Anda di halaman 1dari 29

1

( RAGAM DIALEK ARAB )



A. Pendahuluan
Bahasa Arab sebagai bahasa yang digunakan sebagian besar penduduk di
kawasan Timur Tengah merupakan bahasa yang memiliki sejarah yang
panjang. Bahasa yang merupakan rumpun dari bahasa semitik yang muncul
dari daerah yang sekarang menjadi daerah Arab Saudi termasuk dalam bahasa
terbesar dari segi jumlah penutur. Ia mengalami penyebarannya yang sangat
signifikan pada masa Islam berkuasa dan menguasai berbagai negara Timur
Tengah. Sehingga bahasa Arab memegang peran yang sentral pada
pembentukan kosa kata baru dalam berbagai bahasa seperti bahasa Barbar,
Kurdi, Parsi, Swahili, Hindu, Turki dan sebagainnya
Dalam perkembangannya yang disertai dengan semakin meluasnya
wilayah muslim yang meliputi daerah Arab sendiri bahkan sampai pada
daerah non-Arab telah membuat suatu tabiat berbahasa yang berbeda-beda
dengan bahasa Arab aslinya. Sebuah kebiasaan berbahasa yang menimbulkan
kerancuan dalam mengungkapkan bahasa Arab dalam komunikasi sehari-hari.
Hal tersebut banyak disebabkan oleh adanya perbedaan letak geografis dari
setiap suku dalam wilayah Islam, yang pada dasarnya bahasa Arab mengacu
kepada penggunaan dialek Quraisy sebagai standar penggunaan bahasa pada
waktu itu. Perbedaan kebiasaan berbahasa tersebut memunculkan fenomena
baru yaitu perbedaan dialek dalam bahasa Arab.
Melihat pentingnya masalah dialek ini, pada makalah ini akan dibahas
hal-hal yang berkaitan dengan : Apa pengertian dialek Arab? Apa saja
macam-macam dialek Arab? Apa saja faktor-faktor terbentuknya dialek?

2

B. Pembahasan.
1. Pengertian Dialek
Secara bahasa dialek berarti bahasa daerah setempat; logat . Dalam
bahasa arab dialek berarti lahjah (). Yakni kebiasaan manusia dalam
berucap dengan cara khusus. Sedangkan secara istilah, lahjah sebagaimana
yang dikemukakan oleh Ibrahim Anis adalah :
1

Yakni kumpulan atau sekelompok dari beberapa sifat atau ciri bahasa
yang berkembang pada suatu lingkup tertentu dan bercampur pula segala
sifat atau ciri dari masing-masing lingkup dialek daerah tersebut.
Menurut Hasan Shadily, Dialek (Yunani: dialektos), logat setempat
atau sedaerah yang berbeda dengan bahasa baku (standar), karena kelainan
ucapan dan aturan-aturan tata bahasa . Dialek ( ) menurut Para ahli
bahasa Arab adalah bahasa dan huruf yang digunakan oleh sekelompok
orang dalam rumpun tertentu yang menyebabkan adanya perbedaan ucapan
bahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya.
2

Dari pengertian di atas menunjukkan adanya perbedaan yang jauh
antara bahasa dan dialek, karena dialek lingkupnya lebih kecil dari pada
bahasa itu sendiri. Dengan mengetahui dialek seseorang maka akan mudah
bagi kita untuk mengetahui dari mana ia berasal. Misal, dengan
menggunakan dialek Aceh, Lombok atau lainnya.


1
Ibrahim Anis, Lahjat Arabiyyah, (Kairo, Maktabah Misri : 1973 ), h. 16
2
http://ibnumunaj.blogspot.com/2011/01/dialek-arab.html?zx=acf769483c8f36a7
3

Begitu juga dengan apa terjadi di Arab. Sebagaimana di Indonesia, di
Arab juga ditemukan banyak dialek, sehingga mempermudah bagi siapapun
untuk mengetahui dari mana orang tesebut, dengan meneliti dari dialek yang
ia ucapkan.
Sedangkan ragam dialek merupakan sekelompok penutur yang
jumlah relative, yang berbeda pada suatu tempat, wilayah maupun area
tertentu, baik secara regional maupun secara geografis. Dari ragam dialek
inilah yang membuat perbedaan yang mencolok antar daerah, walaupun
bahasa yang di gunakan sama.
2. Macam-Macam Dialek Arab
Masyarakat Arab adalah masyarakat yang dulunya nomaden. Mereka
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari
sumber-sumber kehidupan. Nah, kabilah-kabilah Arab tersebut menyebar ke
berbagai tempat dan mempunyai cara bertutur kata atau dialek masing-
masing.
Dialek orang Arab terbagi menjadi dua, yaitu dialek suku-suku yang
mendiami perkotaan (hadlari) dan suku-suku di pedesaan (badawi). Suku-
suku badawi menempati Jazirah Arab sebelah timur, seperti Ubail, Thaif,
sampai ke Najed, sekarang Riyadh.
Dialek mereka cenderung kuat, menggunakan penekanan atau syiddah
dalam berkata-kata. Dalam pengucapan hamzah, misalnya, harus jelas.
Huruf hamzah pada pengucapan kata a-andzartahum atau al ardlu
benarbenar terucapkan.
Di sisi lain, mereka suka mempersingkat kata-kata. Misalnya,
yalamuma, mereka singkat menjadi yalamma. Kata fihi hudan menjadi
fiihudan. Suku-suku perkotaan atau hadlari menempati wilayah barat, seperti
Hijaz, Makkah, Madinah, dan juga Syam. Tingkat pertemuan orang-orang
perkotaan dengan masyarakat luar yang begitu intens membiasakan mereka
4

berbicara lambat dan tidak keras. Oleh karena itu, cara pelafalan huruf
hamzah, misalnya, cenderung dilemahkan. Misalnya aandzartahum menjadi
aandzartahum, kata yuminuun menjadi yuuminun. Fenomena ragam dialek
Arab pada umumnya dipengaruhi oleh kebiasaan artikulasi bunyi.
Dr. Ramdhan Abdul al-Tawwab dalam bukunya Fushul fi fiqh al-
Lughah menjelaskan bahwa ada 19 macam lahjat arab dan penutur masing-
masing lahjat tersebut, yaitu :
1. Lahjah Al-Istintha ()
Lahjah al-Istinth adalah perubahan ain sukun yang terletak
ditengah-tengah kata menjadi nun. Misalnya adalah kata ath
yang berarti memberi, berubah menjadi anth dengan makna yang
sama. Penggunaan lahjah ini dapat ditemukan pada kabilah Saad bin
Bakar, Huzail, Uzdz, Qays, dan al-Anshari. Disebutkan oleh
Abdurrahman Ayyub bahwasannya penutur lahjah ini merupakan kabilah
yang berada di jalan antara yaman dan syam atau dari sebelah selatan ke
utara sebagaimana terjadinya musim gugur dan semi berjalan

2. Lahjah At-Tadhajju ()
Lahjah al-Tadhajju, merupakan masdar Tadhajju f al-Amri
yang artinya menunda-nunda dan tidak mengerjakan sesuatu. Kata at-
tadhajju lebih mendekati makna malas dan juga lambat Disebutkan
bahwa makna lahjah ini adalah kasru kharfi al-mudhraah yang dikenal
dengan Taltalah Penamaan ini dinisbatkan kepada tsalab dan ibnu jinny
pada kabilah Qays
3. Lahjah At-Tiltilah ()
Lahjah at-Tiltilah, adalah perubahan harakat kharf mudhriah
menjadi kasrah dinisbahkan kepada kabilah Bahra.
5

Contohnya , (di baca Ilamu dan Nilamu) Abu Amru
yang dikutip dari Kamus Lisan al-Arab mengatakan bahwa ta dan nun
mudhari dibaca kasrah dalam bahasa Qays Tamim, Asad, Rabiah dan
umumnya bangsa Arab. Sedangkan bagi orang Hijaz tetap membaca
fathah
4. Lahjah Ar-Ruttah ()
Lahjah ar-Ruttah, adalah tergesa-gesa dalam berbicara dan sedikit
memperhatikan kaedah. Lahjah ini sesuai dengan al-lakhalkhniyah
dengan memendekkan harakat dan menghilangkan hamzah. Penamaan
lahjah ini biasanya disebut furtiyah Iraq atau lakhlakhniyah Iraq
sebagai ganti dari ruttah Iraq yang dinisbahkan kepada penduduk Iraq.
5. Lahjah As-Syansyanah ()
Lahjah as-Syansanah adalah perubahan huruf kaf yang terletak
diakhir kata menjadi syin kalimat syansyanah berarti suara yang
dihasilkan dari gesekan dedaunan atau suara dari pakaian yang baru
sehingga suara syin lebih dekat dari dua hal tersebut
Misalnya, kata labbaika yang berarti akau memenuhi
panggilanmu, berubah bentuk menjadi labbaisya dengan makna
yang sama. Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Yaman.
Disebutkan oleh Masudi bahwasannya lahjah ini dinisbahkan pada
kabilah Syakhr di daerah hadaramaut di sebelah selatan. Tapi disebutkan
juga oleh Hifni Nasif bahwa lahjah ini juga terdapat di daerah Islam
Timur yaitu di Syarwedah dan Zankalu.
6. Lahjah At-Thamthamniyah ()
Lahjah At-Thamthamniyah, adalah perubahan lam tarif menjadi
mim. Penamaan ini dinisbahkan kepada kabilah Thayi, Azd, dan kepada
kabilah Humair dari Yaman di Selatan Jazirah Arab. Lahjah at-
Thamthamniyah merupakan salah satu bentuk lahjah Arab yang
ditemukan dalam bahasa Himyar.
6

Disebutkan oleh Ibnu Saidihi bahwasannya thumthum bukan
termasuk bahasa Arab, bahasa ini termasuk bahasa yang tidak jelas
menurut para ulama lughah. Menurut Tsalab pemahaman terhadap
bahasa ini sangat terbatas sebagaimana dalam penggunaan sebagai
adt li al-tarf
Sebagai contoh riwayat an-Namir Bin Tub bahwasanya Rasulullah
SAW berbicara dengan bahasa ini dalam haditsnya :
maksudnya adalah . Mereka membaca al- yang
melekat pada isim atau kata benda dalam bahasa Indonesia menjadi am-,
misalnya dalam kalimat thba amhaw padahal yang mereka
maksud adalah thba al-haw. Lahjah ini kadang-kadang
disifatkan kepada masyarakat Yaman, dan juga kepada masyarakat Persia.
7. Lahjah Al-Ajrafiyah ()
Lahjah al-ajrafiyah merupakan suatu bentuk percakapan yang
kering (Yang dimaksud dengan bahasa yang kering di sini adalah sifat
berbahasa yang lebih cenderung kepada cara berbicara yang keras dan
berat dan kering, pembicaranya cenderung untuk menebalkan suara dan
mengeraskannya, seolah-olah mereka memenuhi dada, tengorokan, dan
mulut mereka dengan suaranya sehingga terdengar sangat kuat dan
membuat sakit pendengaran).
Lahjah ini dinisbahkan kepada kabilah Dhabbah () sebagaimana
dikatakan oleh Tsalab dan Jarmiy. Kabilah ini merupakan kabilah bangsa
Badui yang selalu menjaga kebiasaan-kebiasaan lama mereka walaupun
Islam telah berkuasa. Kabilah Dhabbah sendiri merupakan kabilah
pedalaman yang masih termasuk dalam kabilah-kabilah Jamart.
karakteristik penduduk pada kabilah ini memiliki sifat keras dan ulet
dalam segala hal.


7

8. Lahjah al-Ajajah ()
Lahjahal-Ajajah adalah perubahan ya musyaddadah (bertasydid)
yang terletak diakhir kata menjadi jim. (Tetapi dalam hal penempatan ya
() yang dirubah menjadi jim () masih terdapat perbedaan pendapat
antara para ulama. Perbedaan tersebut berkisar antara ya yang memiliki
pelafadzan yang ringan atau ya yang bertasydid dan berat sebagaimana
diriwayatkan oleh Suyuti. Abu Umar mengatakan bahwasannya
perubahan juga terdapat pada ya yang khafif dan juga ya yang siddah).
Penggunaan lahjah ini, hanya ditemukan pada bahasa Qadhah.
Lahjah ini masih bertahan hidup sampai sekarang, yaitu di Jazirah Arab
sebelah selatan pada bahasa Tigre di negara Habasyah Selatan. Misalnya,
sebagaimana dikatakan oleh Tsalab :( :
) kata tamimy (doble huruf ya) yang berarti orang yang
berasal dari suku Tamim, berubah menjadi tamimij dengan makna
yang sama.
9. Lahjah al-Ananah ()
Lahjahal-Ananah adalah perubahan hamzah yang terletak di awal
kata menjadi ain. Misalnya: kata aslama yang berarti masuk Islam,
berubah menjadi aslama dengan makna yang sama. Penggunaan
lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Tamim, bahasa Qays, Asad dan
kabilah-kabilah yang ada di sekitarnya.
Para ulama berbeda pendapat tentang posisi hamzah yang akan
berubah menjadi ain, sebagian berpendapat bahwa hamzah yang
dimaksud hanyalah hamzah maftuhah saja ( ), Suyuti mengatakan
bahwasannya hamzah tidak hanya yang maftuhah tetapi mencakup semua
hamzah permulaan dalam sebuah kata.
10. Lahjah al-Gamgamah ()
Lahjahal-Gamgamah, yaitu mendengar suara tetapi tidak jelas
potongan-potongan hurufnya. Ibn Duraid berkata ghamghamah
8

sepertihamhamah yang berarti percakapan yang tidak jelas, seperti suara
para pendekar dalam peperangan. Al-Mubarrid mengatakan bahwasannya
ghamghamah berarti mendengarkan suara yang tidak jelas pemotongan
katanya. Penamaan ini dinisbahkan kepada kabilah Qadhaah.
11. Lahjah al-Fahfahah ()
LahjahAl-Fahfahah adalah perubahan kha menjadi ain. Misalnya,
kata tahtahahu yang berarti menggerakkan, berubah menjadi
tataahu dengan makna yang sama; kata yang makna dengan Arisah
menjadi berubah penjaga berarti yang Harisah sama. Misal
yang lain adalah yang bermakna Penggunaan lahjah ini hanya
ditemukan pada bahasa Huzail pada bukunya al-hama.
12. Lahjah al-Quthah ()
Al-quthah dalam lisan merupakan kecenderungan yang besar untuk
memendekkan kalimat dalam an-nid. Lahjah ini merupakan bentuk
tarkhm (melembutkan perkataan sehingga menjadi lebih mudah untuk
diucapkan). seperti: dari dan dari .
Lahjah ini merupakan lahjah yang ada pada kabilah Thayi,
sebagaimana disebutkan oleh Al-Khalil bahwasannya Al-Quthah pada
Thayi sebagaimana Al-Ananah pada kabilah Tamim.
13. Lahjah al-Kaskasah ()
Menurut Al-Farra, Lahjah al-Kaskasah adalah perubahan kaf
khithabmudzakkar menjadi sin, Misalnya, kata alaika dibaca alaikas;
kata minka dibaca minkas. Menurut Tsalabi lahjahkaskasah
merupakan representasi dari pengucapan kaff muaants menjadi sin,
misalnya:

Istilah al-kaskasah merupakan wujud perubahan


bacaan kaf khitb menjadi sin.
Penggunaan lahjah ini, hanya ditemukan pada kabilah bakr ibn wail
sebagaimana dikatakan oleh Tsalabi dan Mubarrid, kabilah Rabiah dan
kabilah Mudhar sebagaimana dikatakan oleh Al-Farra.
9

14. Lahjah Al-Kisykisyah ()
Lahjah Al-Kisykisyah adalah bentuk perubahan kf
khithbmuannats dalam waqaf menjadi syin, misalnya kata biki dibaca
bikasy, dan kata alaiki dibacaalaikasy. Lahjah semacam ini hanya
digunakan pada saat waqaf. Selain itu, ada juga yang menggunakan pada
saat washal dengan cara tidak menyebutkan kfkhithb dan
mengkasrahkannya ketika washal dan mensukunkannya pada saat waqaf.
Misalnya, kata alaiki dibaca alaisyi ketika washal, dan dibaca
alaisy ketika waqaf.
Dalam lahjah ini terdapat beberapa pembagian diataranya adalah :
(1) dengan menetapkan syin dalam keadaanya pada waktu waqaf,
(2) dengan menetapkan syin pada keadannya pada waktu wasal
(3) kharf kf dirubah menjadi syin dengan mengkasrahkanpada saat waqaf
dan mensukunkannya disaat wasal.
Penggunaan lahjah semacam ini hanya ditemukan pada kabilah
Rabiah dan kabilah Mudhor, kabilah bani Umar Ibn Tamim, kabilah
Bakr Ibn Wail, dan ns min asad.
15. Lahjah al-lakhlakhniyah ()
Menurut Suyuti, Al-Lakhlakhniyah berarti menyirami tengorokan
setelah kehausan. Misalnya: kata yang menjadi lahjah ini
merupakan lahjah yang terdapat di daerah Bani Sakhr dan Oman
walaupun pada dasarnya merupakan bahasa yang rusak untuk daerah
jazirah Arab bagian selatan.
16. Lahjah al-watmu ()
Al-Watmu merupakan bentuk dari perubahan huruf sin menjadi ta
misalnya adalah perkataan Alba Ibnu Arqam :
) : (
) :(
10

Diriwayatkan bahwa lahjah ini merupakan lahjah bagi kabilah-
kabilah di Yaman yang menunjukkan pada kecenderungan pada suara
siddah ada dua kabilah yang terkenal dan banyak menggunakan lahjah ini
diantaranya adalah kabilah Khatsam dan kabilah Zubaid.
17. Lahjah Al-Wakm ()
LahjahAl-Wakm adalah perubahan harakah kaf menjadi kasrah
apabila didahului huruf ya atau harakahkasrah. Misalnya, kata
alaikum berubah menjadi

alaikim dengan makna yang sama, kata


bikum berubah menjadi bikim dengan makna yang sama Penggunaan
lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Rabiah, bahasaKalb, Ns, dan
Wail Ibn Bakr.
18. Lahjah Al-Wahm ()
LahjahAl-Wahm adalah perubahan harakah ha menjadi kasrah
apabila tidak didahului huruf ya atau harakah kasrah. Misalnya, kata
anhum berubah menjadi

anhim dengan makna yang sama; kata


minhum berubah menjadi minhim dengan makna yang sama.
Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Rabiah dan bahasa
Bani Kalb.
19. Lahjah al-Muqabah ()
Lahjah al-muqabah merupakan salah satu fenomena lahjah yang
khusus dalam bahasa Arab, tetapi merupakan hal biasa dalam bahasa
Samiyah dikarenakan adanya kedekatan antara waw dan ya atau dhamah
dan kasrah dalam lahjah ini. Bentuk kedekatan dua unsur dalam lahjah
ini berada pada dua tempat yaitu pada ainu al-shighah
11

misalnya: , dan l al-shighah, misalnya:
. Contoh lain yaitu:

3

Lahjah-lahjah tersebut bisa kita kelompokan menurut ragam
perubahan nya, yaitu perubahan yang terjadi pada huruf, perubahan bunyi
harakat dan perubahan bentuk kata. Selain itu, ada beberapa lahjah yang
sama bentuk perubahannya meskipun berbeda istilah lahjah nya. Berikut
klasifikasi berdasarkan perubahan diatas.
1. Perubahan pada Huruf
Yang termasuk pada kategori ini adalah:
a. LahjahAl-Isthintha ()
b. Lahjah Al-Fakhfakhah ()
c. Lahjah Al-Syansyanah ()
d. Lahjah At-Thamthamaniyah ()
e. Lahjah Al-Ajajah ()
f. Lahjah Al-Ananah ()
g. Lahjah Al-Watmu ()
h. Lahjah Al-Kaskasah ()
i. Lahjah Al-Kisykisyah ()
2. Perubahan pada Harakat
Lahjah yang termasuk pada kategori ini adalah sebagai berikut:
a. Lahjah At-Tadhajju () lahjah ini juga disamakan dengan
Lahjah At-Tiltilah ()
b. Lahjah Al-Wakmu ()
c. Lahjah Al-Wahmu ()


3
Ramdan Abdul al-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-Arabiyyah, ( Kairo : Maktabah al-
Khanji, 1980.) h. 120-152
12

3. Perubahan pada Bentuk Kata
Lahjah yang termasuk pada kategori ini adalah sebagai berikut:
a. Lahjah Ar-Ruttah () yang disamakan dengan Lahjah Al-
Lakhlakhaniyah ()
b. Lahjah Al-Quthah ( )
c. Lahjah Al-Muaqabah ()
Selain tiga katagorisasi diatas, terdapat lahjah yang ciri dari
perbedaannya dengan lahjah yang lain adalah dikarenakan bunyi suara yang
dikeluarkan ketika mengucapkan suatu kalimat atau kata. Bentuk perbedaan
bunyi suara itu bisa dengan bunyi suara yang kering, keras dan berat dalam
bertutur kata sebagaimana terjadi pada Lahjah Al-Ajrafiyah ( )
atau pun bisa berupa suara yang tidak jelas terdengar pengucapannya atau
pemotongan katanya seperti yang terjadi pada Lahjah Al-Gamgamah
().
Dari kesembilan belas macam lahjah yang dijelaskan di atas terlihat
bahwa perbedaan-perbedaan itu muncul karena keragaman bangsa Arab itu
sendiri. Setiap kabilah atau suku tentu saja punya kelebihan dan keterbatasan
dibanding dengan kabilah yang lainya.
Ibnu Faris memberi kontribusi pemikiran kepada kita, bahwa dari
bentuk lahjah beberapa kabilah Arab hanya didasarkan pada enam belas
penting yang membedakan antara lahjah yang satu dengan lahjah yang
lainnya.
4
Keenam belas bentuk tersebut adalah :
1) perubahan harakah,
2) perbedaan harakah dan sukun,

4
Ibnu Faris, al-Shahib fi Fiqh al-Lugah al-Arabiyah, (Beirut: Maktabah al-Maarif,
1993 M/1414 H), hal. 56.

13

3) perbedaan dalamhal pergantian huruf,
4) perbedaan taqdim dan takhir huruf,
5) perbedaan dalam hal hadzf dan itsbat,
6) perbedaan penggantian huruf shahih dengan huruf mutal,
7) perbedaan dalam hal qiraat, imalah, dan tafkhim,
8) perbedaan huruf sukun di depan,
9) perbedaan mudzakkar dan muannats,
10) perbedaan idgam,
11) perbedaan Irab,
12) perbedaan dalam bentuk jamak,
13) perbedaan dalam hal al-tahqiq dan alikhtilas,
14) perbedaan dalam hal penyebutan ha (ta al-marbutha) menjadi ta
tanits,
15) perbedaan dalam hal ziaydah, dan
16) perbedaan dalam hal al-tadhad (antonym kata).
Dibawah ini akan dijelaskan secara sederhana perbedaan lahjah tersebut:
a. Perubahan harakah
Perbedaan harakah merupakan style lahjah yang ditemukan dalam
bahasa Arab, misalnya, kata nastain (), yaitu huruf nun pada awal
kata dibaca fathah, dan kata nistain, yaitu huruf nun pada awal kata dibaca
kasrah. Menurut al-Farra bahwa nun dibaca fathah pada kata nastain
hanya ditemukan pada bahasa Quraisy, sedangkan nun dibaca kasrah pada
kata nistain ditemukan pada bahasa Asad.
b. Perbedaan harakah dan sukun
Perbedaan harakah dan sukun merupakan salah satu bentuk lahjah
ditemukan dalam berbagai bahasa Arab, misalnya kata maakum dan kata
makum . ( - ) Kata maakum bentuk harakahnya fathah atau
mutaharrik pada huruf ain, sedangkan pada kata makum huruf ainnya
14

berharakah sukun. Dalam hal ini belum ditemukan secara outentic di suku
atau bahasa mana perbedaan ini digunakan.
c. Perbedaan dalam hal pergantian huruf
Perbedaan dalam hal pergantian huruf dalam berbagai kata juga
merupakan bentuk lahjah Arab, misalnya kata anna zaidan ( ) dan
anna zaidan ( ). Perbedaan kedua bentuk lahjah tersebut adalah
perubahan alif pada kata anna menjadi ain pada kata anna. Perbedaan ini
hanya disebabkan oleh faktor fonetik saja tetapi memiliki maksud yang
sama.
d. Perbedaan taqdim dan takhir huruf
Perbedaan taqdim dan takhir huruf dalam berbagai lahjah Arab juga
sering ditemukan dalam beberapa bentuk kata, misalnya kata shiqah
() dan shqiah (). Perbedaan kedua bentuk lahjah tersebut
terdapat pada huruf kedua dan ketiga setelah ziydah alif. Bentuk pertama
pada kata shaiqah yang berasal dari susunan fonetik sha-alit (zaidah)-ain-
qaf-ta al-marbuthah, huruf ain terlebih dahulu dari pada huruf qaf, sedang
pada kata shaqiah yang berasal dari susunan fonetik shaalif( zaidah)-qaf-
ain-ta al-marbuthah, huruf qaf lebih didahulukan dari pada huruf ain,
tanpa terjadi adanya perubahan makna.
e. Perbedaan dalam hal hadzf dan itsbt
Perbedaan dalam hal al-hadzf dan al-itsbt dalam lahjah Arab
merupakan suatu hal yang biasa dan sering kita jumpai dalam berbagai
bahasa yang terdapat di semenanjung Arabiyah, misalnya, kata istahyaitu
()dan istahitu () dan kata isdadtu dan sadadtu. Pada kata
istahaitu (hamzah-sin-ta-ha-ya-ta{dibaca tu}) telah mengalami al-hadzf
atau pembuangan satu huruf, yaitu huruf ya yang terletak setelah ha dan
sebelum ya yang kedua dari kata istahyaitu (hamzah-sin-ta-ha-ya-ya-ta
{dibaca tu}). Sedangkan pada kata isdadtu (hamzah-shad-dal-dal-ta) dan
sadadtu (shaddal- dal-ta) tidak mengalami pembuangan huruf yang sejenis
15

seperti yang terdapat pada kata istahaitu dan istahyaitu. Meskipun kedua
example tersebut mengalami alhadzf maupun al-itsbat, manum tidak
mengalami perubahan makna secara khusus.
f. Perbedaan penggantian huruf shahih dengan huruf mutal
Perbedaan dalam hal penggantian huruf shahih dengan huruf mutal
juga masih ditemukan dalam berbagai lahjah Arab, misalnya, kata amma
zaidun ( )dan kata aima zaidun ( ). Kata amma merupakan salah
satu bentuk proses idgm, yaitu sautu proses akumulasi huruf sejenis,
kemudian terjadi perubahan huruf shahih (mim sukun pada kata a-m-m-a)
menjadi huruf mutal ya, seperti yang terdapat pada kata aima (a-im- a).
Meskipun terjadi perubahan dan pergeseran huruf, namun dari aspek
maknawi tidak mengalami perubahan.
g. Perbedaan dalam hal qiraat, imalah, dan tafkhim
Perbedaan dalam hal qirat, imlah, dan tafkhim merupakan salah
satu bentuk lahjah Arab, misalnya kata ram dan Qadh ( - ). Kata
rama merupakan susunan fonetik Ra-Ma-A, dalam qiraat Warsy semua
huruf ya yang terletak di tengah kata atau diakhir kata diuabah menjadi e
yang masyhur dengan istilah qirat imlah, sedangkan pada suku lain tidak
ditemukan qirat seperti itu dan tetap dibaca tafkhim. Sedangkan kata
qadh dibaca sama dengan kata rama dan kata-kata lain yang sejenis.
h. Perbedaan huruf sukun di depan
Perbedaan huruf sukun merupakan salah bentuk perbedaan lahjah
Arab, misalnya kata isytaraU al-dhallah ( ) dan isytaraI al-
dallah ( ). Pada kedua kata tersebut terdapat dua sukun, yaitu
sukun yang melekat pada huruf waw dan sukun yang melekata pada hurut
alif (al-). Sebagaian suku Arabiyah membaca U (dhommah) dan lagi
membaca I (kasrah).


16

i. Perbedaan mudzakkar dan muannats
Dalam membedakan bentuk mudzakkar dan muannats bagi sebagian
orang Arab masih ada hingga saat ini, misalnya kata al-Baqar () dan al-
khail (). Sebagaian orang memandang bahwa kedua kata tersebut adalah
mudzakkar, sehingga pada tingkat aplikatif mereka menggunakan dalam
pola kalimat seperti al-Baqar hdza dan al- Khail hdza. Namun sebagian
orang orang Arab menganggap bahwa kedua kata tersebut berbentuk
muannats, seperti dalam kalimat al-Baqar hdzihi dan al-Khail hdzihi.
j. Perbedaan Irab
Perbedaan Irab dalam berbagai lahjah Arab juga masih sering
ditemukan, misalnya dalam bentuk al-syath in. Pada tataran aplikatif syarth
in bisa menasab dan bisa merafa, misalnya in hdzni (dirafa) dan in
hdzaini (dinasab). Dalam Lisn al- Arab dikatakan bahwa, jika
ditatsniyahkan lafaz dzni, maka tidak boleh digabungkan keduanya karena
adanya sukun. Oleh karena itu, salah satu alifnya dibuang sehingga bisa
diirabkan. Namun, jika salah satu alifnya tidak dibuang, maka alif tersebut
tidak punya tempat dalam irab, misalnya dalam kalimat in hadzani
lasahirani ( ) dan in hadzaini lasahirani ( ).
k. Perbedaan dalam bentuk jamak
Perbedaan bentuk jamak dalam beberapa dialek Arab juga masih
sering ditemukan, misalnya kata Asr () dan asr (). Kata asr,
yaitu susunan fonetik hamzah-sin-ra-ya berbeda dengan kata asr, yaitu
susunan fonetik hamzah-sin-alif-ra-ya. Perbedaan di antara kedua kata
tersebut adalah kata asr mendapat ziydah alif di tengah kata, sedangkan
pada kata asr tidak ditemukan alif. Perbedaan seperti ini banyak
ditemukan diberbagai dialek Arab, hanya saja sejauh ini belum ditemukan
referensi yang autentik tentang hal ini.


17

l. Perbedaan dalam hal al-tahqiq dan al-ikhtilas
Perbedaan dalam hal al-tahqiq dan al-ikhtilas bagi beberapa dialek
Arab merupakan suatu hal yang lazim ditemukan, misalnya dalam konteks
kalimat yamurukum () dan yamurkum (). Kedua kalimat tersebut
sama-sama berbentuk mudhari, namun yang membedakan keduanya adalah
faktor tahqiq artinya tidak mengalami perubahan harakah pada bentuk
rafanya, sedangkan dalam dialek lain melakukan ikhtilash artinya harakah
dhommah pada mudhari tersebut dihilangkan dan diganti dengan sukun.
m. Perbedaan dalam hal penyebutan ha (ta al-marbutha) menjadi ta tanits
Perbedaan dalam hal penyebutan ha (ta al-marbutha) menjadi ta
tanits masih merupakan bentuk perbedaan warna dialek Arab khususnya
dalam hal waqaf, misalnya kata ummah (). Kata ummah merupakan
susunan artikulasi bunyi Hamzah- Mim Musyaddad-ta al-marbuthah, yang
kemudian dibaca ummat () yang merupakan susunan artikulasi bunyi
Hamzah-Mim Musyaddad-Ta Tanits Sakinah dalam dialek Arab lainnya.
Dari uraian di atas terlihat bahwa betapa kaya dan beragamnya
perbedaan yang ada dalam bahasa Arab. Bukan hanya mencakup masalah
harkat,, tetapi sampai pada masalah irab, thudhad, taqdim wa takhir, waqaf,
tazkir dan tanits dan sebagainya. Ini artinya, perbedaan-perbedaan itu bisa
dikaji melalui nahwu dan shrafnya ataupun dikaji melalui kajian dilalah
makna.

3. Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan Dialek
Keragaman dialek yang ada dalam bahasa Arab harus senantiasa
dimaknai sebagai khazanah umat islam. Pakar bahasa, Abdul Hamid Hilal
dalam bukunya al-Lahjat al-arabiyyah Nasy atan wa Tathawwuran,
18

menyatakan bahwa ada beberapa factor penting yang menjadi sebab
keragaman itu sehingga muncul perbedaan lahjat arabiyyah, yaitu
5
:
a. Faktor Sosial Politik
Luasnya wilayah pemerintahan dan banyaknya penduduk yang
mendiami suatu Negara, mengakibatkan sulitnya pemerintah untuk
menyatukan masyarakatnya, baik dalam bentuk pemikiran maupun
bahasanya. Selain itu, Terjadinya peperangan mempertemukan antara
bahasa orang yang memerangi dan yang diperangi. Hasilnya adalah,
terhapusnya salah satu bahasa secara mengakar atau penggabungan
diantara keduanya.
Bangsa Arab telah berperang ke banyak negri yang secara tidak
langsung juga memerangi bahasa penduduknya seperti bahasa
penduduk Iraq, Syam, Mesir, Maroko dan sebagian bahasa penduduk
bangsa jajahan lainnya. Dan banyak lagi bangsa yang melakukan hal
sama seperti yang dilakukan bangsa Arab. Terbentuknya dialek akibat
sebuah peperangan ditentukan dua kondisi, yaitu perang kecil dan
perang besar.
1) Perang Kecil yaitu peperangan dengan jumlah anggota yang sedikit,
ketika memenangkan ekspansi dapat terpengaruh dengan bahasa
penduduk asli yang jumlahnya lebih banyak. Dan terkadang bangsa
yang terjajah seringkali terpengaruh oleh mereka yang menjajah
khususnya pada kalimat-kalimat yang terkait dengan undang-
undang, peraturan ketentaraan seperti yang terjadi antara bangsa
Inggris terhadap Prancis.
2) Perang Besar yaitu peperangan yang dilakukan oleh pasukan yang
sangat banyak dan diikuti oleh gelombang pindahnya penduduk
yang memenangkan ke wilayah jajahan. Dimana sang penguasa

5
Abdul Ghaffar Hamid Hlal, al-Lahjat al-arabiyyah Nasy atan wa Tathawwuran, (
Kairo : Maktabah Wahbah, 1993), h. 41
19

dapat memaksakan penggunaan bahasanya di seluruh sektor
kehidupan.
b. Faktor Geografis
Faktor lain yang memberi kontribusi besar munculnya ragam
lahjah Arabiyah adalah letak geografis suatu daerah. Masyarakat yang
tinggal menetap di daerah pesisir akan berbeda karakteristik, budaya
dan bahasanya dengan masyarakat yang tinggal menetap di daerah
pedalaman. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, mereka
akan dibentuk oleh alam yang panas dan dikunjungi beberapa
komunitas masyarakat lain, sehingga dengan iklim yang panas tersebut
membuat cara mereka berkomunikasi terkesan panas pula. Namun,
bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman, mereka akan
dibentuk oleh suasana suasana alam yang sejuk, tenang, dan damai,
sehingga cara berkomunikasi mereka juga terkesan sopan, santun, dan
beradab. Itulah sebabnya sehingga masyarakat Basrah dan masyarakat
Kufa memiliki, dialek, bahasa, dan cara berfikir yang berbeda
6
.
c. Factor Fisiologis
Perbedaan fisik seseorang dapat memungkinkan terjadinya
perbedaan dalam berbahasa. Secara teoritis, setiap person pasti
memiliki lidah dan ruang makharij alhuruf yang berbeda-beda. Si Anti
misalnya, tidak bisa mengucapkan huruf-huruf tertentu seperti huruf
qaf, sedangkan si Anto mampu dengan santai dan mudah menlafalkan
huruf-huruf tersebut. Pada tataran lahjah, perbedaan secara fisiologis
ini juga merupakan faktor dominant yang mempengaruhi perbedaan
lahjah Arabiyah, baik secara personal maupun sosiokultural. Kata

6
Ibid, h. 42
20

qahwah, bagi orang Mesir bibaca gahwah (qaf dibaca ga), sedangkan
orang Arab Saudi membaca ahwah (qaf dibaca hamzah)
7

4. Bahasa Fusha.
a. Pengertian bahasa Fusha.
Bahasa arab baku adalah bahasa Quraisy yang digunakan Al-Quran
dan Hadis Nabi Muhammad SAW, bahasa ini selanjutnya disebut sebagai
bahasa arab fusha. Bahasa arab fusha adalah ragam bahasa yang
ditemukan dalam Al-Quran, Hadis Nabi dan tradisi arab, bahasa fusha
digunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi dan untuk kepentingan
kodifikasi karya puisi, prosa, dan penulisan pemikiran intelektual secara
umum
8
.
b. Munculnya Bahasa fusha.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahasa arab baku
adalah bahasa Quraisy yang digunakan dalam al-Quran dan sunnah Nabi
Muhammad SAW bahasa ini selanjutnya disebut dengan bahasa arab
fusha, bahasa arab fusha adalah ragam bahasa yang ditemukan dalam al-
Quran, hadis Nabi dan warisan tradisi arab, bahasa fusha digunakan
dalam kesempatan-kesempatan resmi dan untuk kepentingan kodifikasi
karya-karya, puisi, prosa, dan penulisan pemikiran intelektual secara
umum.
Di zaman pra islam masyarakat arab mengenal stratifikasi kefasihan
bahasa, kabilah yang dianggap paling fasih dibanding yang lain adalah
Quraisy yang dikenal sebagai surat al-arab ( pusatnya masyarakat arab ).
9

kefasihan bahasa quraisy ini terutama ditunjang oleh tempat tinggail
mereka yang secara geografis berjauhan dengan negara-negara bangsa

7
Ibid. 43
8
Amil badi yakub, fikih lughoh arabi wa khosasuha, ( Jakarta : Darul siqofa
islamiyah ,tt), h. 144.
9
Abdul wahid wafi , fikih lughoh, ( Padang : Perpustakaan IAIN Imam Bonjol 2012),
h. 151.
21

non arab dari segala penjuru, dibawah kefasihan Quraisy adalah bahasa
kabilah tsaqif, huzail, khuzaah, bani kinaah, ghatfan, banii asad dan bani
tamim, menyusul kemudian kabilah rabiah, lakhun, jud zam, ghassan,
iyadh, qadhaah, dan arab yaman yang bertentangan dekat dengan persia,
romawi dan habsyah, kefasihan berbahasa itu terus dipelihara hingga
melusnya ekspansi islam keluar jazirah arab masyarakat arab mulai
berinteraksi dengan masyarakat lain.
Dalam proses interaksi dan berbagai transaksi sosial lainnya ini
terjadi saling pengaruhan antara bahasa yang digunakan, masyarakat
ajam belajar berbahasa arab dan masyarakat arab mulai mengenal bahasa
mereka. Intensitas interaksi tersebut lambat laun mulai berimbas pada
penggunaa bahasa arab yang mulai bercampur dengan kosa kata asing,
tampa proses arabisasi ( tarib ) pertukaran pengetahuan antar mereka
juga berpengaruh pada pertumbuhan khazanah bahasa arab, khususnya
menyangkut hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui masyarakat arab
ketika hidup terisolasi dari bangsa lain.
10

Keberadaan bahasa arab fusha yang begitu konstan bertahan sampai
kini dan akan datang tidak lepas dari peran Al-Quran yang terjaga
keasliannya sampai nanti. Terpeliharanya Al-Quran demikian ini
menunjukan bahwa kaedah-kaedah bahasa arab juga stabil, kosa kata arab
semula berasal dari berbagai dialek kabilah-kabilah arab. Untuk
kepentingan bersama seperti dalam perdagangan di kota mekkah maka
masing-masing suku itu berusaha saling memahami masing-masing
dialek yang dipergunakan.
Pada masa itu juga diperlombakan sastra berupa syair-syair dan yang
baik ditempelkan di kabah, ini bisa difahami sebagai awal mulanya
pemilihan bahasa yang dipakai untuk bersama. Ternyata dialek yang


10
Ibid,
22

diterima oleh suku-suku arab dengan berbagai sebab adalah dialek dari
suku Quraish. Penerimaan dialek Quraish untuk bahasa arab itu
merupakan lahirnya bahasa fusha
11
.
Masyarakat non arab juga kerap melakukan kesalahan dalam
menggunakan bahasa arab, fenomena ini kemudian makin meluas melalui
transaksi sosial, misalnya dalam aktifitas ekonomi di pasar-pasar terutama
sejak abad ke 5 H ragam bahasa arab yang digunakan teruatama pada
pasar-pasar pada gilirannya mulai membaca ciri-ciri tersendiri dan
meneguhkan identitasnya itu telah menjadi mendium komunikasi yang
dimengerti oleh berbagai pihak yang terlibat didalamnya.
12

Berbeda dengan ragam bahasa arab fusha yang syarat muatan
teologis sebagai bahasa agama, ragam bahasa ini begitu ringan mengalir
tanpa adanya aturan yang rumit yang harus diwaspadai. Penomena
penyimpanan bahasa adalah cikal bikal lahirnya bahasa ammiyah bahkan
disebut dengan bahasa ammiyah yang pertama, berbeda dengan dialek-
dialek bahasa arab yang digunakan disejumlah tempat lokal. Bahasa arab
ammiyah adalah bahasa yang menyalahi kaidah-kaidah orisinil bahasa
fusha, dengan kata lain bahasa ammiyah adalah bahasa dalam
penyimpangan setelah sebelumnya merupakan fenomena dalam
penyimpangan bahasa secara perlahan, tapi bahasa ammiyah terus
berkembang hingga menjelma sebagai bahasa yang otonom dengan
kaidah dan ciri-cirinya sendiri.
Bahasa ammiyah di negeri-negeri ( taklukan ) islam awalnya adalah
lahn yang sederhana dan masih labil karena masyarakatnya masih
memiliki watak bahasa arab yang genium, karena itu diawal
kemunculannya bahasa ammiyah dikalangan masyarakat mempunyai
rentangan antara yang lebih dekat dengan bahasa baku ( fusha ), contoh


11
Ibid, h. 152.

12
Ibid,
23

daerah yang memiliki bahasa yang masih sangat dekat dengan bahasa
baku itu sampai pada abad ke 3 H antara lain negeri hijaz, basrah dan
kufah.
13

Selanjutnya bahasa ammiyah mulai menyebar dibeberapa tempat
semisal syam, mesir dan sawad, di beberapa tempat itu bahasa arab fusha
sudah menerima kosa kata sarapan dari Persia, romawi, qibthiyah dan
nabthiyah dalam jumlah yang begitu cukup besar, karena itu bahasa
masyarakat mulai mencampur adukkan bahasa asli mereka dengan
bahasa-bahasa serapan yang paling banyak diambil adalah kata benda (
asma ), sedangkan kata-kata yang objektiv sedikit saja yang diadopsi.
Banyaknya pengadopsian kata benda itu karena intensitas pemakayannya
lebih tinggi di banding dengan jenis kata yang lain.
14

















13
Ibid, h.153

14
Ibid,
24

C. Penutup
Bahwasanya Lahjat adalah variasi bahasa berdasarkan pemakainya,
dengan kata lain lahjat(dialek) merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh
pemakainya, yang pada dasarnya tergantung pada siapa pemakainya itu;
darimana pemakainya berasal, baik secara geografis dalam hal dialeg
regional, ataupun secara social dalam kaitannya dengan dialek social.
Adapun bentuk-bentuk fenomena ragam dialek tersebut diuraikan secara
sederhana disertai nama-nama ragam yang masyhurnya seperti di bawah ini:
Ragam (Lahjah) Fusha Arab
1. Lahjah Al-Istintha ()
2. Lahjah At-Tadhajju ()
3. Lahjah At-Tiltilah ()
4. Lahjah Ar-Ruttah ()
5. Lahjah As-Syansyanah ()
6. Lahjah At-Thamthamniyah ()
7. Lahjah Al-Ajrafiyah ()
8. Lahjah al-Ajajah ()
9. Lahjah al-Ananah ()
10. Lahjah al-Gamgamah ()
11. Lahjah al-Fahfahah ()
12. Lahjah al-Quthah ()
13. Lahjah al-Kaskasah ()
14. Lahjah Al-Kisykisyah ()
15. Lahjah al-lakhlakhniyah ()
16. Lahjah al-watmu ()
17. Lahjah Al-Wakm ()
18. Lahjah Al-Wahm ()
19. Lahjah al-Muqabah ()
25

beberapa factor penting yang menjadi sebab keragaman itu sehingga muncul
perbedaan lahjat arabiyyah, yaitu
1. Factor sosio politik.
2. Factor geografis.
3. Factor fisiologis.






















26

DAFTAR PUSTAKA
Anis, Ibrahim, Lahjat Arabiyyah, Kairo, Maktabah Misri : 1973.
Al-Tawwab, Ramdan Abdul, Fushul fi Fiqh al-Arabiyyah, Kairo : Maktabah
al-Khanji, 1980.
Faris, Bani, al-Shahib fi Fiqh al-Lugah al-Arabiyah, Beirut: Maktabah al-
Maarif, 1993.
Yakub, Amil Badi, fikih lughoh arabi wa khosasuha, Jakarta : Darul siqofa
islamiyah tt.
Abdul wahid wafi , fikih lughoh, Padang : Perpustakaan IAIN Imam Bonjol
2012.
http://ibnumunaj.blogspot.com/2011/01/dialek- rab.html?zx=acf769483c8f36a7










27


Ragam bahasa Arab dalam perkembangannya memiliki klasifikasi-
klasifikasi yang berbeda-beda diantaranya adalah klasifikasi model Arab
dan klasifikasi model barat.Klasifikasi model Arab membedakan dua
ragam bahasa yaitu: bahasa fusha-lahjah atau ragam baku-nonbaku atau
bisa disebut dengan lughah mustarikah/lughah muwahhidah dan bahasa
yang bukan fushah-lahjah. Sedangkan klasifikasi model barat
membedakan ragam bahasa Arab menjadi tiga yaitu: bahasa Arab klasik
(classical Arabic), bahasa Arab modern standard (modern standard
Arabic/MSA), dan bahasa Arab lahjah (colloquial Arabic).
a. Klasifikasi Model Arab
1. bahasa fusha-lahjah atau ragam baku-nonbaku atau bisa disebut
dengan lughah mustarikah/lughah muwahhidah
2. bahasa yang bukan fushah-lahjah
b. Klasifikasi Model Barat
1. bahasa Arab klasik (classical Arabic)
2. bahasa Arab modern standard (modern standard Arabic/MSA)
3. bahasa Arab lahjah (colloquial Arabic)
Ragam terakhir dalam pembagian model barat mengacu pada ragam
yang banyak dipakai dalam percakapan sehari-hari atau ragam
dialek.Selain istilah lahjah, ragam ini juga bisa disebut drijah, mahkiy,
amiyah atau dalam istilah baratnya dialectal, colloquial, dan spoken
Arabic.Ragam ini sering disebut sebagai bentuk penyelewengan di satu
pihak dan merupakan suatu perkembangan di pihak lainnya dari ragam
bahasa fusha.
28

Ragam dialek yang terjadi dalam suatu bahasa lebih disebabkan oleh
beberapa hal di antaranya adalah adanya perbedaan fungsi dalam suatu
bahasa, prestise penutur terhadap bahasa, tradisi tulis menulis yang
mengalami perkembangan, adanya perbedaan pemerolehan bahasa,
pembakuan bahasa yang cenderung kepada tatabahasa, kamus dan lain
sebagianya, stabilitas penggunaan bahasa, perbedaan kosakata, dan fonologi.
Adapun bentuk-bentuk fenomena ragam dialek tersebut diuraikan
secara sederhana disertai nama-nama ragam yang masyhurnya seperti di
bawah ini:
Ragam (Lahjah) Fusha Arab
7. Lahjah Al-Istintha ()
8. Lahjah At-Tadhajju ()
9. Lahjah At-Tiltilah ()
10. Lahjah Ar-Ruttah ()
11. Lahjah As-Syansyanah ()
12. Lahjah At-Thamthamniyah ()
13. Lahjah Al-Ajrafiyah ()
14. Lahjah al-Ajajah ()
15. Lahjah al-Ananah ()
16. Lahjah al-Gamgamah ()
17. Lahjah al-Fahfahah ()
18. Lahjah al-Quthah ()
29

20. Lahjah al-Kaskasah ()
21. Lahjah Al-Kisykisyah ()
22. Lahjah al-lakhlakhniyah ()
23. Lahjah al-watmu ()
24. Lahjah Al-Wakm ()
25. Lahjah Al-Wahm ()
26. Lahjah al-Muqabah ()

Anda mungkin juga menyukai