Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROBLEMATIKA AL-TA’RIB

OLEH :
KELOMPOK 7

MUHAMMAD AMIR SYAM J 19.1200.021


NURUL HIKMAH 19.1200.010

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Fiqh Lughah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE

2021

i
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dari tim peyusun
dapat menyelesaikan makalah tentang “Problematika Ta’rib” dengan baik
meskipun masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Ibu Dr. Hj. Darmawati, S.Ag, M.Pd selaku dosen
pengampuh mata kuliah Ilmu Al-Bayan yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Soppeng, 12 Oktober 2021


Penyusun,

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ta’rib ................................................................................ 3

B. Proses Terjadinya Ta’rib .................................................................... 4

C. Pro dan Kontra Tentang Ta’rib .......................................................... 6

D. Kaidah Pembentukan Ta’tib ............................................................... 8

E. Ta’rib sesudah Masa Islam...............................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... ..11

B. Saran .............................................................................................. ..11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pertemuan antara satu bahasa dengan bahasa lain, yang dalam
sosiolinguistik disebut dengan kontak bahasa, akan menghasilkan
keterpengaruhan bahasa. Kontak bahasa terjadi disetiap bahasa di dunia, karena
hampir bisa di katakan bahwa tidak ada satu masyarakat bahasa yang tidak
melakukan hubungan dengan masyarakat bahasa yang lain. Dengan adanya
kontak bahasa, terjadilah proses keterpengaruhan bahasa. Hal ini berlaku juga
untuk bahasa Arab. Bahasa Arab sudah mengalami kontak dengan bahasa lain,
karena bangsa Arab, sebagai masyarakat penggunanya sudah melakukan
hubungan dengan bangsa lain yang memiliki bahasa yang berbeda jauh sebelum
kedatangan Islam. Di samping itu, hubungan dengan bangsa lain untuk berbagai
tujuan telah membawa pengaruh yang cukup besar terhadap bahasa Arab. Hal ini
ditandai dengan masuknya kosa kata asing, semisal dari bahasa Persia, Rumawi,
Habasyah, India dan lain-lain dalam bahasa Arab. Keberadaan kosa kata asing
yang sudah digunakan oleh bangsa arab dan disesuaikan dengan sistem bahasa ini
diakui oleh Alquran dan digunakan sebagai bahasa arab, meskipun ada beberapa
ahli bahasa Arab yang tidak mengakui adanya Kosa kata asing dalam Al-quran.
Fenomena kehadiran kosa kata baru yang muncul dalam suatu bahasa
tidak terkecuali dalam bahasa Arab berkorelasi dengan peran dan kedudukan
bahasa lain yang saling terhubung. Tampaknya fenomena ini merupakan
perwujudan dari eksistensi suatu bahasa. Bahasa adalah anak kandung dari budaya
yang senantiasa berkembang yang mana merupakan persinggungan dari berbagai
suku dan bangsa yang ada di dunia. Semakin kuat benturan suatu budaya akan
melahirkan realitas kebahasaan yang mana akan menyebabkan saling
tercampurnya suatu bahasa dengan bahasa lain.
Fenomena perkembangan bahasa umumnya, khususnya bahasa Arab
dalam menghadirkan kosa kata baru pada akhirnya memunculkan persoalan baru.
Masalah ini menjadi pelik bila tidak dicarikan solusi cerdas, terukur dan
terstruktur. Para pakar telah mencoba menjawab dengan mengidentifikasi kosa
kata baru yang lahir dari benturan budaya dan memerlukan penamaan untuk

1
temuan dalam kerangka ilmiah. Mengidentifikasi kosa kata baru belum dapat
menjawab persoalan sehingga diperlukan ketentuan baru sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan dalam meracik kosa kata baru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Ta’rib?
2. Bagaimana proses terjadinya ta’rib?
3. Bagaimana pro dan kontra mengenai ta’rib?
4. Bagaimana kaidah pembentukan ta’rib?
5. Bagaimana ta’rib sesudah masa Islam?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu ta’rib
2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya ta’rib
3. Untuk mengetahui bagaimana pro dan kontra mengenai ta’rib
4. Untuk mengetaui bagaimana kaidah pembentukan ta’rib
5. Untuk mengetahui bagaimana ta’rib sesudah masa Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ta’rib
Ta’rib adalah bentuk masdar dari kata kerja ‫ عرب‬yang berarti
penerjemahan ke dalam bahasa Arab. Makna ta’rib atau arabisasi menurut
Syamsul Hadi bahwa merupakan penyerapan unsur-unsur asing, baik berapa kata
ataupun istilah. Unsur asing berupa kata atau istilah masuk ke dalam bahasa Arab
dengan mengalami berbagai penyesuaian sehingga menjadi kosa kata yang baru
dalam bahasa Arab1.
Ta’rib secara etimologi yaitu salah satu bentuk masdar dari fi’il “Arraba”
yang mempunyai arti penerjemahan ke bahasa arab2. Atau pemindahan dari
bahasa asing ke bahasa arab. Secara istilah Ta’rib adalah lafadz asing yang
dirubah oleh orang arab dengan pengurangan, penambahan, pembalikan, atau
penggantian.
Menurut Ismail Ubaidillah, ta’rib merupakan kata yang berasal dari bahasa
asing yang diambil ke dalam bahasa Arab dengan melakukan berbagai perubahan,
baik dengan pengurangan huruf, penambahan huruf ataupun penggantian huruf
sehingga menjadi bahasa Arab. Arabisasi ini untuk menjawab kebutuhan terhadap
penamaan sesuatu hal yang belum memiliki nama dalam bahasa Arab3
Pada pengertian tersebut, dapat diketahui setidaknya aspek perubahan
morfologi yang termasuk dalam proses arabisasi yaitu penambahan huruf.
Penggantian huruf terkait aspek fonologi atau bunyi yang disesuaikan dengan
lazimnya dalam bahasa Arab. Pembentukkan kata atau istilah baru dalam bahasa
Arab dari bahasa asing yang dikenal dengan arabisasi ini memiliki beberapa
aturan atau kaidah, yaitu sebagai berikut:
a. Kaidah dasar, kaidah ini mencakup perubahan dasar pada suara atau
fonemik dan pada tataran morfologis.
b. Keserasian dalam aspek morfologis bahasa Arab.

1
Hadi, Berbagai Ketentuan Baru dalam Ta ’ Rib : Pembahasan Seputar Perkembangan
Mutakhir dalam Bahasa Arab Seri V. Humaniora, XIV(1). 2002. hlm. 77–85.
2
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika,1998),
hlm 515.
3
Ubaidillah, I. (2013). Kata Serapan Bahasa Asing dalam Al-Qur’an dalam Pemikiran At-
thobari. Jurnal At-Ta’dib, 8(1)

3
Pola atau kaidah dasar tersebut, digunakan oleh ulama bahasa modern
dalam proses arabisasi yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam bahasa
Arab. Hal ini mencakup kedekatan perubahan aspek suara dan keteraturan
susunan hurufnya. Dengan menggunakan pola wazan saraf sebagai panduan dasar
dalam merubah huruf pada kata asing sebagai huruf asli.
Dalam kitab Al-Muzhir fi ‘ulumi alLughah wa Anwa’iha karya
Abdurahman Jalaluddin Al-Suyuti yang dikutip oleh Muhammad Afif Amrulloh
bahwa dalam pembentukan ta’rib bisa mengandung tambahan ataupun
pengurangan huruf. Tambahan atau pengurangan tersebut terjadi pada awal kata
dasar ataupun pada akhir kata dasar secara bersamaan. Tambahan ini bisa dengan
dua huruf ataupun lebih, sementara itu pengurangannya disesuaikan dengan lisan
atau kaidah orang Arab4

B. Proses Terjadinya Ta’rib


Pada masa Jahiliyah, orang-orang Arab mengadakan kontak dengan
bangsa-bangsa yang berdekatan dengan mereka, seperti orang-orang Persia,
Habsyi, Romawi, Suryani, Nabti, dan lainlain. Secara tidak langsung, bahasa Arab
juga bersinggungan dengan bahasa yang digunakan. Hal ini terjadi secara alami,
karena mustahil suatu bahasa terlindungi dari bahasa lain ketika terjadi
persinggungan (ihtikāk), sebagaimana perkembangan pesat dari suatu bahasa,
yang jauh dari pengaruh luar dan dianggap ideal, hampir tidak pernah terjadi pada
bahasa apapun. Bahkan sebaliknya, pengaruh suatu bahasa pada bahasa lain yang
berdekatan memiliki peran yang besar dalam perkembangan bahasa, karena
persinggungan atau persentuhan bahasa merupakan sebuah keniscayaan sejarah
dan menyebabkan interferensi (tadākhul) suatu bahasa pada bahasa lain5
Di antara kata-kata yang berasal dari bahasa Persia adalah ‫ٕاستبرق‬, ‫ابريق‬
‫بستان‬, ‫سجيل‬, ,dan lain-lain, yang semuanya tercantum dalam al-Qur’an6. Bukti ini
menunjukkan adanya peminjaman kata (loanwords) yang terjadi pada
bahasabahasa yang saling bersinggungan, sekaligus adanya saling pengaruh-

4
Amrullah, M. A. Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, 7(1). 2015
5
Tawwab, Ramadhan ‘Abdul. Fusulun fi Fiqh al-‘Arabiyyah, Cet. V. Cairo: Maktabah al-
Khanji. 1997
6
Khalil, Hilmy. . Al-Muwallad fi al-‘Arabiyyah: Dirāsah fi Numuw al-Lughah al-‘Arabiyyah
wa Tatawwurihā ba’da al-Islām. Beirut: Dār al-Nahdah al-‘Arabiyyah. 1985, Hlm 131-133

4
mempengaruhi antarbahasa tersebut. Inilah yang terjadi pada bahasa Arab yang
bersinggungan dengan bahasabahasa yang berdekatan.
Pengaruh yang dapat dirasakan dari persinggungan ini adalah adanya
penggantian antar bahasa dan pengambilan atau adopsi bahasa lain. Yang paling
tampak adalah pada aspek kata. Bahasa Arab mengambil kata bahasa lain yang
berdekatan dengannya, yang disebut dengan al-kalimāt al-mu’arrabah (katakata
yang diarabkan), sedangkan proses pengambilan ini disebut dengan ta‘rib
(arabisasi), yaitu kata-kata yang digunakan dalam bahasa Arab tidak sama dengan
bentuk aslinya, akan tetapi bangsa Arab membentuknya sesuai dengan kaidah
bahasa mereka dalam aspek suara (al-ashwāt) dan susunannya (al-binyah). Hal
inilah, yang kemudian menjadi embrio pembentukan ta‘rib dalam ranah linguistik
Arab.
Bahasa yang dirasakan memiliki pengaruh besar terhadap bahasa Arab
adalah bahasa Latin dan bahasa Yunani pada masa Daulah Umayyah dan
Abbasiyah, di samping bahasa-bahasa dunia, semisal bahasa Rusia, Spanyol dan
tentunya bahasa Inggris yang paling dominan untuk saat ini7. Contoh katakata
yang berasal dari bahasa Latin adalah magister (‫) ماجستير‬, nama-nama bulan
Januarius (‫ )يناير‬,Februarius (‫ )فبراير‬,dan seterusnya. Adapun dari bahasa Yunani
adalah democratia (‫)ديموقراطية‬, ortodox (‫) ارثودوكس‬dan sebagainya.
Salah satu penyebab terbesar berkembangnya bahasa Arab adalah
perkembangan yang terjadi di Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut. Hal ini terjadi karena orangorang Arab mengadakan kontak
dengan Barat, baik di negeri Arab maupun di negeri yang bukan Arab. Akibat
pengaruh tersebut, baik dalam aspek budaya dan pemikiran, bangsa Arab dapat
menyerap gagasan baru yang berhubungan dengan budaya dan pemikiran
mereka8. Yang terjadi, kemudian, adalah bahasa Arab harus menyesuaikan diri
dengan bahasa yang dibawa Barat melalui perkembangan iptek-nya dengan cara
memunculkan beberapa istilah baru. Akibatnya, sejumlah lembaga bahasa Arab
harus melakukan penerjemahan, membentuk istilah baru (dengan berdasarkan

7
Syamsul Hadi. "Perkembangan Leksikografi Arab" Dalam Berbagai Hal tentang
Leksikologi dan Leksikografi Arab, makalah pada Seminar Leksikologi dan Leksikografi Arab.
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2015, hlm 2
8
Chejne, Anwar G. Bahasa Arab dan Peranannya dalam Sejarah, Aliudin Mahjudin (terj.).
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996, hlm 185

5
isytiqāq), membuat singkatan (sesuai dengan naht), menyerap dan membentuk
kata baru, dan menyesuaikannya dengan kaidah-kaidah bahasa Arab sehingga
lahirlah istilah ta‘rib atau arabisasi9.

C. Pro dan Kontra Tentang Ta’rib


Kemunculan ta‘rib bukan dengan mudah diterima oleh sebagian kalangan
ahli bahasa Arab. Di antara mereka ada yang menerima dan yang menolak. Aliran
yang menentang arabisasi mengatakan bahwa metode arabisasi dapat
menyebabkan masuknya kata-kata asing yang pada akhirnya akan merusak bahasa
dan bukan tidak mungkin akan mendominasinya. Senada dengan pernyataan di
atas, Ibrahim menyatakan bahwa ta‘rib bagaikan senjata yang memiliki dua sisi
tajam, yaitu dapat memberikan manfaat dan memperkaya khazanah bahasa (Arab)
itu sendiri dengan syarat adanya batasan dalam mengambil atau mengadopsi
bahasa asing, namun di sisi lain dapat menghilangkan identitas, karakteristik dan
sifat asli bahasa yang meminjam (Arab) secara bertahap. Kemudian yang mereka
lakukan adalah membentuk kata baru berdasarkan akar kata Arab (isytiqāq),
karena dengan jalan ini bahasa Arab dapat dipertahankan kemurnian dan
keutuhannya. Oleh sebab itu, bangsa Arab lebih senang memakai kata ‫ سيارة‬untuk
makna mobil daripada mempergunakan kata ‫ اوتوموبيل‬yang berasal dari kata
automobile. Demikian pula dengan penggunaan kata ‫ هاتف‬sebagai ganti dari kata
‫ تلفون‬dari kata telephon dan lain-lain.
Adapun aliran yang mendukung arabisasi menggunakan metode ini untuk
menjamin keutuhan arti yang dimaksud oleh suatu kata atau ungkapan. Mereka
lebih cenderung menggunakan istilah-istilah asing secara bebas dalam bentuk
aslinya. Kalaupun ada perubahan, itu hanyalah sebatas transliterasi ke dalam
aksara bahasa Arab. Bahkan di antara aliran ini ada yang cenderung mewajibkan
arabisasi tanpa syarat. Salah satu tokohnya adalah Ya’qub Saruf10.
Di antara dua aliran ekstrim yang saling berseberangan tersebut terdapat
aliran moderat. Aliran ini berpendapat boleh saja mengambil kata-kata asing
sebagai upaya terakhir, setelah terlebih dahulu mencari padanannya dalam bahasa

9
Ya’qub, Emil Badi’. Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyah wa Khasā'isuhā. Beirut: Dār al- Saqāfah
al-Islamiyyah. Hlm 200
10
Ibrahim, Rajab Abdul Jawwad. Dirāsāt fi al-Dalālah wa alMu’jam. Cairo: Dār al-Gharib ,
2001, hlm 133

6
Arab, baik dengan merujuk kepada ungkapan lama maupun dengan pembentukan
istilah baru. Aliran ini terdapat di Kairo, Damaskus, dan Bagdad. Dalam masalah
ini juga perlu dikemukakan beberapa pandangan tokoh bahasa Arab tentang
metode ta‘rib, sehingga posisi ini dapat diterima dalam perkembangan bahasa
Arab. Di antara tokoh yang mendukung ta‘rib adalah Al-Magribi (w.1956). Ia
memberikan perhatian besar kepada perkembangan bahasa Arab dengan cara
mencarikan padanan kata untuk istilahistilah asing yang baru dengan jalan
isytiqāq (derivasi) atau ta‘rib (arabisasi). Secara tidak langsung, Al-Magribi
mendukung arabisasi dengan catatan cara tersebut mengikuti kaidah-kaidah yang
sesuai dengan kondisi bahasa Arab. Ia meyakini bahwa arabisasi merupakan suatu
proses alamiah yang hampir tidak mungkin diabaikan. Selanjutnya, ia menyatakan
bahwa kata-kata asing yang diarabkan (al-kālimat al-mu’arrabah) tidak
mempengaruhi kemurnian bahasa. Suatu kata yang diarabkan sama baiknya
dengan kata-kata Arab asli lainnya, karena mengikuti pola-pola bahasa Arab dan
mempunyai fungsi yang sama pentingnya. Kata-kata yang diarabkan sama benar
dan sama fasihnya dengan kata-kata asli bahasa Arab. Arabisasi merupakan suatu
perkembangan yang alami atau suatu perubahan bertahap, yang terjadi pada
bahasa sesuai dengan ciri-ciri khasnya. Namun, al-Magribi menyadari bahwa
arabisasi dapat menimbulkan kekacauan bila tidak mengikut kaidah-kaidah yang
ada. Peminjaman kata-kata asing yang berlebihan tanpa batas akan
menghilangkan ciri-ciri kearaban dan selanjutnya ciri-ciri kebangsaan pengguna
bahasa Arab. Selain al-Magribi, al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi dan Sibawaih
juga bersikap toleran dalam menerima arabisasi. Al- Khalil banyak
mencantumkan kata-kata mu’arrabah dalam kamus al-‘Ain-nya, menjelaskan
maknanya dalam bahasa Arab, dan menunjukkan bahwa kata-kata tersebut
mu’arrabah. Sebagaimana Sibawaih banyak melakukan arabisasi pada kata benda
asing.
Kecemasan al-Magribi diikuti oleh beberapa tokoh, antara lain Dr. Sarruf
dari Kairo dan Sallura dari Syria. Sarruf lebih mempercayakan kepada para pakar
dalam setiap bidang ilmu untuk membentuk kata baru, oleh karena pengakuannya
terhadap bahasa asing yang memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan sehingga tindakan mengabaikan kata-kata asing tersebut dianggap

7
sebagai kerugian besar bagi bahasa Arab. Sedangkan Sallura lebih memberi
perhatian pada mundurnya atau bahkan hancurnya bahasa Arab oleh karena
banyaknya bahasa asing yang diarabkan, sehingga ia menyarankan adanya kontrol
terhadap arus bahasa asing yang semakin menjajah.

D. Kaidah Pembentukan Ta’rib


Beberapa cara yang dilakukan dalam membentuk kata atau istilah baru
dalam ta‘rib antara lain penyerapan, penerjemahan dan pembentukan istilah baru
(isytiqāq dengan membentuk wazan). Penyerapan kata atau istilah biasanya
dilakukan oleh para leksikograf, sedangkan penerjemahan dan pembentukan
istilah lebih banyak dilakukan oleh lembaga bahasa.
1. Penyerapan Kata maupun Istilah
Penyerapan kata maupun istilah asing dalam bahasa Arab dianggap
sebagai suatu hal baru dalam bahasa Arab. Karena sebelumnya para ahli
bahasa telah menciptakan padanan kata maupun istilah tersebut di samping
juga penerjemahan11. Setelah diserap, kata maupun istilah asing tersebut
mengalami perubahan fonologis sesuai dengan ketentuan dalam bahasa
Arab. Misalnya, kata-kata yang diserap dari bahasa Inggris
ditranskripsikan dan disesuaikan dengan pelafalan yang biasa atau lazim
dalam bahasa Arab. Contohnya kata mobily ditranskipsikan dengan
mubaily (‫ )موبايلي‬.Dalam hal transkripsi ini ada beberapa ketentuan yang
umum dipakai sesuai dengan kaidah morfologi bahasa Arab, berikut
contoh-contohnya:
a. Untuk kata –ist dan –er diserap dengan penambahan ya’ nisbah.
Contoh pathologis (‫)الباتولوجي‬.
b. Untuk kata sifat yang berakhir dengan –an, -ic, -al, dan –ive
diserap dengan penambahan ya’ nisbah. Contoh phenomenological
)‫)الفينومينولوجي‬
Dari contoh di atas, ada perubahan suara yang terwujud dalam
perubahan huruf dalam kata yang diserap, seperti huruf p menjadi suara bā

11
Syamsul Hadi. Glosarium Kata dan Istilah Asing dalam Bahasa Arab. Yogyakarta: Seksi
Penerbitan FIB UGM, 2005

8
(‫)ب‬. Perubahan yang terjadi pada fonem tertentu menjadi fonem tertentu
yang lain disebut dengan asimilasi fonemik12
Contoh lain dari asimilasi fonemik ini antara lain:
a. Suara g berubah menjadi suara j (jim), seperti geologic )‫)جيوليوجي‬,
Geography (‫)جغرافية‬.
b. Suara c (dengan variasi bacaannya) berubah menjadi suara s (sin),
seperti cinema (‫( سينما‬dan terkadang juga menjadi suara (kāf atau
qāf), seperti democracy (‫( ديموقراطية‬
c. Suara t menjadi tā atau tā, seperti tomato (‫( طماطم‬titanium (‫)تتانيوم‬
d. Suara ph menjadi fā, seperti philology (‫( فيلولوجيا‬
2. Penerjemahan
Proses pembentukan kata atau istilah dengan penerjemahan dari bahasa
asing merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Di antara contoh penerjemahan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kata ilmu (logy) diterjemahkan dengan lujiyā, misalnya phonology
(‫( فونولوجيا‬, philology (‫( فيلولوجيا‬,dan lain-lain
b. Kata –ism dan –ics diterjemahkan dengan iyyah, misalnya
existentialism (‫ ( وجودية‬dan politics (‫)سياسية‬.
3. Pembentukan Istilah Baru
Untuk membentuk istilah baru dalam melakukan arabisasi dari bahasa
asing digunakan isytiqāq atau wazan yang telah ada dalam bahasa Arab.
Ada beberapa wazan dalam bahasa Arab yang tidak lazim dipakai dalam
ilmu sarf terdahulu saat ini digunakan untuk membentuk istilah baru,
antara lain:
a. Untuk menunjukkan penyakit digunakan wazan ‫ فُعال‬dan ‫فعل‬,
misalnya ‫صداع‬
ُ , ‫سعال‬
ُ , ,‫ كلب‬, dan lain-lain. Ada juga yang
menggunakan wazan ‫ مفعول‬misalnya ‫مبطون‬
b. Untuk menunjukkan pekerjaan atau profesi digunakan ‫ فعالة‬dan ‫فعّال‬,
seperti ‫( صحافة‬jiurnalism), ‫( سفانة‬shipping), ‫( طـيّار‬pilot) dan lain-lain.

12
Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press, 1996, hlm 78

9
c. untuk menunjukan sejenis peralatan digunakan wazan ‫ فعّالة‬seperti,
ّ
‫ثلجة‬

E. Ta’rib Sesudah Masa Islam


Yang dimaksud dengan masa sesudah Islam di sini adalah masa sesudah
periode ihtijaj. Periode ihtijaj ini mencakup masa Jahjilliyah, Periode awal Islam,
atau shadr al-Islam, masa kekhallifahan Bani Umayyah, dan juga masa awal
kekhalifahan Abbasiyah. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan masa sesudah
Islam di sini adalah masa Daulah Abbasiyah. Masa ini ditandai dengan gerakan
ilmiah, terutama semenjak adanya gerakan penerjemahan buku-buku filsafat dan
ilmu-ilmu lain dari bahasa Yunani dan bahasa-bahasa lain.
Kesulitan ta’rib yang ditemukan oleh para ahli, baik ahli ilmu atau ahli
bahasa, adalah tidak adanya padanan untuk istilah-istilah tertentu. Hal ini tentunya
sangat dimaklumi karena bahasa Arab tidak memiliki tradisi keilmuan seperti
bangsa-bangsa lain. Untuk itu, para ahli bahasa Arab dan juga ilmuannya sering
menggunakan metode terjemah untuk menjelaskan istilahistilah yang ditemukan
dalam ilmu-ilmu baru tersebut. Namun demikian, tidak semua istilah memiliki
padanannya dalam bahasa Arab.
Di samping istilah-istilah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan,
beberapa tataran linguistik juga mendapat perhatian khusus dalam ta’rib. Namun
demikian, tataran linguistik yang mendapat perhatian dalam ta’rib adalah yang
berhubungan dengan istilah-istilah ilmiah. Misalnya adalah prefik ‘poly’, dan
sufik ‘oid’ dalam bahasa Yunani. Kata ‘poly’ adalah bahasa Yunani asli kemudian
masuk ke dalam bahasa Latin dan seterusnya masuk ke dalam bahasa-bahasa
Eropa secara umum. Kata ini, dalam bahasa aslinya, memiliki arti ‘jumlah
banyak’(lebih dari dua). Oleh sebab itu semua kata atau istilah yang diawali
dengan kata ‘poly’ diterjemahkan dengan ‘banyak’. Adapun sufik ‘oid’ dalam
bahasa Yunani berarti ‘seperti’, dalam bahasa Arab /‫ شبيه‬./13

13
Sugeng Sugiyono. Bahasa dan Sastra Arab Lintas Budaya. Adab Pres: 2019 , hlm 99

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah ta‘rib (arabisasi) dalam bahasa Arab dapat dikatakan sebagai bagian
dari bahasan kata serapan (dakhil), di mana katakata yang diserap telah
mengalami perubahan, baik dari aspek fonologis dan morfologis, sesuai dengan
kaidah dan ketentuan bahasa Arab.
Arabisasi, kemudian, dianggap lazim terjadi dalam pembentukan kata baru
dalam bahasa Arab sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di Barat, bahkan beberapa tokoh menyatakan arabisasi sebagai sesuatu
yang natural dan tidak dapat dihindarkan.
Terlepas dari persoalan pro dan kontra, arabisasi berkembang demikian
jauh dalam ranah leksikologi Arab dan dianggap sebagai kemajuan dan
perkembangan bahasa Arab. Namun demikian, ada beberapa tahapan dan proses
yang harus dilewati oleh bahasa asing sebelum menjadi bagian dari bahasa Arab
yang terwujud dalam penyerapan kata, penerjemahan, dan membentuk wazan
baru.
Untuk menjawab persoalan-persoalan ta‘rib, khususnya dalam bentuk atau
model terbaru pada perkembangan leksikon bahasa Arab, apat dilakukan melalui
dua hal: Pertama, dengan cara merujuk kepada sumber-sumber lama yang bisa
diperbaharui makna dan maksudnya, seperti menggunakan wazan lama untuk
menciptakan istilah baru. Kedua, melalui pengamatan dan penelitian lebih lanjut
pada beberapa media informasi, baik dalam dunia nyata seperti buku-buku dan
kamuskamus, maupun dalam dunia maya seperti internet dan media yang lain.

B. Saran
Penyusun mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Selain itu penulis berharap kepada penulis lainnya yang ingin menyusun makalah
tentang Problematika Ta’rib ini supaya membaca refensi-refensi lainnya supaya
hasilnya lebih baik dan lebih jelas. Kami menyadari mungkin masih terdapat
kekurangannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah. (2015). Al Bayan. Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab.

Atabik, A. (1998). Kontemporer Arab Indonesia. Multi Karya Grafika.

Chejne, A. (1996). Bahasa Arab dan Peranannya dalam Sejarah, Aliudin


Mahjudin. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hadi, S. (2002). Berbagai Ketentuan Baru dalam Ta ’ Rib : Pembahasan Seputar


Perkembangan Mutakhir dalam Bahasa Arab Seri V. In Berbagai Ketentuan
Baru dalam Ta ’ Rib : Pembahasan Seputar Perkembangan Mutakhir dalam
Bahasa Arab Seri V (p. 77). Humaniora.

Hadi, S. (2005). Glosarium Kata dan Istilah Asing dalam Bahasa Arab. Seksi
Penerbitan FIB UGM.

Hadi, S. (2015). Perkembangan Leksikografi Arab" Dalam Berbagai Hal tentang


Leksikologi dan Leksikografi Arab, makalah pada Seminar Leksikologi dan
Leksikografi Arab. (p. 185). Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Hilmy, K. (1985). Al-Muwallad fi al-‘Arabiyyah: Dirāsah fi Numuw al-Lughah


al-‘Arabiyyah wa Tatawwurihā ba’da al-Islām. Dār al-Nahdah al-
‘Arabiyyah.

Ibrahim. (2001). Dirāsāt fi al-Dalālah wa alMu’jam. Dār al-Gharib.

Sugiyono, S. (2019). . Bahasa dan Sastra Arab Lintas Budaya. Adab Pres.

Tawwab. (1997). Fusulun fi Fiqh al-‘Arabiyyah. Maktabah al-Khanji.

Ubaidillah. (2013). Kata Serapan Bahasa Asing dalam Al-Qur’an dalam


Pemikiran At-thobari. Jurnal At-Ta’dib.

Verhaar. (1996). Asas-asas Linguistik Umum. Gadjah Mada Press.

Ya’qub, E. (n.d.). Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyah wa Khasā’isuhā. Dār al- Saqāfah


al-Islamiyyah.

12

Anda mungkin juga menyukai