Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Macam-Macam Khabar dan Penyimpangan Kalam Khabar

dari Ketentuan Lahiriyahnya

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah (MK): Balaaghah II

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Ida Nursida, M.A

Disusun oleh:

Syahril Sidik : 171360049

Siti munjiah

Siti Mastufah : 171360045

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2019/1441 H

1
A.macam macam khabar

i) Kondisi Mukhattab :
1. Ibtidaa-I
Hatinya bebas dari hukum yang terkandung di dalam kalimat (yang akan
diucapkan). Dalam kondisi demikian,kalimat disampaikan tanpa disertai adat
taukid.
2. Thalabi
Ragu terhadap hukum dan ingin memperoleh suatu keyakinan dalam
mengetahuinya. Dalam kondisi demikian, lebih baik kalimat disampaikan disertai
dengan lafadz penguat agar dapat menguasai dirinya.
3. Innkari
Mengingkari isi kalimat, dalam kondisi demikian, kalimat wajib disertai
penguat dengan satu penguat atau lebih sesuai dengan frekuensi keingkarannya.

ii) Lafadz-Lafadz Penguat Kalam Khabar :


Inna, Anna, Qasam, Lam Ibtida, Dua Nun Taukid, ( Nun Khafifah dan Nun
Tsaqilah ), Huruf Tasybih (Peringatan), Huruf Zaidah ( Tamabahan),qad dan Ammaa
Syarthiyyah.

Contoh :

A. Muawiyah menulis surat kepada salah seorang aparatnya, diantara isinya mengatakan :

‫ َوالَ نَ ْشتَدُّ َج ِم ْيعًا فَنَحْ ِم َل النَّاس َعلَى‬,‫صيَ ِة‬ ُ َّ‫ الَنَ ِل ْينُ َج ِم ْيعًا فَ َي ْم َر َح الن‬, ً ‫احدَة‬
ِ ‫اس فِى ال َم ْع‬ ِ ‫سةً َو‬ َ ‫اس ِسيا‬ َ َّ‫س الن‬ َ ‫س ْو‬ ُ َ‫الَ يَ ْنبَ ِغ ْي لَنا َ أ َ ْن ن‬
.‫لرأفَ ِة َوالَّحْ َم ِة‬ َ ‫لشدَّ ِة َوال ِغ ْل‬
َّ ‫ َوأ َ ُك ْونُ أَنَا ِل‬,‫ظ ِة‬ ِ ‫ َولكن ت َ ُك ْونُ أ َ ْنتَ ِل‬,‫ال َم َها ِل ِك‬
Tidak layak bagi kita mengatur manusia dengan peraturan yang sama. Kita tidak boleh lunak
kepada seluruh manusia, sebab kalua demikian mereka akan bangkit dan berbangga diri karena
maksiat. Kita tidak boleh bersikap keras kepada seluruh manusia, sebab yang demikian akan
membawa mereka kepada kebinasaan. Melainkan engkau berlaku keras dan kasar, sedangkan
aku berlaku lembut dan penuh kasih sayang.
Penjelasan :
Pada contoh diatas tidak terdapat adat taukid, jadi Mukhatabnya adalah ”
Khaaliyudzdzihni (Hatinya Bebas)” dari kandungan kalimat-kalimat berita itu. Oleh karena
itulah si pembicara tidak memandang perlu untuk mempertegas berita yang disampaikannya.
Kalimat berita yang demikian disebut sebagai Ibtidaa-i (Kalimat pemula).
B. Abu Tamam berkata :

‫يُنَا ُل الفَتَ ِم ْن َع ْي ِش ِه َوه َُو َجاهِل‬

‫َويُ ْكدِى الفَت َى فِى دَ ْه ِر ِه َوه َُو َعال ُم‬

1
ِ ‫ي َعلَى‬
‫الح َجا‬ ُ َ‫ت األ َ ْرز‬
ْ ‫اق تَجْ ِر‬ ِ َ‫َولَ ْوكَان‬

‫َهلَ ْكنَ اِذًا ِم ْن َج ْه ِل ِه َّن البَ َهائِ ُم‬

Seorang pemuda itu berhasil dalam meraih kehidupannya, padahal ia bodoh. Dan seorang
pemuda sangat sedikit hartanya sepanjang tahun, padahal ia pandai. Seandainya reski itu berjalan
sesuai dengan kemampuan akal niscaya binatang akan binasa karena kebodohannya.

C. Allah Swt Berfirman :

َ ْ ‫ َو َال يَأْت ُ ْونَ البَا‬,‫قَدْ يَ ْعلَ ُم ّللاُ ال ُمعَ ِوقِيْنَ ِم ْن ُك ْم َوالقَا ئِ ِليْنَ ِ ِأل ْخ َوانِ ِه ْم َهلُ َّم اِلَيْنا‬
) 18 : ‫ ( األحزاب‬.‫س اِال قَ ِلي ًًْل‬
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi diantara kamu,
dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, “ Marilah kepada kami” dan mereka
tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. ( Qs. Al-Ahzab : 18 ).

D. Assariyyur Rafa-I berkata :

‫اس أ َ ْن َي ْن َهدَّ َباقِ ْي ِه‬


ُ َّ‫ لَ ْم َيأ َم ِن الن‬, ُ‫ا َِّن ال ِبنَا َء اِذَا َماا ْن َهدَّ َجانِبُه‬
Sesungguhnya bangunan itu bila telah hancur suatu sisinya, maka tidak dapat dijamin bahwa
manusia tidak akan meruntuhkan sisanya.

E. Abul Abbas As-Safah Berkata :

ِ ‫ َوألُع‬,‫سلَّهُ ال َح ُّق‬
َ‫ْطيَ َّن َحتَّى ال‬ َّ ‫ َو َأل ُ ْك ِر َم َّن الخَا‬,ُ‫الشدَّة‬
َ ‫ َوأل ْغ ِمدَ َّن‬,‫صةَ َماأ َ ِم ْنت ُ ُه ْم َعلَى ال َعا َّم ِة‬
ُ َ‫س ْي ِفى َحتَّى ي‬ ِ ‫عملَ َّن اللينَ َحتَّى َال يَ ْنفَ َع ا َِّال‬ ِ ُ ‫أل‬
.‫ضعًا‬ِ ‫أ َ َرى ِللعَ ِطيَّ ِة َم ْو‬
Sungguh saya akan benar-benar saya akan mengangkat orang-orang lemah lembut sebagai
aparatku sehingga mereka akan menjadi keras. Sungguh akan saya muliakan orang-orang
tertentu yang tidak dapat saya percayakan pengurusan mereka kepada masyarakat umum.
Sungguh saya akan menyarungkan padang saya kecuali dihunus oleh kebenaran. Dan sungguh
saya akan banyak memberi sehingga tidak ada lagi tempat pemberian.

F. Allah berfirman :
)186 : ‫لَت ُ ْبلَ ُو َّن فِى أَ ْم َوا ِل ُكم َوأ َ ْنفُ ِس ُك ْم ( ال عمرن‬
Kamu Sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan dirimu. ( Qs.Ali Imran : 186).

G.
‫ ت َ ْس ُم ْو اِلَى ال َمجْ ِد َوال ت َ ْفت ُ ُر‬, ‫َو ِ َّّلِلِ اِنِى أل َ ُخ ْو ِه َّم ٍة‬
Demi Allah sesungguhnya aku benar-benar punya cita-cita yang mengarah kepada kemuliaan,
dan cita-cita itu tidak lemah.

1
Pada contoh kedua tergambar mukhattab sedikit merasa ragu dan tampak padanya
keinginan untuk mengetahui hakikat. Maka dalam kondisi yang seperi ini baik sekali
disampaikan kepadanya kalimat berita yang berkesan meyakinkan dan menghilangkan keraguan.
Oleh karena itu, dalam contoh ketiga kalimatnya diperkat dengan qad, dan pada contoh ke empat
di perkuat dengan inna. Kalimat demikian disebut dengan thalabi.

Pada contoh kalimat terakhir, mukhatabnya mengingkari dan menentang isi beritanya.
Dalam kondisi seperti ini kalimat wajib disertai beberapa sarana penguat yang mampu mengusir
keingkaran mukhattab dan menjadikannya menerima. Pemberian penguat ini harus disesuaikan
dengan frekuensi keingkarannya. Oleh karena itu, kalimat dalam dua contoh kelima dan ke enam
diperkuat dengan dua penguat, yaitu ” Qasam(sumpah), Nun taukid. Adapun pada contoh
terakhir, penyair memperkirakan bahwa keingkarannya lebih kuat lagi, maka ia memperkuat
pernyataannya dengan tiga macam penguat, yaitu ”Qasam,Inna,Lam taukid” Kalimat demikian
disebut dengan ingkari.

C. Jenis-Jenis Kalam Khabari

Kalam khabari adalah kalimat yang diungkapkan untuk memberiitahu sesuatu atau beberapa hal
kepada mukhatab. Untuk efektifitas menyampaikan suatu pesan perlu dipertimbangkan kondisi
mukhatab. Ada tiga keadaan mukhatab yang perlu dipertimbangkan dalam mengungkapkan
kalam khabari.[2] Keadaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mukhathab yang belum tahu apa-apa (‫)خلى الذهن‬

Mukhthab khalidzdzihni adalah keadaan mukhathab yang belum tahu sedikit pun tentang
informasi yang disampaikan. Mukhathab diperkirakan akan menerima dan tidak ragu-ragu
tentang informasi yang akan disampaikan. Oleh karena itu tidak diperlukan taukid dalam
pengungkapannya. Bentuk kalam khabari pada model pertama ini dinamakan kalâm khabari
ibtidai. Contoh:

‫السيارة ساقطة في الوادي‬

2. Mukhathab ragu-ragu (‫)متردد الذهن‬

Jika mukhathab diperkirakan ragu-ragu dengan informasi yang akan kita sampaikan maka perlu
diperkuat dengan taukid. Keraguan mukhathab bisa disebabkan dia mempunyai informasi lain
yang berbeda dengan informasi yang kita sampaikan, atau karena keadaan mutakallim yang
kurang meyakinkan. Untuk menghadapi mukhathab jenis ini diperlukan adat taukid seperti „ – ‫أن‬
‫‟ إن – فد – ل‬. Bentuk kalam ini dinamakan kalâm khabari thalabi ( ‫) خبر طلبي‬

Contoh:

‫إن السيارة ساقطة‬

1
3. Mukhathab yang menolak (‫)انكاري‬

Kadang juga terjadi mukhathab yang secara terang-terangan menolak informasi yang kita
sampaikan. Penolakan tersebut mungkin terjadi karena informasi yang kita sampaikan
bertentangan dengan informasi yang dimilikinya serta keinginan dan keyakinannya. Hal ini juga
bisa terjadi karena dia tidak mempercayai kepada kita. Untuk itu diperlukan adat taukid lebih
dari satu untuk memperkuat pernyataannya. Jenis kalam model ini dinamakan kalam khabari
inkari. Contoh:

‫وهللا إن السيارة ساقطة‬

Dari paparan di atas tampak bahwa penggunaan taukid dalam suatu kalam mempunyai
implikasi terhadap makna. Setiap penambahan kata pada suatu kalimat akan mempunyai
implikasi terhadap maknanya. Seorang filsuf Yaqub bin Ishaq al-Kindi bertanya kepada Abu
Abbas Muhammad bin Yazid al-Mubarrid, ”Saya menemukan sesuatu yang sia-sia dalam
ungkapan Arab. Orang-orang berkata: ‫ وإن عبد هللا القائ‬،‫ وإن عبد هللا قائم‬،‫عبد هللا قائم‬

D. Penyimpangan Kalam Khabari

Seperti telah dijelaskan di atas bentuk-bentuk kalam khabari jika dikaitkan dengan keadaan
mukhathab ada tiga jenis, yaitu ibtidai, thalabi, dan inkari. Pada kalam ibtidai tidak memerlukan
taukid. Karena kalam ini diperuntukkan bagi mukhathab yang khali al-dzihni (tidak mempunyai
pengetahuan tentang hukum yang disampaikan). Pada kalam thalabi, mutakallim menambahkan
satu huruf taukid untuk menguatkan pernyataannya, sehingga mukhathab yang ragu-ragu bisa
menerimanya. Sedangkavn pada kalam inkari, mutakallim perlu menggunakan dua taukid untuk
memperkuat pernyataannya, karena mukhathab yang dihadapinya orang yang menolak
pernyataan kita (munkir).

Namun dalam praktek berbahasa keadaan tersebut tidak selamanya demikian. Ketika berbicara
dengan mukhathab yang khala al-dzihni kadang digunakan taukid. Atau juga sebaliknya
seseorang tidak menggunakan taukid pada saat dibutuhkan, yaitu ketika ia berbicara dengan
seorang yang inkar. Penyimpangan dalam penggunaan kalam khabar ada beberapa macam.

Di antara penggunaan kalam khabari yang menyalahi maksud lahirnya.

1. Kalam Thalabi digunakan untuk mukhathab khali al-dzihni, contoh:

َ ‫َاط ْبنِى فِى الَّذِي‬


۳۷ : ‫ظلَ ُم ْوا اِنَّ ُه ْم ُّم ْغ َرقُ ْونَ (هود‬ ِ ‫) َوالَ تُخ‬

Dan janganlah kau bicarakan kepada-Ku tentang orang-orang zhalim itu, sesungguhnya mereka
itu akan ditenggelamkan. (Q.S Hud: 37)

1
Pada ayat di atas mukhathab-nya adalah nabi Nuh. Ia sebagai khali al-dzihni karena ia pasti
menerima apa yang Allah putuskan. Namun di sini Allah menggunakan taukid seolah-olah nabi
Nuh ragu.[3] Hal ini dilakukan untuk memperkuat suatu pernyataan. Contoh,

َ ‫س َالَ َّم‬
۵۳ : ‫ارة بِالس ُّْو ِء (يوسف‬ ُ ‫) َو َما أُب ِْر‬
َ ‫ئ نَ ْفسِى إِ َّن النَّ ْف‬

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan. (Q.S. Yusuf: 53)

2. Kalam ibtidai digunakan untuk mukhathab inkari

ِ ‫) َو ِإ ٰل ُه ُك ْم ِإ ٰله َّو‬
۱۶۳ : ‫احد (البقرة‬

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa.(Q.S al-Baqarah: 163)

Pada ayat di atas Allah menggunakan kalam khabari ibtidai yaitu tidak menggunakan taukid,
padahal mukhathab-nya adalah orang-orang kafir yang inkar.

Pertimbangan penggunaan kalam ibtidai untuk mukhathab inkari adalah karena di samping
orang-orang kafir itu telah ada bukti yang dapat mendorong mereka untuk beriman. Oleh karena
itu keingkaran mereka tidak dijadikan dasar untuk menggunakan ungkapan penegasan dengan
taukid.[4]

1
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kalam khabari ialah suatu ungkapan yang mengandung kemungkinan benar atau bohong
dilihat dari teksnya itu sendiri, kalam khabari memiliki dua tujuan, yang pertama yaitu untuk
memberi tahu mkhathab tentang suat informasi tujuan ini dinamakan faidah al-khabar, kedua di
ucapkan kepda orang yang sudah tahu dengan tujuan agar orang yang di ajak bicara tidak
mengira bahwa ia tidak mengetahuinya.Selain tujuan utama dari kalam khabari dan tujuan-tujuan
lainnya dari kalam khabar , yaitu

a) istirham (minta di kasihani):

b) izhhar al-dla’fi (memperlihatkan kelemahan) :

c) izzhar al-tahassur (memperliahatkan penyesalan): d) al-Fakhr ( sombong); e) dorongan bekerja


keras.

Dan kalam khabar memiliki tiga jenis, yaitu ibtidai,thalabi,dan inkari. Kalam ibtidai
adalah suatu kalam khabari yang tidak menggubnakan taukid, kalam ini di gnakan untk orang
yang tidak tahu sama sekali ( khali al-dzihni). Kalam thalabi adalah suatu kalam khabari yang
menggunakan suatu taukid, kalam ini di gunakan untuk mukhatab mutaraddid (mukhatab yang
ragu). Sedangkan kalam inkari adalah suatu kalam khabari yang menggunakan lebih dari satu
taukid. Kalam ini di gunakan untuk mukhatab munkir.

Dalam kenyataan sering terjadi penyimpangan dari kaidah dan aturan umum, sperti
ungkapan ibtidai untuk inkari atau sebaliknya ungkapan inkari di gunakan untuk mukhatab
ibtidai.

1
DAFTAR PUSTAKA

[1] Dr. Mamat Zaenuddin, M.A. dan Dr. Yayan Nurbayan, M.Ag., Pengantar Ilmu Balaghah,
(Bandung: Refika Aditama, 2007), hal. 95

[2] Ibid., hal 97

[3] Ali AL-Jarim dan Musthafa Usman, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2006), hal. 228

Anda mungkin juga menyukai