Anda di halaman 1dari 7

Makalah Analisis Wacana

Tentang

Analisis Wacana Kritis

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Analisis Wacana

Disusun Oleh :

Rabbiatul Adawiyah

Tiara Ramadani : 1811010015

Dosen Pengampu :

Drs. Hetti Waluati Triani, M.Pd, Ph.D

Reflinaldi, M.Hum

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2021 M
Pendahuluan

Analisis wacana kritis merupakan pisau analisis yang relatif baru dengan paradigma
pengetahuan yang timbul dari tradisi teori sosial dan analisis linguistic kritis. Analisis wacana
kritis sudah semakin melebar dan meluas, dari dari semua kajian unsur bahasa (kalimat atau
klausa) kepada dimensi sosial yang lebih luas.1

Analisis wacana kritis mengkaji tentang upaya kekuatan sosial, pelecehan, dominasi, dan
ketimpangan yang direproduksi dan dipertahankan melalui teks yang pembahasannya
dihubungkan dengan konteks sosial dan politik.

1
Santoso, Anang. 2006. Bahasa, Masyarakat dan Kuasa: Topik – topic Kritis dalam Kajian Ilmu Bahasa.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Pembahasan

A. Analisis Wacana Kritis

Membicarakan analisis wacana kritis (AWK) maka kita harus memahami dulu apa itu
wacana. Wacana dalam bahasa inggris discourse merupakan rangain teks baik lisan maupun
tulisan sebagai wujud tindak komunikasi yang mengandung gagasan dari addressor kepada
addressee berdasarkan konteks tertentu (Foucault, 1972:48-49). Terkait dengan kajian atau
analisis wacana lebih menekankan pada pembahasan unsur internal linguistic, sedangkan AWK
mengkaji penggunaan bahasa terkait dengan bidang ilmu lain diluar linguistic.

a. Definisi Analisis Wacana Kritis


Analisis wacana kritis merupakan upaya untuk menjelaskan suatu teks pada fenomena sosial
agar mengetahui kepentingan yang termuat didalamnya. 2. Pendapat Van Djik, AWK
menitikberatkan kekuatan dan ketidak setaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh
karena itu, AWK digunakan untuk menganalisi s wacana terhadap ilmu lain yang terdapat
pada ranah politik, ras, gender serta kelas sosial.3

b. Sejarah Analisis Wacana Kritis


Analisis Wacana Kritis berawal dari munculnya konsep analisis bahasa kritis ( Critical
Language Awareness) dalam dunia pendidikan barat. 4 Analisis wacara kritis merupakan
kelanjutan atau bahkan bagian dari analisis wacana ( Discourse analysis). Analisis wacana
kritis mempunyai ciri yang berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang
cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. Analisis ini bertindak lebih
jauh, di antaranya dengan menggali alasan sebuah wacana memiliki struktur tertentu, yang
pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara pihak – pihak yang
tercakup dalam wacana.

2
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis teks Media. Yogyakarta: Lkis.
3
Van Djik,T. 2001. Methods of critical discourse analysis. UK:SAGE Publications.
4
Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Oxford: Blackwell.
c. Karakteristik dan Prinsip Analisis wacana kritis

Karakteristik penting dari analisis wacana kritis yakni sebagai berikut ;


1. Tindakan
Dalam karakteristik tindakan, analisis wacana kritis memandang bahwa wacana
memiliki beberapa konsekuensi. Konsekuensi pertama, wacana dipandang sebagai
sesuatu yang memiliki tujuan; apakah untuk mempengaruhi orang lain, mendebat,
membujuk, menyanggah, memotivasi dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai
sesuatu yang diekspresikan secara sadar,terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali
atau diekspresikan di luar kesadaran.5
2. Konteks
Konteks merupakan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi
pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks diproduksi,
fungsi yang dimaksudkan, dan lain sebagainya. Eriyanto menyebutkan beberapa konteks
yang penting karena, berpengaruh terhadap produksi wacana. Secara umum, konteks
tersebut terbagi menjadi dua. Pertama, Jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial,
etnik, agama dalam banyak hal relevan dalam menggambarkan wacana. Kedua, setting
sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan
fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana.
3. Historis
Analisis wacana kritis tidak hanya mencari tahu kapan tentang suatu hal terjadi, namun
menggunakannya untuk mengetahui lebih lanjut tentang mengapa wacana tersebut
dibangun. Aspek historis ini menjadi salah satu penuntun untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Eriyanto menyebutkan bahwa salah satu aspek yang penting agar bisa
memahami suatu teks adalah dengan menempatkan wacana tersebut dalam konteks
historis tertentu.
4. Kekuasaan
Setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun itu tidaklah
dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral, namun merupakan bentuk
pertarungan kekuasaan, begitulah menurut Eriyanto. Konsep kekuasaan adalah salah
satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat, misalnya : Kekuasaan laki – laki
5
Ibid. hal
dalam wacana mengenai seksisme, kekuasaan kaum kulit putih atas kulit hitam, atau
kekuasaan perusahaan yang berbentuk dominasi pengusaha kelas atas kepada bawahan,
dan sebagainya.
5. Ideologi
Analisis wacana kritis menganalisis ideology yang tersembunyi dalam penggunaan
bahasa dalam teks lisan dan tulisan. Ideologi merupakan kajian sentral dalam analisis
wacana kritis. Menurut Eriyanto hal ini dikarenakan teks, percakapan merupakan bentuk
dari praktik ideology atau pencerminan dari ideology tertentu. Van Djik Menyatakan
apabila kognisi sosial dalam kelompok sosial pada kegiatan sosial yang seharusnya
berbeda, namun ternyata memiliki kesamaan, maka hal itu sudah ada dalam kerangka
fundamental yang sama, yaitu ideology. Ideologi berbentuk norma dasar, nilai, serta
prinsip – prinsip lain yang digerakkan oleh realisasi minat dan tujuan dari sebuah
kelompok, melalui reproduksi dan usaha legitimasi kekuasaannya.6
c. Prinsip Analisis wacana kritis
Menurut Fairclough prinsip – prinsip analisis wacana kritis sebagai berikut :
1. Membahas masalah – masalah sosial.
2. Mengungkap relasi – relasi kekuasaan adalah diskursif
3. Mengungkap budaya dan masyarakat
4. Bersifat ideology
5. Bersifat historis7

Penutup

6
Van, Djik Teun A. 1993. Principles of critical discourse analysis. Discourse dan Society.
7
Fairclough, Norman.2003. Language and Power: Relasi Bahasa, Kekuasaan, dan Ideologi.
(diindonesiakan) Komunitas Ambarawa. Gresik dan Malang: Boyan Publishing.
Kesimpulan:

Daftar Kepustakaan
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis teks Media. Yogyakarta: Lkis.

Fairclough, Norman.2003. Language and Power: Relasi Bahasa, Kekuasaan, dan


Ideologi. (diindonesiakan) Komunitas Ambarawa. Gresik dan Malang: Boyan Publishing.

Van Djik,T. 2001. Methods of critical discourse analysis. UK:SAGE Publications.

Santoso, Anang. 2006. Bahasa, Masyarakat dan Kuasa: Topik – topic Kritis dalam
Kajian Ilmu Bahasa. Malang: Universitas Negeri Malang.

Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Oxford: Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai