Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Ilmu Badi’

Tentang
Uslubul Hakim

Disusun Oleh :

Muhamad David : 1811010044

Dosen Pengampu:
Drs. Wartiman, MA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1441 H/2021
PENDAHULUAN

Balaghah sangat memperhatikan kesesuaian kalimat dengan kondisi dan situasi lawan bicara.
Nilai tuturan yang mengandung balaghah bergantung kepada sejauh mana ungkapan tersebut
dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisinya. Balaghah merupakan ilmu yang mengkaji
keindahan bahasa. Pelajar bahasa Arab memandangnya sebagai materi sulit karena di dalamnya
membahas mengenai hubungan kata dan ungkapan dengan situasi, lingkungan, dan makna. Ilmu
Balaghah membahas bagaimana menyampaikan suatu pesan sehingga pesan tersebut bisa sampai
ke tempat yang dituju. Ruang lingkup kajian ilmu Balaghah ada tiga, yaitu ilmu Bayan, ilmu
Ma’ani dan ilmu Badi’.

Secara garis besar, ilmu al-badi ini mempelajari aspek-aspek yang berkaitan dengan
keindahan bahasa, baik dari segi lafadz maupun makna. Salah satu elemen terpenting dalam ilmu
Badi’ adalah uslub hakim yang kurang diberikan tumpuan khusus dalam kupasan ilmu balaghah.
Uslub hakim atau gaya bahasa orang yang bijaksana berlaku di luar daripada pertimbangan
normal, dimana persoalan yang dilontarkan tidak diberikan jawaban yang bersesuaian dengan
persoalan tersebut dalam arti kata tidak semestinya setiap persoalan yang diajukan perlu dijawab.
Adakalanya diam lebih baik daripada berbicara dan ada adakalanya mengalihkan persoalan
tersebut ke arah jawaban lain yang lebih baik patut juga dilakukan. Oleh karena itu, makalah ini
membahas mengenai konsep uslub al-hakim guna memudahkan mutakalim dan mukhathab.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Uslubul Hakim

Kata Uslub dalam bahasa Arab adalah yang apabila diterjemahkan artinya “jalan, cara, sistem
atau metode”. Adapun pengertiannya (uslub) dalam bahasa Arab, ialah makna yang terdapat
dalam suatu bentuk susunan lafadzlafadz (kalimat) agar lebih mudah mencapai tujuan yang
dimaksud pada diri pendengar atau pembaca 1.

Sedangkan kata hakim diambil dari kata “hakama” yang berarti orang yang mengetahui serta
teliti dalam semua perkara. Oleh pengertian itu, arti hakim ialah orang yang berkemampuan
mencegah dari bertindak kerusakan karena ketelitian yang ada padanya dalam membuat
keputusan sehingga mencegahnya terkeluar dari apa yang dikehendaki (al-Qurtubi 2006)2. Uslub
al-hakim adalah gaya bahasa yang disampaikan oleh seseorang dalam memberikan jawaban
terhadap sebuah persoalan dengan jawaban yang keluar dari pada persoalan.

Uslub al-hakim membahas tentang pengalihan pembicaraan. Pengalihan yang dimaksud


adalah mengalihkan pembicaraan kepada hal yang lebih penting. Pembicaraan ini dapat berupa
pertanyaan yang disampaikan atau pernyataan yang keduanya dijawab atau ditanggapi dengan
pembicaraan lain yang dianggap lebih utama. Uslub al-hakim adalah seseorang menerima
jawaban yang tidak ia kehendaki, baik karena mengabaikan pertanyaanya dan menjawab
pertanyaan yang tidak ditanyakannya, atau karena mengalihkan pembicaraan kepada sesuatu
yang tidak ia maksudkan, sebagi isyarat bahwa sebaiknya ia bertanya tentang persoalan ini atau
menghendaki makna tersebut 3.

B. Contoh-Contoh Uslubul Hakim.

Contoh pertama bisa kita lihat dimana seseorang bertanya tentang suatu hal kemudian
pertanyaan itu dijawab oleh jawaban yang lain seakan-akan mengabaikan pertanyaannya. Atau
menjawab pertanyaan mukhatab dengan jawaban yang tidak ia maksudkan dengan isyarat apa

1
Aminullah, “Uslub Al-Qur’an”, (Medan: USU Digital Library, 2002) hlm. 6
2
Husni bin Abdullah, “Uslub Al Hakim dalam Hadits Nabi Muhammad SAW Satu Pendekatan Dakwah Berkesan”
International Refereed Academis Journal in Hadits Studies, (Malaysia: Journal Hadits, 2017) Vol. 7, No. 13, hlm. 4
3
Ahmad Hasyimi, “Jawahir al-Balaghoh”, (Beirut : Maktabah ‘Ashariyyah, 1999) hlm. 319
yang disampaikan oleh mutakalim lebih penting untuk ditanyakan karena lebih sesuai dengan
keadaan dan kapabilitas mukhathab.

Contoh :

".‫ إني أنعم بالعفية‬: ‫ "كم سنك؟ فقال‬: ‫قيل لشيخ هرم‬
Artinya : Seorang kakek tua ditanya : “Berapa usiamu.? Lalu ia menjawab : Aku merasa senang
bisa sehat.”

Pada contoh di atas, si penanya bertanya kepada kakek itu tentang usianya dan kakek tua itu
memberikan jawaban dengan hal yang tidak diharapkan oleh si penanya, malahan ia memberikan
jawaban lain yang berhubungan dengan kesehatannya. Seolah-olah kakek itu mengingatkan
bahwa masalah yang terpenting baginya bukan jumlah usia, tetapi kesehatan.

Contoh dalam al-Qur’an :

: ‫) (سورة البقرة‬..‫هي َم َوا قيتُ للنَّاس َو ْال َحج‬


َ ‫ (يَسْأَلُون ََك َعن األهلَّة قُ ْل‬:‫قال تعالى‬
)189
Artinya :

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, maka katakanlah “Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi ibadah haji.” (QS Al-Baqarah: 189)4

Bila kita perhatikan contoh pada ayat diatas, kita dapatkan bahwa para sahabat Rasulullah
SAW bertanya kepada beliau tentang keadaan bulan yang semula kecil lalu menjadi besar dan
akhirnya menjadi kecil kembali. Hal ini adalah masalah ilmu falak, untuk memahaminya
diperlukan pengkajian yang detail dan serius. Oleh karena itu, Al-Qur`an memalingkan mereka
dari masalah itu dengan menjelaskan hikmah dari perubahan bentuk bulan untuk kaum muslimin,

4
Inggro Nugraha, “Pemakaian Uslub al-Hakim dalam Al-Qur’an” (Bandung : Jurnal Lisanuna, 2020) Vol. 10, No. 1,
hlm 58
bahwa bulan itu merupakan tanda untuk mengetahui waktu bekerja dan beribadah seperti shalat,
puasa dan haji.

Contoh dalam Surat Asy-Syura ayat 23-24 :

‫إن ُك ْنت ُ ْم‬ َّ ‫ قَا َل َرب ال‬. َ‫فر َع ْو ُن َو َما َربُّ ْال َعالَمين‬
ْ ‫س َم َاوات َو ْاأل َ ْرض َو َما بَ ْينَ ُه َما‬ ْ ‫قَا َل‬
َ‫ُموقنين‬
Artinya : “Fir´aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?" Musa menjawab: "Tuhan pencipta
langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian
(orang-orang) mempercayai-Nya". (QS. Asy-Syu`ara: 23-24).

Dalam ayat ini Fir'aun menanyakan tentang esensi Tuhan semesta alam kepada Nabi Musa AS,
akan tetapi Nabi Musa AS menjawab dengan sifat-Nya menggunakan uslub al-hakim sebagai
isyarat bahwa mencari tahu esensi dari Allah adalah kemustahilan karena tak akan bisa dijangkau
oleh akal manusia.
KESIMPULAN

Uslub al-hakim adalah gaya bahasa yang disampaikan oleh seseorang dalam memberikan
jawaban terhadap sebuah persoalan dengan jawaban yang keluar dari pada persoalan. Uslub al-
hakim membahas tentang pengalihan pembicaraan.
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, “Uslub Al-Qur’an”, (Medan: USU Digital Library, 2002)

Husni bin Abdullah, “Uslub Al Hakim dalam Hadits Nabi Muhammad SAW Satu Pendekatan
Dakwah Berkesan” International Refereed Academis Journal in Hadits Studies, (Malaysia:
Journal Hadits, 2017) Vol. 7, No. 13.

Ahmad Hasyimi, “Jawahir al-Balaghoh”, (Beirut : Maktabah ‘Ashariyyah, 1999)

Inggro Nugraha, “Pemakaian Uslub al-Hakim dalam Al-Qur’an” (Bandung : Jurnal Lisanuna,
2020) Vol. 10, No. 1

Anda mungkin juga menyukai