Dosen Pengampu:
Masna Hikmawati, MA
Oleh:
Ajilni Ilmi Novia N (E03217007)
Ilham Akbar Shalahuddien (E03217020)
Sayyidah Maghfiroh (E93217093)
Penulis
Daftar Isi
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5
A. Pengertian............................................................................................................... 5
B. Tempat-tempat kalimat yang wajib fashl dan washl .............................................. 6
BAB III ............................................................................................................................. 13
PENUTUP .................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
B. Kritik dan Saran ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah terperinci dalam kasus-kasus sebelumnya mengenai
ke stalistikaan Al-qur’an. dengan begitu banyak arah dengan segala aturan yang
berlaku pada setiap tempatnya. Diketahui bahwasannya ilmu balaghoh ini adalah
salah satu sebab atau alasan lahir dengan berpacunya ilmu tersebut pada
keindahan bahasa Al-qur’an itu sendiri.
Fashl dan Washl adalah salah satu bab (ilmu ma’ani) didalam ilmu balaghoh.
Dan untuk memahami tersebut perlulah kiranya kekeliruan itu dibenarkan dengan
bersama-sama. Dimana fashl dan washl ini adalah salah satu lompatan supaya
mengetahui lebih dalam bagaimana memahami stalistika dalam Al-qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari fashl dan washl ?
2. Dimana saja peletakan fashl dan washl ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari fashl dan washl.
2. Untuk mengetahui dimana peletakan fashl dan washl.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara Lughat yakni lafadz fashl menurut bahasa yaitu “memisahkan”
atau “memutuskan” dan menurut istilah adalah menggabungkan dua kalimat atau
lebih tanpa adanya huruf ‘athaf.1 Jika washl harus menggunakan huruf (wawu
athaf) maka fashl sendiri itu tidak memerlukan hal tersebut.
1
Robit Hasyim Yasin, Skema dan Tabel Al-Jauhar Al-Maknun, (Cirebon:Yayasan Tunas Partiwi
Kebon Jambu,2017)hal.75
2
A.W.al-Munawir, Kamus al-Munawir,1562
3
Syaikh Haris Alaikum bin Dimyathi bin Abdullah Bin Abdul Manan Al-Tarmasiy, Syarh Al-
Jauhar Al Maknun,Intisari Ilmu Balaghah (Yoyakarta: Lentera Kreasindo, cet II 2016), 129 (Penj.
Abi Fatih Machfuzhi Al-Qandaniy )
4
‘Ali al-Jarumi, Mustafa Amin, al-Balaghotu al-Wadhihah, 230.
B. Tempat-tempat kalimat yang wajib fashl dan washl
1. كمال اإلتصالyaitu antara kalimat yang pertama dan kedua terdapat hubungan
erat (kesatuan makna yang sempurna) hal ini terjadi apabila kalimat yang
kedua adalah taukid, bayan dan badal dari kalimat pertama.5
a. Kedudukan kalimat kedua berkedudukan sebagai badal dari kalimat
pertama, contoh:6
132. Dan bertakwalah kepada Allah yang Telah menganugerahkan
kepadamu apa yang kamu ketahui.
133. Dia Telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang
ternak, dan anak-anak,( QS. Syuara : 132-133)
b. Keberadaan jumlah kedua sebagai bayan kesamaran dari jumlah yang
pertama7, seperti firman Allah Ta’ala:
ش َج َر ِة اَل ُح ْل ِد َ َش ْي َطا نُ قَا َل َيا آ َد ُم َه ْل أَ ُدلُّك
َ ع َلى َّ س إلَ ْي ِه ال ْ فَ َو
َ س َو
120. Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan
berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon
khuldi(Q.S Thaha :120)
Jumlah قَا َل يَا آ َد ُمitu sebagai bayan untuk sesuatu yang dibisikkan setan
kepada Nabi Adam.8
5
Ibid.,
6
Syaikh Haris Alaikum, ter. Abi Fatih Machfuzhi Al-Qandaniy,(Yogyakarta: Lentera
Kreasindo,2015), 130
7
Ibid.,hal.131
8
Ibid.,
9
Ibid.,
2. كمال النقطاعantara kalimat yang pertama dan kalimat yang kedua terdapat
perubahan yang legkap10.Yaitu seperti :
a. Berbeda dalam bentuk bentuk khobar dan insya’-nya.
حضر األمير حفظهاهلل
Sang raja telah hadir, semoga Allah menjaganya.
b. Tidak ada keserasian makna antara kedua kalimat tersebut, tetapi masing-
masing berdiri sendiri.
علي كاتب الحمام طائر
Ali adalah penulis, burung merpati terbang
َ س ََل َ َّم
ُّ ارةٌ بِال
.. س ْو ِء ُ َو َما أُبَ ِر
َ ئ نَ ْفسِى ۚ إِنَّ النَّ ْف
10
Robit Hasyim Yasin, Skema dan Tabel Al-Jauhar Al-Maknun, (Cirebon:Yayasan Tunas Partiwi
Kebon Jambu,2017)hal.75
11
Syaikh Haris Alaikum, ter. Abi Fatih Machfuzhi Al-Qandaniy,(Yogyakarta: Lentera
Kreasindo,2015)hal.134
12
Robit Hasyim Yasin, Skema ... hal.75
53. Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan. (Q.S
Yusuf:53)
Jumlah
sangat erat hubungannya dengan jumlah pertama,
karena merupakan jawaban dari pertanyaan yang timbul dari jumlah
pertama. Hubungan antara dua jumlah yang sangat kuat ini menjadi
penghalang dari mengathofkan, maka menyerupai kesatuan dua jumlah.13
4. شبه كمال اإلنقطاعKalimat yang ke tiga di athofkan pada kalimat yang pertama,
namun tidak sah jika diathofkan pada kalimat yang ke dua. Maka dari itu, gaya
bahasa fashl harus digunakan untuk menghindari kesalahpahaman.14
بدال أرها فى الضّالل تهيم# وتظن سلمى أنّنى أبغى بها
ّ
ّ
Jumlah أرها. itu bisa diathafkan kepada jumlah تظن, akan tetapi hal ini
5. التوسط بين الكما لينantara kalimat yang pertama dan kalimat yang kedua
terdapat keserasian makna dan juga memiliki hubungan yang sangat kuat, namun
ada penghalang yang mencegah penggunaan gaya bahas washl, yaitu kedua
kalimat tersebut tidak bisa disamakan hukum i’rabnya. 16
13
Syaikh Harish Alaikum, ter. Abi Fatih Machfuzhi Al-Qandaniy,Intisari ... hal.132
14
Robit Hasyim Yasin, Skema ... hal.75
15
Syaikh Harish Alaikum, ter. Abi Fatih Machfuzhi Al-Qandaniy,Intisari ... hal.134
16
Robit Hasyim Yasin, Skema...hal.75
ُ ستَه ِْز
ئ ِب ِه ْم ْ اط ْي ِن ِه ْم قَالُ ْوا إنَّا َم َع ُك ْم إنَّ َما نَحْ نُ ُم
ْ ) هللاَ َي14( َسته ِْز ُء ْون َ َوإذَا َخلَ ْو إلَى
ِ ش َي
).(
Dan tidak sah juga di-athafkan pada jumlah قالواsupaya tidak diduga
adanya persamaan dalam taqyid dengan zharaf dan sesungguhnya
pembalasan olok-olokan dari Allah di-taqyidi dengan keadaan mereka
yang kembali kepada setan-setannya. Padahal kenyataanya bahwa balasan
olok-olokan Allah kepada orang-orang munafik itu tidak dibatasi dengan
apapun. Oleh karenanya wajib menjadikan fashl.17
Washl ini dikatakan wajib apabila menempati tiga keadaan dibawah ini:
17
Syaikh Haris Alaikum, ter. Abi Fatih Machfuzhi Al-Qandaniy,Intisari ... hal.133
b. Memilki tujuan menghilangkan kesalahpahaman pada jawaban yang
dikehendaki. () القصد لرفع إيهام خالف المراد من الجواب. Artinya, ketika ada dua jenis
kalimat yang berbeda, yaitu kalam khabar dan insya’, yang mana ketika
dipisah maka akan menyebabkan kesalahan makna yang dikehendaki (kesalah
fahaman yang menyalahi makna semula). Contoh: شفَا ُه هللا
َ ( الَ َوbelum, dan
semoga Allah menyembuhkannya). Ketika tidak di-athofkan ( ش َفا ُه هللا
َ ) الَ َوakan
bisa menimbulkan kesalahan asumsi pemahaman: mendoakan agar ali tidak
diberi kesembuhan oleh Allah Swt. padahal tujuan tersebut adalah mendoakan
Ali. Jadi, jika tidak ada kekhawatiran yan terjadi pada asumsi ini, maka kedua
jumlah itu harus di washl. Sebab, jenisnya benar-benar berbeda antara kalam
insya’ dan khabar.18
c. Ketika kalimat yang pertama dan kalimat yang kedua sama-sama kalam khabar
atau Insya’ , baik dari segi lafadz dan maknanya atau dari segi maknanya saja.
Di antara kedua kalimat tersebut juga harus terdapat keserasian makna (baik
dalam musnad ilaihnya, musnadnya, atau musnad dan musnad ilahnya) dalam
hal ini, keserasian tersebut dibagi menjadi tiga bagian: pertama, keserasian dari
segi akal, kedua keserasian dari segi perkiraan; ketiga, keserasian dari segi
khayalan. Kemudian syarat terakhir adalah tidak adanya penghalang yang
mencegah penggunaan gaya bahasa washl.
ْ ُ قَا َل إِنِى أُش ِْهد ُْوا هللاَ َوا أَنِى بَ ِرى ٌء ِم َّما ت
)54( َش ِر ُك ْون
Huud menjawab; Sesungguhnya, Aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah
olehmu sekalian bahwa sesungguhnya, Aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan. (Qs. Hud:54)
18
Syarh Hilyatul Lubbi Mashum, 125
Ayat diatas ditafsiri oleh: إِنِى أُش ِْهد ُْوا هللاَ َوأُش ِْه ُد ُك ْم. Maka jumlah kedua
dalam kalimat tersebut adalah kalam insyaiyah secara lafadz, tetapi kalam
khabariyah secara makna.19
Sama-sama kalam 1 Dari segi lafadz َّار َل ِفى َ إِنَّ اَلَب َْر
َ ار لَ ِفى نَ ِع ْي ْم َوإن اْلفُج
Khobar dan maknanya ج َِحي ِْم
2 Dari segi makna "وأش ِْه ُد ُك ْم ْ ( إَنَّى أُش ِْهدُهللا َوشْهد ُْوا
َ أي
nya saja )"
Sama-sama kalam 1 Dari segi lafadz َ َوا ْعبُد ُْوا هللاَ َو َال تُش ِْرك ُْوا بِ ِه
شيْئا
insya’ dan maknanya
Yang diharuskan 2 Musnad saja َز ْي ٌد يَ ْكت ُُب َوا َ ُخ ْوهُ يَ ْكت ُُب
serasi, adalah:
3 Musnad dan أمسِى َو قَا َم َز ْى ٌد أ ْمسى
ْ قَا َم َز ْي ٌد
Musnad ilah
19
M. Zamroji, dkk. Mutiara Balaghah Jauharul Maknun (dalam ilmu Ma’ani, Bayan, dan Badi’)
(Kediri: Santri Salaf Press, 2014. Cet.II 2017), 266
segi akal (spesies)
Keserasian dari segi khayalan (fantasi/angan- اْلقلَ ُم ِع ْن ِدى َواد ََّواةُ ْع َد َز ْيد
angan)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arti dari keduanya adalah berbeda, dimana fashl sendiri memiliki arti ;
‘memisahkan’ dan menurut arti (istilah) nya yakni, menggabungkan dua kalimat
atau lebih, tanpa menggunakan huruf ‘athaf. Sedangkan Washl adalah
‘menggabungkan’ dimana memang hal tersebut adalah lawan arti dari fashl. Yang
menurut istilahnya adalah mengabungkan dua kata atau lebih dengan
menggunakan huruf ‘athaf.
Abdul Manan Al-Tarmasiy bin Dimyathi bin Abdullah Bin Syaikh Haris
Alaikum, 2016, Syarh Al-Jauhar Al Maknun,Intisari Ilmu Balaghah.
Yoyakarta: Lentera Kreasindo. (terj. Abi Fatih Machfuzhi Al-Qandaniy )
Yasin, Robit Hasyim, 2017, Skema dan Tabel Al-Jauhar Al-Maknun, Cirebon :
Yayasan Tunas Pertiwi Kebon Jambu