php/arabiyat
Arabiyât : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2, (2), 2015, 192-215
Mufrodi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
e-mail : didiassyafii@yahoo.co.id
Naskah diterima: 18 September 2015, direvisi: 12 Oktober 2015, disetujui: 20 Nopember 2015.
Abstract
The use of Arabic language, it is divided into two, namely Arabic fushhâ� and ‘â� miyah. Arabic
fushhâ� used as a written language, and Arabic ‘â� miyah used as a spoken language. In daily activities,
Arab people used Arabic ‘â� miyah more frequently. This is due to a fairly high level of formality that
is owned by Arabic fushhâ� , that should be in the spoken language is communicative, consultative,
relaxed and intimate, both in term of morphological and syntactical. In the Egyptian Arabic occur
in phonological and morphological differences were deemed difficult for students who only learn
Arabic fushhâ� . The difficulty that arises due to the ignorance of students to the differences that
occur between Arabic fushhâ� and Egyptian dialect. With an understanding of phonological and
morphological of Arabic ‘â� miyah expected that the students of Arabic language or people who have
learned fushhâ� can understand-at least a few understanding-spoken language so that communication
will run smoothly.
Abstrak
Bahasa Arab dalam penggunaannya terbagi menjadi dua, yaitu Arab fushhâ dan ‘âmiyah. Bahasa
Arab fushhâ digunakan sebagai bahasa tulis (written language), dan Arab ‘âmiyah digunakan sebagai
bahasa lisan (spoken language). Dalam kegiatan sehari-hari, orang Arab lebih sering menggunakan
bahasa ‘âmiyah. Hal ini disebabkan oleh tingkat formalitas yang cukup tinggi yang dimiliki oleh Arab
fushhâ, yang seharusnya dalam bahasa lisan (spoken language) bersifat komunikatif, konsultatif,
santai, dan intim, baik secara morfologis maupun sintaksisnya. Dalam bahasa Arab ‘âmiyah dialek
Mesir terjadi perbedaan secara fonologis dan morfologis yang dirasa sulit bagi pelajar yang hanya
mempelajari Arab fushhâ. Kesulitan itu muncul disebabkan oleh ketidaktahuan pelajar terhadap
perbedaan yang terjadi antara Arab fushhâ dan dialek Mesir. Dengan pemahaman fonologi dan
morfologi bahasa Arab ‘âmiyah, diharapkan para pelajar bahasa Arab atau masyarakat yang sudah
memiliki modal dalam bahasa fushhâ dapat memahami -setidaknya sedikit memahami- bahasa lisan
(spoken language) sehingga komunikasi akan berjalan dengan lancar.
How to Cite : Mufrodi. "FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA ARAB '� MIYAH" Arabiyat : Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban [Online], Vol. 2 No. 2 (31 Desember
2015)
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/a.v2i2.2184
ini pembelajaran bahasa Arab lebih klasifikasi bunyi, yaitu vokal, konsonan,
cenderung bersifat filosofis sehingga dan semi vokal. Adapun klasifikasi tersebut
belajar bahasa Arab dianggap sulit, padahal yaitu sebagai berikut:7
setiap bahasa memiliki tingkat kesulitan 1. Konsonan
dan kemudahan masing-masing sesuai Konsonan (shawâmit) adalah bunyi
dengan karakteristik bahasa itu sendiri, yang selalu mendapatkan hambatan di
baik dari segi fonologi, morfologi, maupun saluran udara sehingga mengakibatkan
sintaksis dan semantiknya.5 Pembelajaran adanya letupan atau geseran.8 Menurut
bahasa asing, khususnya Arab, tidak hanya Michael Kenstowicz, konsonan
bertujuan agar para peserta didik mampu merupakan bunyi yang dihasilkan oleh
membaca literatur-literatur Arab, tetapi penyempitan dalam pusat melalui
juga memiliki keterampilan menyimak dan rongga mulut.9 Dalam bahasa Arab fuṣhâ
berbicara. Kamal Badri mengungkapkan terdapat 26 konsonan (Shawâmit).
bahwa kemahiran yang digunakan manusia Ada yang berpendapat 28 konsonan
dalam memahami bahasa ketika orang lain -termasuk di dalamnya semi vokal- yang
mengungkapkan maksud dan gagasannya memiliki sembilan tempat artikulasi.10
adalah meliputi menyimak, berbicara, Adapun konsonan dalam Arab fushhâ
membaca, dan menulis.6 yaitu labial ()ب م و, labiodental ()ف,
Pemahaman fonetik dan fonologi interdental ()ث ذ ظ, alveodental
merupakan dasar utama untuk mampu alveodental ()ت ط د ض ل ن, alveolar (ز ر
berkomunikasi dengan bahasa asing. )س ص, alveopalatal ()ش ج, palatal ()ي,
Adanya perbedaan vokal atau konsonan velar ()ك غ خ, uvular ()ق, pharyngal (ع
dapat mengubah arti, seperti kalimat gibna )ح, glottal ()ء ه. Ada beberapa bunyi
dan gebna. Dalam kedua kalimat tersebut konsonan yang terdapat dalam bahasa
terdapat perbedaan vokal /i/ dan /a/, Arab yang tidak dimiliki oleh bahasa
kalimat gibna berasal dari jubnu ( )جبنyang Semit lainnya, yaitu ح- ض- غ- ظ- ذ- ث- ج
berarti keju. Konsonan /g/ merupakan خ- ه- ع- .11 Konsonan جyang merupakan
representasi dari konsonan جdalam dialek bunyi alveopalatal dalam bahasa Arab,
Mesir. Dan kalimat gebna berasal dari berbeda pelafalannya dengan bahasa
jaibuna ( )جيبناyang berarti saku/kantong Semit lainnya karena bunyi tersebut
kita. Hal ini tentu akan dirasa sulit bagi dilafalkan seperti jam dalam bahasa
pelajar non-Arab jika tidak memahami Mesir, contoh: جملmenjadi gâmâl
fonetik dan fonologi Arab ‘âmiyah. (Ibrani), gamlâ (Suryā� nī�), dan gammalu
(Ashwarî�). Kemudian konsonan ث
Bunyi Bahasa Arab ‘Âmiyah 7
Kamal Bishr, Ilmu al-Aṣwât (Kairo: Dâ� r
Dialek Mesir Gharî�b, 2000), h. 149-150.
8
A. Sayuti Anshari Nasution, Bunyi Bahasa,
Dalam bahasa Arab terdapat tiga
(Jakarta : Amzah, 2012), h. 74
5
Muhbib Abdul Wahab, Metode dan 9
Michael Kenstowicz, Phonology in Generative
Pembelajaran Nahwu (Studi Teori inguistik Tammā� m Grammar (Cambridge: Oxford: Blackwell, 1994), h.
Hassā� n) (Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah, 453.
2008) 10
Janet. C. E. Watson, The Phonology and
6
Kamâ� l Ibrâ� him Badrî�, Al-Ashwât wa al- Morphology of Arabic (New York: Oxford University
Nizhâm al-Ṣaut Mutbiqan ‘alâ al-lughah al-’Arabiyah Press, 2007), h. 13.
(Riyâ� ḍ� : al-Maktabah Jâ� mi’ah al-Malik Su’ud, 1982), h. 11
Hâ� zim ‘Alî� Kamâ� luddî�n, Dirâsah Fî ‘Ilmi al-
31. Aṣwât (Kairo: Maktabah al-Adâ� b, 1999), h. 46-51.
dalam bahasa Koptik dilafalkan menjadi talâta dan hâdha da. Sedangkan
س, dalam bahasa Suryā� nī� menjadi ت, bunyi /zh/ ( )ظdituturkan menjadi
dan dalam bahasa Ibrani menjadi ش, bunyi seperti /z/ ( )زnamun dibaca
misalnya: ( ثورArab) dilafalkan sôr tebal yang dilambangkan menjadi /ẓ/
(Koptik), tawrâ (Suryâ� nî�), dan shôr seperti munazhzhamah munaẓẓama.14
(Ibrani) dan seterusnya. Sebagian bunyi interdental seperti t
Dalam dialek Mesir, terdapat diganti dengan bunyi alveolar yaitu s,
konsonan yang tidak ada dalam Arab seperti muthallath musallas, dan
fuṣhâ, begitu juga beberapa konsonan thâbit sâbit. Berbeda dengan Bahasa
yang terdapat dalam fuṣhâ tidak ter- Arab Dialeklek Saudi (selanjutnya:
dapat dalam dialek Mesir. Pertama, BADS) karena dalam BADS terdapat
bunyi bilabial (b, m, w). Bunyi ini bunyi interdental seperti /th/dh/ dan /
terdapat dalam semua dialek, termasuk zh/. Keempat, bunyi palatal (jim). Bunyi
dialek Mesir. Dalam dialek Mesir, bunyi ini tidak terdapat dalam dialek Mesir,
m terdapat dua jenis, yaitu bunyi m dan diganti dengan bunyi /g/, seperti
yang sifatnya dari bunyi nasal utuh, dan jamîl gamîl. Dalam âmiyah Mesir,
bunyi nasal empatik yang disimbolkan bunyi konsonan /j/ merupkan bunyi
dengan ṃ, seperti ṃayyit. Akan berbeda palatal dilafalkan /g/ yang merupakan
maknanya jika bunyi tersebut tidak bunyi uvular frikatif15. Kelima, bunyi /k/
dilafalkan sebagai bunyi nasal empatik, yaitu bunyi konsonan velar plosif tidak
seperti mayyit.12 Kedua, bunyi labioden- bersuara terdapat dalam dialek Mesir.
tal (f) yang merupakan tidak bersuara. Akan tetapi, bunyi ini di sebagian dialek,
Bunyi ini terdapat dalam semua dialek seperti Yordan dan Irak direalisasikan
termasuk Mesir dan Saudi. Beberapa dengan bunyi alveopalatal tidak
dialek, termasuk dialek Mesir memiliki bersuara /cˇ/.16 Keenam, bunyi uvular
bunyi interdental frikatif bersuara, yaitu yaitu /q/ ()ق, bunyi ini tidak terdapat
/v/ yang hanya terdapat pada kosakata dalam kedua dialek Mesir. Bunyi uvular
pinjaman dari bahasa asing, seperti ()ق, bunyi tersebut dituturkan dengan
villa dari villa (bahasa Inggris). Ketiga, bunyi glottal stop yaitu hamzah, seperti
bunyi interdental (th, dh, zh). Bunyi ini qahwah ahwa, qâdir âdir . Ketujuh,
tidak terdapat dalam dialek Mesir,13 dan bunyi faringal terdapat pada kedua
bunyi tersebut diganti dengan bunyi dialek, baik dialek Mesir maupun Saudi.
dental yaitu t, dan d, seperti thalâtah Kedelapan, bunyi glottal stop (laringal)
yaitu hamzah. Bunyi hamzah dalam
12
Bunyi nasal /m/ pada kata mayyit bermakna
BADM adalah bunyi yang bersifat
“mayit (orang mati)” jika dituturkan nasal murni,
namun jika dituturkan nasal empatik -biasanya 14
Bunyi konsonan /zha/ ( )ظtidak selamanya
dilambangkan dengan /ṃ�/- maka maknanya
dibaca menajdi /ẓ� / tetapi juga ada yang dituturkan
tidak lagi “orang mati” melainkan bermakna “air”.
menjadi ض/ḍ� /.
Terbaginya bunyi nasal /m/ menjadi nasal murni dan
empatik menurut pandangan penulis merupakan
15
Abdulrahman Ibrahim Alfozan, Assimilation
sebuah fonem karena hal tersebut dapat merubah in Classical Arab: A Phonological Study (Glasgow:
makna. University Of Glasgow, 1989), 1. Dan A. Sayuti
13
Tidak hanya dialek Mesir, bunyi ini juga Anshari Nasution, Bunyi Bahasa Arab (Jakarta:
tidak terdapat dalam dialek Shria dan Libanon. Lihat Amzah, 2012), h. 1.
Janet. C. E. Watson, The Phonology and Morphology of 16
Janet. C. E. Watson, The Phonology and
Arabic, h. 15. Morphology of Arabic, h. 16-17.
kompleks karena dalam penuturannya raf’ah20 yaitu bunyi di antara fathah dan
-pada kondisi tertentu- tidak dituturkan ḍammah. Bunyi vokal /ê� / adalah wujud
sebagaiman dalam fuṣhâ, seperti na’îm pelafalan dari ay (_َ ) ْيdalam BADM,
nâyim, bi’r bîr, udhn widn. seperti kata عينyang tidak dilafalkan
(‘ayn) sebagaimana dalam Arab fuṣhâ,
2. Vokal melainkan dilafalkan ên atau êin. Dan
Bunyi vokal (Aṣwât al-Shâitah/al- bunyi vokal /ô� / sebagai wujud pelafalan
harakât) ) adalah bunyi yang terjadi dari aw (_َ )و, seperti kata يومdan لوyang
disebabkan adanya udara yang datang dilafalkan yôm dan lô. Sedangkan adanya
dari paru-paru tidak mendapatkan bunyi vokal /e/ dan /o/ sebagai akibat
hambatan di kerongkongan dan dari adanya tekanan (nabr/stressing),
rongga mulut, dan tidak mendapatkan yang sebenarnya keduanya adalah
penyempitan di saluran udara. Dan wujud dari pelafalan aw dan ay. Akan
vokal termasuk bunyi bersuara (الصوت tetapi, karena pengaruh adanya tekanan
)املجهور.17 Vokal dalam bahasa Arab (nabr), maka vokal /ê� / dan /ô� / diganti
fushhâ ada enam, yaitu yang terdiri dari menjadi vokal /e/ dan /o/, seperti kata
vokal pendek: fathah /a/, kasrah /i/, ( يومينyômên) menjadi yomên, dan بيناتنا
dhammah /u/, dan vokal panjang, yaitu (bânâtna) menjadi benâtna.21
fathah panjang /aa/, kasrah panjang /ii/,
dan dhammah panjang /uu/.18 Berbeda
Silabel
dengan Arab ‘âmiyah (colloquial Arabic)
Dalam ‘âmiyah dialek Mesir tidak
yang memiliki lebih dari enam bunyi
terdapat silabel yang terdiri dari tiga
vokal, seperti dalam BADM yaitu di
konsonan secara berurutan (sequences of
antaranya lima vokal pendek (tiga di
three consonants are anathema in Cairene).22
antaranya seperti dalam fusha yaitu /a/
Dalam bahasa Arab, silabel pertama pada
/i/ /u/, dua di antaranya yaitu vokal
suatu kata harus terdiri dari bunyi vokal.
/e/ dan /o/, seperti kata penghubung
Berbeda dengan bahasa Inggris yang
elli dalam BADM dari alladhî dan
membolehkan tidak adanya vokal pada
gozha yang sepadan maknanya dengan
silabel pertama, seperti kata schedule,
zaujuha dalam MSA), tiga vokal panjang
droid, school, Fred, dan sebagainya. Silabel
sebagaimana dalam Arab fuṣhâ.
memiliki peran penting dalam menentukan
struktur suatu bahasa karena dengan
3. Semi vokal 20
Tammâ� m Hassâ� n, Manâhij al-Bahtsi Fî al-
Semi vokal dalam bahasa Arab Lughah, h. 137. Vokal /ê� / dan /ô� / dinamakan imâlah,
ada dua, yaitu وdan ي.19 Semi vokal yakni bunyi yang terjadi akibat tarik-menarik antara
ay (_َ ) ْيdisimbolkan dengan /ê� / yang dua vokal yaitu vokal /ê� / terjadi akibat tarik-menarik
antara vokal /a/ (fathah) dan vokal /i/ (kasrah).
dinamakan hifẓah yaitu bunyi di antara Sedangkan vokal /ô� / terjadi akibat tarik-menarik
kasrah dan fathah, sedangkan aw (_َ )و Antara vokal /a/ (fathah) dan /u/ (ḍamah). Lihat A.
Sayuti Anshari Nasution, Bahasa Arab Dialek Mesir
disimbolkan dengan /ô� / yang dinamakan
(Jakarta: PT. Siwibakti Darma, 2012), h. 11.
17
Tammâ� m Hassâ� n, Manâhij al-Bahtsi Fî al- 21
Ungkapan benâtna biasa digunakan dalam
Lughah (Kairo: Maktabah Anglo, 1990). dialek Libanon dan Shiria. Dalam dialek Mesir biasa
18
A. Sayuti Anshari Nasution, Bunyi Bahasa, h. diungkapkan bênna yang berasal dari ( بينناbainanâ)
65. dalam Arab fushhâ.
19
A. Sayuti Anshari Nasution, Bunyi Bahasa, h. 22
Janet C.E. Watson, The Phonology and
85. Morphology of Arabic, h. 64.
penggalan kata dapat diketahui, apakah namun silabel yang keenam bukan VC
suatu ucapan sesuai dengan struktur
ّ
melainkan CVVCC, seperti kata جادdan حابّ َت
bahasa tersebut atau tidak.23 Jika tidak dalam keadaan waqaf.27 Ibrahim Khalil
sesuai dengan struktur bahasa Arab, maka mengungkapkan bahwa jika silabel terdiri
kata tersebut dianggap sebagai kosakata dari vokal pendek, maka dinamakan silabel
asing, dan jika ingin diadopsi, maka harus pendek. Sedangkan jika terdiri dari vokal
dimodifikasi terlebih dahulu agar sesuai panjang maka dinamakan silabel panjang.
dengan struktur bahasa Arab. Di berbagai Di antara silabel pendek, yaitu CV, CVC, dan
literatur bahwa dalam bahasa Arab terdapat CVCC. Sedangkan di antara silabel panjang,
5 penggalan kata,24 yaitu pertama, CV, yaitu CVV, CVVC, dan CVVCC.28
seperti ( بhurûf jarr), ( وhuruf ‘athaf), dan ,ق Dalam dialek Mesir tidak ditemukan
َ َ
رserta أdalam verba tsulâtsi ق َرأ. Pada kata قرأ adanya silabel CVV di akhir kata, seperti
terdiri dari tiga silabel, yang masing-masing kata maṣrî ()مصري, turkî ()تركي, dan ṭardî
silabel terdiri dari CV. Kedua, CVC, seperti ( )طرديdireduksi menjadi CV dalam dialek
َ
ل ْم, َع ْنdan سٌ َب ْأ. Pada kata س ٌ َب ْأterdiri dari dua Mesir sehingga kata-kata tersebut menjadi
silabel, yang masing-masing silabel terdiri maṣri, turki, dan ṭardî. Silabel CVV dalam
ْ ْ
dari CVC, yaitu َبأdan ُسن. Ketiga, CVV, seperti dialek tersebut hanya ditemukan pada
داعي, على, ماdan راعي. Pada kata َد ِاع ْيdan َر ِاع ْي kosakata pinjaman seperti “gatō” yang
terdapat dua silabel, yang masing-masing artinya “gateau”. Sedangkan untuk silabel
terdiri dari silabel CVV yaitu عي, راserta دا CVVC dan CVCC, timbul suatu permasalahan
dan عي. Keempat, CVVC, seperti د ْار,اب
َ ْ َبdalam jika pada kalimat yang memiliki kedua
ّ َ
keadaan waqaf, dan kata ضالين. Pada kata silabel tersebut diberikan sufiks untuk
ّ َ
ضالين terdiri dari dua silabel yang masing- menyatakan suatu kata/kalimat negasi,
masing terdiri dari CVVC yaitu ضالdan ِلين.
َ yaitu dengan menggunakan sufiks berupa /
ْ ْ ْ
Kelima, CVCC, seperti ِبنت, َع ْبدdalam keadaan sh ()ش/ dan didahului oleh partikel ma ()ما
َ َ
waqaf, dan silabel ف ّرdalam kata َمف ّرserta ّ قَر sebelum kata tersebut,29 seperti pertama,
ََ
dalam kata ُم ْستق ّر.25 ma+kaan+sh (ma kânsh) yang terdiri dari
Tammam Hassan menambahkan CV CVVCC menjadi ma kansh (CV CVCC).
bahwa kata dalam bahasa Arab dapat Kedua, ma+kunt+sh (ma kuntsh) yang terdiri
diawali dengan vokal sehingga terdapat 6 dari CVCCC menjadi ma kuntish (CVCCiC).
penggalan kata. Contohnya adalah tanda Begitu juga apa yang terjadi pada kalimat
ma’rifat ()ال.26 Sedangkan menurut Ibrahim seperti “mâ+ult+sh menjadi ma ultish” yang
Anis, dalam bahasa Arab terdapat 6 silabel, artinya “aku/kamu tidak mengatakan”, dan
vokal tersebut tetap dilafalkan, seperti will go to Yaman. Dalam ‘âmiyah Mesir
َ
َساف ُر ْوا diungkapkan menjadi هروح اليمن. Contoh
ّ
• ُم َح ِضرة (muhadhdhirah) menjadi lain dalam fushhâ diungkapkan أين تذهب؟,
muhadhdharah, sedangkan jika sedangkan dalam ‘âmiyah Iraq diungkapkan
َ َّ
berupa isim maf’ûl seperti ُم َحضرة menjadi ( وأين رايح؟Win Rayh). Perbedaan-
(muhadhdharah), maka vokal /a/ tetap perbedaan semacam ini tentu dirasa sulit
disebutkan oleh pelajar. Dalam bahasa Arab Mesir,
Vokal /u/ dan /i/ tidak dihilangkan, baik konsonan glottal, yaitu hamzah ( )ءdilafalkan
berada sebelum maupun sesudah maqtha' menjadi konsonan palatal ( )يatau menjadi
manbûr jika pertama, letak tekanan berada vokal panjang.
di awal kata dan tidak diberi sufiks sehingga 1. Pergantian Bunyi
dengan menghapus vokal /i/ maupun /u/ Ada sejumlah pergantian bunyi
akan menimbulkan silabel CVVCC, seperti dalam bahasa Arab ‘âmiyah atau
kata َسا ِف ْر. Vokal /i/ pada contoh tersebut disebut juga collouqial Arabic, (baik
tidak dihilangkan walaupun berada setelah berupa pergantian vokal dengan vokal,
nabr yaitu ( ) َساkarena akan menimbulkan konsonan dengan konsonan maupun
silabel CVVCC, yang mana silabel tersebut konsonan dengan semi vokal).
tidak terdapat dalam dialek. Akan tetapi, a). Pergantian vokal dengan vokal
jika kata tersebut diberi sufiks /i/ Shabâhil Kheir. Dalam bahasa
misalnya (yang ditujukan kepada feminin) Arab ‘âmiyah dialek Mesir
َ
seperti ( سا ِف ِريsâfirî), maka vokal tersebut tidak memperhatikan kaidah
ْ
dihilangkan sehingga menjadi ( َساف ِر ْيsâfrî). mubtada khabar, dan lebih sering
Namun karena tidak terdapat silabel menggunakan tanda i’râb jarr (jusif)
CVVCC, maka vokal pada silabel pertama sehingga vokal /u/ (shabâhul khair)
dihilangkan sehingga menjadisafr. Kedua, diganti dengan vokal /i/ menjadi
dengan menghilangkan vokal /i/ maupun shabâhil kheir. Misalnya kalimat
/u/ akan menimbulkan tiga konsonan secara shabâhin nûr (yang merupakan
َ
berurutan, seperti kata ِم ْست ْع ِج ْل. Jika vokal /i/ jawaban dari shabûhil kheir),
pada konsonan jîm dihilangkan, maka akan masâil kheir, masâin nûr. Perbedaan
menimbulkan silabel CVCCC, sedangkan tersebut berupa perbedaan fonetis
dalam bahasa Arab tidak terdapat silabel sehingga tidak merubah arti karena
tersebut. Adapun jika terdapat silabel baik diungkapkan dengan shabâ� hil
tersebut, maka harus diberi penambahan kheir maupun shabâhul khayr dapat
bunyi demi menghindari silabel CVCCC. dengan mudah dimengerti oleh
pelajar non-Arab.
Ragam Fonologis Bahasa Arab b). Pergantian vokal rangkap dengan
‘Âmiyah Dialek Mesir vokal (monoftongnisasi)
Bahasa Arab ‘âmiyah dialek Mesir Vokal rangkap atau biasa disebut
memiliki perbedaan dengan Arab fushhâ. dengan diftong dalam bahasa
Perbedaan tersebut cenderung terjadi Indonesia tidak dilafalkan layaknya
pada aspek fonologis dan pilihan kata. diftong dalam ‘âmiyah Mesir, dan
Pada tataran pilihan kata misalnya, kalimat vokal rangkap tersebut diganti
سأسافر إلى اليمنuntuk mengungkapkan I dengan vokal yang menyesuaikan
/ḍ� /. Berikut bunyi-bunyi /zha/ ()ظ yang artinya “ini gila (amazing)”.
yang dituturkan menjadi bunyi ض Perubahan dari konsonan menjadi
/ḍ� /, yaitu: ظالم، نظافة، ظهر، ظفر،ظل vokal panjang, mengikuti vokal
dituturkan menjadi ، ضهر، ضفر،ضل sebelumnya. Jika sebelum konsonan
ضالم،نضافة. tersebut berupa vokal /i/, maka
diganti menjadi vokal panjang
d). Pergantian konsonan dengan
/i/ sehingga menjadi /ii/ dan jika
semi vokal
vokal sebelumnya berupa /a/, maka
Konsonan glotal stop (hamzah),
konsonan glottal plosif tersebut
dalam dialek Mesir dibaca /y/ ketika
diganti menjadi vokal panjang /a/
berada pada posisi intervokal, se-
sehingga menjadi /aa/.
perti ( نائمnâim) dibaca nâyim,
( رائحrâih) dibaca râyih, سبعمائة f). Pergantian vokal panjang dengan
(sab’umiah) dibaca sab’umiyah. Dan vokal pendek
dibaca semi vokal /w/ ketika di awal Pergantian vokal panjang dengan
kata (initial word) sehingga terdapat vokal pendek yang terjadi dalam
pergantian antara konsonan dengan ‘âmiyah dialek Mesir biasa terjadi
semi vokal, namun hal ini tidak pada pada kata yang berpola
terjadi pada verba, seperti verba CaaCiCah yaitu subjek yang dibentuk
akala ()أكل. Contoh pergantian dari verba (isim fâ’il), seperti: كاتبة
konsonan dengan semi vokal yang (kâtibah), ( فاهمةfâhimah), ساكتة
berada di awal kata hanya dengan (sâkitah) menjadi pola CaCCa yaitu
semi vokal /w/, yaitu ( أينayn) katba, fahma, sakta. Terjadinya
dibaca wên, ( أذنudhun) dibaca pergantian vokal panjang menjadi
widn. Terdapat pengecualian untuk vokal pendek, selain terjadi pada
konsonan hamzah ini yaitu pada kata kata yang berpola CaaCiCah, terjadi
ّأم, أبdkk atau yang termasuk dalam pula pada kata yang memiliki
al-asmâ al-khamsah, dan kata tanya silabel CVVC, seperti bâb, shâf dan
إيه, dilafalkan tetap sebagaimana sebagainya ketika diberi sufiks
dalam BAF, yaitu ab atau biasanya lain sehingga silabel CVVC menjadi
bâba, umm atau mâma, dan êh, tidak silabel CVC, seperti “bâb+kum”,
dialfalkan dengan wabb, wumm dan “shâf+Hasan”, “fên+ha”, “yôm+ha”
wêh. menjadi babkum, shaf Hasan, fenha,
dan yomha.36
e). Pergantian konsonan dengan
vokal panjang g). Pergantian vokal pendek dengan
Pergantian konsonan dengan vokal vokal panjang
panjang ini terjadi hanya pada Pergantian vokal pendek menjadi
konsonan hamzah ketika berada vokal panjang terjadi ketika suatu
di tengah kata (pre consonantally), morfem diakhiri dengan vokal lalu
seperti ( فأسfa’s), ( تأكلta’kul), أنا diberi sufiks yang diawali konsonan
( جئتana ji’tu) dituturkan menjadi (pre-suffix vowel lengthening),
fâs, tâkul, ana gît. Contoh lain Pergantian vokal panjang menjadi vokal
36
misalnya ( بياخد العقلbiyâkhudil ‘al) pendek ketika diberi sufiks disebabkan oleh
pengaruh nabr.
bahasa Arab karena dalam bahasa Arab fin/fên, minên, yakhti dan yahmad.
tidak terdapat konsonan gabungan Pelesapan (deletion) pada awal kata
di awal kata, seperti plastic, slide juga terjadi pada kata ( هذاhadha)
menjadi bilastik, silayd. Dan epentesis dituturkan menjadi (da). Kedua,
yang terjadi pada kata tunggal selain pelesapan (deletion) di tengah kata.
merupakan kosakata asing yaitu hanya Dalam BADM, pelesapan di tengah kata
terjadi pada geminasi (tashdîd) pada yaitu terjadi pada nomina dual feminin,
kata ganti subjek, seperti ( هوhuwa) seperti ( مدرستينmadrasatayn), عربيتين
dan ( هيhiya) dituturkan menjadi (‘arabiyatayn) menjadi madrastên dan
huwwa dan hiyya. Ketiga, penambahan ‘arabiytên. Pelesapan Bunyi (deletion/
bunyi yang terakhir yaitu paragog. sincopation) terjadi juga pada verba
Penambahan bunyi di akhir kata pada yang memiliki silabel CVVC dan CVCC
BADM terjadi pada kalimat negasi, yaitu (yang mana CC pada silabel tersebut
berupa sufiks /sh/ yang menandakan berupa geminate consonant), baik
bentuk kalimat negatif, namun, untuk verba perfek maupun imperfek
menyatakan kalimat negatif tidak hanya yang diberi sufiks /sh/ ()ش/ sebagai
penambahan sufiks, akan tetapi disertai penanda kalimat negatif, seperti ما كانش
penambahan ma ( )ماdi awal kata, seperti (ma+kân+sh), ( ما يكونشma+yikûn+sh)
ma tarjamash (ma+tarjama+sh) dan ma menjadi ma kansh dan ma yikunsh/
katablaksh (ma+katab+lak+sh). maykunsh. Sinkop tidak terjadi seperti
pada kata kibîr manakala sebelum kata
3. Pelesapan Bunyi tersebut berupa konsonan seperti kata
(deletion/sincopation) hagar menjadi hagar kbîr. Hal tersebut
Pelesapan (deletion) bunyi terjadi tidak dibenarkan karena terdapat 3
pada konsonan dan vokal. Kata اسكندرية konsonan secara bersamaan dalam
(Iskandariyyah) misalnya dalam dialek satu frasa. Ketiga, pelesapan bunyi di
Mesir dilafalkan menjadi (Iskindiriyya). akhir kata. Pelesapan bunyi di akhir
Terdapat pelesapan bunyi pada kata terjadi pada konsonan dan vokal.
kata tersebut yaitu pelesapan bunyi Pelesapan yang terjadi pada konsonan
konsonan /h/ yang merupakan sebagai telah penulis sebutkan di atas, yaitu
penanda feminin. Pelesapan dalam seperi kata ( اسكندريةIskandariyyah)
BADM terjadi pada empat tempat. menjadi iskindiriyya yaitu pelesapan
Pertama, pelesapan di awal kata. bunyi konsonan /h/ sebagai tanda
Pelesapan di awal kata biasanya terjadi gender. Dan juga pelesapan yang
pada kata yang berupa konsonan terjadi pada bunyi konsonan glottal
glottal stop pada awal kata,42 seperti stop (hamzah) yang berada setelah
أين+( فىfî+aina), أين+( منmin+aina), يا أختي bunyi vokal (post vocalic) di akhir
(ya+ukhtî), أحمد+( ياya+ahmad) menjadi kata, seperti khaḍrâ’ ()خضراء. Keempat,
Secara fonologis, pelesapan seperti ini
42 pelesapan bunyi di tengan dan akhir
dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengu- kata. Dalam BADM terjadi pelesapan
capan. Pelafalan konsona glottal ini memerlukan
di tengah dan akhir kata, yaitu terjadi
banyak energi, yaitu dalam mengartikulasikannya
mendapat hambatan kuat dari organ bicara, kemu- pada kata pada nomina feminin
dian organ bicara tersebut membuka jalan udara (muthanna) yang berpola CaaCiCah,
dengan cepat.
terjadi pada bentuk verba yang terdiri perbedaan dengan fuṣhâ yaitu pada
dari fathu-kasrin, kasru-fathin dan vokal yang berada setelah konsonan
kasratâni (dalam fushâ), seperti ḍirib, penanda subjek. Pada dialek Mesir, vokal
nizil, hisib, rigi’ dan simi’. Kedua, CaCaC yang berada setelah subject marker
َ ): formula (wazan) ini mayoritas
(فع ْل (hurûf muḍ� âra’ah) memiliki dua macam
terjadi pada bentuk verba yang terdiri yaitu vokal /i/ pada yif’al (CiCCaC), yif’il
dari fathu-ḍammin dan fathatâni (fushâ), (CiCCiC atau CiCCi) dan yif’ul (CiCCuC
seperti fatah, katab, daras dan dafa’. atau CiCuuC), dan vokal /u/ pada pola
Verba perfek jika diberi sufiks yuf’ul (CuCCuC).47
berupa pronoun yaitu hanya dengan a). Fathatâni (_َ _َ)
menambahkan konsonan /t/ jika
Pola verba dalam BAF seperti ini
dimaksudkan untuk ana dan anta,
menjadi yif’al (CiCCaC) dalam
dan dengan menambahkan vokal /u/
BADM, seperti verba ṭala’a-yaṭla’u
jika dimaksudkan untuk subjek ketiga َْ ََ
(ُ َيطلع- )طل َعdari pola fathatâni dalam
seperti yang terdapat pada tabel 1.2.
fuṣhâ, yang mana konsonan kedua
Akan tetapi, jika berupa pola CiCiC dan
dan ketiga pada stem setiap verba
itCaaCiC maka vokal /i/ dihilangkan
berupa vokal /a/sehingga maka
jika sufiks pronoun berupa vokal /u/
ُ pola imperfek pada dialek Mesir
seperti nazalû ()نزلوا, nazalâ/ nazalatâ
menjadi yiṭla’. Contoh lain, yaitu
( نزال/)نزلتا, tafâhamna ( )تفاهمنmenjadi َْ ََ
fataha-yaftahu ( َيفت ُح- )فت َح, dan
nizlu, nizlu, dan itfahmu.46 َ ْ ََ
dafa’a-yadfa’u ( َيدف ُع- )دف َعpada BADM
Tabel 2 menjadi yiftah dan yidfa’ .
Subjek BAF BADM Subjek BAF BADM
3 m.s kataba kataba 2 f.s katabti katabti
َ ) b). Kasru-fathin (_ِ _َ)
(كتب (كتبت
ِ )
3 f.s katabat
ْ َ
katabit 2 m.f dl katabtumâ
ُ
katabtu Pola verba dalam Arab fuṣhâ seperti
()كتبت ()كتبتما
ini menjadi yif’al, seperti verba
3 m.pl katabû katabu 2 m.pl katabtum katabtu َ َ
(كتبواُ ) ُْ
()كتبتم ‘alima-ya’lamu ( ي ْعلم-) َع ِل َم, sami’a-
3. m.f katabâ/ katabu 2 f.pl katabtunna katabtu َ
yasma’u ( ي ْس َمع-) َس ِم َع, dan la’iba-yal’ab
dl ّ ُْ )
(كتبتن َْ َ َ َ
katabatâ
( كتبا/)كتبتا ( يلعب-)ل ِعب, maka pola imperfek pada
3 f. pl katabna
َْ
katabu 1s katabtu
ُ ْ
katabt BADM menjadi CiCCaC yaitu yi’lam,
()كتبن ()كتبت
yisma’ dan yil’ab. Contoh lain yaitu
2 m.s katabta katabt 1 pl katabnâ katabna
َ ْ
()كتبت
َْ
()كتبنا seperti kalimat “ya muhammad bi
tishrab ih?” (محمد ِبتشرب إيه؟ ّ )ياatau
Verba imperfek dari triliteral verb
“yamhammad bi tishrab ih?” jika
diawali dengan prefiks penanda subjek
dituturkan scara cepat. Beberapa
(subject marker) yaitu /y/ dan /t/
verba dalam BADM yang terdiri
sebagai penanda gender, dan sufiks
dari pola kasru-fathin dalam
sebagai penanda kuantitas yaitu single
fuṣhâ tidak berpola CiCCaC pada
(mufrad), dual (mutsanna), dan plural
verba imperfek melainkan CiCCiC,
(jama’). Dalam BADM, verba imperfek
memiliki empat pola yang memiliki
47
Adanya vokal /i/ sebagai penanda subjek
(subject marker) adalah bukan hal yang baru karena
46
Dalam BADM tidak ditemukan adanya s - hal tersebut sudah ada sejak dulu yaitu yang dinama-
َ
fiks pronoun (ḍ� amir muttaṣil) untuk plural feminin kan dengan taltalah, seperti تعملdituturkan menjadi
َ
ُ تdituturkan menjadi tiktub.
sehingga menggunakan ḍ� amîr plural maskulin. ti’mil, كتب
َ
seperti ‘amila-ya’mal ( ي ْع َمل-) َع ِم َل stem kedua pada verba (‘ain fi’il),
yang terdiri dari pola kasru-fathin maka tidak dituturkan menjadi
menjadi yi’mil, bukan yi’mal, seperti CiCCuC maupun CuCCuC, seperti
“ya maryam bi ti’mili ih dilwa’ti?” verba ya’kulu ( )يأكلyang dituturkan
()يا مريم ِبتعملي إيه دى الوقت؟.48 menjadi yâkul karena konsonan
hamzah yang tidak berharakat
c). Fathu-kasrin (_َ _ِ)
diganti menjadi vokal panjang. Dan
Pola verba imperfek seperti ini terdapat pula verba yang berpola
menjadi yif’al (CiCCaC), seperti demikian, tidak dituturkan menjadi
َ َ
‘arafa-ya’rifu ( ي ْع ِرف-) َع َرف, ḍaraba- CiCCuC maupun CuCCuC, melainkan
yaḍribu dan raja’a-yarji’u (-َر َج َع menjadi CiCCiC, seperti yiktib dan
) َي ْر ِجعmenjadi yi’raf, yiḍrab, yirga’ yidris.
dalam BADM. Akan tetapi, tidak
seluruhnya verba yang memiliki e). dhammu-dhammin
pola fathu-kasrin dalam Arab fuṣhâ Formula verba imperfek seperti ini
dilafalkan menjadi yif’al (CiCCaC) dalam BADM menjadi adalah yif’al
karena terdapat beberapa verba (CiCCaC), seperti haluma-yahlum
ُ ُ َ
yang berpola ini dituturkan menjadi ( َي ْحلم-) َحلم, dan kabura-yakbur (-ك ُبر
ْ
yif’il (CiCCiC), seperti nazal-yinzil ) َيك ُبرmenjadi yihlam dan yikbar,
ْ ََ ْ ََ
( ِين ِزل-)نزل, dan qafal-yaqfil ( ِيق ِفل-)قفل, seperti pada kalimat “bahlam yikun
verba imperfek pada kedua kata li ana ibni minnik, hayikbar bêni wi
tersebut menjadi yinzil, yi’fil. bênik wa shûfu bi ‘êni we ‘ênik”.50
()تقابل, tanâqash ()تناقش. Setiap verba 3 f.s râhat râhit ( )راحت2 m.f dl rihtumâ rihtu
()راحت ()رحتما ()رحتوا
ّ
yang berpola tafa’’ala ()تفعل dan tafâ’al 3 m.pl râhû ()راحوا râhu ( )راحوا2 m.pl rihtum rihtu
seperti yang terjadi pada pola CiCiC. Hollow verb (fi’il ajwâf) yang diberi
Pola itCaaCiC seperti itfâhim dan it’âbil sufiks subjek berupa awalan konsonan
(dari kata تقابلdalam Arab fushhâ) terdapat vokal ablaut di dalamnya,
tidak hanya vokal /i/ yang dihilangkan seperti:
ketika diberi sufiks pronoun, tetapi a) r a a h + t riht
juga penghilangan (deletion) pada b) s a a b + t sibt
vokal /a/ atau reduksi vokal /a/
Verba yang memiliki pola CaaC
panjang menjadi vokal pendek seperti
tidak selamanya diganti menjadi CiC
Dan lihat Muhammad Riyaḍ� Karim, Al-Muqtaḍ� ab Fi
karena terdapat beberapa yang diganti
Lahajât al-‘Arab (Kairo: tp, 1996), h. 143.
ُْ َ
menjadi CuC, seperti verba ( قالâl) yang CiCiiC, seperti ya’ûqu ( )يعوقdalam
diganti menjadi ult ketika diberi sufiks fushâ menjadi yi’îq karena pelafalan
yang berawalan konsonan (initial vokal /i/ pada konsonan ya ( )يyang
consonant). Perubahan verba dari pola dilanjutkan dengan pelafalan konsonan
CaaC menjadi CiC atau CuC adalah faringal yang memiliki vokal /u/ dirasa
samâ'i. Tidak ada pola baku atau tidak sulit dalam pelafalannya sehingga
bisa dirumuskan verba mana yang tidak dilafalkan yi’ûq melainkan yi’îq,
diganti menjadi CiC, dan verba mana begitu juga konsonan uvular yang
yang harus diganti menjadi CuC, seperti tetap dituturkan sebagaimana dalam
dalam fushhâ bahwa verba CaaC diganti fushâ dirasa sulit karena pelafalan
menjadi CuC ketika diberi sufiks yang konsonan-konsonan sebelumnya
diawali dengan konsonan seperti ti, sedangkan konsonan tersebut dalam
dan ta jika ‘ain fi'il ( )فعلberupa wawu BADM biasanya dituturkan menjadi
()و, seperti verba ( قامqaama) yang konsonan glottal. Untuk verba imperfek
asalnya adalah ( قومqawama) sehingga yang diberi penanda gender maupun
dituturkan menjadi qumti/qumta penanda subjek kuantitas adalah
ُ
()قمت. Adapun perubahan pola verba sebagai berikut:
CaaC menjadi CiC ketika diberi sufiks Tabel 6
yang diawali dengan konsonan jika Subjek BAF BADM Subjek BAF BADM
yanâmu ( )ينامyinâm tanâmîna tinamîn
‘ain fi’il ( )فع لberupa ya ()ي, seperti نال 3 m.s 2 f.s
()تنامين
(nâla) menjadi nilti, niltu dan niltum. 3 f.s tanâmu ()تنام tinâm 2 m.f dl tanâmâni tinâmu
()تنامان
Walaupun perubahan tersebut terjadi
3 m.pl yanâmûna yinâmu 2 m.pl tanâmûna tinâmu
secara samâ’i, namun yang paling ()ينامون ()تنامون
CaCaaC seperti yanâm () َينام, dan CaCiiC 2 m.s tanâmu ()تنام tinâm 1 pl nanâm ninâm
()ننام
seperti yabî’ () َي ِبيع. Verba imperfek
‘âmiyah Mesir hanya merubah vokal Dalam BADM, untuk menyatakan
/a/ setelah subjek marker menjadi /i/ subjek dual, yang digunakan adalah
sehingga ketiga pola tersebut menjadi subjek hum dan antum yang disertai kata
CiCuuC (yishûm), CiCaaC (yinâm), dan itnên.52
CiCiiC (yibî’).
4. Fi’il Mithal (first weak verb)
Setiap verba yang berupa hollow verb
Fi’il mithal (first weak verb) yaitu
(fi’il ajwâf) yang mana ‘konsonan kedua
verba yang diawali dengan huruf illat.
pada stem verba berupa wawu ()و, maka
Verba perfek mithal dari trilateral verb
bentuk verba imperfek berpola CiCuuC,
seperti yiṣûm (ص ْوم ُ )ي, yikûn ()ي ُك ْون, yizûr dalam BADM, mayoritas dituturkan
ُ ِ ِ menjadi CiCiC walaupun ada yang tetap
() ِيز ْور, dan yirûh () ِي ُر ْوح. Akan tetapi
Mengenai subjek dalam BADM dan BADS
52
terdapat beberapa kata yang mana
akan dibahas pada sub bab selanjutnya, baik subjek
‘ain fi’il berupa wawu ( )وpada hollow yang mengikuti verba perfek atau disebut dengan
verb tidak berpola CiCuuC, melainkan suffixed pronoun (ḍamîr muttaṣil) maupun subjek
yang mengikuti verba imperfek.
dilafalkan CaCaC, seperti waṣaf ()وصف, pada konsonan sebelum stem akhir
waṣal ()وصل, waqaf ()وقف, dan wa’ad pada verba.
( )وعدmenjadi wishiif, wishil, wi’if dan Dari uraian tersebut, fi’il mitsâl (first
wa’ad. Jadi rumusan untuk first weak weak verb) dapat disimpulkan bahwa
verb adalah CaCaC menjadi CaCaC/ CaCiC yang asalnya CawCiC menjadi
CiCiC, dan CaCiCa menjadi CiCiC. Verba CiwCaC atau CiwCiC, sedangkan CayCiC
imperfek dari first weak verb dalam menjadi CiyCiC.
Arab fushhâ dihilangkan semi vokal
wawu ( )وjika verba tersebut berupa 5. Mu’tall Âkhir (Final Weak verb)
mithal wawi seperti yashil () َي ِصل Dalam dialek Arab seperti halnya
yang berpola CaCiC asalnya berupa fushhâ terdapat verba yang diakhiri
yawṣil ( ) َي ْو ِصلyang berpola CawCiC,53 oleh vokal pada akhir stem, yang biasa
sedangkan jika berupa mithal yâ’i, disebut dengan mu’tall âkhir (fi’il nâqiṣ),
maka semi vokal ya ( )يtetap dilafalkan seperti ramâ ()رمى, dan nasiya ()نسي
َ
seperti yay’as ( ) َي ْيئسyang berpola menjadi nisi, rama.
CayCaC. Verba imperfek pada mithal Tabel 7
wawi dalam dialek Mesir yaitu dengan No BAF BADM No BAF BADM
َ
menetapkan semi vokal dan didahului 1 ( َبنىbanâ) bana 3 ( ن ِ�س َيnasiya) nisi
َ
dengan vokal /i/ setelah subjek marker,
2 ( َحكىhakâ) haka 4 �ض َي َ
ِ ( رraḍiya) riḍi
seperti yashil (dari yawshil), yasi’ (dari Jadi verba perfek dari final weak
yawsi’), ya’id (dari yaw’id), yazin (dari verb dalam BADM dapat dirumuskan
yawzin) menjadi yiwṣal, yiwsa’, yiw’id, bahwa CaCaa menjadi CaCa, seperti
yiwzin. Dan jika berupa mitsâl ya, maka pada nomor 1 dan 3,54 dan CaCiCa
dilafalkan seperti yang terjadi pada menjadi CiCi, seperti pada nomor 3
Arab fushâ, namun dengan mengganti dan 4. Jika verba tersebut diberi sufiks
vokal /a/ dalam fushâ menjadi vokal subjek yang berawalan konsonan (initial
/i/ setelah subjek marker, seperti yay’as subject consonants), maka vokal pendek
menjadi yiy’as. Lain halnya jika stem /i/ terakhir pada pola CiCi dijadikan
kedua berupa konsonan uvular ()ق, vokal panjang, seperti pada tabel 1.8.
seperti yaqifu () َي ِقف, maka pelafalannya Sedangkan untuk pola CaCa jika diberi
tidak yiw’if atau yiw’af melainkan yu’af. sufiks initial subject consonants, maka
Dengan melihat pola first weak verb, vokal /a/ diganti menjadi vokal /ē� /,
maka sebagian fi’il mitsâl pada BADM seperti yang tergambar pada tabel 1.9
terdapat metatesis di dalamnya, seperti sebagai berikut:
verba yawshil menjadi yiwshal yaitu Tabel 8
terdapat pertukaran vokal /a/ dengan Subjek BAF BADM Subjek BAF BADM
3 m.s ن�سي
ِ (nasiya) nisi 2 f.s يت
ِ نس
ِ (nasîti) nisîti
vokal /i/ setelah subjek marker, dan
pertukaran vokal /i/ dengan vokal /a/
Pola CaCaa dalam fuṣhâ seperti pada nomor
54
53 َ
Penghilangan huruf ‘illat dari yawṣil ()ي ْو ِصل 1 dan2 tidak selamanya berubah menjadi pola CaCa
َ
menjadi yaṣil ( )ي ِصلmelalui proses i’lâl. Adanya karena terdapat beberapa kata yang penulis temukan
proses i’lâl ini dilatar belakangi dengan adanya bahwa kata yang berpola seperti itu berubah menjadi
kesulitan (dirasa berat) dalam melafalkan semi vokal CiCi, seperti mashâ-yamshî ( يم�شي- )م�شىyang menjadi
seperti yang terdapat pada verba tersebut sehingga mishi. Akan tetapi, mayoritas verba yang berpola
adanya proses ‘lâl lebih kepada faktor littashîl (untuk CaCaa (fushâ) berubah menjadi CaCa, dan CiCi hanya
mempermudah pelafalan). sebagian saja.
ْ ( نسnasiyat) َ
3 f.s يت ِ nisyit 2 m.f dl ن ِس ْي ُتما nisîtu dalam BADM berupa vokal /i/, dan
(nasîtumâ)
3 m.pl ( نسواnasû) nisyu 2 m.pl ُ
نسيتم nisîtu silabel panjang (heavy syllable)
(nasîtum)
ّ di akhir kata yaitu CVV direduksi
3. m.f /نسيا nisyu 2 f.pl نسيتن nisîtu
dl
(نسيتاnasiyâ/ (nasîtunna) menjadi silabel pendek sehingga
nasiyatâ)
ُ ketiga kata tersebut dalam BADM
3 f. pl ( نسينnasîna) nisyu 1s نسيت (nasîtu) nisît
2 m.s
َ
نسيت (nasîta) nisît 1 pl ( نسيناnasînâ) nisîna menjadi yib’a (CiCCa), yibni (CiCCi)
Subjek BAF BADM Subjek BAF BADM
dan yingu (CiCCu). Akan tetapi
3 m.s rama ()رمى rama 2 f.s ramayti ramêti untuk pola CaCCuu (BAF), terdapat
()رميت
ramit 2 m.f dl ramaytumâ ramêtu
kata yang berpola tersebut menjadi
3 f.s ramat ()رمت
()رميتما CiCCi, seperti yad’û menjadi yid’i.
3 m.pl ramû ()رموا ramu 2 m.pl ramaytum ramêtu
Jadi rumusan final weak verb (verba
()رميتم
3. m.f dl ramâ/ramatâ ramu 2 f.pl ramaytunna ramêtu mu’tall âkhir), yaitu pertama CaCCaa
ّ
( رمتا/)رما ()رميتن menjadi CiCCa, seperti yansâ, yalqâ
3 f. pl r a m a y n a ramu 1s ramaytu ramêt
()رمين ()رميت
ُ dituturkan yinsa dan yil’a. Kedua,
2 m.s ramayta
َ
ramêt 1 pl ramaynâ ramêna CaCCii menjadi CiCCi, seperti yahkî,
()رميت ()رمينا
yamshî, yakwî dituturkan yihki, yimshi,
Bunyi vokal /i/ pada stem akhir dan yikwi. Ketiga, CaCCuu menjadi
verba dalam dialek Mesir dijadikan CiCCu, seperti yatlû dituturkan yitlu.
vokal panjang menjadi /î/ ketika diberi Verba imperfek dari final weak verb
sufiks berupa subjek yang berawalan jika diberi sufiks, maka tidak memiliki
konsonan (consonant-initial subject ketentuan sebagaimana dalam BAF.
suffixes), sedangkan jika bunyi pada Untuk lebih jelas mengenai afiksasi
stem akhir berupa vokal /a/, maka dalam final weak verb pada kedua
dirubah menjadi long mid vowel /ē� / dialek yaitu seperti yang tergambar
seperti pada subjek 2m.s, 2f.s, 2m.pl, pada tabel 9.
2s.pl, 1s, dan 1 pl pada kedua tabel di Tabel 9
atas. Untuk 3 maskulin dan feminin Subjek BAF BADM Subjek BAF BADM
()تدعون
feminin plural memiliki bentuk verba
3 m.pl yamshûna yimshu 2 m.pl tamshîna timshu
yang sama jika diberi sufixed pronoun ()يمشون
yalqawna
()يمشوا ()تمشين
talqayna
()يمشوا
yil’u ()يلقوا til’u ()يلقوا
(ḍ� amîr muttaṣil) seperti pada contoh ()يلقون
yad’ûna
yid’u ()يدعوا
َ
()تلقين
tad’ûna
tid’u ()يدعوا
Afiksasi
6. Geminate Verb (fi’il mudha’af) Afiksasi adalah penambahan bunyi,
Geminate verb atau disebut dengan baik berupa prefiks (as-sawâbiq), infiks
fi’il mudha’af (مضعفّ ) dalam istilah
(ad-dawâkhil) maupun sufiks (al-lawâhiq).
Arab merupakan kata kerja yang mana Afiksasi yang akan dibahas pada sub bab ini
konsonan kedua dan ketiga pada stem adalah afiks yang menunjukkan subjek pada
setiap verba berupa konsonan yang verba perfek maupun imperfek, objek, dan
sama. Pada Arab fushhâ, geminate verb afiks yang menandakan subjek feminin.
ّ
(fi’il mudha’af) seperti radd ( )ردyang
1. Subjek (fâ’il)
berupa pola CaGG jika diberi sufiks
Dalam dialek Mesir dan Saudi hanya
pronoun (dhamîr muttashil) berupa
terdapat 8 subjek (fâ’il), yaitu huwwa,
initial consonant, maka konsonan kedua
hiyya, humm,55 ant, inti/enti, intu, ana,
pada stem verba diberi vokal /a/ dan
ihna. Adapun afiksasi subjek yang
konsonan ketiga pada stem tersebut
terdapat pada verba perfek maupun
tidak diberi harakat sehingga menjadi
imperfek yaitu:
radadtu (CaCaCCu) jika ditujukan untuk
subjek pertama. Dalam BADM, jika Tabel 11
geminate verb (fi’il mudha’af) diberi Afiksasi subjek pada verba perfek
Subjek BAF BADM Subjek BAF BADM
sufiks pronoun berupa initial consonant, 1s …tu ()ت
ُ …t 3 m.s X X
maka verba tersebut diberi vokal /i/ 2 m.s …ta ()ت
َ …t 3 f.s …at ()ت
ْ …it
panjang sebelum initial consonant 2 f.s …ti () ِت …ti 3 m/f dl …â ()ا …u
…tumâ …û ()وا …u
sehingga verba tersebut berpola 2 m.f dl
()تما
…tu 3 m. pl
Tabel 10 Tabel 12
Subjek BAF BADM Subjek BAF BADM
3 m.s
ّ
radd ()رد radd 2 f.s radadti raddîti Afiksasi subjek pada verba imperfek
َْ
()ردد ِت Subjek BAF BADM Subjek BAF BADM
3 f.s raddat raddît 2 m.f dl radadtumâ raddîtu 1s a… ()أ a… 3 m.s ya… (...)ي yi/
ْ َّ ْ
()ردت ()رددتما yu…u
ُّ
raddû ( )ردواraddu radadtum raddîtu ta… ()ت ti/tu… ti/tu…
3 m.pl 2 m.pl 2 m.s 3 f.s ta… (...) َت
ُْ َ
()رددتم 2 f.s ta…i (ي...)ت ti/tu…i 3 m/f dl ya…ân (...ي yi/
3. m.f dl raddâ/ raddu 2 f.pl radadtunna raddîtu )ان/ ta…ân yu…u
raddatâ ّ ْ
()رددتن
ّ ّ (ان...)ت
( ردتا/)ردا
3 f. pl radadna raddu 1s radadtu raddît
َ َ ُ ْ
()رددن ()رددت
55
Untuk menunjukkan dual, kadang diikuti kata
itnên.
terlalu cepat, dan hanya saja hal tersebut jarang Muhammad bin Ibrahim, Fiqh Lughah, h. 269-
59
terjadi. 273.
minîn ()منين أين+ منminîn ( )منينmerupakan akronim dari من dengan ( ). Kelima, intonasi biasa atau
أينyang artinya “dari mana”.
fîn ()فين أين+ فيAkronim ini bermakna “di mana”. datar, yang dilambangkan dengan ( ).60
malaksh ()مالكش شيئ+ لك+ ما Dalam Arab ‘âmiyah dialek Mesir,
‘ashan ()عشان شأن+ ‘ علىashan ( )عشانdan alshan ()علشان
memiliki makna yang sama. Arti intonasi dapat berfungsi membedakan
akronim dari kedua kata tersebut yaitu
“agar/karena”. makna kalimat, yaitu dapat berfungsi
‘alshan ()علشان -
شأن+ على
ّ +ل sebagai kalimat pernyataan positif, negatif,
lîh ()ليه شيئ+ أي Akronim lîh ( )ليهdigunakan untuk
هذا+ makna “kenapa”. deklaratif maupun introgatif, seperti
kamân ()كمان kamân merupakan akronim dari (كما
كان+ كما
كان+) yang menunjukkan makna “lagi/ kalimat ( تاكلين فتزtaklîna fizza). Kalimat
juga”.
ayuwa ()أيوه وهللا+ ايKata tersebut merupakan hasil akronim
tersebut jika diungkapkan dengan intonasi
dari ( إي وهللاiy wallâhi) yang secara literal datar, maka menunjukan makna kalimat
artinya adalah “iya demi Allah”. Naht
tersebut digunakan sebagai pengganti deklaratif, sedangkan jika diungkapkan
dari kata “ ”نعمdalam fushhâ.
ّ )
lissa (لسة ساعة+ لlissa merupakan akronim (naht) dari dengan intonasi naik, maka bentuk kalimat
ساعة+ لuntuk menunjukkan makna
“belum” ()لم يحصل لهذه الساعة
tersebut adalah kalimat introgratif. Intonasi
ih ()ايه هو+ شيئ+ أيih ( )ايهadalah kata tanya dalam ‘âmiyah sering digunakan dalam ‘âmiyah, sebagai
sebagai pengganti dari kata tanya “”ماذا,
seperti “takli ih”. pengganti dari huruf-huruf introgatif
dilwa’ti ()ذ الوقت الوقت+ هذاdilwa’ti merupakan akronim dari هذا
الوقت+. Dalam dialek Saudi dituturkan (istifhâm) dan huruf yang menunjukan
ma’lîsh ()معليش
“dahîn”.
+ عليك+ ماma’lisy ( )معليشberarti “tidak ada
bentuk negasi (nafyi). Perbedaan intonasi
شيئsesuatu bagimu/atasmu”. Akronim
tersebut berarti “tidak apa-apa/no
disamping dapat merubah bentuk kalimat,
problem” dapat pula merubah makna seperti yang
makansh ()مكانش شيئ+ كان+ ماNaht ini bermakna “bukan/tidak” untuk
makna lampau, sedangkan untuk masa terjadi dalam budaya Indonesia, yaitu dalam
sekarang/akan datang yaitu maykunsh,
contoh: baba makansh ma’aya embâreh. pengucapan salam ()السالم عليكم. Ungkapan
kida ()كدة هكذاkida merupakan naht dari هكذاyang
bermakna “seperti ini’. salam jika dilafalkan dengan intonasi
aho هو+ هذاNaht ini berasal dari (هو+ )هذاbiasa
diakronim menjadi hahuwa. Dalam
naik, maka lawan bicara akan menjawab
‘âmiyah disingkat menjadi aho. وعليكم السالم, sedangkan jika diungkapkan
ahe هي+ هذاNaht ini berasal dari (هي+ )هذاbiasa
diakronim menjadi hahiya. Dalam dengan intonasi naik turun -apalagi jika
‘âmiyah disingkat menjadi ahe.
balash ()بالش شيئ+ ال+ بnaht ini bermakna “jangan”, seperti: dalam pengucapannya sambil terbata-bata-
“balash tikdib ‘alayya, balash tâkhud
alami” (jangan ambil penaku). maka yang mendengar akan jawab "maaf"
jika mereka enggan untuk memberi karena
Intonasi (Tanghîm) biasanya yang melafalkan seperti demikian
Intonasi (tanghîm) disebut dengan adalah tunawisma. Kalimat introgatif dalam
suprasegmental phoneme karena tidak ‘âmiyah Mesir lebih sering menggunakan
berwujud secara tertulis, namun wujudnya intonasi dibanding menggunakan partikel
berupa tekanan tertentu (tone). Intonasi yang menandakan kalimat tanya.
adalah naik turunnya suatu ungkapan
untuk mengekspresikan suatu infromasi Panjang Pendek Bunyi Bahasa
dari pemberi informasi kepada penerima Dalam bahasa Indonesia, panjang
informasi (mukhâthab). Intonasi terdapat pendek dalam menuturkan sebuah bunyi
lima macam, yaitu pertama intonasi naik, suatu kata dapat merubah volume arti
yang digambarkan dengan ( ). Kedua, kalimat, seperti kalimat "Rumah Adi jauh".
intonasi turun, yang dilambankan dengan Kalimat tersebut akan berbeda tingkat
( ). Ketiga, intonasi naik turun yang jauhnya jika dituturkan dengan kalimat
dilambangkan dengan ( ). Keempat,
intonasi turun naik, yang dilambangkan A. Sayuti Anshari Nasution, Bunyi Bahasa, h.
60
129.
"Rumah Adi jauuuh". Dalam dialek Mesir, 8 prenomina subjek dan objek. Untuk
untuk mengungkapkan bahwa suatu merubah volume arti kalimat dalam dialek
makanan itu enak dengan ungkapan "el-akl Mesir digunakan repetisi pada kata sifat
dah helwa awi", kemudian pembicara ingin yang menyifati kata benda, seperti el-akl
menekankan bahwa makanan itu benar- da helwa awi awi. Struktur kalimat negatif
benar enak bahkan enaknya tiada duanya diberi tambahan ma sebelum verba dan
bukan dengan cara memanjangkan vokal diberi sufiks berupa konsonan shin. Akan
pada kata awi, seperti "el-akl dah helwa tetapi, jika berupa nomina maka diberi kata
awiiii", melainkan dengan repetisi sehingga musy/misy sebelum nomina, seperti musy
seharusnya ungkapan tersebut dituturkan fâhim. Untuk menunjukkan makna larangan,
menjadi "el-akl dah helwa awi awi awi". diggunakan kata balâsh yang berada di
Selain menggunakan kata “awi”, dapat juga awal kata sebagai pengganti dari lam nahiy
ّ
menggunakan kata “giddan” ()جدا. pada fushhâ, dan verba geminate (muḍa’af)
ketika diberi suffix pronoun, seperti radadtu,
Simpulan radadti, radadtum dalam BAF, maka dalam
Penelitian ini berkesimpulan bahwa BADM dituturkan menjadi raddît, raddîti,
adanya ragam fonologis dan morfologis raddît. []
dalam ‘âmiyah Mesir dapat memudahkan
pelafalan sehingga komunikasi menjadi Daftar Rujukan
efektif dan efisien. Pemudahan dalam
‘Abduh, Dawud, Dirâsât fi ‘Ilmi Ashwât al-
pelafalan sebenarnya sudah ada sejak
‘Arabiyyah, Oman: Dâ� r Jarî�r, 2010.
dibentuknya kaidah bahasa Arab. Dalam
hal ini, i’lâl menjadi salah satu cara Abdel Hady, Ahmed, Egyptian Arabic
untuk mempermudah pelafalan tersebut. Phrasebook, New York: Rough Guides
Dalam BADM terdapat ragam fonologis Ltd, 2006.
dan morfologis berupa pergantian bunyi Abdul Wahab, Muhbib, Metode Penelitian
(konsonan interdental menjadi alveodental, dan Pembelajaran Nahwu (Studi Teori
konsonan glottal menjadi vokal panjang atau Linguistik Tammâm Ḥassân), Jakarta:
semi vokal, konsonan uvular menjadi glottal, SPs UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
konsonan alveopalatal menjadi dorsovelar),
Alfozan, Abdulrahman Ibrahim, Assimilation
penambahan bunyi (baik berupa protesis,
in Classical Arab: A Phonological Study,
epentesis maupun paragog), pelesapan
Glasgow: University of Glasgow, 1989.
bunyi (deletion/syncope), metatesis, dan
akronim (naht). al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim, Fiqh
Intonasi berfungsi untuk membedakan Lughah, Riyâ� dḥ� : Dâ� r ibni Khuzaimah,
kalimat deklaratif, interogatif, dan kalimat 2005.
positif maupun negatif. BADM memiliki Badri, Kamal Ibrahim, al-Ashwât wa al-
jumlah vokal lebih banyak daripada Arab Nizhâm al-Shaut Mutbiqan 'ala al-lughah
fushhâ, yaitu lima vokal pendek dan al-'Arabiyah, Riyâ� dḥ� : al-Maktabah
lima vokal panjang. BADM tidak sedikit Jâ� mi'ah al-Malik Su'û� d, 1982.
mengadopsi kosakata asing, seperti villa,
BBC Team, Levantine Arabic, Melbourne:
cake dan sebagainya. BADM tidak memiliki
Lonely Planet Publication, t.th.
silabel akhir berupa CVV, dan hanya memiliki
Bisyr, Kamal, ‘Ilm al-Ashwâ� t, Kairo: Dâ� r Kenstowicz, Michael Phonology in Generative
Gharî�b, 2000. Grammar, Cambridge: Oxford: Blackwell,
Farwaneh, Samira, “Toward a Typology 1994.
of Arabic Dialects: The Role of Final Khalil, Ibrahim, Madkhal Ilâ ‘Ilmi al-Lughah,
Consonantality”, Journal of Arabic and ‘Amman: Dâ� r al-Masî�rah, 2010.
Islamic Studies, vol. 9, Arizona: University
Nasution, A. Sayuti Anshari, Bahasa Arab
of Arizona, 2009.
Dialek Mesir, Jakarta: PT. Siwibakti
Haddad, Youssef A., “Dialect and Standard in Darma, 2012.
Second Language Phonology: The Case
Nasution, A. Sayuti Anshari, Bunyi Bahasa
of Arabic”, SKY Journal of Linguistics, No.
Arab. Jakarta: Amzah, 2012.
19, 2006.
van Dam, Nikolaos, “Arabic Loan-word
Hamid, A. H. M., A Descriptive Analysis of
in Indonesian Revisited”, Jurnal Ilmu
Sudanese Colloquial Arabic Phonology,
Pengetahuan Budaya, Depok: Universitas
Urbana: University of Illionois, 1984.
Indonesia, 2009.
Hassan, Tammam, Manâhij al-Bahtsi fi al-
Watson, Janet. C. E., The Phonology and
Lughah, Kairo: Maktabah Anglo, 1990.
Morphology of Arabic, New York: Oxford
Hilal, Abdul Ghafar Hamid, al-Shautiyât al- University Press, 2007.
Lughawiyyah, Kairo: Dâ� r al-Kitâ� b al-
Woidich, Manfred dan Liesbeth Zack,
Hadî�ts, 2008.
“The g/ǧ� Question in Egyptian Arabic
Kamaluddin, Hazim ‘Ali, Dirâsah fi ‘Ilmi Revisited”, Studies in Semitic Languages
al-Ashwât, Kairo: Maktabah al-Adâ� b, and Linguistics, Vol. 53 (2009)
1999.
Karim, Muhammad Riyadh, al-Muqtaḍab fi
Lahajât al-‘Arab, Kairo: tp, 1996.