Anda di halaman 1dari 12

Oleh. M. Agung Suhendra,S.

Si

َ ‫) َف َو ْيل ٌ لِ ْل ُم‬3( ‫ِين‬


 )4( َ‫صلِّين‬ ْ ‫ض َعلَى َط َع ِام ا ْلم‬
ِ ‫ِسك‬ ُّ ‫) َواَل َي ُح‬2( ‫) َف َذلِ َك الَّذِي َيد ُُّع ا ْل َيتِي َم‬1( ‫الدِّين‬
ِ ‫ب ِب‬ُ ‫أَ َرأَ ْيتَ الَّذِي ُي َك ِّذ‬
)7( ‫ون‬ 6َ ‫) َو َي ْم َن ُعونَ ا ْل َما ُع‬6( َ‫) الَّذِينَ ُه ْم ُي َرا ُءون‬5( َ‫ساهُون‬ َ ‫صاَل تِ ِه ْم‬
َ ْ‫الَّذِينَ ُه ْم َعن‬
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, Itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang
berguna (Q.s Al-Ma’un: 1-6)

Struktur Bahasa

Ada beberapa kandungan balaghah pada surat ini yaitu:

 Pada ayat pertama “‫ين‬ ُ ‫أَ َرأَ ْيتَ الَّذِي ُي َك ِّذ‬ ” menunjukkan sebuah pertanyaan yang
ِ ِّ‫ب ِبالد‬
bermaksud untuk menggetarkan si pendengar kepada berita dan merasa terkejut
dengannya.

 Pada ayat kedua “‫ ” َف َذلِ َك الَّذِي َيد ُُّع ا ْل َيتِي َم‬merupakan Ijaz dengan membuang kata yang
menujukkan fiil syarat sehingga aslinya begini “‫يدع اليتيم‬ ّ ‫”إن أردت أن تعرفه فذلك الذي‬

 Pada ayat ke-4 {  َ‫صلِّين‬ َ ‫ َف َو ْيل ٌ لِ ْل ُم‬ } bermaksud untuk mencela dan mengecam. Pada
ayat ini menyimpan isim dzahir ditempat isim dhomir karena pada awalnya seharusnya
adalah seperti ini {‫} َف َو ْيل ٌ لَ ُه ْم‬yang berfungsi untuk menjelekkan karena mereka itu selain
mendustakan agama mereka pula lalai (sahun) dalam shalatnya.

 Terhadap keindahan pada akhir ayatnya karena memiliki akhir huruf yang sama
yaitu pada ayat 1,3,4 memiliki akhir yang sama yaitu huruf ( ‫ي‬dan ‫)ن‬  ,‫ِين‬ ْ ‫ ا ْلم‬,‫ين‬
ِ ‫ِسك‬ ِ ‫بِال ِّد‬
َ‫صلِّين‬
َ ‫لِ ْل ُم‬ dan pada ayat ke 5-7 yang memiliki akhir yang sama yaitu huruf ( ‫و‬ dan ‫)ن‬  , َ‫ساهُون‬ َ
‫ع‬
َ‫َ ُ ون‬‫ا‬‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ , ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ر‬
َ‫ُ َ ُ ون‬‫ي‬

(Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir Fi al-Aqidah wa as-Syari’ah wa al-manhaj,


Bairut : Dar al-Fiqr, Cetakan Ke-13,2014 M, Jilid Ke-15, Hal 821)

Tentang Surat Al-Ma’un

 Surat Al-Ma’un diturunkan di Mekkah, terdapat 7 ayat dan diturukan setelah surat
Al- (Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Margahi, Bairut: Dar al-Fiq, Jilid ke-10,
Hal : 394)

 Surat ini bercerita tentang dua tipe manusia yaitu orang-orang kafir yang berada
di mekkah sebagaimana dijelaskan pada ayat 1-3 dimana Allah mencela mereka
dengan sebutan orang yang mendustakan agama dan mensifati mereka dengan 2 sifat
yaitu menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang
miskin. Sedangkan pada ayat 4-7 menjelaskan orang-orang munafik (yang
menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keislaman) yang berada di madinah
dimana mereka tersifati dengan 3 sifat yaitu lalai dalam shalatnya, riya dalam beramal
dan engan menolong dengan barang-barang yang bermanfaat antar tetangga sekalipun
mereka beramal maka sesungguhnya mereka beramal bukan untuk Allah melainkan
untuk riya dalam beramal dan shalatnya. (Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir Fi
al-Aqidah wa as-Syari’ah wa al-manhaj, Bairut : Dar al-Fiqr, Cetakan Ke-13,2014
M, Jilid Ke-15, Hal 818-819)

Tafsir Ayat

:‫ { َف َذلِ َك الَّذِي َيد ُُّع ا ْل َيتِي َم} أَ ْي‬،‫اب‬


ُ ‫ ا ْل َم َعا ُد َوا ْل َج َزا ُء َوال َّث َو‬:‫ َوه َُو‬6‫الدِّين؟‬
ِ ِ‫ب ب‬ ُ ‫) الَّذِي ُي َك ِّذ‬1( -ُ‫ َيا ُم َح َّمد‬- ‫ت‬ 6َ ‫ أَ َرأَ ْي‬:‫َيقُول ُ َت َعالَى‬
:‫ِين} َك َما َقال َ َت َعالَى‬ ِ ‫ِسك‬ ْ ‫ض َعلَى َط َع ِام ا ْلم‬ ُّ ‫{وال َي ُح‬ َ ،ِ‫ َواَل ُي ْط ِع ُم ُه َواَل ُي ْحسِ نُ إِلَ ْيه‬،ُ‫م َو َي ْظلِ ُم ُه َح َّقه‬6َ ‫ه َُو الَّذِي َي ْق َه ُر ا ْل َيتِي‬
‫ش ْي َء لَ ُه َيقُو ُم‬ َ ‫ِير الَّذِي اَل‬ 6َ ‫ ا ْل َفق‬:‫] َي ْعنِي‬18 ،17 :‫ِين} [ا ْل َف ْج ِر‬ ِ ‫ِسك‬ ْ ‫ضونَ َعلَى َط َع ِام ا ْلم‬ ُّ ‫{ َكال َبل اَل ُت ْك ِر ُمونَ ا ْل َيتِي َم َوال َت َحا‬
‫بأ َ ْو ِد ِه َو ِك َفا َيتِ ِه‬.
ِ
Allah Swt. berfirman, bahwa tahukah engkau, hai Muhammad, orang yang
mendustakan hari pembalasan Itulah orang yang menghardik anak yatim. (Al-Ma’un:
2) yakni dialah orang yang berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim,
menganiaya haknya dan tidak memberinya makan serta tidak memperlakukannya
dengan perlakuan yang baik. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
(Al-Ma’un: 3) Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-
Nya:

‫ِين‬
ِ ‫ِسك‬ ِ ‫ون َعلى َط‬
ْ ‫عام ا ْلم‬ ُّ ‫َكاَّل َبلْ اَل ُت ْك ِر ُمونَ ا ْل َيتِي َم َوال َت َحا‬
6َ ‫ض‬
Sekali-kali tidak (demikian). sebenarnya kalian tidak memuliakan anak yatim, dan kalian
tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. (Al-Fajr: 17-18) Makna yang
dimaksud ialah orang fakir yang tidak mempunyai sesuatu pun untuk menutupi
kebutuhan dan kecukupannya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an al-Adzhim Karangan Abu al-
Fida al-Hafidz Ibnu Katsir (Wafat 773 H), Jilid IV, Hal: 2080, Bairut :Darul Fiqr,
Cetakan Baru Tahun 1432-1433 H/2011 M)

Makna Kata “ٌ ‫و ْيل‬ ”


َ

‫ وهي أيضا ً كلمة وعيد‬،‫ إنه اسم واد في جهنم‬:‫ وقيل‬،‫ هو العذاب الشديد‬:‫ (ويل لألعقاب من النار) الويل‬:‫قوله‬
} َ‫ { َو ْيل ٌ لِ ْل ُم َط ِّففِين‬،]1:‫ { َو ْيل ٌ لِ ُكل ِّ ُه َم َز ٍة ل ُ َم َز ٍة } [الهمزة‬:‫ كما ذكر هللا في آيات كثيرة كقوله تعالى‬،‫يتوعد بها‬
‫شرح‬6-.ً‫ وفي األحاديث أيضا‬،]5-4:‫ساهُونَ } [الماعون‬ َ ‫صالتِ ِه ْم‬ َ ‫ َف َو ْيل ٌ لِ ْل ُم‬ { ،]16:‫[المطففين‬
َ ْ‫صلِّينَ * الَّذِينَ ُه ْم َعن‬
17:‫ص‬,1:‫ج‬,‫–عمدة األحكام‬
Yang dimaksud Firman Allah: “Wailun bagi tumit-tumit (yang tidak tercuci) oleh api
neraka” al-Wail adalah ‘Adzab yang keras. Ada yang mengatakan: Wail adalah nama
lembah dalam neraka Jahannam. Wail bisa juga artinya kata ancaman yang digunakan
untuk mengancam, sebagaimana Allah berfirman dalam kebanyakan ayat Qur’an
seperti firman-Nya:”Wailun bagi pengumpat lagi pencela” –Al-Humazah:1-, “Wailun bagi
orang-orang yang curang (dalam timbangan)”-Al-Muthaffifin:1-, “Maka wailun bagi
orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang dari shalatnya lalai”-Al-Ma’un:4-5”, dan
dalam hadits-hadits pun (ada).–Syarah ‘umdatul Ahkam,Al-Matabah As-
Syamilah:1/17-

Makna Kata “ َ‫ساهُون‬ ”


َ

‫صلُّونَ فِي‬ ٍ ‫ساهُونَ } َقال َ ا ْبنُ َع َّب‬


َ ‫ الَّذِينَ ُي‬6، َ‫ َي ْعنِي ا ْل ُم َنافِقِين‬:ُ‫ َو َغ ْي ُره‬،‫اس‬ َ ‫ { َف َو ْيل ٌ لِ ْل ُم‬:َ‫ُث َّم َقال‬
َ ْ‫صلِّينَ الَّذِينَ ُه ْم َعن‬
َ ‫صالتِ ِه ْم‬
ِّ ‫صلُّونَ فِي‬
‫الس ِّر‬ َ ‫ا ْل َعاَل نِ َي ِة َواَل ُي‬.
Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. (Al-Ma’un: 4-5) Ibnu Abbas dan
lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang munafik
yang mengerjakan salatnya terang-terangan, sedangkan dalam kesendiriannya
mereka tidak salat. Tafsir Ibnu Katsir,Al-Maktabah Syamilah:8/493-

 ‫وإما عن‬.‫ في صالتهم ساهون‬:‫ساهُونَ } ولم يقل‬ َ ‫صال ِت ِه ْم‬


َ ْ‫ { َعن‬:‫ والحمد هلل الذي قال‬:‫وقال عطاء بن دينار‬
‫ وإما‬.‫ وشروطها على الوجه المأمور به‬6‫ وإما عن أدائها بأركانها‬.‫وقتها األول فيؤخرونها إلى آخره دائما أو غالبا‬
.‫ ولكن من اتصف بشيء من ذلك قسط من هذه اآلية‬،‫ فاللفظ يشمل هذا كله‬6،‫عن الخشوع فيها والتدبر لمعانيها‬
‫ كما ثبت في الصحيحين أن رسول هللا صلى‬.‫ وكمل له النفاق العملي‬،‫ منها‬6‫ فقد تم نصيبه‬،‫ومن اتصف بجميع ذلك‬
‫ حتى إذا‬،‫ يجلس َي ْرقُب الشمس‬،‫ تلك صالة المنافق‬،‫ تلك صالة المنافق‬،‫ “تلك صالة المنافق‬:‫هللا عليه وسلم قال‬
‫”كانت بين قرني الشيطان قام فنقر أربعا ال يذكر هللا فيها إال قليال‬.
Berkata ‘Atha bin Dinar: Segala puji bagi Allah yang telah berfirman “tentang shalatnya
mereka lalai”, dan tidak mengatakan”Dalam shalatnya lalai”.(ini berarti) lalai tentang
waktunya, mereka senantiasa mengakhirkan waktu hingga akhirnya, juga lalai dari
menunaikannya dengan rukun-rukun dan syarat-syarat shalat menurut yang
diperintahkan, dan lalai dari khusyu’ dan memahami makna-makna bacaan shalat.
Maka lafadz lalai mencakup ini semua, akan tetapi barang siapa yang disifati salah satu
dari sifat lalai tadi, maka dia setengahnya orang yang dimaksud ayat ini. Dan siapa
yang semuanya ada, maka sempurnalah nasibnya sebagai orang lalai dalam shalatnya
dan sempurna baginya sebutan munafiq ‘amali, sebagaimana dalam shahih Bukhari
Muslim: Bahwa rasulullah saw bersabda:  Itulah shalatnya orang munafiq, itulah
shalatnya orang munafiq, itulah shalatnya orang munafiq, duduk (santai) sambil
mengawasi matahari (melhat waktu), hingga ketika matahari ada diantara dua tanduk
syaithan (menjelang maghrib) baru dia shalat kemudian mencela empat raka’at (karena
lama) dan tidak mengingat Allah dalam shalat itu kecuali sedikit saja”.Tafsir Ibnu
Katsir

…‫رواه مسلم‬-…‫الصاَل ِة اأْل ُ ْخ َرى‬


َّ ُ‫يء َو ْقت‬
َ ‫الصاَل َة َح َّتى َي ِج‬ َ ‫–إِ َّن َما ال َّت ْف ِري ُط َعلَى َمنْ لَ ْم ُي‬
َّ ِّ ‫صل‬
Sesungguhnya orang yang menyia-nyiakan shalat adalah orang yang menunda-nunda
shalat hingga tiba waktu shalat yang lain.-HR.Muslim-

Shalatnya Orang Munafiq


َ ‫سالَى ُي َرا ُءونَ ال َّن‬
‫اس َوال‬ َّ ‫ { إِنَّ ا ْل ُم َنافِقِينَ ُي َخا ِد ُعونَ هَّللا َ َوه َُو َخا ِد ُع ُه ْم َوإِ َذا َقا ُموا إِلَى ال‬:‫قال تعالى‬
َ ‫صال ِة َقا ُموا ُك‬
]142 6:‫َي ْذ ُك ُرونَ هَّللا َ إِال َقلِيال } [النساء‬
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.-QS.An-Nisa:142-

‫ر‬6ِ ‫صاَل ةُ ا ْل َف ْج‬ َ ‫شاءِ َو‬ َ ‫صاَل ُة ا ْل ِع‬ َ ‫ِين‬ 6َ ‫صاَل ٍة َعلَى ا ْل ُم َنافِق‬ َ َ ‫سلَّ َم إِنَّ أَ ْث َقل‬ َ ‫ه َو‬6ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬
َ ِ ‫سول ُ هَّللا‬
ُ ‫َعنْ أَ ِبي ه َُر ْي َر َة َقال َ َقال َ َر‬
َ
َ‫اس ُث َّم أ ْن َطلِق‬ِ ‫صلِّ َي ِبال َّن‬ َ ‫ة َف ُت َقا َم ُث َّم آ ُم َر َر ُجاًل َف ُي‬6ِ ‫صاَل‬ َّ ‫َولَ ْو َي ْعلَ ُمونَ َما فِي ِه َما أَل َ َت ْو ُه َما َولَ ْو َح ْب ًوا َولَ َقدْ َه َم ْمتُ أنْ آ ُم َر ِبال‬
َ
‫رواه مسلم‬6-.‫ار‬ ِ ‫الصاَل َة َفأ ُ َح ِّرقَ َعلَ ْي ِه ْم ُب ُيو َت ُه ْم ِبال َّن‬
َّ َ‫ش َهدُون‬ ْ ‫ب إِلَى َق ْو ٍم اَل َي‬ ٍ ‫ال َم َع ُه ْم ُح َز ٌم مِنْ َح َط‬ ٍ ‫– َمعِي ِب ِر َج‬
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata. “Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya shalat
yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan Subuh. Seandainya dia
tahu pahala dua shalat tersebut pasti dia akan mendatanginya meskipun dengan
merangkak. Sungguh aku ingin memerintahkan shalat untuk didirikan, lalu aku
perintahkan seseorang untuk menjadi imam shalat menggantikanku. Kemudian aku
pergi bersama mereka dengan membawa beberapa ikat kayu bakar menuju kaum yang
tidak menghadiri shalat berjamaah, lalu aku bakar rumah mereka dengan api.”-
HR.Muslim-

Apa Itu Riya

‫ “إِنَّ فِي َج َه َّن َم لَ َوا ِد ًيا َت ْس َتعِي ُذ َج َه َّن ُم مِنْ َذلِ َك ا ْل َوادِي فِي ُكل ِّ َي ْو ٍم‬:َ‫س َّل َم َقال‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ َع ِن ال َّن ِب ِّي‬6،‫اس‬ ٍ ‫َع ِن ا ْب ِن َع َّب‬
‫اج إِلَى‬ ‫هَّللا‬
ِّ ‫ َولِ ْل َح‬،ِ ‫ت‬ ِ ‫ص ِّد ِق فِي َغ ْي ِر َذا‬ ‫هَّللا‬
َّ ‫ َولِ ْل ُم‬.ِ ‫ب‬ ُ
ِ ‫ ل َِحام ِِل ِك َتا‬:ٍ‫ِي لِ ْل ُم َرائِينَ مِنْ أ َّم ِة ُم َح َّمد‬ َ ‫ أعِ دَّ َذلِ َك ا ْل َواد‬،ٍ‫أَ ْر َب َعمِا َئ ِة َم َّرة‬
ُ
ِ ‫يل هَّللا‬ِ ‫س ِب‬
َ ‫ج فِي‬ 6ِ ‫ار‬ِ ‫ َولِ ْل َخ‬،ِ ‫ت هَّللا‬
ِ ‫“ َب ْي‬
dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya di dalam neraka
Jahanam benar-benar terdapat sebuah lembah yang neraka Jahanam sendiri meminta
perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu setiap harinya sebanyak empat
ratus kali. Lembah itu disediakan bagi orang-orang yang riya (pamer)dari kalangan
umat Muhammad yang hafal Kitabullah dan suka bersedekah, tetapi bukan karena Zat
Allah, dan juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan orang yang keluar untuk
berjihad(tetapi bukan karena Allah Swt.).

‫ ْاذ َه ُب ْوا إِلَى‬: ‫اس بِأ َ ْع َمالِ ِه ْم‬


َ ‫ َيقُ ْول ُ هللا ُ َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة إِ َذا َج َزى ال َّن‬، ‫ء‬6ُ ‫الر َيا‬ ْ َ‫ش ْر ُك األ‬
ِّ ‫ص َغ ُر‬ ُ ‫ف َما أَ َخ‬
ِّ ‫اف َعلَ ْي ُك ْم ال‬ َ ‫إِنَّ أَ ْخ َو‬
‫ َفا ْن ُظ ُر ْوا َهلْ َت ِجد ُْونَ عِ ْندَ ُه ْم َجزاَ ًء ؟‬، ‫!الَّذِينَ ُك ْن ُت ْم ُت َراؤُ ْونَ ف ِْي ال ُّد ْن َيا‬
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’.
Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan
atas amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’
kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?” [HR
Ahmad]
‫اس َواَل ُي ْؤمِنُ ِباهَّلل ِ َوا ْل َي ْو ِم اآْل خ ِِر َف َم َثلُ ُه َك َم َث ِل‬
ِ ‫ص َد َقاتِ ُك ْم ِبا ْل َمنِّ َواأْل َ َذى َكالَّذِي ُي ْنفِقُ َمالَ ُه ِر َئا َء ال َّن‬
َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا اَل ُت ْبطِ لُوا‬
ْ َ ْ
َ‫س ُبوا َو ُ َي ْهدِي الق ْو َم ال َكاف ِِرين‬ ‫اَل‬ ‫هَّللا‬ َ ‫ش ْيءٍ ِم َّما َك‬ َ ْ
َ ‫صلدً ا َيق ِد ُرونَ َعلى‬ ‫اَل‬ ْ َ
َ ‫صا َب ُه َوابِل ٌ ف َت َر َك ُه‬ َ َ
َ ‫اب فأ‬ ٍ ‫ص ْف َو‬
ٌ ‫ان َعلَ ْي ِه ُت َر‬ َ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu


dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Q.s Al-Baqarah:246

Makna Kata “ َ‫ا ْل َما ُعون‬ ”

‫ار ِة َما ُي ْن َت َف ُع بِ ِه‬


َ ‫س ُنوا إِلَى َخ ْلقِ ِه َح َّتى َواَل بِإِ َع‬ َ ‫ َواَل أَ ْح‬،‫س ُنوا عِ َبادَ َة َر ِّب ِه ْم‬َ ‫ اَل أَ ْح‬:‫{و َي ْم َن ُعونَ ا ْل َما ُعونَ } أَ ْي‬ َ :ُ‫َو َق ْولُه‬
ُ ُ
‫ أولَى َوأولَى‬6‫اع القُ ُربات‬ َ َّ ‫ َف َهؤُ اَل ءِ لِ َم ْن ِع‬.‫ َم َع َب َقاءِ َع ْينِ ِه َو ُر ُجو ِع ِه إِلَ ْي ِه ْم‬،ِ‫ان ِبه‬
ِ ‫الز َكا ِة َوأ ْن َو‬ 6ُ ‫َو ُي ْس َت َع‬
Yang dimaksud dengan {dan enggan (menolong dengan) barang berguna} Yakni
mereka tidak menyembah Tuhan mereka dengan baik dan tidak pula mau berbuat baik
dengan sesama makhluk-Nya, hingga tidak pula memperkenankan dipinjam
sesuatunya yang bermanfaat dan tidak mau menolong orang lain dengannya, padahal
barangnya masih utuh; setelah selesai, dikembalikan lagi kepada mereka. Dan orang-
orang yang bersifat demikian benar-benar lebih menolak untuk menunaikan zakat dan
berbagai macam amal kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. (Tafsir
Ibnu Katsir)

Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan bahwa jika dia salat pamer dan jika terlewatkan
dari salatnya, ia tidak menyesal dan tidak mau memberi zakat hartanya; demikianlah
makna yang dimaksud. Menurut riwayat yang lain, ia tidak mau memberi sedekah
hartanya. Ibnu jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ubaid
Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Abu Ishaq, dari Abul
Abidin dan Sa’d ibnu Iyad, dari Abdullah yang mengatakan bahwa dahulu kami para
sahabat Nabi Muhammad Saw. membicarakan makna al-ma’un, bahwa yang dimaksud
adalah timba, kapak, dan panci yang biasa digunakan. (Tafsir Ibnu Katsir

Surat Al Maun (‫ )الماعون‬adalah surat ke-107 dalam Al Quran. Berikut ini


terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat Al Maun.
Surat ini terdiri dari tujuh ayat dan merupakan Surat Makkiyah, menurut
mayoritas ulama. Ia adalah surat ke-17 yang turun kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni setelah Surat At Takatsur dan sebelum Surat
Al Kafirun.

Ada sebagian ulama yang berpendapat surat ini Madaniyah karena di dalamnya
ada ayat tentang orang munafik, yang baru ada di Madinah. Sebagian ulama
lainnya menjelaskan, awal surat ini turun di Makkah, sedangkan ayat 4-7 turun
di Madinah.

Dinamakan surat Al Maun yang berarti barang yang berguna, diambil dari ayat


terakhir dari surat ini. Surat ini juga dinamakan Surat Ad Din, Surat At Takdzib,
Surat Al Yatim, dan Surat Ara’aita.

Surat Al Maun beserta Artinya


Berikut ini Surat Al Maun dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam
bahasa Indonesia:

‫ فَ َو ْي ٌل‬. ‫ َواَل يَحُضُّ َعلَى طَ َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِن‬. ‫ك الَّ ِذي يَ ُد ُّع ْاليَتِي َم‬
َ ِ‫ فَ َذل‬. ‫ يُ َك ِّذبُ ِبالدِّي ِن‬+‫ْت الَّ ِذي‬َ ‫أَ َرأَي‬
‫ون‬َ ‫ُون ْال َما ُع‬
َ ‫ َويَ ْمنَع‬. ‫ون‬ َ ‫ الَّ ِذ‬. ‫ون‬
َ ‫ين هُ ْم يُ َرا ُء‬ َ ُ‫صاَل تِ ِه ْم َساه‬ َ ‫ين هُ ْم َع ْن‬ َ ‫ الَّ ِذ‬, ‫ين‬ َ ِّ‫صل‬َ ‫لِ ْل ُم‬
(Aro,aital ladzii yukadzdzibu bid diin. Fadzaalikal ladzii yadu’ul yatiim. Walaa
yahudldlu ‘alaa tho’aamil miskiin. Fawailul lil musholliinal ladziina hum ‘an
sholaatihim saahuun. Alladziinahum yuroo,uun. Wayamna’uunal maa’uun)

Artinya:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan
(menolong dengan) barang berguna.

Baca juga: Ayat Kursi

Asbabun Nuzul
Menurut Ibnu Abbas, asbabun nuzul Surat Al Maun ini terkait dengan Ash bin
Wail. Menurut As Saddi mengenai Walid bin Mughirah. Ada juga yang
mengatakan terkait Abu Jahal. Namun semuanya hampir sama, mereka
menyakiti anak yatim yang datang meminta bantuan.

Menurut Ibnu Juraij, terkait dengan Abu Sufyan yang biasa menyembelih unta
setiap pekan. Suatu ketika, seorang anak yatim datang meminta sedikit daging
dari unta yang telah disembelih itu. Namun ia tidak diberi justru dihardik dan
diusir. Setelah peristiwa itu, Allah menurunkan tiga ayat pertama Surat Al Maun
ini.

Asbabun Nuzul yang lain diriwayatkan dari Ibnu Mundzir bahwa Ibnu Abbas
mengatakan bahwa ayat keempat Surat Al Ma’un turun mengenai kaum
munafik. Mereka memamerkan shalat mereka, namun tidak shalat jika tidak
ada yang melihat serta tidak mau meminjamkan sesuatu kepada orang lain.

Tafsir Surat Al Maun


Tafsir surat Al Maun ini bukanlah tafsir baru. Kami berusaha mensarikan
dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al
Munir dan Tafsir Al Misbah. Agar ringkas dan mudah dipahami.

‫ فَ َو ْي ٌل‬. ‫ َواَل يَحُضُّ َعلَى طَ َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِن‬. ‫ك الَّ ِذي يَ ُد ُّع ْاليَتِي َم‬
َ ِ‫ فَ َذل‬. ‫ يُ َك ِّذبُ ِبالدِّي ِن‬+‫ْت الَّ ِذي‬َ ‫أَ َرأَي‬
‫ون‬َ ‫ُون ْال َما ُع‬
َ ‫ َويَ ْمنَع‬. ‫ون‬ َ ‫ الَّ ِذ‬. ‫ون‬
َ ‫ين هُ ْم يُ َرا ُء‬ َ ُ‫صاَل تِ ِه ْم َساه‬ َ ‫ين هُ ْم َع ْن‬ َ ‫ الَّ ِذ‬, ‫ين‬ َ ِّ‫صل‬َ ‫لِ ْل ُم‬
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan
(menolong dengan) barang berguna. (QS. Al Maun: 1-7)

Surat Al Maun ayat 1

َ ‫أَ َرأَي‬
‫ يُ َك ِّذبُ ِبالدِّي ِن‬+‫ْت الَّ ِذي‬
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

Kata yukadzdzibu  (‫ )يكذب‬artinya adalah mendustakan atau mengingkari. Ia bisa


berupa sikap batin, bisa pula berupa sikap lahir yang tampak dalam perbuatan.
Kata ad din (‫ )الدين‬secara bahasa bisa
berarti agama, kepatuhan atau pembalasan. Dalam ayat ini, ad din sering
diartikan agama. Namun ia juga berarti pembalasan karena seringkali Al Quran
ketika menggandengkan yukaddzibu dengan ad din artinya adalah mendustakan
hari pembalasan (kiamat).

Ibnu Katsir termasuk mufassir yang memaknai ad diin dengan hari pembalasan.


Sehingga makna ayat ini, tahukah engkau, hai Muhammad, orang yang
mendustakan agama dan mendustakan hari pembalasan?

Surat Al Maun ayat 2

‫ يَ ُد ُّع ْاليَتِي َم‬+‫ك الَّ ِذي‬


َ ِ‫فَ َذل‬
Itulah orang yang menghardik anak yatim,

Kata dzalika  (‫ )ذلك‬digunakan untuk menunjuk kepada sesuatu yang


jauh. Dzalika di sini memberi kesan betapa jauhnya orang itu dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Kata yadu’u (‫ )يدع‬artinya mendorong dengan keras. Namun maknanya tak selalu


dorongan fisik, namun juga mencakup segala penganiayaan dan gangguan.

Al yatim (‫ )اليتيم‬berasal dari kata yutm (‫ )يتم‬yang artinya kesendirian. Permata


yang indah dan tak ada bandingannya disebut ad durrah al yatiimah (‫)الدرة اليتيمة‬.
Pada manusia, yatim digunakan untuk anak yang belum dewasa dan ayahnya
telah wafat.

Ibnu Katsir menjelaskan, orang yang mendustakan agama dan mendustakan


hari pembalasan itu adalah orang yang berlaku sewenang-wenang terhadap
anak yatim, menganiaya haknya dan tidak memberinya makan serta tidak
memperlakukannya dengan perlakuan yang baik.

Surat Al Maun ayat 3

‫َواَل يَحُضُّ َعلَى طَ َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِن‬


dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Kata yakhudldlu (‫ )يحض‬artinya adalah menganjurkan. Kalaupun tidak memiliki
apa-apa, seseorang dituntut minimal menjadi orang yang menganjurkan untuk
memberi makan kepada orang miskin.

Kata tho’am (‫ )طعام‬berarti makanan atau pangan. Ayat ini tidak menggunakan


kata ith’am (‫ )إطعام‬yang artinya memberi makan, agar setiap orang yang
melakukannya tidak merasa dirinya telah memberi makan. Namun ia hanya
memberikan makanan yang pada hakikatnya bukan miliknya melainkan hak
orang-orang miskin itu.

Dua ayat yang menjelaskan karakter pendusta agama ini senada dengan
firman-Nya:

ِ ‫ َواَل تَ َحاضُّ ونَ َعلَى طَ َع ِام ْال ِم ْس ِك‬. ‫ون ْاليَتِي َم‬
‫ين‬ +َ ‫َكاَّل بَلْ اَل تُ ْك ِر ُم‬

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,


dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, (QS. Al Fajr:
17-18)

Surat Al Maun ayat 4

َ ‫فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم‬
َ ِّ‫صل‬
‫ين‬
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

Huruf fa  (‫ )ف‬pada ayat ini menggabungkan tiga ayat pertama dengan ayat ini
dan ayat-ayat berikutnya. Bahwa orang-orang yang mendustakan agama dan
hari pembalasan, selain mereka suka menghardik anak yatim dan tidak mau
memberi makan orang miskin, mereka juga dihinggapi penyakit riya’.

Karenanya banyak ulama yang tidak sependapat jika surat Al Maun diturunkan
terpisah, tiga ayat pertama di Makkah dan empat ayat terakhir di Madinah.
Namun surat ini diturunkan sekaligus jika memperhatikan rangkaian ayatnya
yang membentuk satu kesatuan.

Kata wail (‫ )ويل‬artinya adalah kebinasaan atau kecelakaan, yang menimpa


akibat pelanggaran atau kedurhakaan.

Al mushalliin (‫ )المصلين‬biasa diartikan orang-orang yang shalat. Namun dalam


ayat ini, sholatnya tidak sempurna karena tidak didahului dengan kata yang
seakar dengan aqimu. Penjelasannya ada pada ayat berikutnya. Sehingga tidak
boleh membaca ayat ini berhenti di sini. Ia menggunakan waqaf lazim yang
harus dilanjutkan dengan ayat berikutnya sebagai penjelasan.

Menurut Ibnu Abbas, al mushalliin yang celakan pada ayat ini adalah orang
yang sudah berkewajiban shalat namun mereka melalaikannya. Menurut
Masruq, maksudnya adalah orang yang mengerjakannya bukan pada waktu
yang ditetapkan. Sedangkan menurut Atha Ibnu Dinar, maksudnya adalah
orang yang menunda-nunda shalatnya.

Surat Al Maun ayat 5

َ ُ‫صاَل تِ ِه ْم َساه‬
‫ون‬ َ ‫الَّ ِذ‬
َ ‫ين هُ ْم َع ْن‬
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

Kata ‘an (‫ )عن‬berarti tentang atau menyangkut. Jika ayat ini menggunakan kata


fi (‫)في‬, ia berarti kecaman terhadap orang yang lalai dalam shalatnya dalam arti
tidak khusyu’. Namun ayat ini menggunakan kata ‘an (‫ )عن‬sehingga ia adalah
kecaman terhadap orang yang lalai dari esensi makna dan tujuan shalat.

Kata saahuun (‫ )ساهون‬artinya berasal dari kata sahaa (‫ )سها‬yang


artinya lupa atau lalai. Yaitu seseorang yang hatinya menuju kepada sesuatu
yang lain sehingga melalaikan tujuan utamanya.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud dalam Surat Al Maun
ayat 4-6 ini adalah orang-orang munafik. Mereka mengerjakan shalat saat
bersama orang lain namun tidak mengerjakannya ketika sendirian.

 “Mereka mengerjakan shalat tetapi tidak menegakkan shalat. Mereka


menunaikan gerakan-gerakan shalat dan mengucapkan bacaan sholat, tapi hati
mereka tidak hidup bersama shalat dan tidak hidup dengannya,” tulis Sayyid
Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran. “Ruh-ruh mereka tidak menghadirkan hakikat
shalat dan hakikat bacaan-bacaan, doa-doa dan zikir yang ada dalam shalat,
mereka melakukan shalat hanya untuk dipuji orang lain, bukan ikhlas karena
Allah.”

Surat Al Maun ayat 6

َ ‫الَّ ِذ‬
َ ‫ين هُ ْم يُ َرا ُء‬
‫ون‬
orang-orang yang berbuat riya

Kata yuroo’uun (‫ )يراءون‬berasal dari kata ra’a  (‫ )رأى‬yang artinya adalah melihat.


Dari akar kata yang sama, lahir kata riya’. Yaitu orang yang melakukan
pekerjaan sambil melihat manusia sehingga jika tak ada yang melihatnya,
mereka tidak melakukan pekerjaan itu. Secara istilah, riya’ berarti melakukan
suatu pekerjaan bukan karena Allah tetapi untuk mendapatkan pujian dan
popularitas.

Yang paling terkena ayat ini adalah orang-orang munafik. Namun kita juga
harus waspada jika ada riya’ dalam diri kita.

Surat Al Maun ayat 7

َ ‫ُون ْال َما ُع‬


‫ون‬ َ ‫َويَ ْمنَع‬
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

Kata al maa’uun  (+‫ )الماعون‬berasal dari kata al ma’n (+‫ )المعن‬yang artinya sedikit. Ia


juga bisa berasal dari kata ma’unah (‫ )معونة‬yang artinya bantuan, dengan
mengganti ta’ marbuthah dengan alif dan diletakkan sesudah mim. Sehingga al
maa’uun adalah sedikit bantuan yang berguna.

Menurut Ali bin Abu Thalib, al maa’uun adalah zakat. Sebagian sahabat Nabi
mengatakan al maa’uun adalah sedekah. Ibnu Mas’ud mengatakan al
maa’uun adalah barang yang biasa dipinjam seperti panci. Sedangkan Mujahid
mengatakan maknanya adalah peralatan rumah tangga.

Ikrimah merangkum semua pendapat itu. Ia menjelaskan bahwa puncak al


maa’uun adalah zakat mal sedangkan yang paling rendah adalah meminjamkan
ayakan, timba dan jarum. Pendapat ini pula yang dipilih Ibnu Katsir.

Ibnu Katsir menjelaskan, mereka adalah orang-orang yang tidak beribadah


kepada Allah dengan baik, juga tidak mau berbuat baik kepada sesama
manusia. Tidak mau menolong orang lain, bahkan tidak mau meminjamkan
sesuatu kepada orang lain meskipun barang itu akan kembali dalam kondisi
utuh. Mereka juga menolak zakat.

Buya Hamka termasuk yang berpendapat Surat Al Maun ini diturunkan di


Madinah. “Surat yang pendek ini diturunkan di Madinah untuk menghardik
orang-orang munafik yang ada pada masa itu, yang sorak sorainya keras
padahal sakunya dijahit rapat,” tulisnya dalam Tafsir Al Azhar.
Baca juga: Isi Kandungan Surat Al Maun

Penutup
Surat Al Maun adalah surat yang menjelaskan hakikat para pendusta agama
dan mendustakan hari pembalasan. Karakter utama mereka adalah sewenang-
wenang kepada anak yatim dan tidak mau menolong orang miskin.

Surat ini juga berisi ancaman kepada orang-orang munafik yang lalai dari
shalatnya, memamerkan shalatnya padahal ia sering meninggalkan shalat itu
dan lalai dari tujuannya. Mereka juga tidak mau membantu orang lain. Bahkan
meminjamkan sesuatu saja berat, apalagi bersedekah dan membayar zakat.
Mereka itulah orang-orang yang celaka.

Anda mungkin juga menyukai