Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ILMU BADI'

Tentang

Al-Iqtibas

DISUSUN OLEH:

Rahma Dina (1811010057)

Natasyah Novianita (1811010064)

DOSEN PENGAMPU:

Delami, S.S, M.A, M. Hum

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS IMAM BONJOL

PADANG

2021 M
PENDAHULUAN

Ilmu balaghah adalah salah satu ilmu kesusastraan Arab yang memiliki peran penting
dalam salah satu upaya kemahiran berbahasa Arab. Balaghah memiliki fungsi mempercanti
suatu frasa atau kalimat sehingga dapat terdengar indah saat di ucapkan.
Pada semester ini, kita mempelajari ilmu balaghah yakni salah satunya tentang Badi’,
badi’ menitik beratkan pembahasannya dalam segi-segi keindahan kata baik secara lafal
maupun makna dan badi’ ini lebih menitik beratkan pada aspek sifat suatu kata.
Pembahasa kita kali ini merupakan cabang dari ilmu badi’ itu sendiri
yaitu Muhassinat Lafzhiyyah yang artinya keindahan-keindahan kata dan salah satu jenis
katanya dapat kita sebut dengan iqtibas, yang menjadi salah satu fokus pembahasan kita kali
ini. Selanjutnya pembaca diharapkan dapat dengan mudah memahami apa yang nanti akan
disampaikan dalam barisan kata yang tersusun dalam makalah ini. Baik kiranya pembaca
dapat mengkritis dan memberi saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Terkhusus
bagi pribadi penulis, sungguh indahnya apabila kita dapat saling mengingatkan dalam setiap
kebaikan. Semoga kita semua diberikan petunjuk oleh Allah SWT. Amiin.
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Ilmu Badi’ menurut bahasa adalah Bagus, indah, bagus sekali.

Sedangkan menurut istilah ialah :

‫علم يعرف به وجوه تحسين الكالم بعد رعاية المطابقة ووضوح الداللة‬

Yaitu ilmu untuk mengetahui cara-cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara
tujuan yang lain (muthobaqoh dan wudhuhud dilalah). Kemudian cara membentuk kalam
yang baik itu ada dua macam, yaitu dengan memperhatikan lafadz dan maknanya.
(Abdurrahman al-ahdhori, 2009. 118)

Secara leksikal iqtibas bermakna ‘menyalin’ dan mengutip. Sedangkan secara


terminologis, iqtibas adalah kalimat yang disusun oleh penulis atau penyair dengan
menyertakan petikan ayat atau hadis ke dalam rangkaian kalimatnya tanpa menjelaskan
bahwa petikan itu berasal dari Al-Qur’an atau hadis.
Dalam Ilmu Badi, iqtibas didefinisikan sebagai berikut "Pembicara menyimpan
prosa atau puisinya dengan sesuatu dari Al-Qur'an atau Hadits dengan cara yang tidak
memberikan isyarat bahwa sesuatu itu berasal dari keduanya." Qaidah Ilmu Badi
membolehkan mutakallim  (pembicara) merubah sedikit pada kata yang diambil dari Al-
Qur'an atau Hadits, yaitu karena untuk penyesuaian wazan atau sebab lainnya.
Keindahan Al-Qur’an dan keterjagaanya dalam menyimpan makna membuat
penyair tak pernah ragu untuk sekedar mengutip setiap kalimat dalam Al-Qur’an,
pasalnya Al-Qur’an memiliki untaian kata terindah dan memiliki makna yang mendalam
serta keterjagaanya yang membuat orang merasa tak perlu menyantumkan sumber kutipan
yang ditulis dalam syairnya, karena tentu kalimat itu takkan dirasa asing untuk
diperdengarkan.
B. Pembagian Iqtibas
Iqtibas dibagi menjadi tiga macam, ialah :
1. Tsabitul ma’ani, yaitu yang tidak berubah dari makna asalnya.
2. Muhawwal, yaitu yang dirubah dari makna asalanya seperti kata syair :                      
‫ * ك ما اخطأت فى منعى‬ ‫لئن اخطأ ت فى مدح‬
‫لقد انزلت حا جا تى * بوا د غيرذى زرع‬
Artinya  :
Kalau aku salah dalam memujimu, maka aku tidak salah dalam menahan nafsuku.
Sungguh engkau telah menempatkan kebutuhanku pada lembah yang tidak ada
tumbuh-tumbuhannya.
Syi’iran ini dipindahkan dari ayat :
.‫ربنا انى اسكنت من ذريتى بوادغير ذى زرع‬
Maknanya dalam Al-Qur’an, ialah lembah yang tidak berair dan tidak ada
tumbuh-tumbuhannya, yaitu: Mekkah. Adapun maksud syi’iran, ialah laki-laki yang
tiada kebaikannya dan tiada berguna.
3. Yang dirubah sedikit wazannya, seperti kata sya’ir :

‫ﻗﺪ ﻛﺎ ﻥ ﻣﺎ ﺧﻔﺖ ﺍﻥ ﻳﻜﻮ ﻧﺎ ﺍﻧﺎ ﺍﻟﻰ ﻪﻠﻟﺍ ﺭﺍ ﺟﻌﻮﻧﺎ‬

Artinya :

Sungguh telah terbukti apa yang engkau takuti. Sesungguhnya kami kembali
semua kepada Allah. Dari ayat

‫ﺍﻧﺎ ﻪﻠﻟ ﻭﺍﻥ ﺍﻟﻴﻪ ﺭﺍ ﺟﻌﻮﻥ‬

Contoh-contoh Iqtibas beserta penjelasannya

‫ﻻ ﺗﻌﺎ ﺩﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻰ ﺃﻭﻃﺎ ﻧﻬﻢ * ﻗﻠﻤﺎ ﻳﺮﻋﻰ ﻏﺮﻳﺐ ﺍﻟﻮﻁ‬

‫ﺃﺫﺍ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ ﻋﻴﺸﺎ ﺑﻴﻨﻬﻢ * ﺧﺎ ﻟﻖ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺨﻠﻖ ﺣﺴﻦ‬

Janganlah engkau memusuhi orang-orang yang berada dinegeri sendiri, sedikit


sekali pengembara disuati negeri mendapat perlakuan baik. Bila engkau
menginginkan hidup damai tentram ditengah-tengah mereka, maka berakhlaklah
terhadap manusia dengan budi pekerti yang luhur.

Pada contoh diatas kita temukkan dalam syair sebauh ungkapan yang bila
diamati bukanlah gubahan penyair sendiri, melainkan penyair mengambil sebagian
dari Hadist Nabi Muhamad Saw dengan tidak mengadakan perubahan sedikit pun.
Ungkapan tersebut adalah‫ ﻭ ﺧﺎ ﻟﻖ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺨﻠﻖ ﺣﺴﻦ‬, ungkapan ini diambil dari Hadist Nabi
Saw yang berbunyi

‫ﺍﺗﻖ ﻪﻠﻟﺍ ﺣﻴﺜﻤﺎ ﻛﺘﺐ ﻭ ﺍﺗﺒﻊ ﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ﺗﻤﺤﻬﺎ ﻭ ﺧﺎ ﻟﻖ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺨﻠﻖ ﺣﺴﻦ‬

Bertaqwallah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, serta ikiutilah
perbuatan jelekmu dengan kebaikkan,niscaya kebaikkan itu akan meanghapuskan
kejelekkan, serta berakhlaklah kamu kepada sesama manusia deangan akhlak yang
baik.

‫ﺍﻏﺘﻨﻢ ﻓﻮﺩﻛﺎﻟﻔﺎ ﺣﻤﺎ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺒﻴﺾ ﻓﺄ ﻧﻤﺎ ﺍﻟﺪ ﻧﻴﺎ ﺟﺪﺍﺭﻳﺮﻳﺪﺃﻥ ﻳﻨﻘﺾ‬

Gunakanlah kesempatan selagi rambutmu yang hitam belum memutih, karena


sesungguhnya dunia ibarat dinnding rumah yang hampir roboh.

Pada contoh diatas ditemukkan bahwa didalam ungkapan tersebut terdapat


penyisipan yang dilakukan oleh al-mutakallim yaitu ungkapan

‫ﻓﺎ ﻧﻤﺎ ﺍﻟﺪ ﻧﻴﺎ ﺟﺪ ﺍﺭ ﻳﺮﻳﺪ ﺍﻥ ﻳﻨﻘﺾ‬

tersebut yang diambil dari ayat Al-Qur’an QS.Al-Kahfi;77

‫ﻓﺎ ﻧﻄﻠﻘﺎ ﺣﺘﻰ ﺇﺫﺍﺗﺎﻳﺎﺃﻫﻞ ﻗﺮﻳﺔ ﺍﺳﺘﻄﻌﻤﺎ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﻓﺄ ﺑﻮ ﺃﻥ ﻳﻀﻴﻔﻮ ﻫﻤﺎ ﻓﻮ ﺟﺪﺍ ﻓﻴﻬﺎ ﺟﺪﺍﺭﺍﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺾ ﻓﺄﻗﺎ ﻣﻪ ﻗﺎﻝ ﻟﻮﺷﺌﺖ‬
‫ﻟﺘﺨﺬﺕ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺟﺮﺍ‬
Maka keduanya berjalan; sehingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk
suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk itu, tetapi penduduk negeri itu
tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu
dinding yang hampir roboh, maka Khidir As mengatakan dinding itu. Musa berkata:
Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.

Dalam penyisipan ayat tersebut , Al-mutakalim tidak menyebutkan bahwa


ungkapan itu diambil dari ayat Al-Qur’an, juga didapatkan bahwa al-Mutakallim
sedikit mengadakan perubahan dari aslinya.

C. Contoh-contoh
Abdul Mu-min Al-Ashfahani
.‫ انّما يؤ ّخرهم ليوم تشخص فيه األبصار‬,‫التغ ّرنّك من الظّلمة كثرة الجيوش واألنصار‬
“Jangan sekali-kali kamu terbujuk oleh banyaknya pasukan dan pembantu orang-
orang penganiaya. Sesungguhnya kami menangguhkan mereka sampai suatu hari yang
pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.”
Yang diiqtibas oleh Imam Al-Ashfahani adalah kalimat Innamā nu'akh-
khiruhum liyaumin taqsykhashu fiihil abshār dengan sedikit perbedaan pada dhamir
huwa (yuakh-khiruhum) pada fiil mudharinya  menjadi dhamir nahnu (nuakh-
khiruhum). Ini adalah iqtibas dari Surah Ibrahim ayat 42.
ٰ
ۚ ‫ٱلظَّلِ ُم‬
َ ٰ ‫ونَ إِنَّ َما يُؤَ ِّخ ُرهۡ¯ُم لِيَ ۡو ٖم ت َۡشخَ صُ فِي ِه ٱأۡل َ ۡب‬
‫ص ُ¯ر‬ ‫َواَل ت َۡح َسبَ َّن ٱهَّلل َ ٰ َغفِاًل َع َّما يَ ۡع َم ُل‬
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa “
yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh
”,kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak
)QS: Ibrahim Ayat: 42(

:Contoh lain perkataan Abu Ja‘far al-Andalusy

‫َريْبُ ْال َوطَ ِن‬


ِ ‫ قَلَّ َما يَرْ عَبُ غ‬# ‫اس فِ ْي أَوْ طَانِ ِه ْم‬
َ َّ‫او ِد الن‬
ِ ‫الَ تُ َع‬

ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
)‫ق َح َس ٍن‬ ِ ِ‫ (خَال‬# ‫َوإِ َذا َما ِش ْئتَ َع ْي ًشا فِ ْي ِه ْم‬
َ َّ‫ق الن‬

# Jangan engkau bertentangan dengan orang-orang yang berada di negeri mereka


Sedikit orang yang takut terhadap orang asing
Jika engkau ingin hidup dengan mereka # Pergaulilah orang lain dengan akhlak yang bai

Pada bait syair di atas terjadi pengutipan hadis Rasulullah. Teks hadis yang dikutip
.‫ خ¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯الق الن¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯اس بخ̄ل¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯ق حس¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯ن‬adalah kalimat

D. Manfaat dan hikmah mengetahui iqtibas


            Menurut pemakalah selayaknya kita sebagai mahasiswa bisa mengambil dan
membawa pulang pesan moral ataupun hikmah dari setiap aktifitas kuliah kita sehari-hari.
ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari adanya Iqtibas dalam ilmu balaghah ini,
diantaranya yaitu :
1. Memberikan kita ide yang positif, dimana dalam berucap atau berargument kita bisa
merujuk kepada gaya bahasa Al-Qur’an maupun hadis Nabi. Kita gunakan Ayat-ayat
Al-Qur’an untuk berbincang dengan sesama umat islam, agar Ayat-ayat Al-Qur’an
tetap terus terdengar disekitar kehidupan kita.Contoh : ketika orang tua berbicara
dengan anaknya, mengajarkan anaknya, bisa menggunakan makna Al-Qur’an, hadis
Nabi, ditengah sistem pengajaran anak yang sekarang ini lebih banyak menggunakan
lagu-lagu.
2. Nabi Muhammad SAW, sahabat dan para penyair mengajarkan kita bahwasanya
keindahan bahasa Al-Qur’an lah yang layak kita agungkan, disamping kita mendapat
pahala dalam membacanya, juga bisa menjadi alat untuk bisa mendapatkan hidayah
dan pengajaran yang berkualitas dalam aktifitas sehari-hari.
KESIMPULAN

Secara leksikal iqtibas bermakna ‘menyalin’ dan mengutip. Sedangkan secara


terminologis, iqtibas adalah kalimat yang disusun oleh penulis atau penyair dengan
menyertakan petikan ayat atau hadis ke dalam rangkaian kalimatnya tanpa menjelaskan
bahwa petikan itu berasal dari Al-Qur’an atau hadis. Dalam Ilmu Badi, iqtibas didefinisikan
sebagai berikut "Pembicara menyimpan prosa atau puisinya dengan sesuatu dari Al-Qur'an
atau Hadits dengan cara yang tidak memberikan isyarat bahwa sesuatu itu berasal dari
keduanya." Qaidah Ilmu Badi membolehkan mutakallim (pembicara) merubah sedikit pada
kata yang diambil dari Al-Qur'an atau Hadits, yaitu karena untuk penyesuaian wazan atau
sebab lainnya.
Iqtibas dibagi menjadi tiga macam, ialah :
1.   Tsabitul ma’ani, yaitu yang tidak berubah dari makna asalnya.
2.   Muhawwal, yaitu yang dirubah dari makna asalanya.
3.   Yang dirubah sedikit wacannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah, cet1,(Bandung


Sinar Baru Algensindo 1994).
Nahjul Balaghah, Darul Hijrah, Qum, Iran.
Al-Mathalibul-Jamaliyah, Cetakan Mesir, tahun 1344 Hijriyah.
Ismail bin Sa'id, Dialogh Suci, terjemahan K.H.Haderani HN, Nur Ilmu, Surabaya, cet IV.

Anda mungkin juga menyukai