Oleh:
1. Ita Juwitaningsih (1910210088)
2. Ahmad Shofi Maulana (1910210093)
3. Dina Aulia Sulha (1910210113)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian musnad?
2. Apa sajakah macam-macam musnad?
3. Bagaimanakah faedah dan keadaan-keadaan musnad?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian musnad.
2. Untuk mengetahui macam-macam musnad.
3. Untuk mengetahui faedah dan keadaan-keadaan musnad.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Musnad
Susunan balaghoh dalam ilmu ma’ani telah ditetapkan dalam dua
komponen, yaitu musnad dan musnad ilaih, keduanya biasanya mencakup
jumlah fi’liyah (musnad dan musnad ilaih) atau jumlah ismiyah (musnad ilaih
dan musnad). Jumlah fi’liyah terdiri dari fi’il dan fa’il. Sedangkan jumlah
ismiyah terdiri dari mubtada’ dan khabar. Dalam ilmu balaghoh mubtada’
disebut musnad ilaih dan khabarnya disebut musnad. Adapun fi’il dalam ilmu
balaghoh disebut musnad dan fa’il disebut musnad ilaih.1
Musnad dan musnad ilaih dalam bahasa indonesia disebut subjek dan
predikat. Secara leksikal musnad adalah sifat, fi’il atau sesuatu yang bersandar
kepada musnad ilaih.
B. Macam-macam Musnad
Musnad berada pada tempat-tempat berikut ini:2
1. Khabar mubtada, contoh : مشهورة الجامعة
2. Fil-tâm, contoh: هللا رسوله بالهدى ارسل
6. Maf'ül kedua dari ظنdan akhwat-nya, contoh: مريضا ظنت عائشة أخاها
7. Maf'ul ketiga dari أرىdan akhwat nya, contoh:
1
Zaenudin Mamat, Pengantar Ilmu Balaghoh (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007).
2
Talqis Nurdianto, “Modul Pembelajaran Ilmu Balaghah, Ma’ani, Badi’, Dan Bayan”
(Yogyakarta: Universitasas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018).
C. Faedah dan keadaan-keadaan Musnad
Keberadaan Musnad pada suatu kalimat sama halnya seperti Musnad
Ilaih yang tidak terlepas dari keadaan-keadaan yang terkait dengan
penyebutan ()الذكر, pembuangan ()الحذف, penakirahan ()التنكير, pengkhususan
ٌ ِب هَّللا ُ َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة أَصْ لُهَا ثَاب
فِي ال َّس َما ِء:ت َوفَرْ ُعهَا َ َأَلَ ْم تَ َر َك ْيف
َ ض َر
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) kelangit.” (QS. Ibrahim: 24).
ٍ قُلْ يُحْ يِيهَا الَّ ِذي أَ ْن َشأَهَا أَ َّو َل َم َّر ٍة ۖ َوه َُو بِ ُك ِّل خَ ْل
ق َعلِي ٌم
3
Khamim, Ilmu Balaghah (Kediri: IAIN Kediri Press, 2018).
Ayat diatas sebagai jawaban dari pertanyaan yang tertera
pada ayat sebelumnya yaitu ayat 78 َمن يُحْ يِي ْال ِعظَا َم َو ِه َي َر ِمي ٌم.
“Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah
hancur luluh?”.
مبتدأ مؤخر
ذ ي َّْخ َس ُر ْال ُمب ِْطلُوْ ن:ٍ :ِض َويَوْ َم تَقُوْ ُم السَّا َعةُ يَوْ َم ِٕٕى
ِ ۗ ْت َوااْل َر ُ َوهّٰلِل ِ ُم ْل
ِ ك السَّمٰ ٰو
Dan milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari
terjadinya Kiamat, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang
mengerjakan kebatilan (dosa). (QS. Al-Jasiyah: 27)
Ayat diatas memberikan pengertian, bahwa segala
sesuatu, baik di bumi maupun di langit adalah milik Allah
(mengkhususkan atas kepemilikan Allah).
Tanbih ( )تنبيهyaitu mengingatkan bahwa musnad berkedudukan
sebagai khabar, bukan sebagai sifat. Seperti syair Hasan Bin
Tsabit yang memuji Nabi S.A.w
أَ َجلُّ ِمنَ ال َّد ْه ِر: َو ِه َّمتُهُ الصُّ ْغ َرى# ارهَا
ِ َ لَهُ ِه َم ٌم َوالَ ُم ْنتَهَى لِ ِكب.
“Baginya banyak cita-cita dan tidak berpenghabisan karena
banyaknya, dan cita-citanya yang kecil-kecil lebih besar dari pada
masa (memakan waktu yang banyak untuk melaksanakannya).”
Lafadz لهadalah khabar (musnad) yang diletakan setelah
( هممmuntada/musnad ilaih) yang apabila posisinya dibalik menjadi
همم له, maka akan timbul anggapan bahwa هممadalah muntada
(musnad ilaih) dan لهadalah sifat dari هممkarena ism nakirah
(himamun) selalu membutuhkan sifat.
Tafa’ul ( )تفاؤلyaitu optimisme atau mengharapkan kebaikan,
seperti syair berikut:
َ ك ِب َب َقا ِئ
ك األعوا ُم ْ َو َت َز َّي َن# ك األيَّا ُم
َ ت ِب َب َقا ِئ َ ت ِب ُغرَّ ِة َوجْ ِه
ُ َسع ِْد
ين
ِ ِد
علي: عليكم وديني مقصور:أي دينكم مقصور
b. Mengakhirkan musnad
Tujuan dari mengakhirkan musnad adalah sebab mengikuti
hukum asli dengan menempatkan musnad selalu berada setelah
musnad ilaih. Sedang tujuan lainnya, telah banyak disinggung pada
bahasan tentang mendahulukan musnad ilaih.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Musnad adalah sifat, fi’il atau sesuatu yang bersandar kepada musnad
ilaih. Posisi musnad dalam sebuah kalimat terdapat pada khabarnya
mubtada’, fi’il tam, isim fi’il, khabar dari amil nawasikh seperti kana, inna,
dhanna. Adapun Keberadaan Musnad pada suatu kalimat tidak terlepas dari
keadaan-keadaan yang terkait dengan penyebutan (ذكر::)ال, pembuangan (