Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU DALALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu al-Lughah al-‘Am

Dosen pengampu: Erwin Suryaningrat.

Disusun oleh:

MUHAMMAD ABDUH YAZID


( 2011340006 )

Fakultas Ushuluddin,Adab Dan Dakwah

Prodi Bahasa Dan Sastra Arab

Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penyusun panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, karunia, serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah mengenai ILMU DALALAH ini tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 23 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan .......................................................................................... 2

1.4 Manfaat ........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3

A.Pengertian Ilmu Semantik (Dalalah)........................................................4

B. Ruang Lingkup Dan Tujuan Semantik....................................................4

C. Sejarah Perkembangan Ilmu Semantik....................................................5

BAB III PENUTUP.............................................................................................................7

Kritik dan Saran............................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bahasa semenjak lama telah berhasil menarik perhatian para pemikir, sebab bahasa adalah salah satu roda
utama yang menjalankan kehidupan manusia semenjak diciptakannya, baik dalam berfikir terlebih lagi dalam hal
berkomunikasi antar sesama manusia. Peranan bahasa tak seorang pun akan memungkirinya. Dan dengan bahasa
pula sejarah pun tecatatkan dalam buku-buku. Bahkan kita-kitab suci yang dianggap sakral bagi umat-umat
terdahulu oleh manusia termaktubkan dengannya.

Semantic adalah disiplin ilmu bahasa yang baru, membahas tentang dalalah bahasa dan tunduk apada
aturan-aturan bahasa dan simbol-simbolnya tanpa selainnya. Bahasannya ialah studi makna bahasa terhadap
kosakata (mufradaat)dan kalimat-kalimat (taraakiib).
Adapun tujuan pokok dalam penelitian semantik adalah agar pendegar memahami dengan baik makna yang
dimaksud dari perkataan/pembicaraan lawan bicara atau ungkapan-ungkapan yang dibacanya

1
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa permasalahan


untuk dibahas, yaitu sebagai berikut:

1. Apa sejarah Ilmu Dalalah?

2. Bagaimana Perkembangannya?

3. Ada berapa bagian ruang lingkup ilmu dalalah?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini membahas
tentang:

1. Mengetahui sejarah perkembangan ilmu Dalalah

2. Mengetahui Pengertian dari ilmu semantik

3. Mengetahui ruang lingkup ilmu Dalalah


Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pembaca dapat mengetahui tentang sejarah perkembangan ilmu Dalalah

2. Pembaca dapat mengetahui tentang ruang lingkup ilmu Dalalah

3. Pembaca dapat mengetahui Pengertian dari ilmu Dalalah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian semantik (‘ilm al-dilalah)

in the study of linguistics there are two branches of science that is concerned about the word etymology and

semantics. Compared semantics, etymology there first and more established existence, etymology is a discipline

that examines the origin of a word, the study of etymology has existed since the time of the study note will appear

on the new meaning of the 19th century. Linguistic term itself was formed in 1826, she appeared in French, la

linguistique and in English linguistics appeared eleven years later. –Erwin Suryaningrat

Terjemahan: Dalam kajian linguistik terdapat dua cabang ilmu yaitu memusatkan perhatian pada kata etimologi dan

semantik. Dibandingkan semantik, etimologi ada dahulu dan lebih mapan eksistensinya, etimologi adalah suatu disiplin ilmu

yang meneliti tentang asal muasal suatu kata, ilmu yang mempelajari etimologi sudah ada sejak jaman penelitian diketahui akan

muncul makna baru pada abad ke-19. Istilah linguistik sendiri dibentuk pada tahun 1826, muncul dalam bahasa Perancis, la

linguistique dan dalam bahasa Inggris muncul sebelas tahun kemudian.-Erwin Suryaningrat.

Istilah ‘ilm al-dilalah atau semantik dalam bahasa Indonesia dan semantics dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani
sema (nomina) yang berarti tanda atau lambang atau semanio (verba) yang berarti menandai, berarti, atau melambangkan.
Dalam sumber lain, disebutkan, kata semantik itu berasal dari bahasa Yunani, semantike, bentuk muannats dari semantikos,
yang berarti menunjukkan, memaknai, atau to signify. Kridalaksana (1993: 193-194) dalam kamus linguistik memberikan
pengertian ilmu semantik, (1) Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur
makna wicara. (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa dan bahasa pada umumnya.
Semantik merupakan salah satu bagian dari tata bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa, dan semantik. Semantik diartikan
sebagai ilmu bahasa yang mempelajari makna.
Dalam bahasa Arab, ‘ilm- ad-dilalah terdiri atas dua kata: ‘ilm yang berarti ilmu pemgetahuan, dan al-dilalah, yang berarti
penunjukkan atau makna. Jadi, ‘ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan tentang makna.
Secara terminologis, ‘ilm- ad-dilalah sebagai salah satu cabang linguistik (‘ilm-al-lughoh) yang telah berdiri sendiri adalah ilmu
yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran mufrodat (kosa-kata) maupun pada tataran tarokib (struktur).
Ahmad Mukhtar ‘Umar mendefinisikan ‘ilm ad-dilalah sebagai berikut :
‫دراسة المعنى أو العلم الذي يدرس المعنى أو ذلك الفرع من علم اللغة الذي يتناول نظرية المعنى أو ذلك الفرع الذي يدرس الشروط الواجب توافرها فى الرمز حتى‬
.‫يكون قادرا على حمل المعنى‬

“ Kajian tentang makna, atau ilmu yang membahas tentang makna, atau cabang linguistik yang mengkaji teori makna, atau

cabang linguistik yang mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengungkap lambang-lambang bunyi sehingga

mempunyai makna.”

B. Ruang Ligkup dan Tujuan Semantik

Dilihat dari perspektif metode linguistik historis dan deskriptif, ‘ilm al-dilalah dibagi menjadi dua, yaitu (1) ‘ilm al-dilalah al-

tarikhi (semantik historis), dan (2) ‘ilm ad-dilalah al-washfi (semantik deskriptif). Yang pertama mempelajari perubahan makna

dari masa ke masa, sedangkan yang kedua mempelajari makn apada kurun waktu tertentu dalam sejarah suatu bahasa. Yang

pertama, menurut istilah Ferdinand de Saussure, disebut studi diakronik, yaitu mengkaji tentang perubahan-perubahan makna

(makna yang berubah), sedangkan yang kedua disebut sinkronik, yaitu mengkaji hubungan-hubungan makna (makna yang

tetap) dari suatu bahasa dalam kurun waktu tertentu.

Adapun ruang lingkup kajian ‘ilm al-dalalah berkisar pada:

(1) al-dal (penunjuk, pemakna) lafadz dan al-madlul (yang ditunjuk, dimaknai, makna) serta hubungan simbolik diantara

keduanya.

Lafadz dalam bahasa arab dapat dikategorikan dalam 4 macam :

1. Monosemi (al-tabayyun) yaitu, satu lafadz menunjukkan satu makna.

2. Hiponimi (al-isytimal) yaitu, satu lafadz yang menunjukkan makna umum yang mencangkup beberapa arti yang menjadi

turunanya. Dalam pengertian lain disebutkan, hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya

tercangkup dalam makna bentuk ujaran lain.

3. Sinonimi (al-taroduf) yaitu, beberapa lafadz yang menunjukkan satu makna meskipun tidak sama persis. Dalam pengertian

lain disebutkan pula, sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran

dengan satuan ujaran lain.

4. Polisemi (ta’addud al-makna) yaitu, satu lafadz yang mengandung lebih dari satu makna; jika dua makna itu tidak saling

berlawanan, maka disebut al-musytarok al-lafdzi dan jika saling berlawanan, maka disebut al-tadhadh (antonimi).

(2) Perkembangan makna, sebab dan kaedahnya, dan hubungan kontekstual dan situasional dalam kehidupan, ilmu dan seni.

Perubahan makna kata disebabkan oleh;

1. Faktor kebahasaan

2. Faktor kesejarahan

3. Sebab Sosial

4. Faktor psikologis

5. Pengaruh bahasa asing

6. Karena kebutuhan akan kata-kata baru.


(3) Majaz (kiasan) berikut aplikasi semantik dan hubungan stilisiknya

Majaz dibedakan dari gaya. Arti majazi diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan dialihkan dan mencangkupi juga denotasi

lain bersamaan dengan tautan pikiran lain.

Adapun tujuan pokok dalam penelitian semantik adalah agar pendegar memahami dengan baik makna yang dimaksud dari

perkataan/pembicaraan lawan bicara atau ungkapan-ungkapan yang dibacanya. Dan juga untuk menghindari pengguna bahasa

arab dari kesalahan semantik menyangkut pemilihan dan penggunaan kosa-kata yang tepat sesuai dengan struktur dan konteks

kalimat. Termasuk juga kesalahan penggunaan istilah dan idiom dan ungkapan kinayah, isti’arah dan majaz.

C. Sejarah Perkembangan Semantik

Ilmu dalalah adalah ilmu yang mengkaji makna, ia merupakan ilmu yang tua karena telah dibahas sejak

zaman Aristoteles. Ilmu dalalah mencapai kemapanannya saat era modern, yaitu sejak abad ke-19 Masehi.

Perjalanan Ilmu Dalalah yang Panjang tidak lepas dari sumbangsih para ilmuwan Arab. Ulama Arab telah

membahas ilmu Dalalah jauh sebelum ilmwuan barat mengkajinya. Namun pada faktanya, ilmwuan barat tampak

mengabaikan kiprah ulama Arab kuno. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan sejarah ilmu dalalah yang

sesungguhnya serta mengemukakan perkembangan ilmu dalalah dari awal kemunculannya sampai era modern.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi pustaka. Studi pustaka berupaya mengumpulkan

sejumlah informasi dari sumber pustaka dalam bentuk dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

sejarah ilmu dalalah dimulai masa Aristoteles, kemudian era Arab kuno, lalu mengalami kemapanan oleh ilmuwan

Barat. Selain itu tahap perkembangan ilmu dalalah adalah Pertama) perkembangan sistem kata, susunan kalimat

dan pembentukan ideomatik. Kedua) perkembangan gaya bahasa. Ketiga) perkembangan pada makna kata itu

sendiri

1. Masa Klasik

Secara historis, sejarah kajian maknasudah ada sejak zaman Yunani kuno dan Aristoteles (384-322 SM) adalah orang pertama

yang menggunakan istilah makna, lewat batasan pengertian kata sebagai satuan terkecil yangmengandung makna.

Selain Aristoteles, Plato juga membicarakan makna. Dalam cratylus ia mengungkapkan bahwa bunyi-bunyi bahasa secara

implisit mengandung makna-makna tertentu.

Di India, para ahli bahasa India semenjak dulu telah membhas kajian tentang pemahaman karakteristik kosa kata dan kalimat.

Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan mereka telah membahas yang diantarnya kajian semantik tentang perkembangan bahasa

baik hubungan antara lafadz dan makna.

Adapun di dunia Arab, kajian tentng makna suah banyak dilakukan oleh para linguis Arab. Perhatian mereka terlihat pada

berbagai kegiatan, antara lain;

a. pencatatan makna-makna yang asing dalam Al-Qur’an

b. Pembicaraan mengenai kemukjizatan Al-Qur’an

c. Penyusunan kamus

d. Pemberian harokat pada mushaf Al-Qur’an


Perhatian terhadap ilmu dilalah ini telah mengantarkan kepada perkembangan kamus dalam bahasa Arab, dan karena itu

pembahasan tentang perkamusan dalam bahasa Arab sangat erat dengan ilmu dilalah, hal ini dapat dipahami karena salah satu

fungsiperkamusan adalah memberikan pemaknaan terhadap suatu kata atau kalimat, sedangkan pemaknaan itu sendiri

merupakan bagian dari ilmu dilalah, dengan demikian kajian tentang ilmu dilalah dimulai sejak timbulnya kajian perkamusan

yaitu sekitar pertengahan abad kedua hijriyah, yang diprekarsai oleh Al-Kholil Ibnu Ahmad Al- Farohidi dengan kitabnya

Al-‘Ain.

2. Masa Moderen

Kegiatan para ilmuan di masa klasik dalam mengkaji makna belum bisa dikatakan sebagai kajian semantik, sebagi ilmu yang

berdiri sendiri, akan tetapi kajian mereka itu merupakan embrio dari semantik. Baru di akhir abad ke-19, istilah “semantik” di

Barat, sebagai ilmu yang berdiri sendiri ini dikembangkan oleh ilmuan Prancis, Michael Breal.

Kajian semantik menjadi lebih terarah dan sistematis setelah tampilanya Ferdinand de Saussure dengan karyanya Course de

Linguistique Generale (1916), ia dijuluki sebagai bapak linguistik moderen.

Setelah de Saussure ada juga ilmuan yang dianggap cukup memberikan corak, warna dan arah baru dalam kajian bahasa yaitu

Leonard Bloomfield dalam bukunya Language. Tokoh lain yang berjasa dalam perkembangan linguistik khususnya semantik

adalah Noam Chomsky, seorang tokoh aliran tata bahasa transformasi. Ia menyatakan bahwa makna merupakan unsur pokok

dalam analisis bahasa.

Kajian semantik bukan hanya menarik perhatian para ahli bahasa tapi juga menarik perhatian para ahli di luar bahasa, salah

satunya yaitu Odgen dn Richard dengan karyanya yang berjudul The meaning of meaning yang membahas kompleks sebuah

makna.

Dalam kalangan linguis Arab muncul nama Ibrohim Anis, guru besar bidang linguistik Arab di universitas Cairo dengan

kitabnya yang berjudul Dilalah Al-alfadz, yang diantaranya membahas tentang sejarah perkembangan bahasa manusia dan

bagaimana hubungan antara lafadz dan maknanya seerta jenis hubungan keduanya, selain itu dibahas pula tentang macam-

macam makna yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikologi.

Sebagai bentuk konkrit dari perhatian para ulama Arab terhadap semantik adalah upaya penyusunan kamus yang berlangsung

melalui beberapa fase. Pertama, tahap penyusunan kata-kata dengan penjelasanya yang belum disusun secara teratur. Kedua,

tahap pembukuan lafadz-lafadz secara teratur, akan tetapi berbentuk risalah-risalah yang terpisah-pisah denagn materi yang

terbatas, contohnya Kitab Al-Mathar karya Abu Zaid Al-Anshori. Ketiga, tahap penyusunan kamus secara komprehensif dan

sistematis yang dipelopori oleh Al-Kholil Ibnu Ahmad Al-Farohidi, dialah yang memberikan inspirasi bagi para ahli bahasa

lainnya untuk menyuisun kamus.

Walhasil, semantik atau ilmu dilalah telah ada sejak zaman Yunani kuno meskipun belum disebut secara jelas dan tegas sebagai

ilmu yang berdiri sendiri. Pada akhir abad ke-19, semantik menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri sebagai cabang linguistik

dan yangmempeloporinya adalah Michael Breal kemudian disempurnakan oleh Ferdinand de Saussure.
BAB III

PENUTUP

Kritik dan Saran

Kami selaku pemakalah sangat menyadari bahwasanya penulisan dalam makalah ini
masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu disaran kepada pembaca agar dapat juga
membaca buku referensi lain agar lebih dapat memahami lebih dalam lagi materi yang ada
dalam makalah ini.

Selain itu,seandainya dalam penulisan makalah ini ada terdapat kesalahan,baik secara
penulisan maupun isi materi, kami mohon maaf
DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI:
https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/11605-ilmu-dilalah-
%D8%B9%D9%84%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%AF
%D9%84%D8%A7%D9%84%D8%A9.html

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/attalim/article/view/1622

https://ojs.unida.ac.id/tatsqifiy/article/view/2782#:~:text=Ilmu%20dalalah%20adalah
%20ilmu%20yang,dari%20sumbangsih%20para%20ilmuwan%20Arab.

Anda mungkin juga menyukai