Pertama, memperbanyak dzikir, ingat kepada Allah ﷻ. Hal ini sebagai bentuk kita
bersyukur kepada-Nya yang telah memberikan begitu banyak nikmat. Banyaknya menyebut
asma-Nya dan mengingat-Nya dengan berdzikir, juga merupakan wujud cinta kita kepada-
Nya. Sebab, pepatah mengatakan bahwa semakin kita cinta, semakin kita akan sering
menyebut-nyebut namanya. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. mengingatkan
bahwa hamba yang paling utama derajatnya di sisi Allah ﷻpada hari kiamat nanti adalah
mereka yang banyak berdzikir kepada Allah ﷻ.
Imam Abul Hasan al-Wahidi mengutip pernyataan Ibnu Abbas, mengatakan bahwa maksud
dari hadits tersebut adalah berdzikir kepada Allah di berbagai kesempatan seperti usai shalat,
tidur, bangun dari tidur, setiap makan dan juga saat istirahat.
Kedua, membaca Al-Qur’an. Hal ini penting untuk dapat menuntun kita ke jalan agama
Allah ﷻyakni agama Islam. Membaca Al-Qur‟an juga memberikan kita begitu banyak
pahala, meskipun kita tidak memahami kandungan dari ayat-ayat yang kita baca.
Memperbanyak membaca Al-Qur‟an juga akan memberikan kita syafaat kelak di hari kiamat.
Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda:
َُخْي ُرُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم الْ ُقْرآ َن َو َعلَّ َمو
"Sebaik-baiknya orang di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan
mengajarkannya".
Ketiga, memberikan petunjuk bagi makhluk Allah ﷻmengenai agamanya yang benar,
yang dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, yakni agama Islam.
Keempat, menyampaikan kebutuhan agama dan dunia kita. Dalam arti belajar dan
melakukan sesuatu keduniaan untuk memenuhi persyaratan peribadatan kita kepada-Nya.
Termasuk soal keduniaan, kita bekerja untuk memperoleh bekal makan sebagai sarana agar
kuat dalam beribadah.
Jika lisan tidak digunakan untuk selain empat hal tersebut, maka tidak ada pilihan lain kecuali
diam. Sebab, jika lisan tidak digunakan sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka hal
tersebut merupakan bentuk kufur nikmat.
Oleh karena itu, marilah kita gunakan lisan sesuai dengan tujuannya atau lebih baik diam
saja. Allah ﷻpun berfirman dalam QS Al-Ahzab: 70:
ۙيٰاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُوا اتَّ ُقوا ال ٰلّوَ َوقُ ْولُْوا قَ ْوًَل َس ِديْ ًدا
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian dan berkatalah (dengan) hal-hal baik."
Artinya, jika bukan hal baik yang disampaikan, lebih baik diam, tidak malah mengatakan hal-
hal yang buruk. Sebab, ada dua malaikat yang selalu siap sedia mencatat segala perkataan
kita. Jamaah Jumat sekalian yang dimuliakan Allah ﷻ, Rasulullah Saw bersabda
sebagaimana dikutip al-Imam al-Hafidz Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar al-Suyuthi
dalam Lubabul Hadits:
ت ََنَا
َ ص َم
َ َم ْن
“Siapa yang diam, maka dia selamat.”
Syekh al-Alim al-Allamah Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani menjelaskan hadis
tersebut dalam kitab Tanqihul Qaulil Hatsits fi Syarhi Lubabil Hadits bahwa diam dari bicara,
tidak ngomong memang tidak memberikan pahala terhadap orang tersebut. Akan tetapi, dia
dapat selamat dari siksa Allah ﷻ. Sebab, dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam
Thabrani dari Ibn Umar radliyallahu „anhuma, disabdakan: “Siapa yang banyak bicara, dia
banyak salah. Siapa banyak salah, maka banyak dosanya. Siapa banyak dosanya, tentu neraka
lebih utama baginya.”
Oleh karena itu, hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah ﷻ,
Mari kita upayakan untuk tidak perlu banyak bicara. dalam konteks kekinian, kita tidak perlu
banyak mengunggah status di media sosial. Sebab, Luqman pernah berkata kepada anaknya,
bahwa jika bicara merupakan bagian dari perak, maka diam adalah emas. Artinya,
sebagaimana disebutkan Ibnul Mubarak, jika berbicara dalam ketaatan kepada Allah adalah
perak, maka diam dari maksiat kepada Allah adalah bagian dari emas.
Oleh karena itu, mari kita jaga lisan kita, jaga jari-jemari dan lisan kita untuk menjalankan
empat hal yang tadi telah dijabarkan. Jika tidak, maka tahan lisan kita untuk berbicara
dan jemari kita dari mengunggah hal-hal buruk di media sosial dengan diam.
Demikian khutbah yang saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amin
ِّ ات و
الذ ْك ِر ِ اَليٰ ْ ن ِ بارَك اهلل ِِل و لَ ُكم ِيف الْ ُقراٰ ِن الْع ِظي ِم و نَ َفع ِِن و اِيَّا ُكم ِِبَا فِي ِو
م
َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ُ ََ
َستَ ْغ ِفُر اهللَ الْ َع ِظْي َمأ و . م يِالس ِميع الْعل و ى وَّ
ن ِاْل ِكي ِم و ت قبَّل ِم ِِّن و ِمن ُكم تََِلوتو ا
ْ َ ُْ َ ُْ َّ َ ُ ُ ُ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َْ
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ ْ ِْي َو الْ ُم ْسل َمات فَيَا فَ ْوَز الْ ُم ْستَ ْغف ِريْ َن َو يَا ََنَا َة التَّائب
ْي َ ْ ِ ِْل َو لَ ُك ْم َو ل َسائ ِر الْ ُم ْسلم
Khutbah 2
ت َعلَى َسيِّ ِدنَا إِبْ َر ِاىْي َم َو َعلَى ِآل ٍ ِ ٍ ِ
َوبَا ِرْك َعلَى َسيِّدنَا ُُمَ َّمد َو َعلَى ِآل َسيِّدنَا ُُمَ َّمد َك َما بَ َارْك َ
ْي ِِ ِ ِ ِ ِ ِِ ٰ سيِّ ِدنَا إِب ر ِاىيمِ ،يف الْعالَ ِمْي إِنَّ َ ِ ِ
ْي َوالْ ُم ْسل َمات والْ ُم ْْمن ْ َ ك ََحْي ٌد ََمْي ٌد .اَللّ ُه َّم ا ْغفْر ل ْل ُم ْسلم ْ َ َْ ْ َ ْ َ ْ َ َ
ِ ات ْاْل ِ ِ والْمِْمنَ ِ
َحيَاء مْن ُه ْم َو ْاْل َْم َوات ،اللهم ْادفَ ْع َعنَّا الْبَ ََلءَ َوالْغَ ََلءَ َوالْ َوبَاءَ َوالْ َف ْح َشاءَ ْ َ ُْ
َّدائِ َد َوالْ ِم َح َنَ ،ما ظَ َهَر ِمْن َها َوَما بَطَ َنِ ،م ْن بَلَ ِدنَا ف الْ ُم ْختَلِ َفةَ َوالش َ السيُ ْو ََوالْ ُمْن َكَر َوالْبَ ْغ َي َو ُّ
إن اهللَ يَأْ ُمُر ك َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِديٌْر ِعبَ َاد اهللَِّ ، ْي َع َّامةً ،إِنَّ َ ِِ ِ
اصةً َوم ْن بُْل َدان الْ ُم ْسلم ْ َ
ى َذا خ َّ ِ
َ َ
ان َوإِيْتَ ِاء ِذي الْ ُقْرََب ويَْن َهى َع ِن ال َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي ،يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم بِالْع ْد ِل و ْاْلحس ِ
َ َ َْ
تَ َذ َّكُرْو َن .فَاذ ُكُروا اهللَ الْ َع ِظْي َم يَ ْذ ُكْرُك ْم َولَ ِذ ْكُر اهللِ أَ ْكبَ ُر