Anda di halaman 1dari 8

DIALEK SUKU QURAISY

A. Sejarah Suku Quraisy.


Suku Quraisy merupakan suku bangsa Arab keturunan Nabi Ibrahim AS yang paling
kuat. Suku ini berasal dari keturunan Bani Ismail melalui anaknya yaitu Adna, dan dalam
Bahasa Arab disebut Adnam yang merupakan anak dari Fihir Ibn Malik Ibn Nadar Ibn
Kinanah. Suku ini terpecah belah menjadi beberapa kabilah yaitu Saham, Jamah, Adi, Ta’im,
dan dari keturunan Qushai Ibn Kilab. (Melyani & Reza, 2020, h.117).
Suku Quraisy hidup dan menetap di Makkah dan daerah sekitarnya. Suku Quraisy
yang tinggal dan menetap di Kota Makkah biasa disebut sebagai Quraisy Lembah,
sementara yang tinggal mengelilingi pinggiran kota disebut sebagai Quraisy Pinggiran.
Awal mula bersatunya Suku Quraisy ini dilatarbelakangi oleh berhasilnya rencana
Qushay bin Kilab pada abad V Masehi untuk mengumpulkan dan mempersatukan
pemukiman suku tersebut. Asal-usul penyebutan kata Quraisy memiliki beragam alasan
dan pendapat, yakni: Nama Quraisy berasal dari Quraisy bin Badr bin Yakhlud bin al-Harits
bin Yakhlud bin an-Nadhr bin Kinanah, Quraisy memiliki arti kumpulan nasab yang berasal
dari Ayah dan Ibu yang berbeda, Quraisy memiliki arti Tashghir (Pengecilan) kata Qursy
atau ikan besar (Hiu), Memiliki arti Taqrisy berarti memeriksa, sebab Nadhr bin Kinanah
saat itu selalu memeriksa dan memastikan kebutuhan orang-orang miskin agar terpenuhi
dengan baik, Quraisy berasal dari kata Taqarrusy yang memiliki arti kumpulan. Hal ini
dikarenakan Qushay mengumpulkan berbagai macam keluarga suku Arab di Makkah (Akib,
2016, h. 99).
Adapun garis keturunan Suku Quraisy ini dibagi menjadi tiga golongan. pertama,
Ba’idah artinya punah. Suku Ba’idah ini merupakan suku yang pernah hidup dan menetap
di Jazirah Arab, namun sekarang ini suku tersebut telah punah.Historis yang dapat
diketahui dari suku ini sangatlah sedikit, sehingga kebanyakan didapat dari al-Qur’an serta
Perjanjian Lama.Selain itu juga dari penggalian Arkeologis yang ditemukan oleh para
Arkeolog bahwa mereka ini termasuk ‘Ad, Imlaq, Jadis, Tsamud, Tsam, dan lain sebagainya.
Kedua, Qahtani merupakan suku yang sering dikenal dengan sebutan Arab Qahtan.
Menurut dugaan, mereka berasal dari keturunan Ya’rub bin Yasyjub bin Qahtan bin Hud.
Kebanyakan suku tersebut menetap di Yaman lalu menyebar ke daerah lainnya.Menurut
penemuan secara Arkeologis mengungkap bahwa mereka memiliki peradaban yang cukup
tinggi.Kemudian terdapat beberapa keturunan Qahtani yang menyebar sampai ke Madinah,
yakni Bani ‘Aus dan Khazraj yang juga dikenal sebagai Kaum Anshar. Ketiga, Adnani
merupakan suku yang dikenal dengan sebutan Arab Adnan, sebab mereka diduga berasal
dari keturunan Ismail as yang memiliki putra bernama Adnan (Anonim, 2018).
Suku Quraisy merupakan suku terbesar di Jazirah Arab. Suku Quraisy terkenal
dengan kedudukan dan martabat yang paling tinggi di antara suku-suku yang lain. Suku ini
memiliki perbedaan sosial yang besar di atas suku yang lain sebelum masa Islam, karena
suku Quraisy memiliki kekuasaan penuh dalam menjaga Baitullah dan kota Makkah.

B. Dialek Suku Quraisy


Seperti halnya bangsa lainnya yang memiliki banyak suku, bangsa Arab juga
memiliki suku yang beraneka ragam. Dalam berkomunikasi, setiap suku menggunakan
dialek yang berbeda dengan suku lainnya sebagai ciri dari suku tersebut meskipun masih
dalam satu Bahasa yang sama yaitu Bahasa Arab. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
letak geografis, situasi alam, sosial, pola pikir serta ada tidaknya ketersediaan sarana dan
prasarana kebudayaan.
Secara garis besar dialek dalam Bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu Bahasa Arab
Baidah, bahasa Arab ini merupakan Bahasa yang digunakan oleh bangsa pra Islam. Dan
yang kedua yaitu Bahasa Arab Baqiyah. Bahasa Arab ini masih terus digunakan hingga saat
ini. Diantara dialek-dialek yang masuk dalam Bahasa Arab Baqiyah yaitu dialek Quraisy dan
dialek Tamim.
Dialek Quraisy merupakan salah satu dari dialek-dialek yang terdapat dalam bahasa
Arab. Dialek quraisy erat kaitannya dengan Bahasa Arab fusha yang menjadi al-lughoh al-
musytarokah karena sebagian pendapat mengatakan Bahasa Arab Fushah adalah Bahasa
Arab yang menggunakan dialek Quraisy.
Dialek suku Quraisy dianggap menjadi dialek paling bagus, fashih, dan
mendominasi di antara dialek-dialek yang ada dalam masyarakat Arab. Hal ini disebabkan
Bahasa Quraisy mempunyai keunggulan-keunggulan yang tidak dipunyai oleh dialek-dialek
yang lain. Karena hal ini para sastrawan Arab pada umumnya memandang Bahasa Arab
fusha adalah Bahasa Quraisy (Muizuddin, 2007, h.266-267).
Berikut merupakan pendapat para ahli linguistik dan riwayat para sahabat yang
menunjukkan bahwa dialek Quraisy merupakan dialek terbaik (Muizuddin, 2007, h.267) :
Muizuddin dalam jurnalnya yang berjudul Kontribusi Dialek Quraisy dan Dialek
Tamim Terhadap Bahasa Arab Fushha mengutip dari Abd. Al-Rahman Jalal al-Din al-
Suyuthi, al-Muzhir fi ‘Ulim al-Lughah wa Anwa’iha bahwa ahli linguistic Arab sepakat dialek
Quraisy merupakan dialek Bahasa Arab yang memiliki kefasihan dalam tuturan bahasanya.
Pada masa jahiliah, setiap tahun komunitas Arab melakukan ziarah ke Baitullah
untuk melakukan ibadah haji sehingga suku Quraisy sering melakukan asimilasi dan
akulturasi dengan suku-suku Arab lainnya. Mereka juga mempelajari keutamaan tutur kata
Bahasa Arab yang baik dari suku-suku lain. Karena hal inilah Bahasa suku Quraisy menjadi
lebih fashih daripada dialek-dialek lainnya.
Dalam jurnal ini juga meyebutkan pernyataan al-Jahizh bahwa Mu’awiyah saat
kepemimpinannya bertanya siapakah kaum yang paling fashih Bahasa Arabnya? Kemudian
seorang sahabat berkata bahwa kaum yang paling fashih Bahasa Arabnya adalah suku yang
menggunakan Bahasa dengan aksen al-khalkhaniyah, menghapus aksen khaskasah bikr
dan tidak menggunakan aksen ghamghamah, thamthamaniyah . Lalu Mu’awiyah bertanya
kembali siapa di antara mereka? Sahabat tersebut pun menjawab Quraisy lah yang
bahasanya yang paling fashih dan diantaranta baginda sendiri.
Ibn Faris juga berkata bahwa ulama Arab, ahli Bahasa dan penyair Arab sepakat
bahwa dialek Quraisy adalah dialek yang paling fashih dan merupakan dialek pilihan. Ibn
Jinni juga menambahakan bahwa kefasihan dialek Quraisy diatas dialek ‘an’anah Tamin,
Kasykasyah Robi’ah, Kaskasah Hawazin, Tadhja’a Qois, ‘ujrofiyyahh Dhobbah, dan Tiltilah
Bahro (Ya’qub, 193, h.122-123).

C. Faktor Penyebab Dominannya Dialek Suku Quraisy


Berikut adalah beberapa faktor yang melatarbelkangi dominannya dialek suku
Quraisy :
1. Faktor Agama
Suku Quraisy menetap di kota Makkah yang mana kota tersebut adalah pusat bagi
bangsa Arab karena adanya Baitullah. Sejak masa jahiliyah banyak suku Arab yang
menunaikan haji setiap tahunnya. Kabilah Quraisy merupakan penjaga dan perawat ka’bah,
juga menjadi pelayan haji. Hal ini menjadikan mereka memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan ibadah haji (Fachrudin, 2017, h.27).
Ka’bah menjadi tempat yang selalu ramai dikunjungi oleh suku Arab untuk
menunaikan haji, mensucikan berhala mereka di sekitar ka’bah. Oleh karena itu untuk
dapat menjalin hubungan antar kabilah dibutuhkan bahasa pemersatu. Terpilihlah bahasa
Quraisy sebagai bahasa pemersatu karena kabilah Quraisy yang telah menguasai kota
Mekah. Hal ini wajar jika seseorang datang ke suatu tempat, maka ia pun harus mengikuti
adat istiadat dan bahasa pada tempat tersebut (Muizuddin, 2007:268).
Selain itu, terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa dialek Quraisy
termasuk dalam bahasa yang digunakan dalam kitab suci Alquran. Riwayat ini memperkuat
bahwa dialek Quraisy lebih unggul dibanding dengan dialek lainnya (Taufiq, 2015, h.80).
2. Faktor Ekonomi
Selain tempat untuk berziarah ke Ka’bah, Makkah juga merupakan tempat transit
utama para pedagang Arab dahulu. Orang Quraisy memiliki kekuatan perekonomian yang
sangat besar. Saat musim dingin mereka ke Yaman, dan saat musim panas mereka ke Syam.
Makkah menjadi tempat persinggahan antara jalur perdagangan yang membentang mulai
dari Yaman di selatan dan Syam di utara. Hal ini telah termaktub dalam al-Quran surah al-
Quraisy atat 1 dan 2 (Fachrudin, 2017, h.27). Selain itu terdapat diselenggarakannya
kompetisi-kompetisi syi’ir diantara para kabilah dengan menggunakan bahasa Quraisy, hal
ini memberikan dampak positif untuk tersebarnya bahasa Quraisy kepada kabilah-kabilah
lainnya (Muizuddin, 2007, h.268).
3. Faktor Politik dan Geografis
Kekuatan kabilah Quraisy dalam kekuatan agama dan ekonomi mengakibatkan
terbentuknya kekuatan politik. Yang mana memiliki letak geografis yang strategis,
menjadikannya sebagai daerah yang kaya dalam peradaban dan ilmu pengetahuan. Hal ini
menjadikan kabila Quraisy memiliki otoritas atas bangsa-bangsa Arab lainnya (Muizuddin,
2007, h.268). Khususnya ketika islam telah merambah ke penjuru jazirah dan Madinah
(kemudian Damaskus dan Baghdad) menjadi pusat pemerintahan. Apalagi para raja dari
dinasti Umayyah dan Abbasiyah merupakan keturunan Quraisy (Fachrudin, 2017:28).
Kota Makkah yang merupakan tempat tinggal bagi suku Quraisy adalah daerah yang
letaknya paling jauh dari wilayah Romawi dan Persia disbanding dengan suku-suku lain.
Hal ini menjadikan suku Quraisy terhindar dari pengaruh daerah luar yang dapat merusak
dialek mereka sehingga dialek Quraisy tetap terjaga kemurniannya (Taufiq, 2015, h.81).
Pada saat itu, suku Quraisy mempunyai kebijakan yaitu menjadikan dialeknya
sebagai Bahasa resmi bagi penduduk atau suku-suku yang ditaklukkannya dalam
peperangan. Suku Quraisy juga dijadikan sebagai arbitrator bagi suku Arab lainnya
(Muizuddin, 2007, h.269).
4. Faktor Budaya
Kemahiran dan kecerdasan dalam bersyair telah melekat pada diri bangsa Arab.
Pada masa ini, banyak lahir penyair-penyair Arab yang terkenal dan memiliki syair indah.
Para penyair dari luar Makkah datang untuk melombakan syairnya sehingga terpilih
menjadi yang terbaik. Ada tiga pasar yang menjadi titik kumpulnya para penyair yaitu
Ukadz, Mahannah, dan Dzul Majaz (al-Iskandari, 1916, h.12).
5. Faktor Kekayaan Bahasa
Di antara dialek-dialek Arab yang ada, dialek Quraisy lah yang memiliki kosa kata
yang paling banyak. Hal ini menjadikan dialek Quraisy lebih banyak digunakan karena
beragamnya pilihan kata dalam mengekspresikan ide-idenya (Taufiq, 2015, h.81).
Selain faktor diatas, ada juga faktor terbesar yang datang dari al-Quran. Yang mana
dialek Quraisy menancapkan dominasinya hingga dapat melintasi batas jazirah arab. Hal
ini didukung dengan adanya pembukuan al-Quran dengan dialek Quraisy (Fachrudin,
2017:28).

D. Karakteristik Dialek Suku Quraisy


Dialek Quraisy memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan
dialek-dialek Arabnya lainnnya. Karakteristik ini juga membuat dialek Quraisy menjadi
dialek yang paling fasih. Berikut merupakan karakteristik dari dialek Quraisy :
1. Dialek Quraisy Mengalahkan dan Menguasai Dialek-Dialek Lainnya
Hal tersebut dibuktikan dengan kekayaan bahasa yang dimiliki oleh dialek Quraisy.
Dialek Quraisy merupakan dialek bahasa Arab yang kekayaan bahasanya paling banyak,
materinya paling melimpah, uslubnya paling tinggi, dialek Arab yang paling sempurna dan
paling fleksibel untuk diujarkan. Selain itu, dengan tersedianya banyak waktu untuk
bercampur dengan dialek-dialek yang lain, ikut menambah kekayaan kebahasaan dialek ini
berupa kosakata-kosakata baru yang belum dimilikinya. Dialek Quraisy juga menjadi
bahasa sastra dalam puisi dan prosa semua suku-suku bangsa Arab, serta menjadi bahasa
agama, bahasa politik, dan juga ekonomi (Wafi, 1945: 108).
2. Dialek Quraisy Sebagai Bahasa Pemersatu
Hal ini berhubungan dengan faktor agama yang menjadikan dialek Quraisy lebih
unggul dibandingkan dengan dialek-dialek Arab lainnya (Sakkin, tth: 63-64). Setiap tahun,
ka’bah di kota Makkah selalu ramai dikunjungi masyarakat untuk melaksanakan ibadah
haji, aktifitas ini sudah dilaksanakan sejak masa sebelum Islam, otomatis tempat tersebut
menjadi pusat perkumpulan mereka. Sehingga melahirkan hubungan antar kabilah yang
kemudian memunculkan kebutuhan bahasa pemersatu diantara mereka. Bahasa Quraisy
terpilih menjadi bahasa pemersatu karena memang kabilah Quraisy lah yang menguasai
kota Makkah. Hal yang wajar jika seseorang datang ke suatu tempat, maka iapun harus
mengikuti adat istiadat (termasuk didalamnya bahasa) yang terdapat di tempat tersebut.
Demikian pula yang terjadi dengan bahasa Quraisy. Para peneliti kebahasaan juga
berpendapat bahwa bahasa fusha yang terdapat di dalam al-Qur’an adalah bahasa Quraisy,
oleh karena itu yang dimaksud sebagai bahasa pemersatu kabilah Arab adalah bahasa
Quraisy dengan segala keistimewaannya
3. Dialek Quraisy Memiliki Kefasihan Dalam Tutur Bahasa
Para linguis Arab telah sepakat menganggap dialek Quraisy sebagai dialek bahasa
Arab yang memiliki kefasihan dalam tutur bahasa. Salah satunya yaitu Ibn Faris yang
berpandangan bahwa dialek Quraisy adalah dialek paling fasih, dominan dan dipahami
oleh berbagai kabilah di seluruh jazirah Arab pada masa pra Islam, di antara berbagai
dialek kabilah Arab saat itu (Faris, 1963: 52). Hal tersebut dinyatakan dalam nash Al-
Qur’an dalam surat QS Yusuf: 2:
َ ُ َ ُ َّ َّ َ ً َ ُ ُ َ َ َ َّ
ٓ‫آع َرِب ّٓيآل َعلكمٓٓتعٓ ِقلون‬ ‫ِإهآٓأهزلٓ ٓنهٓقرٓ ٓءه‬
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qurán kepada Muhammad dengan
bahasa Arab, supaya kamu sekalian memahaminya (QS.Yusuf/12: 2).
Ayat tersebut di atas mempertegas bahwa al-Qur’an diturunkan menggunakan
bahasa Arab, yang kemudian oleh ahli tafsir dijlaskan bahwa bahasa Arab yang dimaksud
adalah bahasa Arab yang menggunakan dialek Quraisy sebagai dialek yang dipahami oleh
seluruh suku dan kabilah di jazirah Arab dan berpengaruh besar terhadap kehidupan
bangsa Arab dan sebagai bahasa Sastra Arab, bahkan dialek Quraisy memiliki kontribusi
yang sangat besar terhadap peninggalan masa jahiliyah yang berupa syair, muallaqat,
khitabah, hikam, amtsaldan karya-karya sastra lainnya, sehingga muncul anggapan bahwa
dialek-dialek yang lain ketika digunakan dianggap asing (Wafi, 1945:89).
Selain itu, yang memutuskan pilihan dialek Arab fusha pada dialek Quraisy
dibandingkan dengan dialek lainnya adalah karena para elit Islam berada pada pihak
kabilah Quraisy sehingga masyarakat Arab memutuskan dialek Quraisy sebagai pedoman
bahasa fusha yang menjadi rujukan bagi dialek-dialek lain (Suyuthi, tth: 209-210).

DAFTAR BACAAN

Akib, Nasri. (2016). “Bahasa Quraisy Sebagai Bahasa Persatuan Timur Tengah” dalam
Jurnal Al-Munzir : Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Komunikasi dan Bimbingan Islam,
Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, IAIN Kendari, Vol.9, No 1, Hal 97-112, Mei
2016.
Al-Iskandari, Ahmad & Mustofa Anani. 1916. Al-Wasith fil Adab al-Arabi wa Tarikhuhu.
Mesir: Dar al-Maarif.
Fachrudin, Azis Anwar. 2017. Pengantar Sejarah dan Madzhab Linguistik Arab. Sidoarjo:
Lisan Arabi.
Faris, I. 1963. Fiqh al-Lughoh wa Sunan al-Arab fi Kalamiha. Beirut : Muassasah Badran.
Melyani, Mila & Reza Pahlevi Dalimounthe. (2020). “Pemahaman Hadis Kepemimpinan
Quraisy (Studi Komparatif Tipologi Kepemimpinan Quraisy dengan Tipologi
Kepemimpinan di Indonesia)” dalam Jurnal Diroyah : Jurnal Ilmu Hadis, Fakultas
Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Vol 4, No 2, Hal 176-182, Maret
2020.
Muizzuddin. (2007). “Kontribusi Dialek Quraisy dan Dialek Tamim Terhadap Bahasa Arab
Fushha (Kajian Sosio-Psikolinguistik)” dalam Jurnal Al-Qalam : Jurnal Kajian
Keislaman, IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, Vol 24, No 2, Hal 261-278,
Mei-Agustus 2007.
Taufiq, Wildan. 2015. Fiqh Lughoh (Pengantar Linguistik Arab) : Ulasan Komprehensif dan
Objektif. Bandung : CV. Nuansa Aulia.
Wafi, ‘Ali Abd al-Wahid. 1945. Fiqh al-Lughoh. Kairo : Dar al-Nahdhah Mishr.
Yaqub, Emil Badi. 1982. Fiqhul Lughoh al-Arobiyyah wa Khoshoishuha. Beirut : Dar at-
Tsaqofah al-Islamiyah.

Anda mungkin juga menyukai