمحد إىل املدرسة‬

‫) يكتب زيد اخلرب‬ ‫يقرأ‬ / ‫(يسمع‬


Berdasakan pada beberapa contoh di atas dapat kita pahami bahwa

kata ‫امليدان‬ - ‫ سوربايا‬- ‫ اجلامعة‬- ‫ املدرسة‬- ‫ ذهب‬berada dalam satu medan makna

7
Ibid., h. 49.
8
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 117.
9
Ibid., h. 110.

7
yang memiliki hubungan makna dan tidak terikat. Kata ‫ذهب‬  bisa saja

berpasangan dengan ‫اجلامعة‬ , ‫س وربايا‬ ,‫ املدرسة‬ataupun ‫املي دان‬. Jadi hubungan

paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa yang terdapat dalam


tataran tertentu dengan unsur-unsur lain diluar tataran itu yang dapat
dipertukarkan.
E. Teknik Diagram Pohon
Diagram pohon (Tree Diagram) Juga disebut diagram sistematik, analisis
pohon, pohon analitis, atau diagram hirarkhi. Diagram Pohon adalah teknik
untuk memetakan lengkap jalur dan tugas-tugas yang perlu dilakukan dalam
rangka untuk mencapai tujuan utama dan tujuan sub terkait. Diagram ini
mengungkapkan secara sederhana besarnya masalah dan membantu untuk
sampai pada metode-metode yang harus dikejar untuk mencapai hasil. Diagram
Pohon dimulai dengan satu item yang cabang menjadi dua atau lebih, yang
masing-masing cabang menjadi dua atau lebih, dan seterusnya. Kelihatannya
seperti pohon, dengan banyak batang dan cabang. Hal ini digunakan untuk
memecah kategori luas ke tingkat yang lebih halus lebih halus dan
detail.Mengembangkan Diagram Pohon bergerak membantu Anda berpikir
Anda langkah demi langkah dari generalisasi ke spesifik. Diagram Pohon
dimulai oleh satu item yang bercabang menjadi dua item atau lebih, di mana
setiap cabang tersebut kembali bercabang menjadi dua atau lebih, dan
seterusnya.Bentuknya menyerupai sebuah pohon, dengan sebuah batang dan
banyak cabang. Cabang-cabang tersebut berfungsi untuk menjabarkan (break
down) kategori-kategori yang bersifat umum menjadi level yang lebih detail.
Membangun sebuah Diagram Pohon membantu menggambarkan langkah-
langkah berpikir dari sesuatu yang umum (general) menjadi sesuatu yang
spesifik. Diagram Pohon sering digunakan antara lain:
1. Ketika sebuah isu/masalah hanya diketahui secara umum dan harus
dijabarkan menjadi detail-detail yang lebih spesifik, misalnya
menggambarkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai suatu
tujuan.

8
2. Untuk menentukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mengimplementaskan sebuah solusi atau rencana.
3. Untuk menganalisis proses secara detail.
4. Untuk melakukan penyelidikan mengenai akar penyebab suatu masalah.
5. Untuk mengevaluasi kegiatan implementasi dari solusi.
6. Digunakan setelah menemukan isu kunci yang didapat dari diagram afinitas
atau interrelationshipdiagram.
7. Sebagai alat komunikasi, untuk menjelaskan sesuatu secara detail kepada
orang lain.10
Contoh penerapan diagram pohon dalam bahasa arab yaitu:

‫اجلملة‬

‫اجلملة الفعلية‬ ‫اجلملةاإلمسية‬

‫فاعل‬ ‫فعل‬ ‫خرب‬ ‫مبتدأ‬

‫ حممد‬+ ‫قام‬ ‫ قائم‬+ ‫حممد‬


F. Kaidah Transformatif
Kaidah struktur frase dalam kalimat sederhana tidak cukup untuk
menafsirkan struktur seutuhnya. Inilah kekurangan dalam teori sintaksis
struktural yang mengacu pada pembagian unsur-unsur langsung. Teori
Transform-ative Generative Grammar berupaya mengatasi kekurangan itu. Kita
lihat bahwa sebagai akibat untuk mereproduksi kaidah struktur frasa, dapat
diterapkan kaidah transformasi untuk membentuk hasil akhir untuk memerikan
unsur sintaksis. Kaidah transformasi ini tidak hanya mencakup pembagian
kalimat atau unsur-unsurnya ke dalam bagian-bagian yang sederhana, tetapi

10
Zona Manajemen, “Diagram Pohon”, Manajemen Kualitas, diakses dari
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Pohon, pada tanggal 18 April 2017 pukul
07:42.

9
juga mencakup perubahan atau penyusunan kembali struktur dengan berbagai
cara. 
Transformasi mencerminkan bagian dari pengetahuan si penutur secara
potensial tentang hubungan antar kalimat yang memiliki pola dasar yang
berbeda. Membe-dakan kalimat aktif (al-jumlah al-mabniyah lil ma’lum)
dengan kalimat pasif (al-mabni-yah lil majhul), kalimat afirmatif dan kalimat
pengingkaran, kalimat berita dan kalimat perintah serta kalimat tanya mengacu
kepada pengetahuan penutur asli tentang struktur itu. Tata bahasa transformasi
berlangsung dengan dan dalam konstruksi yang ada, dengan unsur-unsur
struktur yang ada dan membentuk kalimat yang baru dengan unsur-unsur itu.
Tata bahasa transformasi menekankan hubungan formal antara dua kalimat dan
memberikan uraian atau penjelasan yang lengkap tentangnya.11 Misalnya :

‫ ه ل‬،‫يفحص الكت اب والكت اب مل يفحص‬ ‫ حمم د مل‬،‫فحص حمم د الكت اب وفحص الكت اب‬

 ‫فحص حممد الكتاب ؟‬


Teori analisis unsur-unsur langsung tidak membantu kita dalam menjelaskan
hubungan-hubungan ini karena teori itu tidak menggunakan semantik dalam
membedakan kalimat-kalimat tersebut. 
Demikianlah, dua kalimat berikut ini sama dari sudut pandang analisis
unsur-unsur langsung: 

‫حممد أحب فاطمة وفاطمة أحب أمحد‬


Akan tetapi kedua kalimat itu sebenarnya berbeda. Kaidah-kaidah
transformasi menjelaskan hubungan-hubungan struktural antara dua kalimat,
seperti yang kita lihat tadi, yaitu dengan menjelaskan perubahan-perubahan
mendasar untuk mengubah struktur suatu kalimat ke dalam kalimat lainnya
yang mengimbangi atau kontras dengannya atau yang menjelaskan perubahan-
perubahan yang kita perlukan untuk membedakan satu struktur dengan struktur
lainnya yang secara mendasar tidak berbeda. Demikian juga kaidah
transformasi mencakup perubahan dalam menata unsur-unsur atau
11
J. D. Pereira, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 101.

10
penambahan-penambahan atau pengurangan-pengurangan, seperti kita lihat
dalam kalimat aktif dan kalimat pasif:

 ‫ فحص الكتاب‬،‫فحص حممد الكتاب‬


Ada banyak contoh kalimat yang sama dalam struktur sintaksisnya, tetapi
berbeda dalam penataan unsur-unsurnya. Hal itu mengakibatkan perbedaan
makna. Meskipun demikian, teori unsur-unsur langsung tidak mampu
menjelaskan perbedaan ini sementara perbedaan itu tampak jelas melalui kajian
kaidah-kaidah transformasi. Kaidah transformasi membantu kita dalam
menafsirkan ketaksaan sintaksis. Bisa terjadi dua kalimat disusun dalam satu
untaian dan untaian ini memiliki lebih dari satu makna, seperti yang terjadi
pada idhafat mashdar. Manakala mashdar diidafatkan, maka kemungkinanya
masdar itu diidhafatkan kepada fa’ilnya atau kepada maf’ulnya. Misalnya,
kalimat: 

.‫زيارة األصدقاء تسعد النفس‬


Kalimat ini mengandung kemungkinan memiliki dua makna:

.‫املضيف يسعد بزيارة األصدقاء‬ dan  ‫األصدقاء يسعدون بزيارة املضيف‬


Tentu saja teori unsur-unsur langsung tidak akan mampu menafsirkan
ketaksaan ini. 
Ada ranah lainnya untuk menerapkan kaidah-kaidah transformasi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa semua bahasa memiliki kelebihan
karakteristik umum, yaitu memiliki kelebihan potensi reproduksi yang tidak
terhingga. Oleh karena itu apabila kita memiliki kata-kata statis dan tidak
berubah, maka jumlah kalimat yang berterima secara sintaksis yang dapat
direproduksi dan dipahami oleh para penutur asli – tidak terbatas. Hal itu
didukung oleh teori ini dengan judul al-Qawa’id al-Ijbariyah wal Qawa’id al-
Ikhtiyariyah (Kaidah Wajib dan Kaidah Manasuka).
G. Struktur Lahir dan Struktur Batin
Telah kita amati bahwasanya ada kalimat-kalimat dalam suatu bahasa yang
berbeda dari segi strukturnya, tetapi sama dari maknanya. Sebaliknya, ada juga

11
kalimat-kalimat yang tersusun dari struktur yang sama, kosa kata yang sama,
dan posisinya tidak berubah. Namun kalimat-kalimat itu mengandung beberapa
makna. Hal inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan antara dua jenis
struktur, yaitu struktur batin dan struktur lahir. Struktur batin ialah struktur
yang mencakup hasil kaidah-kaidah struktur frasa/kalimat saja, sedangkan
struktur lahir mencakup hasil penggunaan semua kaidah transformasi yang
memungkin-kan dalam bahasa tertentu. Kaidah transformasi berfungsi
mengubah struktur kalimat dalam suatu bahasa yang terdiri atas pemerian
struktur batin dan struktur lahir serta kaidah transformasi yang
menghubungkan keduanya.
Teori transformasional telah memisahkan sebuah bahasa menjadi dua
bagian yaitu struktur dalam dan struktur luar. Struktur dalam adalah tempat
terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/ secara mentalistik sedangkan
struktur luar adalah wujud lahiriah yang ditranformasikan dari struktur

dalam.12 Jadi seperti kalimat “Aku cinta kamu, I love you, ‫”أحبك‬  merupakan


struktur luar yang ditransformasikan dari satu struktur dalam yang sama.
H. Kaidah Wajib dan Kaidah Manasuka
1. Kaidah Wajib Bahasa Arab
Apabila kita berupaya menerapkan teori ini dalam bahasa Arab, maka
pertama-tama kita harus membagi kalimat bahasa Arab ke dalam jumlah
fi’liyah (kalimat verbal) dan jumlah ismiyah (kalimat nomina). Jadi, kita
menolak konsep yang dipandang oleh sebagian orang bahwa jumlah ismiyah
adalah dasar bagi jumlah fi’liyah berdasarkan penerapan teori ini. Jadi
kaidah wajib adalah kaidah yang dapat menghasilkan bentukan kalimat
predikatif atau kalimat dasar, baik kalimat nominal (jumlah ismiyah)
maupun kalimat verbal (jumlah fi’liyah). Contoh:

‫زيد قائم‬, dan ‫قام زيد‬. Dapat dianalisis:

‫زيد قائم‬
12
Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002), h. 54.

12
‫اجلملة اإلمسية‬

‫ تركيب اإلمسي‬+ ‫تركيب اإلمسي‬

‫ تنوين‬+ ‫ اسم فاعل‬+ ‫اسم عامل‬

‫قائم‬
ٌ + ‫زيد‬

‫قام زيد‬

‫اجلملة الفعلي‬

‫ تركيب اإلمسي‬+ ‫تركيب الفعلي‬

‫ اسم عامل‬+ ‫فعل‬

‫ زيد‬+ ‫قام‬
2. Kaidah Manasuka Bahasa Arab
Di samping kaidah tadi, ada kaidah manasuka (qawa’id ikhtiyariyah).
Kaidah manasuka adalah kaidah yang memberikan pengertian-pengertian
tambahan pada kalimat tentang berbagai keterangan mengenai lokasi,
waktu, cara dan sebagainya. Kaidah manasuka dalam bahasa arab digunakan
untuk:
a. Menjelaskan atau mengkhususkan kejadian/peristiwa yang ditunjukkan
oleh verba atau tensisnya. Frasa-frasa yang memberikan makna takhsis
terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu:
1) Frasa yang mengkhususkan kejadian, yaitu salah satu dari kedua
makna verba (intransistif dan transitif ), frasa-frasa ini berkaitan
dengan frasa verba. Yang termasuk frasa ini adalah maf’ul muthlaq,

13
maf’ul li ajlih, maf’ul ma’ah, dan maf’ul fih. Contoh: ‫أكلت أكال‬.
Dapat kita analisis:

‫أكلت أكال‬

‫مجلة فعلية‬

‫تركيب امسي‬+  ‫تركيب فعلي‬

‫مفعول مطلق‬  + ‫تركيب امسي‬+  ‫فعل‬

‫أكال‬  + ‫تاء الفاعل‬  +‫أكل‬


2) Frasa yang mengkhususkan frasa nomina yang disandarkan kepada
verba, yaitu subjek atau mengkhususkan objek; frasa-frasa ini
berkaitan dengan subjek (fa’il) atau objek (maf’ul bih). Yang

termasuk frasa ini adalah hal, tamyiz dan istisna. Contoh: ‫ج اء زي د‬

‫ضاحكا‬. Dapat dianalisis:

‫جاء زيد ضاحكا‬

‫جملة فعلية‬

‫ تركيب امسي‬+ ‫تركيب فعلي‬

‫ حال‬+ ‫ صاحب حال‬+ ‫فعل‬

‫ضاحكا‬ + ‫زيد‬ + ‫جاء‬

b. Menjelaskan nisbat dalam hubungan predikatif, yaitu membuatnya


sebagai hubungan nisbat. Frase-frase yang memberi pengertian nisbat

14
adalah jar dan majrurnya atau mudaf dan mudaf ilaihnya. Contoh: ‫كتاب‬

‫الطالب‬. Dapat dianalisis:

‫كتاب الطالب‬

‫تركيب امسي‬  + ‫تركيب امسي‬

‫مضاف اليه‬  + ‫مضاف‬

‫الطالب‬  + ‫كتاب‬
c. Menjelaskan taba’iyah (na’at, taukid, athaf dan badal).13 Contoh:

‫قام طالب كسالن‬. Dapat dianalisis:

‫قام طالب كسالن‬

‫تركيب امسي‬  + ‫تركيب فعلي‬

‫ نعت‬+ ‫ منعوت‬+ ‫فعل‬

‫ كسالن‬+ ‫ طالب‬+ ‫قام‬

BAB III
13
Layar Pintar, “Morfologi”, Alumni Man Telaga, diakses dari http://ihwan-
tea.blogspot.co.id/2008/03/morfologi.html, pada tanggal 18 April 2017 pukul 07:41.

15
KESIMPULAN

Dari makalah ini, dapat kami simpulkan bahwa:


1) Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam
tuturan. Sintaksis (Nahwu) mengkaji unsur-unsur yang dapat membentuk
kalimat dan menentukan posisi-posisi fungsi-onal/jabatan yang didudukinya
dan hubungan yang terdapat di antara setiap unsur dengan unsur lainnya
dalam struktur.
2) Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat
dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear.
Sedangkan hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur
bahasa yang terdapat dalam tataran tertentu dengan unsur-unsur lain diluar
tataran itu yang dapat dipertukarkan.
3) Diagram Pohon adalah teknik untuk memetakan lengkap jalur dan tugas-tugas
yang perlu dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama dan tujuan
sub terkait. Diagram ini mengungkapkan secara sederhana besarnya masalah
dan membantu untuk sampai pada metode-metode yang harus dikejar untuk
mencapai hasil. Diagram Pohon dimulai dengan satu item yang cabang
menjadi dua atau lebih, yang masing-masing cabang menjadi dua atau lebih,
dan seterusnya.
4) Kaidah-kaidah transformasi menjelaskan hubungan-hubungan struktural
antara dua kalimat, yaitu dengan menjelaskan perubahan-perubahan mendasar
untuk mengubah struktur suatu kalimat ke dalam kalimat lainnya yang
mengimbangi atau kontras dengannya atau yang menjelaskan perubahan-
perubahan yang kita perlukan untuk membedakan satu struktur dengan
struktur lainnya yang secara mendasar tidak berbeda.
5) Struktur batin ialah struktur yang mencakup hasil kaidah-kaidah struktur
frasa/kalimat saja, sedangkan struktur lahir mencakup hasil penggunaan
semua kaidah transformasi yang memungkin-kan dalam bahasa tertentu.
6) Kaidah wajib adalah kaidah yang dapat menghasilkan bentukan kalimat
predikatif atau kalimat dasar, baik kalimat nominal (jumlah ismiyah) maupun

16
kalimat verbal (jumlah fi’liyah). Sedangkan kaidah manasuka adalah kaidah
yang memberikan pengertian-pengertian tambahan pada kalimat tentang
berbagai keterangan mengenai lokasi, waktu, cara dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

17
Ainin, Moch dan Ansori, Imam. 2008. Semantik Bahasa Arab. Malang: FS UM.
Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dahdah, Antoine. 2001. Mu’jam Qawa’idul-Lughah Al-Arabiyyah; Fi Jadawilin
Walauhatin. Libanon: Maktabah Lubnan.
Parera, J. D. 2009. Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pateda, Mansoer. 1990. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa.
Sahkholid. 2006. Pengantar Linguistik (Analisis Teori-teori Linguistik Umum
Dalam Bahasa Arab). Medan: Nara Press.
Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogya.
Invest Scenery. 2011. “Sintaksis (Nahwu) Struktural”. http://d-
scene.blogspot.co.id/2011/05/sintaksis-nahwu-struktural.html. Diakses
pada tanggal 18 April 2017 (07:42).
Layar Pintar. 2008. “Morfologi”. http://ihwan-
tea.blogspot.co.id/2008/03/morfologi.html. Diakses pada tanggal 18 April
2017 (07:41).
Zona Manajemen. 2014. “Diagram Pohon”.
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Pohon. Diakses pada
tanggal 18 April 2017 (08:12)

18

Anda mungkin juga menyukai