Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

EVALUASI PENERJEMAHAN

MATA KULIAH: METODE TERJEMAH

Dosen Pengampu: M. Taufik Akbar, M. pd

Disusun Oleh:

Syahru Ramdan

Riadatul Ma’ani

Yovi Wolandari

PRODI PENDIDKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW LOTIM

T.A 2021. 2022


KATA PENGANTAR

Puji sykur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah metode terjemah tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, sang keksih
Allah yang selalu bercahaya dalam sejarah hingga pada saat ini. Dalam pembuatan makalah
ini, tentu tidak lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada Dosen pemgampu yang telah
membimbing penulis selama ini. Dan tentunya makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan,
mungkin masih banyak kekurangan yang perlu di lengkapi dan diperbaiki. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua. Aamiin Yaa
Robbal‘Aalamiin.

Anjani, 1 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Maksud dari Evaluasi Terjemah


B. Kualitas Terjemahan dan Tingkat Keterpahaman
C. Penilaian Kualitas Terjemhan
D. Karaktristik Terjemahan Berkualitas

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Setiap kegiatan penerjemahan ( teks tulis) bertujuan untuk menghasilkan karya


terjemahan, dan setiap terjemahan yang dihasilkan di maksudkan untuk membantu
mengatasi kesenjangan komunikasi antara penulis teks bahasa sumber dan
pembaca teks bahasa sasaran. Keberhasilan suatu terjemahan dalam menjalankan
fungsinya sebagai jembatan komunikasi antara dua pihak yang tidak sebahasa
akan sangat tergantung pada kepiawaian penerjemah dalam melalui berbagai
tahapan dalam proses penerjemahan.

Untuk membuktikan apakah suatu terjemahan berkualitas ataukah tidak, kajian


terhadap tingkat keakuratan pengalihan pesan dalam terjemahan tersebut perlu
dilakukan. Karena pembaca teks bahasa sasaran merupakan tujuan akhir dari suatu
terjemahan.

2. Rumusan Masalah
a. Apa maksud dari evaluasi penerjemah?
b. Bagaimana kualitas terjemahan dan keterpahaman dalam terjemahan itu?
c. Bagaimana penilaian tentang kualitas terjemahan?
d. Bagaimana karaktristik terjemahan yang berkualitas itu?
3. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui maksud dari evaluasi penerjemah
b. Untuk mengetahui kualitas dari terjemahan dan keterpahaman dalam
terjemahan itu
c. Untuk mengetahui penilaian tentang kualitas terjemahan
d. Untuk mengetahui karaktristik terjemahan yang berkualitas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Evaluasi Penerjemahan

Untuk membuktikan apakah suatu terjemahan berkualitas ataukah tidak, kajian


terhadap tingkat keakuratan pengalihan pesan dalam terjemahan tersebut perlu
dilakukan evaluasi. Karena pembaca teks bahasa sasaran merupakan tujuan akhir dari
suatu terjemah, tanggapan dan keterpahman mereka terjemahan juga perlu diteliti,
kalau memungkinkan. Ada kemungkinan bahwa terjemahan dapat dipahami dengan
mudah oleh para pembaca . Kajian teoritis tentang penerjemahan dimaksudkan agar
terjemahan yang dihasilkan oleh seseorang itu berkualitas, yaitu tepat dan mudah
dipahami. Ketepatan berkaitan dengan kesesuaian antara pesan yang terdapat dalam
bahasa sumber dan pesan yang terdapat dalam bahasa penerima. Adapun
keterpahaman bertalian dengan derajat keterbacaan terjemahan yang ditentukan oleh
struktur kalimat, pilihan kata ejaan, dan faktor kebahasaan lainnya. Masalah kualitas
terjemahan ini dibicarakan dalam bidang itu tersendiri yang disebut dengan evaluasi
terjemahan atau kritik. Bidang evaluasi ini membahas mengenai konsep terjemahan,
karaktristik terjemahan.
Menilai atau mengevaluasi kualitas hasil terjemahan berarti mengkritik karya
terjemahan. Mengkritik karya terjemahan tergolong sebagai tugas yang tidak mudah.
Bahkan menurut Schutle, sebagaimana di kutip Nababan, kritikus karya terjemahan
harus menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan baik, perbedaan prsepsi
linguistik bahasa sumber dan bahasa sasaran, serta akrab dengan konteks estetika dan
budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran. Tambahan pula, kritikus karya tejemahan
pun harus memiliki pengetahuan yang memadai akan kandungan isi materi
terjemahan yang di kritiknya. Dengan kriteria-kriteria seperti inilah seorang kritukus
karya terjemahan dipandang layak dan akan mampu mengomentari dan mengevaluasi
kualitas suatu terjemahan dengan baik.
Sebagai kelengkapan penilaian terhadap suatu teks terjemahan yang sebagian
dijelaskan Newmark menambahkan lima pedoman yang perlu di perhatikan
khususnya dengan penekanan pada kinerja penerjemah diantaranya yaitu:
1. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahannya
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bahasa sumber.
2. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya mempunyai
kemampuan yang tinggi dalam bahasa sasaran.
3. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahannya
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang materi yang di
terjemahkannya.
4. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang konteks sosio-kultural bahasa
sumber, bahasa sasaran dan materi yang diterjemahkannya.
5. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya menguasai
metode dan teknik penerjemahan.

Sedangkan menurut Larson, terjemahan yang baik adalah:

1. Terjemahan yang menggunakan bentuk wajar dalam bahasa


sasaran
2. Menyampaikan sebanyak mungkin makna yang sama kepada
penuntut bahasa sumber.
3. Mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya
menyajikan terjemahan sedemikian rupa sehingga dapat
membbangkitkan respon pembaca
B. Kualitas Terjemahan dan Tingkat Keterpahaman
Berbagai kualifikasi yang perlu dipenuhi oleh seorang penerjemah
dimaksudkan agar para pemabaca dapat memahami terjemahan dengan
mudah. Kemudahan terjemahan karena ia memiiki tingkat keterpahaman yang
tinggi memenuhi seluruh makna dan maksud nas sumber, dan bersifat otonom.
Menurut az-Zarqani (t.t.:13). Yang dimaksud dengan otonom ialah bahwa
terjemahan itu dapat menggantikan nas sumbernya. Terjemahan memberikan
dampak, pengaruh, dan nilai yang sama seperti nas asli. Jadi, kualifikasi dan
kompetensi penerjemah ditetapkan supaya terjemahan yang dihasilkan itu
berkualitas.

Kualitas terjemahan berkaitan dengan keterpahaman terjemahan. Kualitas ini dapat


bersifat intrinsik, yaitu bertalian dngan ketepatan, kejelasan, dan kewajaran nas. Namun,
dapat bersifat ekstrinsik, yaitu berkenaan dengan tanggapan pembaca dan pemahamannya
terhadap terjemahan. Dalam telaah tentang nas, kualitas intrinsic tersebut diistilahkan dengan
keterbacaan, keterpahaman, dan aturan ketedasan. Sakri (1995:165-166) menggunakan ketiga
istilah tersebut secara bergantian dan mendifinisikannya sebagai derajat kemudahan sebuah
nas untuk dipahami maksudnya. Keterpahaman ini ditentuakan oleh ketedasan, dan ketedasan
itu sendiri ditentukan oleh jumlah kata, bangun kalimat, penempatan informasi, penempatan
panjang ruas kalimat, ketaksaan informasi yang informasi yang terkandung dan pemakaian
gaya kalimat. Adapun kualitas ekstrinsik berkaitan dengan berbagai pandangan pembaca
terhadap sebuah nas terjemahan. Yang dimaksud pembaca disnilah adalah berbagai lapisan
masyarakat dilihat dari tingkat pendidikannya, usianya dan pengalamannya. Pandangan yang
dijadikan perhatian dalam telaah kualitas ekstrinsik ialah hal-hal yang berkaitan dengan
kualitas intrinsik terjemahan.

C. Penilaian Kualitas Terjemahan


Menilai kualitas terjemahan berarti menilai tingkat keterpahaman
terjemahan. Nida dan Taber (1982:2) mengemukakan bahwa teks
keterpahaman itu terutama berkaitan dengan ada dan tiadanya dua ungkapan
yaitu: ungkapan yang dapat menimbulkan salah paham dan ungkapan yang
membuat pembaca kesulitan dalam memahami amanat yang dikandungnya
karena faktor kosa kata dan gramatika.
Nida dan Taber (1982:168-173) menyatakan bahwa kualitas terjemah
dapat diukur dengan beberapa teknik sebagai berikut:
a. Menggunakan teknik rumpang (cloze test)
b. Meminta tanggapan pembaca terhadap nas terjemahan
c. Mengidentifikasi reaksi para penyimak terhadap pembacaan
nas terjemah
d. Membaca terjemahan dengan nyaring sehingga dapat diketahui
apakah pembacanya itu lancer atau tersendat-sendat.

Sementara itu Larson (1984: 485-503) membicarakan masalah penilaian kualitas


terjemahan dari empat aspek yaitu:

a. Alasan dilakukannya penilaian


b. Orang yang menilai
c. Cara melakukan penilaian
d. Pemanfaatan hasil penilaian
Penilaian dilakukan untuk mengetahui ketepatan, kejelasan, dan kewajaran
terjemahan. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh penerjemah itu sendiri, penilai
khusus, konsultan, dan peninjau. Keempat pihak ini dapat menilai kualitas
terjemahan dengan cara:
a. Membandingkan terjemahan dengan nas sumber
b. Menerjemahkan kembali nas sumber
c. Menilai keterpahaman terjemahan
d. Mengukur keterbacaan nas
e. Menilai konsistensi terjemahan
Pada prinsipnya tes perbandingan bertujuan untuk memeriksa
kesepadanan isi informasi antara terjemahan dan nas sumbernya.
Pemeriksaan dilakukan untuk menyakinkan bahwa informasi,
makna,dan amanat yang ada dalam nas sumber telah terungkap
didalam terjemahan dengan tepat, tidak ada penambatan, tidak ada
pengurangan, dan tidak ada perbedaan. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan oleh penerjemah itu sendiri atau orang lain yang ahli. Jika
dilakukan oleh penerjemah, perbandingan merupakan kegiatan revisi
terhadap nas terjemahannya itu sendiri.
Secara teknis, perbandingan sebaiknya dilakukan pada naskah
terjemahan yang diketik dua spasi sehingga pemeriksa dapat
menuliskan informasi tambahan, catatan, saran, kritik secara langsung
pada naskah, diantara baris. Tes penerjemahan ulang dimaksudkan
untuk mengetahui ketepatan makna antara nas terjemahan dan nas
sumber, bukan untuk mengetahui kejelasan dan kewajaran terjemahan.
Secara oprasional, teknik ini dilakukan dengan menerjemahkan
kembali terjemahan ke bahasa sumbernya. Kemudian hasil terjemahan
ini dibandingkan dengan nas yang asli. Jika makna nas sumber itu
sesuai dengan makna terjemahan-balik, berarti terjemahan dalam
bahasa penerima itu sudah tepat.
Adapun tes pemahaman bertujuan untuk mengetahui kualitas
terjemahan. Melalui tes ini dapat diketahui apakah terjemahan itu dapat
dipahami oleh penutur bahasa penerima yang sebelumnya tidak pernah
melihat terjemahan itu. Tes ini dirancang untuk mengetahui apakah
terjemahan itu komunikatif dengan khalayak penerima sebagai sasaran
terjemahan. Tes pemahaman dapat dilakukan dengan meminta
pembaca terjemahan agar menceritakan kembali isi nas dan menjawab
pertanyaan tentang nas itu. Hasil tes ini akan membantu penerjemah
dalam meningkatkan kualitas karyanya. Tes ini dapat dilakukan oleh
penerjemah itu sendiri atau orang lain yang terlatih untuk melakukan
tes, dia mesti teliti dan hati-hati, bersikap objektif dalam menilai
karyanya, bersikap jujur dan benar-benar ingin mengetahui hasil tes.
Kelemahan utama jenis tes ini adalah penerjemah sulit untuk bersikap
objektif terhadap karyanya. Idealnya, tes ini dilakukan oleh orang lain,
karena dia memiliki pandangan yang baru terhadap nas itu.
Selanjutnya tes kewajaran terjemahan, yang bertujuan untuk
melihat apakah bentuk dan gaya bahasa terjemahan itu wajar dan
alamiah. Tes ini dilakukan oleh penilai ahli. Tugas penilai ialah
memeriksa kejelasan terjemahan, kewajaran terjemahan, kelancaran
bahasa yang digunakan, dan pengaruh emotif nas terhadap pemabaca.
Selanjutnya penilai membuat catatan tentang ketepatan, pengurangan
makna yang berlebihan, penambahan makna yang kurang, dan hal-hal
yang berkaitan dengan perubahan makna.
Terakhir adalah tes keterbacaan, tes ini dilakukan dengan
meminta seseorang untuk membacakan sebagian nas terjemahan yang
utuh dengan suara yang nyaring. Tatkala orang membaca, pengetes
membuat catatan pada bagian mana pembaca tersendat, berhenti, atau
mengulangi bacaannya. Perlu dicatat pula reaksi mimic pembaca.
Mungkin saja dia tiba-tiba terkejut, mengerutkan dahi Mungkin itulah
bagian yang sukar dipahami. Sebuah nas dikategorikan memiliki
kualitas baik apabila seorang ketika membaca nas itu dengan
penampilan yang menyenangkan,iramanya teratur, dan melakukan
perpindahan antar kalimat, antarparagraf, dan antarhalaman secara
mulus dan lancar.
D. Karaktristik Terjemahan Yang Berkualitas
Pada bagian rerdahulu atau yang telah disebutkan, telah dikemukakan bahwa
terjemahan yang berkualitas memiliki tiga cirri, yaitu: tepat, jelas dan wajar.
1) Ketepatan terjemahan
2) Kejelasan terjemahan, kejelasan terjemahan dipengaruhi oleh ketidak
tepatan dalam menyusun kalimat( struktur), pemakaian ejaan,
pemilihan kata (diksi) dan panjang kalimat.
3) Kewajaran terjemahan, terjemahan yang dibuat oleh seseorang mesti
benar dan tepat. Artinya, amanat pada terjemahan itu sama dengan
amanat yang terkandung dalam nas sumbernya. Selanjutnya amanat
tersebut di ungkapkan dalam bahasa terjemahan dengan jelas.
Kejelasan ini menyangkut struktur bahasa, ejaan,diksi dan kehematan
dalam menggunakan kata. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk meraih kewajaran sebuah terjemahan yaitu:
a. Penerjemah mesti memahami hakikat penerjemahan.
Penerjemahan bukanlah mengubah kata dan struktur bahasa
asing menjadi bahasa penerima, tetapi memahami makna
atau pesan yang terdapat dalam bahasa sumber,lalu
mengungkapkannya dalam struktur bahasa penerima.
b. Penerjemah dituntut untuk senantiasa mendiskusikan hasil
pekerjaannya dengan para ahli dibidang penerjemahan dan
dengan para pembaca dari berbagai kalangan. Hal ini
bertujuan untuk memproleh masukan tentang berbagai
kekurangan pada karyanya, sehingga memiliki bahan yang
berharga untuk memperbaiki dan merivisi pekerjaannya.
c. .Penerjemah adalah pembelajar sepanjang hayat. Dia perlu
senantiasa menambah dan memporel cakrawala
pengetahuannya.
Demikianlah hasil Evaluasi penerjemah,yang dimana
terjemahan itu terfokus pada ketepatan, kejelasan dan
kewajaran.
BAB II
KESIMPULAN

Menilai atau mengevaluasi kualitas hasil terjemahan berarti mengkritik karya terjemahan.

Kualitas terjemahan dan tingkat keterpahaman, kukaitas terjamahan berkaitan dengab


keterpahaman terjemahan. kualitas ini bersifat intrinsik Yang berkaitan dengan ketepatan,
kejelasan dan kewajaran. Namun ada juga sifatnya yang ekstrinsik Yang berkaitan dengan
tanggapan pembaca dan pemahaman terhadap terjemahan.

Penilain kualitas terjemahan berarti menilai tingkat keterpahaman terjemahan.

Anda mungkin juga menyukai