ILMU DALALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penyusun panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, karunia, serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah mengenai ILMU DALALAH ini tepat pada waktunya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa semenjak lama telah berhasil menarik perhatian para pemikir, sebab bahasa adalah salah satu roda
utama yang menjalankan kehidupan manusia semenjak diciptakannya, baik dalam berfikir terlebih lagi dalam hal
berkomunikasi antar sesama manusia. Peranan bahasa tak seorang pun akan memungkirinya. Dan dengan bahasa
pula sejarah pun tecatatkan dalam buku-buku. Bahkan kita-kitab suci yang dianggap sakral bagi umat-umat
terdahulu oleh manusia termaktubkan dengannya.
Semantic adalah disiplin ilmu bahasa yang baru, membahas tentang dalalah bahasa dan tunduk apada
aturan-aturan bahasa dan simbol-simbolnya tanpa selainnya. Bahasannya ialah studi makna bahasa terhadap
kosakata (mufradaat)dan kalimat-kalimat (taraakiib).
Adapun tujuan pokok dalam penelitian semantik adalah agar pendegar memahami dengan baik makna yang
dimaksud dari perkataan/pembicaraan lawan bicara atau ungkapan-ungkapan yang dibacanya
1
Rumusan Masalah
2. Bagaimana Perkembangannya?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini membahas
tentang:
BAB II
PEMBAHASAN
in the study of linguistics there are two branches of science that is concerned about the word etymology and
semantics. Compared semantics, etymology there first and more established existence, etymology is a discipline
that examines the origin of a word, the study of etymology has existed since the time of the study note will appear
on the new meaning of the 19th century. Linguistic term itself was formed in 1826, she appeared in French, la
linguistique and in English linguistics appeared eleven years later. –Erwin Suryaningrat
Terjemahan: Dalam kajian linguistik terdapat dua cabang ilmu yaitu memusatkan perhatian pada kata etimologi dan
semantik. Dibandingkan semantik, etimologi ada dahulu dan lebih mapan eksistensinya, etimologi adalah suatu disiplin ilmu
yang meneliti tentang asal muasal suatu kata, ilmu yang mempelajari etimologi sudah ada sejak jaman penelitian diketahui akan
muncul makna baru pada abad ke-19. Istilah linguistik sendiri dibentuk pada tahun 1826, muncul dalam bahasa Perancis, la
linguistique dan dalam bahasa Inggris muncul sebelas tahun kemudian.-Erwin Suryaningrat.
Istilah ‘ilm al-dilalah atau semantik dalam bahasa Indonesia dan semantics dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani
sema (nomina) yang berarti tanda atau lambang atau semanio (verba) yang berarti menandai, berarti, atau melambangkan.
Dalam sumber lain, disebutkan, kata semantik itu berasal dari bahasa Yunani, semantike, bentuk muannats dari semantikos,
yang berarti menunjukkan, memaknai, atau to signify. Kridalaksana (1993: 193-194) dalam kamus linguistik memberikan
pengertian ilmu semantik, (1) Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur
makna wicara. (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa dan bahasa pada umumnya.
Semantik merupakan salah satu bagian dari tata bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa, dan semantik. Semantik diartikan
sebagai ilmu bahasa yang mempelajari makna.
Dalam bahasa Arab, ‘ilm- ad-dilalah terdiri atas dua kata: ‘ilm yang berarti ilmu pemgetahuan, dan al-dilalah, yang berarti
penunjukkan atau makna. Jadi, ‘ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan tentang makna.
Secara terminologis, ‘ilm- ad-dilalah sebagai salah satu cabang linguistik (‘ilm-al-lughoh) yang telah berdiri sendiri adalah ilmu
yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran mufrodat (kosa-kata) maupun pada tataran tarokib (struktur).
Ahmad Mukhtar ‘Umar mendefinisikan ‘ilm ad-dilalah sebagai berikut :
دراسة المعنى أو العلم الذي يدرس المعنى أو ذلك الفرع من علم اللغة الذي يتناول نظرية المعنى أو ذلك الفرع الذي يدرس الشروط الواجب توافرها فى الرمز حتى
.يكون قادرا على حمل المعنى
“ Kajian tentang makna, atau ilmu yang membahas tentang makna, atau cabang linguistik yang mengkaji teori makna, atau
cabang linguistik yang mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengungkap lambang-lambang bunyi sehingga
mempunyai makna.”
Dilihat dari perspektif metode linguistik historis dan deskriptif, ‘ilm al-dilalah dibagi menjadi dua, yaitu (1) ‘ilm al-dilalah al-
tarikhi (semantik historis), dan (2) ‘ilm ad-dilalah al-washfi (semantik deskriptif). Yang pertama mempelajari perubahan makna
dari masa ke masa, sedangkan yang kedua mempelajari makn apada kurun waktu tertentu dalam sejarah suatu bahasa. Yang
pertama, menurut istilah Ferdinand de Saussure, disebut studi diakronik, yaitu mengkaji tentang perubahan-perubahan makna
(makna yang berubah), sedangkan yang kedua disebut sinkronik, yaitu mengkaji hubungan-hubungan makna (makna yang
(1) al-dal (penunjuk, pemakna) lafadz dan al-madlul (yang ditunjuk, dimaknai, makna) serta hubungan simbolik diantara
keduanya.
2. Hiponimi (al-isytimal) yaitu, satu lafadz yang menunjukkan makna umum yang mencangkup beberapa arti yang menjadi
turunanya. Dalam pengertian lain disebutkan, hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya
3. Sinonimi (al-taroduf) yaitu, beberapa lafadz yang menunjukkan satu makna meskipun tidak sama persis. Dalam pengertian
lain disebutkan pula, sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran
4. Polisemi (ta’addud al-makna) yaitu, satu lafadz yang mengandung lebih dari satu makna; jika dua makna itu tidak saling
berlawanan, maka disebut al-musytarok al-lafdzi dan jika saling berlawanan, maka disebut al-tadhadh (antonimi).
(2) Perkembangan makna, sebab dan kaedahnya, dan hubungan kontekstual dan situasional dalam kehidupan, ilmu dan seni.
1. Faktor kebahasaan
2. Faktor kesejarahan
3. Sebab Sosial
4. Faktor psikologis
Majaz dibedakan dari gaya. Arti majazi diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan dialihkan dan mencangkupi juga denotasi
Adapun tujuan pokok dalam penelitian semantik adalah agar pendegar memahami dengan baik makna yang dimaksud dari
perkataan/pembicaraan lawan bicara atau ungkapan-ungkapan yang dibacanya. Dan juga untuk menghindari pengguna bahasa
arab dari kesalahan semantik menyangkut pemilihan dan penggunaan kosa-kata yang tepat sesuai dengan struktur dan konteks
kalimat. Termasuk juga kesalahan penggunaan istilah dan idiom dan ungkapan kinayah, isti’arah dan majaz.
Ilmu dalalah adalah ilmu yang mengkaji makna, ia merupakan ilmu yang tua karena telah dibahas sejak
zaman Aristoteles. Ilmu dalalah mencapai kemapanannya saat era modern, yaitu sejak abad ke-19 Masehi.
Perjalanan Ilmu Dalalah yang Panjang tidak lepas dari sumbangsih para ilmuwan Arab. Ulama Arab telah
membahas ilmu Dalalah jauh sebelum ilmwuan barat mengkajinya. Namun pada faktanya, ilmwuan barat tampak
mengabaikan kiprah ulama Arab kuno. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan sejarah ilmu dalalah yang
sesungguhnya serta mengemukakan perkembangan ilmu dalalah dari awal kemunculannya sampai era modern.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi pustaka. Studi pustaka berupaya mengumpulkan
sejumlah informasi dari sumber pustaka dalam bentuk dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
sejarah ilmu dalalah dimulai masa Aristoteles, kemudian era Arab kuno, lalu mengalami kemapanan oleh ilmuwan
Barat. Selain itu tahap perkembangan ilmu dalalah adalah Pertama) perkembangan sistem kata, susunan kalimat
dan pembentukan ideomatik. Kedua) perkembangan gaya bahasa. Ketiga) perkembangan pada makna kata itu
sendiri
1. Masa Klasik
Secara historis, sejarah kajian maknasudah ada sejak zaman Yunani kuno dan Aristoteles (384-322 SM) adalah orang pertama
yang menggunakan istilah makna, lewat batasan pengertian kata sebagai satuan terkecil yangmengandung makna.
Selain Aristoteles, Plato juga membicarakan makna. Dalam cratylus ia mengungkapkan bahwa bunyi-bunyi bahasa secara
Di India, para ahli bahasa India semenjak dulu telah membhas kajian tentang pemahaman karakteristik kosa kata dan kalimat.
Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan mereka telah membahas yang diantarnya kajian semantik tentang perkembangan bahasa
Adapun di dunia Arab, kajian tentng makna suah banyak dilakukan oleh para linguis Arab. Perhatian mereka terlihat pada
c. Penyusunan kamus
pembahasan tentang perkamusan dalam bahasa Arab sangat erat dengan ilmu dilalah, hal ini dapat dipahami karena salah satu
fungsiperkamusan adalah memberikan pemaknaan terhadap suatu kata atau kalimat, sedangkan pemaknaan itu sendiri
merupakan bagian dari ilmu dilalah, dengan demikian kajian tentang ilmu dilalah dimulai sejak timbulnya kajian perkamusan
yaitu sekitar pertengahan abad kedua hijriyah, yang diprekarsai oleh Al-Kholil Ibnu Ahmad Al- Farohidi dengan kitabnya
Al-‘Ain.
2. Masa Moderen
Kegiatan para ilmuan di masa klasik dalam mengkaji makna belum bisa dikatakan sebagai kajian semantik, sebagi ilmu yang
berdiri sendiri, akan tetapi kajian mereka itu merupakan embrio dari semantik. Baru di akhir abad ke-19, istilah “semantik” di
Barat, sebagai ilmu yang berdiri sendiri ini dikembangkan oleh ilmuan Prancis, Michael Breal.
Kajian semantik menjadi lebih terarah dan sistematis setelah tampilanya Ferdinand de Saussure dengan karyanya Course de
Setelah de Saussure ada juga ilmuan yang dianggap cukup memberikan corak, warna dan arah baru dalam kajian bahasa yaitu
Leonard Bloomfield dalam bukunya Language. Tokoh lain yang berjasa dalam perkembangan linguistik khususnya semantik
adalah Noam Chomsky, seorang tokoh aliran tata bahasa transformasi. Ia menyatakan bahwa makna merupakan unsur pokok
Kajian semantik bukan hanya menarik perhatian para ahli bahasa tapi juga menarik perhatian para ahli di luar bahasa, salah
satunya yaitu Odgen dn Richard dengan karyanya yang berjudul The meaning of meaning yang membahas kompleks sebuah
makna.
Dalam kalangan linguis Arab muncul nama Ibrohim Anis, guru besar bidang linguistik Arab di universitas Cairo dengan
kitabnya yang berjudul Dilalah Al-alfadz, yang diantaranya membahas tentang sejarah perkembangan bahasa manusia dan
bagaimana hubungan antara lafadz dan maknanya seerta jenis hubungan keduanya, selain itu dibahas pula tentang macam-
Sebagai bentuk konkrit dari perhatian para ulama Arab terhadap semantik adalah upaya penyusunan kamus yang berlangsung
melalui beberapa fase. Pertama, tahap penyusunan kata-kata dengan penjelasanya yang belum disusun secara teratur. Kedua,
tahap pembukuan lafadz-lafadz secara teratur, akan tetapi berbentuk risalah-risalah yang terpisah-pisah denagn materi yang
terbatas, contohnya Kitab Al-Mathar karya Abu Zaid Al-Anshori. Ketiga, tahap penyusunan kamus secara komprehensif dan
sistematis yang dipelopori oleh Al-Kholil Ibnu Ahmad Al-Farohidi, dialah yang memberikan inspirasi bagi para ahli bahasa
Walhasil, semantik atau ilmu dilalah telah ada sejak zaman Yunani kuno meskipun belum disebut secara jelas dan tegas sebagai
ilmu yang berdiri sendiri. Pada akhir abad ke-19, semantik menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri sebagai cabang linguistik
dan yangmempeloporinya adalah Michael Breal kemudian disempurnakan oleh Ferdinand de Saussure.
BAB III
PENUTUP
Kami selaku pemakalah sangat menyadari bahwasanya penulisan dalam makalah ini
masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu disaran kepada pembaca agar dapat juga
membaca buku referensi lain agar lebih dapat memahami lebih dalam lagi materi yang ada
dalam makalah ini.
Selain itu,seandainya dalam penulisan makalah ini ada terdapat kesalahan,baik secara
penulisan maupun isi materi, kami mohon maaf
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI:
https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/11605-ilmu-dilalah-
%D8%B9%D9%84%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%AF
%D9%84%D8%A7%D9%84%D8%A9.html
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/attalim/article/view/1622
https://ojs.unida.ac.id/tatsqifiy/article/view/2782#:~:text=Ilmu%20dalalah%20adalah
%20ilmu%20yang,dari%20sumbangsih%20para%20ilmuwan%20Arab.