NURUL HIKMAH
19.1200.010
Nama fiqh al-lughah sudah ada pada zaman dahulu, pembahasannya belum
sempurna sebagaimana yang ada sekarang ini. Penamaan fiqh al-lughah di
mulai atas penamaan kitabnya Abu Mansur Abdul Malik bin Muhammad ats-
Tsa’aalaby yang wafat pada tahun 429 H, yang bernama fiqhu al-lughah.
Namun nama ini tidaklah sesuai dengan isinya dimana kesemuanya itu
membahas tentang bahasa serta yang berkaitan dengannya. Namun, hanya
sebuah pembahasan saja didalamnya yang berkaitan dengan judul bukunya
yaitu hanya terdapat pada bab terakhir yang berjudul sirrul a’rabiyah
Sejarah Fiqh al-Lughah
Para ahli bahasa membatasi kajian fiqh lughah pada kajian bahasa yang tidak
bergantung pada kaidah. Setelah islam muncul, barulah sempurna semua
ilmu bahasa di kalangan bangsa arab. Fiqh al-lughah sendiri belum seperti
penamaannya sekarang ini, dahulu fiqh-lughah di sebut dengan “Sunan al-
Arabiy fi Kalamiha”. Dengan alasan di atas kita bisa berkata bahwa fiqh al-
lughah klasik itu baru berbentuk wacana dan belum mendapatkan kejelasan,
sebab orang–orang pada zaman lalu mendapatkan pengetahuan hanya
berupa berita yang dibicarakan dari telinga ke telinga.
Objek Kajian Fiqh al-Lughah
Objek-objek yang dikaji dalam fiqh al-lughah adalah bahasa. Ini bisa kita
lihat dari Kitab Ibnu Faris dan Tsa'labi yang analisisnya mengacu pada
masalah kata-kata Arab. Maka objek fiqh al-lughah menurut mereka berdua
adalah mengetahui kata-kata Arab dan makna-maknanya, klasifikasi kata-
kata ini dalam topik-topik, dan kajian-kajian yang berkaitan dengan hal itu.
Ruang lingkup dalam fiqh al-lughah dibalik apa yang ada bahasa, segala
aspek budaya dan sastra (struktur internal dan eksternal bahasa), atau dapat
dikatakan bahwa apa-apa yang menjadi tulang rusuk dan otak suatu
bahasa. Diantaranya kosa kata, perubahan makna, perbandingan bahasa
arab dengan bahasa yang serumpun, perbedaan dialek-dialek arab, bunyi-
bunyi pengucapan bahasa Arab dll.
Sumber