Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Sejarah dan Hubungan Ilmu Dilalah dengan Ilmu-Ilmu Lainnya

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Semantik

Dosen:

Drs.H. Karman,M.Ag

Disusun oleh :

Azis Gunawan (1165020026)


Muhsin Marzuki (1165020089)
Salwa h nour (1165020153)
Ulfiyaturrohmah (1165020165)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2018 M / 1440 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah

dilimpahkan kepada penyusun, serta telah memberikan kemudahan kepada penyusun

sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Katalogisasi dan

Digitalisasi Naskah”

Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW Junjunan dan teladan kita yang telah menyampaikan risalah Islam hingga

sampai kepada kita.

Adapun penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata

kuliah Semantik. Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari bahwa masih adanya

kekurangan, baik dari segi penulisan, susunan kata maupun isinya. Oleh karena itu saran dan

kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan

selanjutnya. Namun besar harapan kami sekiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membacanya, dan penyusun pada khususnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis memohon perlindungan dan mudah-

mudahan memberikan petunjuk-Nya ke jalan yang lurus dan diridhai-Nya, Aamiin.

Bandung, 18 febuari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ..........................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Dilalah ............................................. 3


B. Hubungan Ilmu Dilalah Dengan Ilmu-ilmu lainnya...................... 4

BAB IV

PENUTUP .............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sejak lama telah menjadi objek perhatian para pemikir, sebab bahasa adalah salah satu

roda utama dalam kehidupan manusia semenjak diciptakannya, baik dalam berfikir maupun

dalam berkomunikasi antara sesame manusia. Peranan bahasa tidak seorangpun akan

memungkirinya. Dengn adanya bahasa sejarah tercatatkan dalam buku-buku. Bahkan kitab-

kitab suci yang dianggap sakral bagi umat-umat terdahulu. Namun , tidak ada yang luput dari

perdebatan dan perselisihan terhadap sesuatu yang belum jelas secara pasti keberadaannya

atau kelahirannya. Demikian hal nya dengan bahasa, sejak lahirnya pun menuai perdebatan.

Banyak perdebatan yang dilontarkan oleh para sejarawan mengenai kapan

kemunculan bahasa di tengah manusia. Dinatara sederetan pendapat itu, ada yang

mengatakan ; ‘’ keberadaan bahsa erat kaitannya dengan hubungan antara kata dan makna,

sama hlanya hubungan erat antara api dan asap.’’

Ilmu bhasa yan g dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa sejak

zaman yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara

tata bahasa (gramatik) tradisional dan linguistic modern.

Dengan demikian, dalam makalah ini penyusun akan membahas lebih dalam tentang

tinjauan sejarah perkembangan ilmu dilalah dan juga hubungannya dengan ilmu-ilmu

lainnya.

1
B. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan karya tulis ini, penyusun memandang perlu untuk merumuskan

agar memudahkan dalam penyusunan dan mempermudah pembaca dalam memahaminya.

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu dilalah dari masa klasik sampai modern ?

2. Bagaimana hubungan ilmu dilalah dengan ilmu-ilmu lainnya ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan ilmu dilalah dari klasik sampai

modern.

2. Mengetahui hubungan ilmu dilalah dengan ilmu-ilmu lainnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Dilalah

1. Masa Klasik

Secara historis, sejarah kajian makna sudah ada sejak zaman Yunani kuno dan
Aristoteles (384-322 SM) adalah orang pertama yang menggunakan istilah makna, lewat
batasan pengertian kata sebagai satuan terkecil yang mengandung makna. Selain Aristoteles,
Plato juga membicarakan makna. Dalam cratylus ia mengungkapkan bahwa bunyi-bunyi
bahasa secara implisit mengandung makna-makna tertentu.

Di India, para ahli bahasa India semenjak dulu telah membahas kajian tentang
pemahaman karakteristik kosa kata dan kalimaT bahkan tidak berlebihan bila dikatakan
mereka telah membahas makna dan diantara kajian semantinya ialah tentang perkembangan
bahasa baik hubungan antara lafadz dan makna.

Adapun di dunia Arab, kajian tentang makna sudah banyak dilakukan oleh para linguis Arab.
Perhatian mereka terlihat pada berbagai kegiatan, antara lain;

a. pencatatan makna-makna yang asing dalam Al-Qur’an

b. Pembicaraan mengenai kemukjizatan Al-Qur’an

c. Penyusunan kamus

d. Pemberian harokat pada mushaf Al-Qur’an

Perhatian terhadap ilmu dilalah ini telah mengantarkan kepada perkembangan kamus dalam
bahasa Arab, dan karena itu pembahasan tentang perkamusan dalam bahasa Arab sangat erat
dengan ilmu dilalah, hal ini dapat dipahami karena salah satu fungsi perkamusan adalah
memberikan pemaknaan terhadap suatu kata atau kalimat, sedangkan pemaknaan itu sendiri
merupakan bagian dari ilmu dilalah, dengan demikian kajian tentang ilmu dilalah dimulai
sejak timbulnya kajian perkamusan yaitu sekitar pertengahan abad kedua hijriyah, yang
diprekarsai oleh Al-Kholil Ibnu Ahmad Al- Farohidi dengan kitabnya Al-‘Ain.

3
2. Masa Modern

Kegiatan para ilmuan di masa klasik dalam mengkaji makna belum bisa dikatakan
sebagai kajian semantik, sebagi ilmu yang berdiri sendiri, akan tetapi kajian mereka itu
merupakan embrio dari semantik. Baru di akhir abad ke-19, istilah “semantik” di Barat,
sebagai ilmu yang berdiri sendiri ini dikembangkan oleh ilmuan Prancis, Michael Breal.

Kajian semantik menjadi lebih terarah dan sistematis setelah tampilanya Ferdinand de
Saussure dengan karyanya Course de Linguistique Generale (1916), ia dijuluki sebagai bapak
linguistik modern, Setelah de Saussure ada juga ilmuan yang dianggap cukup memberikan
corak, warna dan arah baru dalam kajian bahasa yaitu Leonard Bloomfield dalam bukunya
Language. Tokoh lain yang berjasa dalam perkembangan linguistik khususnya semantik
adalah Noam Chomsky, seorang tokoh aliran tata bahasa transformasi. Ia menyatakan bahwa
makna merupakan unsur pokok dalam analisis bahasa.

Kajian semantik bukan hanya menarik perhatian para ahli bahasa tapi juga menarik
perhatian para ahli di luar bahasa, salah satunya yaitu Odgen dn Richard dengan karyanya
yang berjudul The meaning of meaning yang membahas kompleks sebuah makna.

Dalam kalangan linguis Arab muncul nama Ibrohim Anis, guru besar bidang
linguistik Arab di universitas Cairo dengan kitabnya yang berjudul Dilalah Al-alfadz, yang
diantaranya membahas tentang sejarah perkembangan bahasa manusia dan bagaimana
hubungan antara lafadz dan maknanya seerta jenis hubungan keduanya, selain itu dibahas
pula tentang macam-macam makna yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikologi.
Sebagai bentuk konkrit dari perhatian para ulama Arab terhadap semantik adalah upaya
penyusunan kamus yang berlangsung melalui beberapa fase. Pertama, tahap penyusunan
kata-kata dengan penjelasanya yang belum disusun secara teratur. Kedua, tahap pembukuan
lafadz-lafadz secara teratur, akan tetapi berbentuk risalah-risalah yang terpisah-pisah denagn
materi yang terbatas, contohnya Kitab Al-Mathar karya Abu Zaid Al-Anshori. Ketiga, tahap
penyusunan kamus secara komprehensif dan sistematis yang dipelopori oleh Al-Kholil Ibnu
Ahmad Al-Farohidi, dialah yang memberikan inspirasi bagi para ahli bahasa lainnya untuk
menyuisun kamus.

Walhasil, semantik atau ilmu dilalah telah ada sejak zaman Yunani kuno meskipun belum
disebut secara jelas dan tegas sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Pada akhir abad ke-19,
semantik menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri sebagai cabang linguistik dan

4
yangmempeloporinya adalah Michael Breal kemudian disempurnakan oleh Ferdinand de
Saussure.

B. Hubungan Semantik dengan Disiplin Ilmu- ilmu lainnya

Semantik merupakan salah satu cabang dari linguistik yang membahas tentang makna
kata. Mengkaji makna bahasa (sebagai alat komunikasi verbal) tentu tidak dapat terlepas dari
para penggunanya. Pengguna bahasa adalah masyarakat. Oleh karena itu studi semantik
sangat erat kaitannya dengan ilmu lain yang akan penyusun bahas satu per satu dalam bab
ini.

1. Semantik dengan Kesusastraan

Sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni menggunakan bahasa sebagai media
pemaparannya. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari, bahasa
dalam karya sastra memiliki kekhasannya sendiri. Semantik dan kesusastraan saling memiliki
keterkaitan, dalam hal ini bahasa dalam kesusastraan memiliki bentuk dan tuturan yang sama,
tetapi dipandang dari segi makna belum tentu dipahami dengan pemahaman yang seragaman
oleh tiap-tiap orang. Hal ini karena bahasa dalam kesusastraan berbeda dengan bahasa yang
berada dalam karya ilmiah. Seperti halnya bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari,kode dalam sastra memiliki 2 lapis, yakni lapis bunyi atau bentuk dan lapis makna.
Adapun lapisan makna dalam kesusastraan terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

a. Lapisan makna tersurat (denotatif)

Lapisan makna tersurat atau denotatif adalah makna yang sebenarnya.

b. Lapisan tersirat (konotatif)

Lapisan makna tersirat atau yang disebut dengan konotatif adalah makna yang digambarkan
melalui kiasan.

c. Lapisan makna kreatif, dan

Lapisan makna kreatif adalah lapisan makna yang dipikirkan oleh seorang pengkritik.

d. Lapisan makna pribadi

Lapisan makna pribadi adalah makna yang dapat dipahami oleh pengarangnya saja.

5
Berhadapan dengan kompleksitas makna dalam karya sastra, pembaca yang ingin
memahami karya sastra secara sungguh-sugguh tentunya harus memahami ilmu tentang
makna sebagai bekal awal dalam upaya memahami teks sastra.

2. Semantik dan Linguistik

Semantik dan linguistik memiliki hubungan yang sangat erat karena linguistik adalah
ilmu yang mengkaji bahasa, baik yang berbentuk kata, frase, kalimat dan wacana yang terdiri
atas dua lapisan yaitu lapisan bentuk dan makna. Berdasarkan asumsi bahwa makna menjadi
bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Sama seperti komponen
bunyi dan tata bahasa, makna merupakan komponen yang menduduki tingkatan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan adanya hubungan antara semantik dan linguistik.
Berikut ini akan dipaparkan hubungan semantik dengan cabang-cabang ilmu linguistik.

a. Hubungan semantik dengan fonologi

Fonologi merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang bunyi bahasa. hubugan semantik
dengan fonologi yaitu membahas tentang perbedaan bentuk yang menimbulkan makna yang
berbeda juga. Contohnya kata (1) apel dan (2) apel, kedua kata tersebut penyebutannya
berbeda dan maknanya berbeda. Apel (1) memiliki makna pohon yang buahnya bundar,
berdaging tebal dan mengandung air, serta berkulit lunak yang berwarna merah (kemerah-
merahan), kuning (kekuning-kuningan). Jika matang rasanya manis kemasam-masaman. Apel
(2) bermakna upacara yang wajib dihadiri (bersifat kemiliteran).

b. Hubungan semantik dengan morfologi

Morfologi merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang penulisan struktur huruf atau
kata. Hubungannya dengan semantik adalah membahas setiap kata yang berbeda dan
memiliki makna yang berbeda pula. Contohnya kata dasar “bawa” jika diberikan imbuhan
menjadi “membawa”, “dibawa”. Pemberian imbuhan tersebut menghasilkan pembawaan
maknanya berbeda.

c. Hubungan semantik dengan sintaksis

Sintaksis, yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang susunan kata dan kalimat. Hubungan
semantik dengan sintaksis, yaitu apabila susunan kata dan kalimatnya berbeda maknanya juga
berbeda. Contohnya kalimat (1) kucing makan sabun dan (2) sabun makan kucing, contoh

6
tersebut berdasarkan sintaksis adalah benar, tetapi secara semantik memiliki makna yang
berbeda.

d. Hubungan semantik dengan pragmatik

Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang menjelaskan struktur bahasa sebagai alat
komunikasi antara penutur dan mitra tutur yang terikat konteks. Pragmatik, yaitu ujaran kata
yang tidak sebenarnya tetapi mengandung arti. Ujaran yang dituturkan oleh penutur memiliki
makna sehingga diperlukan adanya pemahaman dari mitra tutur. Contohnya seseorang yang
melihat baju temannya robek lalu mengucapkan “bagus sekali bajumu”, di satu sisi fungsi
kalimat tersebut adalah pujian, tetapi secara semantik sesuai gagasan yang ingin disampaikan
penutur makna tersebut berarti sindiran.

e. Hubungan semantik dengan sosiolinguistik

Sosiolinguistik berkaitan dengan bahasa di lingkungan masyarakat. Apabila bahasa yang


dimiliki oleh sekelompok masyarakat berbeda maka berbeda pula maknanya. Contohnya
bahasa Banjar dan bahasa Jawa berbeda sehingga maknanya juga berbeda. Kata pacul dalam
bahasa Banjar berarti melepas, sedangkan dalam bahasa Jawa pacul artinya cangkul.

f. Hubungan semantik dengan psikolinguistik

Psikolinguistik berkaitan dengan fisik dan kejiwaan seseorang. Apabila fisik atau kejiwaan
seorang penutur tidak baik, bahasaya juga kurang baik sehingga perlu pemahaman makna.
Contohnya ketika berbicara dengan orang yang mengalami gangguan jiwa, makna yang
disampaikan tidak sesuai dengan hal yang ingin dibicarakan.

g. Hubungan semantik dengan wacana

Wacana merupakan kumpulan gramatik terbesar atau tertinggi yang dilengkapi oleh ide
pokok serta gagasan penunjang yang berkesinambugan terhadap sebuah karangan. Hubugan
semantik dengan wacana adalah pemaknaan terhadap satu teks wacana yang hilang.

3. Semantik dengan sosiologi

Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan sering dijumpai dalam


kenyataan masyarakat dalam menggunakan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu yang
dapat menandai identitas maupun kelompok penuturnya.

7
Contoh kata “cewek” dan “wanita”. Kata “cewek” lebih identik digunakan oleh para
remaja ataupun anak-anak muda, sedangkan kata “wanita” terkesan lebih sopan diucapkan
dan identik dengan orangtua yang mengedepankan kesopanan dalam bertutur

4. Semantik dengan psikologi

Kajian semantik dengan psikologi tentunya lebih terkait hubungannya dengan


kejiwaan, sebab ekpresi dalam jiwa seseorang diungkapkan melalui bahasa dan mempunyai
makna-makna sesuai dengan konteksnya.

Contoh kata : suka dan duka. Kata “suka” diartikan sebagai kegembiraan atau
kesenangan seseorang atas sesuatu yang dia rasakan misalnya seperti “Andi suka bermain
bola”, sedangkan kata “duka” diartikan sebagai kesedihan yang timbul dalam perasaan,
seperti “Indonesia berduka cita atas longsor yang terjadi Ciwidei kabupaten Bandung”.
Contoh tersebut merupakan analisis semantik adjektif dengan kata lain dapat dikatakan
semantk yang berkaitan dengan positif dan negatif.

5. Semantik dengan Antropologi

Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi dikarenakan analisis makna


pada sebuah bahasa, melalui pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan mendapatkan
menjanjikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya penuturnya .

Contoh : Penggunaan / pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti
lapar yang mencerminkan sebuah budaya bagi penuturnya. Kata “ngelih” digunakan oleh
masyarakat Yogyakarta dan Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk lapar bagi
masyarakat jawa timur khususnya daerah Jombang.

6. Semantik dengan Filsafat

Pada dasarnya filsuf linguis mempersoalkan makna dalam hubungan antara ujaran,
pikiran, realita, dan alam. Secara umum dibedakan teori makna antara lain :

a. Teori referensi atau korespondensi

Teori ini merujuk pada makna referen yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik
berupa frase atau kalimat. Contoh “ mantan wakil presiden RI 2004-2009 “

8
b. Teori kontekstual

Teori kontekstual harus mempunyai makna dasar atau primer terlepas dari konteks situasi
baru mendapatkan makna sekunder.

c. Teori konseptual

Teori konseptual tergantung dengan konsep dalam ujaran bahasa, kalimat, frase, wacana.

d. Teori formalisme

Teori formalis lebih berkonsentrasi pada pembahasan fitur-fitur teks, khususnya properti-
properti bahasa yang digunakan daripada konteks penciptaan karya dan konteks
penerimaannya.

9
BAB III

KESIMPULAN

Sejarah ilmu dilalah atau makna telah digunakan oleh Aristotele sebagai pemikir

yunani yang hidup pada masa 384-322 SM , ia dalah pemikir pertama yang menggunakn

istilah istilah ‘makna’ lewat batasan pengertian katav yang menurut Aristoteles adalah satuan

terkecil yang mengandung makna kemudian ilmu dilalah mengalami perkembangan dan

menjadi lebih terarah dan sistematis setelah tampilanya Ferdinand de Saussure dengan

karyanya Course de Linguistique Generale (1916), ia dijuluki sebagai bapak linguistik

modern, Setelah de Saussure ada juga ilmuan yang dianggap cukup memberikan corak, warna

dan arah baru dalam kajian bahasa yaitu Leonard Bloomfield dalam bukunya Language.

Dalam kalangan linguis Arab muncul nama Ibrohim Anis, guru besar bidang

linguistik Arab di universitas Cairo dengan kitabnya yang berjudul Dilalah Al-alfadz, yang

diantaranya membahas tentang sejarah perkembangan bahasa manusia dan bagaimana

hubungan antara lafadz dan maknanya seerta jenis hubungan keduanya

Kajian semantik tidak bisa dipisahkan dengan ilmu-ilmu lainnya oleh sebab itu ilmu

ini mempunyai banyak hubungn dengn ilmu-ilmu lainnya seperti, fonologi, morfologi,

sintaksis dll.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2011. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2012. Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung: PT


Refika Aditama.

DR. Manqur Abdul Galey, 2001. Ilmu Ad-Dilalah, Ushuluh wa Mabahitsu Fi At-Turats Al-
Araby, Damaskus: Maktabah Al-Asad.

Parera J.D, 2004, Teori Linguistik. Jakarta : Erlangga

Abdul Wahab, Muhbib, Epistemologi dan metodologi pembelajaran bahasa arab, Ciputat
Jakarta Selatan : UIN Jakarta Press, 2008

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 2003

Matsna, Moh, Orientasi Semantik Al-Zamakhsyari : kajian makna ayat-ayat kalam, Ciputat :
Anglo Media, 2006

Resmini, Novi, dkk, Kebahasaan (fonologi, morfologi dan semantik), Bandung : UPI press,
2006

11

Anda mungkin juga menyukai