PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
1
Ibn al-Atheer berpendapat bahwa fenomena bahasa adalah sesuatu
yang muncul di atas segala hal dan mengetahui sesuatu dengan cara
menarik kesimpulan yang ada dari pengaruh berupa perbuatan dan
gambaran sifat.1
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Masalah.
1
Muhammad ibn Muhammad ibn ‘Abdu al’Razzaq al-Husaini, Taj al-‘Arus min
Jawahir al-Qamus, (Daar al-Hidayah), Juz.12 Hlm.485
2
BAB II
PEMBAHASAN
Interaksi antara dialek dan makna menurut ahli bahasa Arab telah
menjadi aktivitas yang ampuh untuk memantau beberapa fenomena.
a. Definisi Sinonim
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Fenomena
3
Muhammad ibn Muhammad ibn ‘Abdu al’Razzaq al-Husaini, Taj al-‘Arus min
Jawahir al-Qamus, (Daar al-Hidayah), Juz.12 Hlm.485
4
https://www.kbbi.web.id/fenomena
5
Fayez al-Dayeh, ‘Ilm al-Dilalah al-‘Araby, (Damaskus: Daar al-Fikri, 1996), cet.2,
hlm.77
3
Sinonim adalah beberapa kata yang mempunyai arti sama
atau hampir sama. Sinonim disebut juga dengan padan kata. Sinonim
atau persamaan kata merupakan salah satu dari fenomena bahasa.
Beberapa ulama memberikan definisi yang beragam, seperti:
6
.) الترادف هو األلفاظ المفردة الدالة على شيء واحد باعتبار واحدa
7
.المعنى الترادف هو أن تتماثل كلمتان أو أكثرفي )b
9
.واحد
6
‘Abdurrahman Jalaluddin al-Suyuthi, al-Muzhir fi ‘Ulumi al-Lughah wa ‘Anwa’iha,
(Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1997), cet.1 hlm. 316
7
Muhammad ‘Ali al-Khauli, ‘Ilm al-Dilalah-‘Ilm al-Ma’na, (‘Amman: Dar al-Fallah,
2001), hlm.93
8
Shabri Ibrahim Anis, ‘Ilm al-Dilalah Ithara al-Jadid, (Iskandariah, Dar al-Ma’rifah al-
Jami’iyyah, 1991), hlm.92
9
Muhammad ‘Abd al-Rauf al-Manawi, al-Taufiq ‘ala Mahmati al-Ta’arif, (Bairut: Dar
al-Fikri al-Mu’ashir), cet.1 hlm.169
10
Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilalah, (Mesir: ‘Alam al-Kutub, 2009), cet.7
hlm.215
4
a) jika mereka ingin menyebut اللب mereka menggunakan
istilah العقل.
11
‘Abdurrahman Jalaluddin al-Suyuthi, al-Muzhir fi ‘Ulumi al-Lughah wa ‘Anwa’iha,
hlm. 404
12
Ahmad Mukhtar Umar, Op Cit, hlm.218
5
Abu Ali al-Farisi berkata: saya tidak tahu istilah pedang
b. Jenis Sinonim.
Ahli linguistik modern membagi sinonim sebagai berikut:
1) Perfect Synonymy (ketika dua kata itu cocok sepenuhnya)
2) Quasy Synonymy (ketika dua kata sangat mirip sehingga
menyulitkan orang awam membedakannya)
3) Semantic Relation (ketika dua kata berdekatan secara makna
tetapi sangat berbeda secara pelafalan)
4) Entailment (keniscayaan).
5) Paraphrase (ketika dua kata memiliki satu makna)
Nilsen membagi Paraphrase kepada tiga bagian:
contoh:
c) المعجمي اإلندماجcontoh:
Covered with cement sinonimnya cemented.
6
To touch with the lips sinonimnya to kiss.
6) Translation (ketika dua kalimat memiliki arti yang sama walaupun
bahasanya berbeda)
7) Interpretation (penafsiran).
13
Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilalah, hlm.223
7
4) Gaya bahasa dari bahasa Ajnabiyah yang berdampingan dengan
bahasa Arab pada masa jahiliyyah dan permulaan islam. Yang
bersinonimnya banyak menggunakan kata dengan gaya bahasa
Persi.14
5) Kesalahan dalam penulisan pada masa klasik seperti dalam
pemberian titik dan baris.
6) Tidak ada perbedaan antara makna hakiki dan makna majazi,
dimana sinonimnya menggunakan makna majazi bukan makna
hakiki.15
2. Akronim ()النحت
14
Ramadhan Abdul Tawwab, 1979, Fushul Fi Fiqh Al Arabiyah, Kairo : Makhtabah Al
Khanji, Hal 316
15
Emil Badi’ Ya’cub, Fiqh Lughah Al Arabiyah Wa Khasaishuha, 1982, Beirut : Darul
Al Tsaqafah Al Islamiyah , Hal 176
16
Ibrahim Anis, min Asrar al-Lughah, (Mesir: Maktab al-Akhbar al-Mishriyyah, 1978),
cet.6 hlm.88
8
Ibn Faris dalam bukunya al-Mujmal, dan al-Tsa’alabi dalam bukunya
Fiqh al-Lughah.
9
يذهب مذهب الحنيفة والمعتزلة-------------- --------- حنفلي
Para ahli bahasa terdahulu menjadikan beberapa kata di atas itu
3. Isytiqaq ()االشتقاق
a. Pengertian Isytiqaq
1) Sebuah kata terdiri dari tiga huruf dikenal sebagai mizan ilmu
sharaf (fa kalimah, ‘ain kalimah, lam kalimah).
2) Kata dalam bahasa Arab dibentuk sesuai kaedah sharaf yang
disebut dengan shiyag.
b. Macam-macam Isytiqaq.
17
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (al-‘Ashri),
hlm. 132
18
Tamam Hasan, Manahij al-Bahtsi fi al-Lughah, hlm. 177
19
Ibid, hlm. 178
10
1) Isytiqaq As Shagir
2) Istiqaq Kabir
20
Ibn Jinni, al-Khasaish, hlm. 250
21
‘abdurrahman ibn Muhammad ibn Abi Sa’id al-Anbari, al-Inshaf fi Masail al-Khilaf
Baina an-Nahwiyyin: al-Bashariyyin wa al-Kufiyyin, (Bairut: Dar al-Fikri), hlm. 144
11
adanya peristiwa dan waktu. Jadi, fi’il dengan mashdar sama-
sama punya peristiwa atau hadast. Pada fi’il ada peristiwa (al-
hadast) dan waktu (az-zaman).
22
Ahmad Mukhtar Umar, Op Cit, Hal 156
12
berarti keturunan nabi Adam, mata mata, ujung jari, pedang, dan anak
panah.23
23
‘Ali ‘Abdul Wahid Wafi, Fiqh Lughah, Mesir : Darul Nuhdhoh, Hal. 189
24
Emil Badi’ Ya’cub, Fiqh Lughah Al Arabiyah Wa Khasaishuha, 1982, Beirut : Darul
Al Tsaqafah Al Islamiyah, Hal. 178
25
Ahmad Mukhtar Umar,Op. Cit, Hal 159-160
13
(secara global), dan kata meat, ulama klasik berpendapat bahwa
maknanya adalam makanan, sedangkan ulama modren berpendapat
maknanya daging. Ibrahim Anis menambahkan sebab lain terjadinya
musytarak lafdzi adalah karena adanya percampuran dari bahasa asing
dan adanya perkembangan makna dalam lahjah.26
Faktor faktor lain penyebab banyaknya musytarak lafdzi dalam
bahasa Arab secara khusus dapat disebutkan sebagai berikut
a. Perbedaan Dialek ()إختالف اللهجات
Perkembangan musytarak lafdzi itu tidak terlepas dari
perbedaan dialek, setiap dialek satu daerah itu berbeda arti.
Penggunaan makna kata yang digunakan antar kobilah
mempunyai batasan-batasan makna yang berbeda. hal inilah yang
menyebabkan dialek yang digunakan mempunyai perbedaan
26
Ibid, Hal. 190
14
(menyentuh dengan tangan) dan dalam makna majaz الجنون
(gila).
bentuk isim dan fiil menurut firus abadi berarti ميل النفس إلى
(الشهوةmengalirnya hawa nafsu). Hal ini dikuatkan dalam ayat
26 quran surat shof.
“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
5. Tahdad
15
Salah satu fenomena bahasa yang menarik dalam bahasa Arab,
terutama mengenai relasi makna terhadap kata adalah konsep al Addad.
Konsep ini tidak ditemukan dalam semantik bahasa maupun termasuk
dalam kajian linguistik modren saat ini. Kata al Addad adalah bentuk
a. Pengertian Tadhad
Tahdad menurut ulama klasik adalah lafaz yang mempunyai
makna ganda tetapi berlawanan antara makna satu dengan makna
yang lainnya.27 Keunikan tahdad dari jenis jenis relasi makna lain
adalah dalam satu kata terkandung dua makna yang berlawanan.
Sedangkan menurut Wafi, tadhad adalah suatu lafadz yang
mengandung dua makna, yang mana maknanya saling berlawanan.
27
Ahmad Mukhtar Umar, Op Cit, Hal. 191
28
‘Ali ‘Abdul Wahid Wafi, Op Cit, Hal 192
16
Contoh lain yaitu kata القرء dapat memiliki makna الطهرdan
17
Sebahagian ahli bahasa berpendapat bahwa tadhad itu ada,
diantaranya adalah Imam Khalil, Sibawaih, dan Suyuti. Adapun yang
menjadi pegangan bagi kelompok ahli bahasa dengan berpendapat
bahwa thadad itu ada yaitu argumen Ibnu Anbari yang mengatakan
bahwa “kata dalam bahasa arab saling menguatkan antara satu
dengan yang lainnya, dan terkadang ada makna baru yang muncul
pada satu kata”. Dari perkataan inilah dapat disimpulkan bahwa
wajar jika dalam satu kata terdapat dua makna yang saling
berlawanan, karena ada salah satu dari kedua kata makna itu yang
datang atau diterima oleh pengguna bahasa ketika yang disematinya
sudah mempunyai makna terlebih dahulu.29
1) Kata ءاالشترا, kata ini memiliki dua arti yang bertentangan yaitu
yang pertama adalah “membeli” ()االبتياع. Pengertian ini dapat
dilihat dalam surat at Taubah ayat 111
29
Ahmad Mukhtar Umar. Op Cit. Hal 194- 195
18
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan
Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual
beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.”
Dan arti kata yang kedua adalah “menjual” ()باعو. Pengertian ini terdapat dalam
surat al Baqarah ayat 90
19
hamba-hamba-Nya. karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat)
kemurkaan. dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.”
2) Kata اسر, dalam al Qur’an kata ini memiliki dua makna yang
bertentangan, yaitu makna “menampakkan” ()اإلظهار dan
“menyembunyikan” ()اإلخفاء. Makna yang pertama terdapat dalam
surat as Saba’ ayat 33
20
“ dan kalau Setiap diri yang zalim (muayrik) itu mempunyai segala apa yang ada
di bumi ini, tentu Dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka membunyikan
penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. dan telah diberi
keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya.”
3) Kata ظن, kata ini memiliki arti yang berlawanan yaitu “yakin”
( )يقينdan “kira kira” atau “ragu ragu” ()شك. Pengertian yang
pertama dapat dilihat dalam surat al Haaqah ayat 20
“ Sesungguhnya aku yakin, bahwa Sesungguhnya aku akan menemui hisab
terhadap diriku.”
21
“ dan apabila dikatakan (kepadamu): "Sesungguhnya janji Allah itu adalah
benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya", niscaya kamu
menjawab: "Kami tidak tahu Apakah hari kiamat itu, Kami sekali-kali tidak
lain hanyalah menduga-duga saja dan Kami sekali-kali tidak
meyakini(nya)".”
( السترtertutup ).
2) Perubahan makna suatu lafadz dari makna asli kepada makna
majazi karena alasan tafa’ul (berharap kebaikan), seperti contoh
22
seperti lafadz أبو البيضاء sebutan bagi orang yang berkulit
المبيع.
4) Perbedaan kabilah kabilah arab dalam menggunakan suatu lafadz,
قعدdan kabilah Mudlar dengan arti طفر. Contoh yang lain lafadz
السدفة digunakan oleh kabilah Tamim dengan arti الظلمة dan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
30
http://asiaminarti-99-pba.blogspot.co.id/2015/10/makalah-fiqh-lughah.html
23
Interaksi antara dialek dan makna menurut ahli bahasa Arab telah
menjadi aktivitas yang ampuh untuk memantau beberapa fenomena.
makna yang sama. Para pelajar bahasa Arab sering mempelajari sinonim dari
sudut pandang ulama terdahulu dan jarang sekali yang mempelajarinya dari
sumber asal mula kata, atau bisa di sebut juga ilmu tentang asal usul kata.
berarti paman, tahi lalat diwajah, awan, onta yang gemuk, bukit yang kecil.
24
"ظواهر اللغوية (الترادف والنحت واإلشتقاق و المشترك اللفظي
")والتضاد
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini dan masih jauh dari kesempurnaan.oleh karena itu,
penulis mengharapkan kitik dan saran yang membangun dari pembaca guna
perbaikan makalah ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang
telah membantu baik dengan pikiran, tenaga, maupun materi dalam rangka
penyelesaian penyusunan ini. Penulis harap, makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis, pada khususnya, dan bagi pembaca sekalian pada umumnya.
Aamin Yaa Rabbal ‘Alamin
DAFTAR PUSTAKA
ibn ‘Abdu al’Razzaq al-Husaini, Muhammad. Taj al-‘Arus min Jawahir al-
Qamus. (Daar al-Hidayah). Juz.12
‘Abd al-Rauf al-Manawi, Muhammad. al-Taufiq ‘ala Mahmati al-Ta’arif. Bairut:
Dar al-Fikri al-Mu’ashir
Abdul Tawwab, Ramadhan. 1979. Fushul Fi Fiqh Al Arabiyah. Kairo :
Makhtabah Al Khanji
‘Abdul Wahid Wafi, ‘Ali. Fiqh Lughah, Mesir : Darul Nuhdhoh
al-Dayeh, Fayez. 1996. ‘Ilm al-Dilalah al-‘Araby. Damaskus: Daar al-Fikri
Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Atabik. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (al-
‘Ashri). Yoyakarta : Multi Karya Grafik
25
‘Ali al-Khauli, Muhammad. 2201. ‘Ilm al-Dilalah-‘Ilm al-Ma’na. ‘Amman: Dar
al-Fallah
Anis, Ibrahim. 1978. min Asrar al-Lughah. Mesir: Maktab al-Akhbar al-
Mishriyyah
Badi’ Ya’cub, Emil. 1982. Fiqh Lughah Al Arabiyah Wa Khasaishuha. Beirut :
Darul Al Tsaqafah Al Islamiyah
ibn Muhammad ibn Abi Sa’id al-Anbari, ‘Abdurrahman. al-Inshaf fi Masail al-
Khilaf Baina an-Nahwiyyin: al-Bashariyyin wa al-Kufiyyin. Bairut:
Dar al-Fikri
Ibrahim Anis, Shabri. 1991. ‘Ilm al-Dilalah Ithara al-Jadid. Iskandariah: Dar al-
Ma’rifah al-Jami’iyyah
Jalaluddin al-Suyuthi, ‘Abdurrahman. 1997. al-Muzhir fi ‘Ulumi al-Lughah wa
‘Anwa’iha, Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah
Mukhtar Umar, Ahmad. 2009. ‘Ilm al-Dilalah. Mesir: ‘Alam al-Kutub
http://asiaminarti-99-pba.blogspot.co.id/2015/10/makalah-fiqh-lughah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Fenomena
https://www.kbbi.web.id/fenomena
26