DI SUSUN OLEH :
FACHRIZAL MUTTAQIN
22.88.204.015
Penulis
(Fachrizal Muttaqin)
DAFTAR ISI
2
BAB 1. PENDAHULUAN …………………………… 4
Latar belakang masalah ……………………………….. 4
Rumusan masalah ……………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN ………………………………. 5
Pengertian Fiil lazhim dan Muta’ddi …………………… 5
Ta’kid …………………………………………………… 5
BAB III PENUTUP ……………………………………. 6
DAFTAR PUSAKA …………………………………… 7
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan bahasa Arab, banyak ilmu-ilmu yang perlu diketahui, seperti: ilmu
Nahwu, ilmu Sharaf, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab. Dalam ilmu nahwu
banyak materi-materi yang disajikan. Oleh karena itu, penulis mengangkat sebuah materi yang
berjudul “PEMBAGIAN FI’IL DI LIHAT DARI ASPEK MA’MUL DAN TA’KID NYA”, yang
mana materi ini salah satu materi penting yang harus diketahui dalam Ilmu Sharaf. Materi ini
juga merupakan materi yang penting ketika kita ingin mempelajari ilmu tafsir, ilmu hadits dan
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu islam yang lain. Makalah ini juga disusun karena
merupakan tugas kelompok yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dalam mata kuliah ini.
Salah satu pembahasan yang dibahas dalam ilmu sharaf adalah Pembagian fi’il di
lihat dari aspek ma’mul dan ta’kid nya terbagi menjadi dua yaitu; fiil Lazim dan
Muta’addi di mana fiil lazim adalah ialah fiil yang tidak memerlukan maf’ul bih,
sedangkan fi’il Muta’addi ialah f’iil yang memerlukan maf’ul bih.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian fi’il Lazim dan fi’il Muta’addi?
2. Kapan fi’il itu disebut lazim?
3. Kapan fi’il itu disebut muta’addi?
4
PEMBAHASAN
1. Fiil Lazim
Fiil lazim ialah fi’il yang tidak memerlukan maf’ul bih, seperti خرج dan فرح. Contoh:
انا رجعت من المدرسة
هو يخرج من الفصل
2. Fiil Muta’addi
Fiil muta’addi yaitu fi’il yang memerlukan maf’ul bih. Fiil muta’addi itu ada 4 bagian, yaitu:
a. Menashabkan satu maf’ul bih. Contoh:
(Dia telah menulis pelajaran) كتب الدرس
b. Menashabkan dua maf’ul bih, yang kedua-duanya bukan berasal dari mubtada’ dan khabar.
(1) Seperti: سال, منح, منع, كسا, البس,اعطى. Contohnya dalam jumlah:
(saya telah memberi murid itu sebuah buku) اعطيت المتعلم كتابا
c. Menashabkan dua maf’ul bih yang asalnya mubtada’ dan khabar, yaitu fiil-fiil:
عد, حجا,هب, خال,حسب, زعم,جعل.
Memberi arti : mengira/ perkiraan /menduga.
Begitu juga تعلم, درى, القى, وجد, علم,راى ,memberi arti: berkeyakinan/yakin.
Demikian pulaوهب , جعل, ترك,رد,صير memberi arti perubahan.
Seperti lafal : ظننت المخبر صادقا (saya kira pemberi berita itu jujur). Yang menjadi
contoh adalah ظن dalam ظننت. Kadang-kadang انserta isim dan khabarnya menempati tampat
dua maf’ul. Seperti lafal:
يحسبون انهم يحسنون صنعا
(Mereka mengira, bahwa mereka ahli dalam membuat)
Jumlah يحسنون صنعا انهم adalah menempati dua maf’ul dari fiil يحسبون .
5
Jika fi’il terletak setelah kedua ma’mulnya, atau di antara keduanya, maka boleh i’mal dan
ilgha’. Ilgha’ ialah membatalkan amalnya pada lafal dan tempat I’rab. Seperti lafal محمد عالم
اظن lafal اظن dalam contoh ini tidak beramal.
Apabila fiil itu diiringi oleh اس††تفهام (kata tanya), lam ibtida’, lam qasam, atau ,ان ,ال
ما nafiyah ( yang berarti tidak), maka wajib menta’liq fiil itu dari amalnya.
Ta’liq, yaitu membetulkan amal fiil pada lafalnya, tetapi tidak pada tempat I’rabnya.
Contoh: ولقد علموا لمن اشتراه ماله فى االخيرة من خالق (Demi, sesungguhnya mereka telah
meyakini bahwa barang siapa yamg menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat). Yang menjadi contoh adalah lafal ( علموا لمنlam ibtida’ mengiringi (
علموا.
ولقد علمت ما هؤالء ينطقون (Seungguhnya kamu (hai, Ibrahim) telah mengetahui, bahwa
berhala-berhala itu tidak dapat berbicara) . Yang jadi contoh adalah lafal علمت ما هؤالء (
ما nafiyah mengiringi )علمت. Ilgha’ dan ta’liq tidak terjadi pada fiil-fiil tahwil ( yang
mengandung arti perubahan ), dan tidak pula pada fi’il-fi’il هب dan تعلم.
d. Menashabkan tiga maf’ul, yaitu fiil-fiil حدث, خبر, اخبر, نبا, انبا, اعلم,اري
Contohnya:
6
Contohnya seperti lafal الرجل فهم (orang itu paham).
7
a. ta’kid lafdzi
b. ta’kid maknawi
-ta’kid lafdzi adalah ta’kid dengan mengulangi lafadznya muakkad, atau dengan sinonimnya,
baik berupa isim dhahir, atau isim dhomir, atau fi'il, huruf, ataupun jumlah
faedah dari pada ta’kid lafdzi adalah untuk menetapkan perkara yang dikukuhkan di hati
pendengar dan menghilangkan keraguan-keraguan yang ada di dalamnya.
jadi, kalo berkata جاء عليapabila orang yangg diajak berkeyakinan bahwa orang yang
datang itu memang Ali bukan lainya, maka cukuplah bagi anda mengucapkan begitu.
tapi jika mukhotobnya mengingkari, atau ada tanda-tanda pengingkaran untuk
menghilangkan keraguan pendengar maka hendaknya menggunakan ta’kid yaitu
dengan mengatakan جاء علي علي.
-ta’kid maknawi
Ta’kid maknawi adalah ta’kid dengan menuturkan lafadz-lafadz al-ainu, al-nafsu, jami'u,
aamatu, kilaa, atau kilta.dengan syarat lafadz-lafadz itu diidhafahkan kepada dhomir
yang sesuai dengan muakkad.
faedah ta’kid dengan lafadz tersebut adalah menghilangkan kemungkinan adanya
makna majaz, atau kelalaian dalam kalimat.
jadi, jika anda mengucakan جاء االميرada kemungkinan pendengar salah sangka bahwa
yang datang raja atau bala tentaranya? kemudian anda mengukuhkan denga
menuturkan dengan lafadz an-nafsu atau al-ainu
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis berusaha menguraikan masalah dalam setiap babnya penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa, Fiil lazim ialah fiil yang tidak memerlukan maf’ul bih.
Contoh: انا رجعت من المدرسة . Sedangkan Fiil Muta’addi ialah fiil yang memerlukan
maf’ul bih, misalnya : memukul, berarti ada yang dipukul: menolong berarti ada yang
ditolong itu di sebut objek atau penderita. Karena fiil muta’addi selalu selalu memerlukan
objek maka dinamakan جملة فعلية متعدية ialah kalimat verbal yang mempunyai maful
bih. Contohnya عمر احمد يضرب. Fiil itu menjadi lazim, bila menunjukkan akibat dari
fi’il muta’addi yang menasabkan satu maf’ul, contohnya seperti lafal فهم الرجل (orang
itu paham). Fiil itu menjadi muta’addi, apabila, dimasuki hamzah ta’diyah, dengan
Tadh’if pada huruf keduanya, menunjukkan arti sama-sama berbuat,
berwazan استفعل dan menunjukkan arti menuntut /hubungan atau pandangan, gugur
bersama huruf jar.
B. Saran
9
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca. Dalam
pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan–
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Adapun saran yang ingin di sampaikan penulis
yaitu, penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana
pembaca mempelajari tentang menulis ilmiah. Semoga dengan karya tulis ini para pembaca
dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
10
11