Anda di halaman 1dari 21

ADAB

KD ADAB

Pengetahuan

3.1 Mengetahui adab berbicara

3.2 Mengetahui adab makan dan minum

3.3 Mengetahui adab terhadap orang tua dan Guru

3.4 Mengetahui adab terhadap Teman dan Orang lain

3.5 Mengetahui adab terhadap lingkungan

3.6 Mengetahui adab berpakaian sesuai Syariah

Keterampilan

3.1 Mencontohkan adab berbicara

3.2 Mencontohkan i adab makan dan minum

3.3 Mencontohkan adab terhadap orang tua dan Guru

3.4 Mencontohkan adab terhadap Teman dan Orang lain

3.5 Mencontohkan i adab terhadap lingkungan

3.6 Mencontohkan adab berpakaian sesuai Syariah


A . ADAB BERBICARA

Hubungan antara sesama manusia tentunya tidak terlepas dari komunikasi verbal atau
berbicara satu sama lain. Dalam Islam, ketika berbicara pun kita harus memegang teguh
adab-adab yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Berikut ini adalah beberapa adab dalam
berbicara yang perlu diperhatikan:

1. Berbicara yang baik

Ketika kita diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya yang baik saja.
Sebagaimana telah Allah perintahkan,
ْ ََ ُ َ
‫اَّلل َو َر ُسوله فقد‬ َ ‫ولوا َق ْو اًل َسد ًيد ُاي ْصل ْح َل ُك ْم َأ ْع َم َال ُك ْم َو َي ْغف ْر َل ُك ْم ُذ ُن‬
َ َّ ‫وب ُك ْم ۗ َو َمن ُيطع‬ ُ ُ َ َ َّ
‫ق‬‫و‬ ‫اَّلل‬ ‫وا‬‫ق‬
ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫يا أيها ال ِذين آمنوا ات‬
ِ ِ ِ ِ
ً ‫ِ َف َاز َف ْو ًزا َعظ‬
‫يما‬ ِ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni
dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Dalam kitab Shahihnya no. 6477 , dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
ْ ْ
‫س ِق َوال َمغ ِر ِب‬ ْ َ ْ َ‫َ ن َّ َ ْ َ َ َ َ ْ ن‬ ْ َ َ ْ َ ُ‫َّ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ن‬
ِ ‫ِإن العبد ليتكلم ِبالك ِلم ِة ما يتب َي ما ِفيها يه ِوى ِبها ِ يف الن ِارأبعدما ب َي الم‬

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan
apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya
lebih jauh dari jarak timur dengan barat”

2. Tidak ghibah

Salah satu penyumbang dosa terbesar manusia adalah lisannya. Banyaknya ghibah yang
dilakukan membuat seorang ahli agama pun dapat masuk ke dalam neraka. Dalam kitab
Shahih Muslim hadits no. 2589 dijelaskan,
َ ََ َ ْ َ ‫ول ُه َأ ْع َل ُم َق‬
ُ ُ َ َ ُ َّ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫ ِذك ُرك أخأك ِب َما‬: ‫ال‬ ‫ أتد ُرون َما ال ِغ َيبة قالوا اَّلل ورس‬: ‫ال‬‫اَّلل صَّل اَّلل علي ِه و سلم ق‬
ِ ‫عن أ ِ يب هريرة أن رسول‬
ُ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ُ ُ َ َ ‫َ ْ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ن َ ن‬
‫خ ما أقول قال ِإن كان ِفي ِه ما تقول فق ِداغتبته و ِإن لم يكن ِفي ِه فقد بهته‬ ‫يكره ِقيل افرايت ِإن كان ِ يف أ ِ ي‬

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab,
“Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau
menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut,
“Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab,
“Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa
yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”

3. Melihat wajah lawan bicara


Jika berbicara secara langsung, maka pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut. Hal
ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai. Dari ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
ُ ٌ ْ َ ُ َ ٌ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ً َ َ َ َ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ ّ
‫ شغل ِ ن ين هذا َعنك ْم ُمنذ ال َي ْو َم ِإل ْي ِه نظ َرة َو ِإل ْيك ْم نظ َ َرة ث َّم‬: ‫ال‬‫اَّلل صَّل اَّلل علي ِه وسلم اتخذ خاتما فل ِبسه ق‬
ِ ‫إن رسول‬
ُ‫أ ْل َقاه‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari
(memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan
sesaat aku melihat kalian”. Kemudian beliau pun melempar cincin tersebut.”(Shahih An
Nasa’i : 5304)

4. Antusias

Dengarkanlah orang lain yang berbicara dengan sangat antusias. Bahkan meskipun kita
pernah mendengar hal tersebut sebelumnya, hendaklah kita tetap mendengarkan dengan
baik.

‘Ataa’ bin Abi Rabah berkata,


‫ن‬
‫كأب لم أسمعه وقد سمعته قبل أن يولد‬ ‫ِّ ن‬
‫ثن بالحديث فأنصت له ي‬
‫إن الرجل ليحد ي‬

“Ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-
benar mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh
aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar A’laam An-Nubala 5/86)

5. Tidak memotong pembicaraan

Adab selanjutnya ketika berbicara adalah tidak memotong pembicaraan. Orang yang suka
memotong pembicaraan orang lain adalah orang yang sangat tidak sopan dan egois.

Al-Hasan Al-Bashri berkata,

‫ و ال تقطع‬, ‫ و تعلم حسن االستماع كما تتعلم حسن القول‬, ‫إذا جالست فكن عَّل أن تسمع أحرص منك عَّل أن تقول‬
‫عَّل أحد حديثه‬

“Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau
bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi
pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah
engkau memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa hal. 72)

6. Tidak berdebat

Ada kalanya dalam sebuah pembicaraan terjadi perdebatan. Dalam Islam, perdebatan hal
yang biasa terjadi namun hendaknya dihindari. Bahkan meskipun kita benar, kita sebaiknya
mengalah agar tidak terjadi perdebatan yang panjang.
Rasul pernah bersabda,
ًّ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ
‫ك ال ِم َراء َو ِإن كان ُم ِحقا َو ِب َب ْيت‬‫ر‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ل‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ﺠ‬ ‫ال‬ ‫ﺾ‬ َ‫اَّلل َع َل ْيه َو َس َّلم َأ َنا َزعيم ب َب ْيت نف َر‬
‫ب‬
َّ َّ َ َّ
‫َّل‬‫ص‬ ‫اَّلل‬ ‫ول‬ ُ ‫َعن َأب ُأ َم َامة َق َال َقال َر‬
‫س‬
ِ َ ‫ي‬ ِ َِ ْ ِ ‫ِي‬
َُُ َّ ْ َ َ َ َّ ْ
‫ِ ن يف َو َسط ال َﺠنة ِل َمن ت َرك الك ِذب َو ِإن كان َم ِاز ًحا َو ِب َب ْيت ِ ن يف أ ْعَّل ال َﺠنة ِل َمن َح َّسن خلقه‬

“Aku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan
perdebatan walaupun dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang
yang meninggalkan kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang
terpuji akhlaknya.” (HR. Abu Dawud, dalam sunannya, no 4167)

7. Terlalu banyak bicara

Salah satu orang yang merugi adalah orang yang sangat banyak berbicara. Rasul sendiri
telah memperingatkan mereka yang terlalu banyak berbicara.

Rasulullah bersabda, “Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh
tempat duduknya di antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak
bicara, orang yang memfasih-fasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong.” (HR.
Tirmidzi)

8. Selalu jujur

Teladan yang selalu dicontohkan oleh Rasul semasa hidupnya adalah selalu berkata jujur.
Jujur dalam berbicara menunjukkan ke-Islaman seseorang, maka hendaknya kita selalu jujur
dalam setiap perkataan bahkan dalam candaan sekalipun.
َ ْ ِّ َّ َ ْ ِّ ُ َ َّ َ ُ َّ ُ َ ‫ َق‬: ‫ال‬ َ ‫هللا َع ْن ُه َق‬
‫ َعل ْيك ْم ِب‬: ‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ُ ‫ض‬ َ ْ َ
‫الصدق‬ ‫ فإن‬، ‫الصدق‬ ‫هللا َصَّل‬ ِ ‫ال َرس ْو ُل‬ َ ‫هللا بن َم ْس ُع ْود َر ِن‬ِ ‫ع َن ع ْ ْب ِد‬
ُْ َّ َ ً ِ ْ ِّ ِ ْ
َ ْ َ َ ُ َّّ َ ْ ِّ َ َ ُ ُ ْ ‫ي‬ َ ْ ِ
ُ ‫ َو َما َي َز‬، ‫ َوإ َّن ال َّب َي ْهد ْي إَل ال َﺠ َّنة‬، ‫َي ْهد ْي إَل ال ِّب‬
‫ و ِإياكم‬، ‫هللا ِصديقا‬ ِ ‫ب ِعند‬ ‫الر ُج ُل َي ْصدق َو َيت َح َّرى الصدق حن يكت‬ َّ ‫ال‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ َ ْ
‫الر ُج ُل َيك ِذ ُب َو َيت َح َّرى الك ِذ َب َح َّّن‬ َّ ‫ال‬ُ ‫ َو َما َيز‬، ‫ َوإ َّن الف ُﺠ ْو َر َيهد ْي إَل النار‬، ‫ َفإ َّنِ ْال َكذ َب َي ْهد ْي إ ََل ْال ُف ُﺠ ْور‬، ‫َو ْال َكذ َب‬
َ َّ َ ْ ُ ْ
َّ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َْ َ َْ ُ
‫هللا كذ ًابا‬
ِ ‫ب ِعند‬ ‫يكت‬

Dari Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahualaihi wa


sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada
kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu
berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang
jujur.

Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada
kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang
senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta
(pembohong).” [ Ahmad (I/384); al-Bukhâri (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad
(no. 386) At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”]

Itulah 8 adab dalam berbicara yang perlui dipedomani. Meskipun sepele, namun ingatlah
bahwa banyak orang di kubur sana yang ingin kembali memperbaiki semuanya akibat
perkataannya dulu. Semoga kita semua dijauhkan dari bahayanya berbicara. Aamiin.
B. ADAB MAKAN DAN MINUM

Islam mengenal adab dalam kehidupan sehari-hari. Adab yang dicontohkan oleh Rasul
hendaknya diaplikasikan dalam kehidupan sebagai perwujudan menjalankan sunah dan
menunjukkan jati diri seorang muslim. Salah satu bentuk adab dalam Islam adalah adab
makan dan minum. Berikut ini kami jabarkan sedikit tentang adab makan dan minum
beserta dalilnya agar kita semua dapat merealisasikannya,

1. Makan dan Minum yang Halal

Sebagai seorang Muslim, kita diwajibkan untuk makan dan minum hanya yang halal saja.
Allah telah menjelaskannya dalam QS.Al-Baqarah ayat 168,
ٌ‫الش ْي َطان ۚ إ َّن ُه َل ُك ْم َع ُد ٌّو ُمب ن‬
َّ َ ُ ُ ُ َّ َ َ َ َ ْ ‫َّ ن‬
َ ‫اْل ْر َ َ ا‬ ُ ُ ُ َّ َ ُّ َ َ
‫ي‬ َِ ِ ِ ِ ‫ض حَلًل ط ِّي ًبا وًل تت ِبعوا خطو‬
‫ات‬ ِ ‫اس كلوا ِمما ِ يف‬ ‫يا أيها الن‬

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.

2. Baca Bismillah Sebelum Makan

Selanjutnya adalah harus membaca bismillah sebelum makan. Ingatlah bahwa kita
diperintahkan untuk selalu menyebut nama Allah sebelum memulai segala sesuatu,
termasuk makan.

Dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan
Rasulullah Saw., tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah Saw.
bersabda:

“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah), makanlah dengan tangan
kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya
makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022).

3. Makan dengan Tangan Kanan

Rasul sangat menganjurkan untuk makan dengan menggunakan tangan kanan. Rasul
bersabdar, “Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan
jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum
dengan tangan kirinya” (HR. Muslim no. 2020).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan: “makan dan minum
dengan tangan kiri ketika ada udzur hukumnya tidak mengapa, adapun jika tanpa udzur
maka haram. Karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarangnya, beliau bersabda:

‫إن الشيطان يأكل بشماله ر‬


‫ويسب بشماله‬

‘sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya‘


4. Segera Makan Begitu Dihidangkan

Makanlah makanan yang telah dihidangkan dengan segera. Jangan membiarkan makanan
begitu saja. Bahkan meskipun telah terdengar adzan, sebaiknya dahulukan makan terlebih
dahulu. Setelah selesai makan, barulah tunaikan sholat.

Dari Anas Nabi Saw. bersabda, “Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah shalat
dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah juga saw bersabda, “Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat telah
ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa (pergi shalat)
sampai makanmu selesai.” (Muttafaqun ‘alaih)

Hal ini dimaksudkan agar kita dapat beribadah dengan tenang dan tidak memikirkan
makanan karena perut kosong ketika melakukan sholat.

5. Tidak Menggunakan Perak dan Emas

Sebagai seorang muslim, kita dilarang untuk menggunakan peralatan makan yang terbuat
dari emas dan perak. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah karena emas dan perak adalah
peralatan makan yang digunakan oleh penduduk surga nantinya.

Rasulullah saw bersabda, “Orang yang minum pada bejana perak sesungguhnya ia
mengobarkan api neraka jahanam dalam perutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


‫َ َ َّ َ َ ُ ْ ن ُّ ْ َ َ ُ ْ ن‬ ْ َّ َ ْ ‫َ َ ر ْ َ ُ ْ ن‬
َ ْ ‫ َو َال َتأ ُك ُل ْوا ن‬،‫الذ َهب َو ْال ِف َّض ِة‬
ِ ‫ ولكم ِ يف‬،‫ ف ِإنها لهم ِ يف الدن َيا‬،‫ف ِصح ِاف ِهما‬
‫اآلخ َر ِة‬ ‫ال تسبوا ِ يف ِآني ِة‬
‫ِي‬ ِ

Janganlah kamu minum dengan gelas (yang terbuat) dari emas dan perak, dan jangan pula
kamu makan pada piring yang terbuat dari emas dan perak, karena sesungguhnya yang
seperti itu adalah untuk mereka (orang kafir) di dunia, dan buat kamu di akhirat. [Muttafaq
‘alaihi].

6. Mengambil Makanan yang Jatuh

Bagi sebagian orang, makanan yang jatuh dianggap sudah kotor dan tidak layak untuk
dimakan lagi. Namun tidak di dalam Islam. Islam mengajarkan untuk selalu menghargai
setiap makanan, meskipun itu hanya sebutir nasi. Rasul bersabda,

“Jika salah satu dari kalian makan lalu makanan tersebut jatuh, maka hendaklah ia
memungutnya dan membuang kotorannya kemudian memakannya. Jangan ia biarkan
makanan itu untuk setan.” (HR. At-Tirmidzi)

7. Berdoa Sebelum Makan


Tak hanya dianjurkan untuk membaca bismillah sebelum makan, tapi juga berdoa sebelum
makan, Doa sebelum makan merupakan bentuk syukur pada Allah atas segala nikmat dan
karunia yang telah diberikan. Rasulullah saw bersabda,

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan
menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka ucapkanlah
‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi’ (dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhir -
aku makan-)” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

8. Makan Bersama

Rasul sangat menganjurkan untuk makan bersama-sama. Makan bersama-sama akan


membuat makanan yang kita makan jadi lebih berkah. Jika seseorang merasa tidak kenyang
setelah makan, mungkin dikarenakan ia makan sendirian. Namun akan berbeda jika ia
makan bersama-sama, maka ia akan kenyang karena makanan tersebut lebih berkah. Nabi
Saw. berkata:

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda,
“Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda,
“Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan
diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud no. 3764. Kata Al Hafizh Abu Thohir mengatakan
bahwa sanad hadits ini dha’if. Sedangkan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan).

9. Tidak Berlebihan

Allah sangat tidak menyukai orang yang berlebihan dalam segala sesuatu, termasuk makan.
Makanlah secukupnya dan jangan mengambil makanan melebihi apa yang dapat kita
makan. Jika berlebihan, maka tentu akan menjadi mubazir dan akhirnya boros. Sedangkan
boros adalah temannya setan. Allah berfirman:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31).

10. Berdoa Setelah Makan

Berdoa tak hanya dilakukan sebelum makan, tapi juga sesudah makan. Rasul telah
mengajarkan kita untuk berdoa sesudah makan, sebagaimana sabdanya, “alhamdulillaahi
hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi ghaira makfiyyin walaa muwadda’in walaa
mustaghnan ‘anhu rabbanaa.”(Segala puji bagi Allah dengan puja-puji yang banyak dan
penuh berkah, meski bukanlah puja-puji yang memadai dan mencukupi dan meski tidak
dibutuhkan oleh Rabb kita.”) (HR. Bukhari)

Itulah adab makan dan minum dalam Islam yang perlu diketahui. Demikianlah artikel yang
singkat ini. Semoga artikel ini menambah wawasan kita tentang bagaimana seharusnya
seorang muslim bersikap dalam kehidupan sehari-hari.
C. ADAB TERHADAP ORANG TUA

Tidak ada orang yang lebih penting untuk dihormati selain Rasulullah dan orang tua kita.
Rasulullah sendiri telah memperingatkan kita untuk sellau berbakti kepada orang tua, baik
itu orang tua sendiri maupun orang tua lainnya. Maka dari itu, terdapat beberapa adab
terhadap orang tua yang telah dicontohkan oleh Rasulullah sebagai berikut:

1. Tidak memandang dengan tatapan tajam

Sebagai seorang yang jauh lebih muda, kita dianjurkan untuk tidak memandang orang yang
lebih tua dengan tatapan yang tajam dan tidak menyenangkan. Berikan tatapan yang
lembut dan hangat ketika berhadapan dengan orang tua.

Sebagaimana yang terdapat pada Shohih Bukhari no. 2731, 2732, yang mana para sahabat
kala itu selalu memandang dengan penuh hormat kepada Rasul dimana mereka menjalani
Rasulullah Saw.

2. Tidak mendahulukan bicara

Adab selanjutnya adalah berbicara dengan mendahulukan yang lebih tua. Biarkan mereka
yang lebih tua untuk berbicara terlebih dahulu untuk menyenangkan hati mereka.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,


َْ ُ ْ ََ ْ َ َ َُ ‫ا‬ َ َّ َّ َ ‫ن – صَّل هللا عليه وسلم – َف ُأ ّ َب ب ُﺠ َّمار َف َق‬ َّ َ ْ َّ ُ
‫ فأ َردت أن‬. » ‫ال « ِإن ِم َن الش َﺠ ِر ش َﺠ َرة َمثل َها ك َمث ِل ال ُم ْس ِل ِم‬ ٍ ِ َ ِ َ َ
ِّ ‫الن‬
ِ ‫كنا ِعند‬
ُ َ ْ َّ َ َّ َ
ُّ ‫الن‬ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ
ْ ‫ فإذا أنا أ ْص َغ ُر الق‬، ‫الن ْخلة‬َّ َ َ ُ
‫ن – صَّل هللا عليه وسلم – « ِِه النخلة‬ ِ ‫ال‬‫ق‬ ، ‫ت‬ ‫ك‬ ‫س‬‫ف‬ ‫م‬ِ ‫و‬ ِ ‫ِه‬ِ ‫ول‬ ‫ق‬ ‫أ‬ «
“Dulu kami berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah bagian
dalam pohon kurma. Lalu beliau mengatakan, “Sesungguhnya di antara pohon adalah
pohon yang menjadi permisalan bagi seorang muslim.” Aku (Ibnu ‘Umar) sebenarnya ingin
mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Namun, karena masih kecil, aku lantas diam.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Itu adalah pohon kurma.” (HR. Bukhari
no. 72 dan Muslim no. 2811)

3. Berbicara dengan nada yang lembut

Sebagai orang yang lebih muda, hendaknya kita berbicara dengan nada yang lembut dan
penuh sopan santun. Jangan pernah berbicaralah dengan nada yang tinggi apalagi
membentak pada orang tua.

Dari Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu tentang sahabat Rasulullah terhadap


Rasul ketika berbicara,
ُّ َ َ ُ َ َ َّ َ
ً
‫تعظيما له‬ َ
‫النظر؛‬ ‫ وما ُي ِحدون إليه‬، ‫وإذا تكل َم خفضوا أصواتهم عنده‬

“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan
mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al
Bukhari 2731).

4. Tidak duduk di depan orang tua saat mereka berdiri

Jika orang tua sedang berdiri, maka hendaknya kita ikut berdiri dan tidak duduk di
hadapannya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelisihi kebiasaan orang kafir yang justru duduk
saat orang tua berdiri sehingga dianggap tidak sopan dalam Islam.

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:


َ ٌ
ً ‫فالتفت إلينا فرآنا‬
‫قياما‬ َ
َ َ ‫الناس‬
,‫تكببه‬ ‫بكر ُي ْس ِم ُع‬
ٍ ‫ وأبو‬,‫هللا صَّل هللا عليه وسلم فصلينا ور َاءه وهو قاعد‬ ُ
ِ ‫رسول‬ ‫اشتىك‬
َ َ ً ُ َ َّ ً
‫ملوكهم‬ ‫ يقومون عَّل‬,‫والروم‬
ِ ‫ إن كدتم آنفا لتفعلون فعل فارس‬:‫ فلما سلم قال‬.‫بصالته قعودا‬ ِ ‫ فصلينا‬,‫فأشار إلينا فقعدنا‬
ً ِ ً ً ً . َّ . . ٌ
‫وهم قعود فال تفعلوا ائتموا بأئم ِتكم إن صَّل قائما فصلوا قياما وإن صَّل قاعدا فصلوا قعودا‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat
bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar
memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka
beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami
untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika
beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan
perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan
mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan
imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan
berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan
duduk” (HR. Muslim, no. 413).

5. Selalu mendahulukan orang tua


Sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Rasulullah Saw mengenai tiga orang pemuda
yang terjebak di dalam gua. Salah satunya pun berdoa kepada Allah dimana dalam doa
tersebut menunjukkan bahwa ia selalu mendahulukan untuk memberi susu kepada orang
tuanya sebelum memberikannya pada anak-anaknya sendiri. (HR. Bukhari no. 5974 dan
Muslim no. 2743)

6. Meminta maaf

Sebagai seorang anak, hendaknya kita selalu memintaaf kepada orang tua jika kita telah
berbuat salah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh saudara Yusuf as yang mana mereka
meminta maaf kepada orang tua mereka ketika berbuat salah,
َ ُ ُ َ َ ْ ْ َ ْ َ ََ َ
َ‫وب َنا إ َّنا ُك َّنا َخاطئ ن‬
‫ي‬ َِ ِ ِ ‫يا أبانا استغ ِفر لنا ذن‬

“Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)“. (QS. Yusuf [12] : 97)

7. Selalu berkata baik

Meskipun orang tua mencela atau berkata buruk pada kita, hendaknya kita selalu membalas
dengan perkataan yang baik. Sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah SWT,
ُ َ َُ ََ
‫فَل تق ْل ل ُه َما أف‬

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”.” (QS. Al
Isro’ [17] : 23)

Ibnu Katsir mengatakan, “Janganlah engkau memperdengarkan pada keduanya kata-kata


yang buruk. Bahkan jangan pula mendengarkan kepada mereka kata ‘uf’ (menggerutu)
padahal kata tersebut adalah sepaling rendah dari kata-kata yang jelek.”

8. Menafkahi orang tua

Jika orang tua meminta sesuatu kepada kita dan tidak bertentangan dengan Islam, maka
berikanlah. Jangan pernah takut untuk kehabisan harta karena itu merupakan salah satu
adab dan jalan berbakti kepada orang tua.

Dari Jabir bin Abdillah, bahwa seorang berkata,

“Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak, sedangkan bapakku ingin
menghabiskan hartaku.” Maka beliau bersabda, “Engkau dan hartamu adalah milik
bapakmu. (H.R.Ibnu Majah)

9. Selalu mendoakan
Sebagai seorang anak hendaknya kita selalu mendoakan orang tua sebagaimana yang telah
diajarkan Allah melalui Al Qur’an,

ٌ ‫يم َ َْل َّو ٌاه َحل‬ َ َ َ َّ ٌّ ُ َ ُ َّ َ ُ َ َ َّ َ َ َّ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ


َ ‫بأ م ْن ُه إ َّن إ ْب َراه‬ َ َ َْ ُ َ ْ ْ َ َ َ َ
‫يم‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ‫َّلل ت‬ ِ ِ ‫ي ل ه أ ن ه ع دو‬ ‫يه إًل عن مو ِعد ٍة وعدها إياه فلما تب َ ن‬
ِ ِ ِ ‫وما كان اس ِتغفار ِإبر ِاهيم ِْل ِب‬

“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah
karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi
Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At
Taubah [9] : 114)

10. Menjaga silaturahmi

Meskipun kita telah dewasa dan memiliki keluarga, namun sebagai seorang anak, kita wajib
untuk menyambung silaturahmi dengan orang tua. Dari Asma’ binti Abu Bakar berkata,

“Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan musyrik di masa Quraisy ketika Beliau
mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka, lalu aku meminta fatwa kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku berkata, “Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku karena
berharap (bertemu) denganku. Bolehkah aku sambung (hubungan) dengan ibuku?” Beliau
menjawab, “Ya. Sambunglah (hubungan) dengan ibumu.” (HR. Muslim)

Itulah 10 adab terhadap orang tua yang wajib kita amalkan. Semoga kita semua menjadi
anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tua kita selama di dunia. Aamiin ya rabbal
alamin.

D ADAB TERHADAP GURU

Di antara adab-adab yang telah disepakati para ulama’ dalam menuntut ilmu adalah adab
murid kepada gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya
memuliakan ahli al-Qur’an, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan khalifah,
orang yang punya keutamaan dan orang yang berilmu.” (al-Adab as-Syar’iah 1/408)
Berikut ini beberapa adab yang selayaknya dimiliki oleh penuntut ilmu ketika menimba ilmu
kepada gurunya.

1. Memuliakan guru

Memuliakan orang yang berilmu termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ
»‫ف ِل َع ِال ِمنا‬ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ‫«ل ْي‬ َ
ِ ‫س ِمنا من لم ي ْرحم ص ِغ َ َبنا وي ِﺠل ك ِب َ َبنا وي‬

“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang tua, tidak
menyayangi yang muda, dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-Bazzar 2718, Ahmad
5/323, lafadz milik Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya


dengan pandangan penghormatan. Hendaklah ia meyakini keahlian gurunya dibandingkan
yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang murid untuk banyak mengambil
manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari
gurunya tersebut” (Al-Majmu’ 1/84).

2. Mendo’akan kebaikan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


َُْ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ً ُ ََ
‫ َح َّّن َيعل َم أن قد كافئت ُموه‬،‫َو َم ْن أ ّب ِإ ْليكم َم ْعروفا فك ِافئوه ف ِإن ل ْم ت ِﺠدوا فاد ُعوا له‬

“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal.
Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang
telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal.” (HR. Bukhori dalam al-
Adab al-Mufrod no. 216, lihat as-Shohihah 254)

Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan


gurunya sepanjang masa. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya dan menunaikan
haknya apabila telah wafat” (Tadzkirah Sami’ hal. 91).

3. Rendah diri kepada guru

Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa rendah
dirinya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan.”
(Tadzkirah Sami’ hal. 88)

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan kemuliaan dan kedudukannya yang
agung, beliau mengambil tali kekang unta Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu seraya berkata:
“Demikianlah kita diperintah untuk berbuat baik kepada ulama.” (As-Syifa, 2/608)

4. Mencontoh akhlaknya

Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru. Mencontoh
kebiasaan dan ibadahnya. (Tadzkirah Sami’ hal. 86)

Imam as-Sam’ani rahimahullah menceritakan bahwa majelis Imam Ahmad bin Hanbal
dihadiri lima ribu orang. Lima ratus orang menulis, sedangkan selainnya hanya ingin melihat
dan meniru adab dan akhlak Imam Ahmad. (Siyar AlamNubala, 11/316)

E. ADAB TERHADAP TEMAN


Sebagaimana telah kita bahas pada artikel sebelumnya, manusia hidup sebagai mahluk
sosial sehingga harus menjaga hubungan baik dengan sesamanya atau hablum minannas.
Salah satu hubungan sosial dalam kehidupan kita adalah pertemanan. Dalam Islam, teman
harus diperlakukan dengan baik sesuai adab yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi
wa sallam. Berikut ini adalah beberapa adab berteman yang membuat Rasul begitu dicintai
oleh para sahabatnya:

1. Bergaul dengan mukmin

Adab pertama adalah sebaiknya kita berteman dekat dengan orang mukmin. Ingatlah bahwa
teman dekat sangat mempengaruhi karakter kita nantinya. Rasul sendiri telah menyarankan
agar kita dekat dengan mukmin.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Janganlah engkau bergaul kecuali dengan seorang mukmin. Janganlah
memakan makananmu melainkan orang bertakwa,” (HR. Abu Daud no. 4832 dan Tirmidzi
no. 2395. Hadits ini hasan kata Syaikh Al Alba )

Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali menjelaskan,


ُ ْ َ َ َ َْ َ َْ ْ َ ْ َ ْ َ َّ ‫َم َث ُل ْال َﺠليس‬
‫ َو ِإ َّما‬، ‫ َو ِإ َّما َ أن ت ْبتاع ِمنه‬، ‫ك ِإ َّما أن ُي ْح ِذ َيك‬‫ ف َحام ُل الم ْس‬، ‫الس ْو ِء ك َحامل الم ْسك َونافخ الك َب‬
َّ ‫الصالح َو‬
َ َ ً َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ِ َّ ِ ْ ِ ُ َ َ ِ ‫َ ِ ْ ِ َ َِ ْ ِ ُ ً ِ ِ َ ِّ َ ِ ا‬ ِ ِ ِ ِ
‫ و ِإما أن ت ِﺠد ِريحا خ ِبيثة‬، ‫ ون ِافخ ال ِك َ ِب ِإما أن يح ِرق ِثيابك‬، ‫أن ت ِﺠد ِمنه ِريحا طيبة‬

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi
dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi,
atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya)
mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak
sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

2. Selalu berkata baik

Ketika kita berbicara dengan teman, hendaknya gunakanlah perkataan yang baik.
Berkomunikasilah dengan tutur kata yang lembut dan penuh kasih sayang. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ًُُ ُ َ ً َ َ ْ ُْ ُ ََْ
‫يمانا أ ْح َسن ُه ْم خلقا‬ ‫أكمل المؤم ِن َ ن‬
‫ي ِإ‬ ِ

Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya (HR Abu
Dâwud no. 4682 dan at-Tirmidzi no.1163. (ash-Shahîhah no. 284)

3. Berpakaian yang baik

Sebagaimana Allah telah mewajibkan kita untuk selalu menjaga aurat dalam Al Quran,
َ َ َ ْ ََ ْ َْ ََْ َ َ َ َ َ‫َ َ ُّ َ َّ ُّ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ نَ ُ ْ ن‬
‫ي َعل ْي ِه َّن ِم ْن َجَل ِب ِيب ِه َّن ۚ ذ َٰ ِلك أد ن َٰب أن ُي ْع َرف َن فَل ُيؤذ ْي َن ۗ َوكان‬َ ‫يا أيها الن ِ ين قل ِْلزو ِاجك وبن ِاتك و ِنس ِاء المؤ ِم ِن َي يد ِن‬
ً‫ورا َرحيما‬ً ‫اَّلل َغ ُف‬
ُ َّ
ِ
Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

Maka ketika kita bergaul, hendaknya kita juga tetap menjaga pakaian yang kita gunakan
untuk selalu sopan dan menutu aurat dengan sempurna, terutama jika berada di keramaian.

Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata dalam kitab al-Hilyah, “Perhiasan yang tampak
menunjukkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengklasifikasikan dirimu hanya dengan
melihat pakaianmu…Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak menjelekkanmu,
dan tidak menjadi bahan celaan dalam pembicaraan orang atau bahan ejekan orang-orang
tukang cemooh.”

4. Tidak memotong pembicaraan

Ketika teman sedang berbicara, maka janganlah kamu memotong pembicaraan mereka.
Memotong pembicaraan seseorang merupakan perbuatan yang tidak sopan dan tidak
menghargai orang lain.

Rasulullah bersabda, “Jika engkau mengatakan ‘diamlah’ kepada orang-orang ketika mereka
sedang berbicara, sungguh engkau mencela dirimu sendiri.” (HR. Ahmad 2/318, dishahihkan
Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/328)

5. Menghindari debat

Untuk menjaga pertemanan yang baik, maka sudah sebaiknya kita menghindari debat.
Bahkan meskip[un kita tahu bahwa kita berada di pihak yang benar, namun hendaknya kita
menghindarinya.

Nabi Sulaiman ‘alaihis sallam berkata kepada anaknya,


ْ ْ َ‫َ ُ نَ َّ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ُ َ ٌ َ ُ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ ن‬
‫اْلخ َو ِان‬
ِ ‫ وهو ي ِهيج العداوة ب َي‬،‫ ف ِإن نفعه ق ِليل‬،‫ ِإياك وال ِمراء‬،‫يا ب ين‬

“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu,
karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang
bersaudara.” (Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi)

6. Saling menasehati

Salah satu adab berteman yang baik yang saat ini banyak ditinggalkan adalah saling
menasehati. Sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita saling mengingatkan dan
menasehati. Saling menasehati juga merupakan perintah Allah SWT yang termaktub dalam
Al Quran,

Allah Ta’ala berfirman,


َّ َ ُ ْ ُ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ
ِ ‫وف وتنه ْون ع ِن ال ُمنك ِر وتؤ ِمنون ِب‬ ْ َ ْ َ َُْ َّ ْ َ ْ ُ َّ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ
‫اَّلل‬ ِ ‫اس تأم ُرون ِبالمع ُر‬
ِ ‫كنتم خ َب أم ٍة أخ ِرجت ِللن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

7. Saling memberi hadiah

Rasa kasih sayang dalam sebuah pertemanan akan semakin indah jika dibarengi dengan
saling memberi hadiah. Tidak perlu memberikan hadiah yang mewah, namun hanya dengan
hadiah yang kecil saja sudah sangat menyenangkan hati teman.

Rasulullah pernah bersabda:


َ ُ َ
‫ت َهاد ْوا ت َح ُّاب ْوا‬

“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam
Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

8. Menjaga rahasia

Dalam pertemanan, jika terdapat sebuah rahasia yang disampaikan maka hendaklah
disimpan rapat-rapat. Sebagaimana yang telah dicontohkan para sahabat.

Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,


ُ َ ُ َ َ ‫ َف َب َع َث نن إ ََل‬، ‫لم َع َل ْي َنا‬
َ ‫ َف َس‬، ‫ب َم َع الغ ْل َمان‬
ُ ‫َّل رسول هللا – صَّل هللا عليه وسلم – َو َأنا ْأل َع‬
‫ ف ْأب َطأت َعَّل أ ِّ يم‬، ‫حاج ٍة‬ ِ ِ َّ َ ‫ َّأب َع‬.
ُ ُ َ َ َ : ِ ‫ي‬ َ ُ َ َ َ َ َ : ُ ْ َّ ‫َ َ ي‬
‫اجته ؟‬ ‫ قالت ما ح‬، ‫اج ٍة‬ َ ‫رسول هللا – صَّل هللا عليه وسلم – ل َح‬ ُ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ث‬ َ ‫ َب‬: ‫فقلت‬
‫ع‬ ‫؟‬ ‫ك‬ ‫س‬ ‫ب‬‫ح‬ ‫ا‬‫م‬ ‫قالت‬ ، ‫ت‬ ‫فلما ِجئ‬
َِ َ ً ‫ي‬
ً َ ُ ْ َّ َ ْ َ َ ٌ َ َ ِّ َّ َ ْ ُ ٌّ َ َّ ُ ْ ُ
‫هللا لو حدثت ِب ِه أحدا‬ ِ ‫ و‬: ‫ قال أنس‬، ‫ ال تخ ِبن ِبس رسول هللا – صَّل هللا عليه وسلم – أحدا‬: ‫ قالت‬. ‫ إنها رس‬: ‫قلت‬
ُ َ َ ُ ْ َّ َ
‫ل َحدثتك ِب ِه َيا ث ِابت‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang bermain-
main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam
kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu aku
terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya, ‘Apakah
yang menahanmu?’” Aku pun berkata, “Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk sesuatu keperluannya.” Ibu bertanya, “Apakah hajatnya itu?” Aku
menjawab, “Itu adalah rahasia.” Ibu berkata, “Kalau begitu jangan sekali-kali engkau
memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut kepada siapapun
juga.” Anas berkata, “Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada
seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit.”
(HR. Muslim, diriwayatkan pula oleh Al Bukhari dengan ringkas)

Itulah beberapa adab dalam berteman yang perlu kita jaga dan amalkan. Demikianlah artikel
yang singkat ini. Semoga artikel ini mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik
dalam kehidupan sosial kita. Aamiin.
F. ADAB BERPAKAIAN

Setiap muslim sudah seharusnya untuk menggunakan pakaian yang rapi dan indah. Pakaian
yang digunakan bukan hanya untuk berfungsi sebagai menutup aurat dan hiasan. Akan
tetapi harus dapat menjaga kesehatan lapisan terluar tubuh kita. Kulit kita juga berfungsi
sebagai pelindung dari berbagai kerusakan-kerusakan fisik seperti gesekan, penyinaran dari
matahari, kuman-kuman maupun panas zat kimia dan lain sebagainya dari penerapan adab
berpakaian.

Dalam kaitannya dengan penggunaan bahan, hendaknya pakaian tersebut terbuat dari
bahan yang dapat menyerap keringat, seperti bahan katun, karena bahan katun itu sendiri
memudahkan untuk terjadinya penguapan keringat, dan untuk menjaga kestabilan tubuh
agar tetap normal dan tidak gerah. Tetapi sebagai kaum wanita muslimah alangkah baiknya
untuk menggunakan pakaian yang tidak membentuk tubuhnya dan tentunya harus
menutupi bagian dada, agar terhindar dari segala bentuk fitnah.

Pengertian Adab Berpakaian dalam Islam

Menurut ajaran islam, berpakaian adalah dimana seseorang muslim harus mengenakan
pakaian yang menutupi auratnya dan sekaligus menggunakan perhiasan untuk
memperindah jasmani seseorang muslim. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah
SWT di dalam firmannya :

“Wahai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi
auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi takwa itulah yang lebih baik. Demikianlah
sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf
: 26)

Dari ayat tersebut tentunya sudah memberikan acuan cara berpakaian sebagaimana yang
telah dituntut oleh sifat takwa, yaitu untuk menutup aurat dan menggunakan pakaian yang
rapi, sehingga tampak simpati dan berwibawa serta anggun untuk dipandang, bukan
sebaliknya sebagai bahan yang menggiurkan dari lawan jenis.

Umroh.com merangkum, islam juga sangat menganjurkan kepada umatnya untuk selalu
menggunakan pakaian rapi dan bersih dalam kehidupan sehari-hari. Karena rapi dan bersih
merupakan anjuran dari Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa kebersihan adalah
sebagian dari iman. Artinya, orang yang beriman tentu akan selalu menjaga kebersihannya.

Contoh Adab dalam Berpakaian

Di dalam ajaran Islam itu sendiri, berpakaian bukan hanya sekadar kain yang menutupi
badan, dan bukan hanya sebagai mode atau trend dari perkembangan zaman. Islam
mengajarkan kepada umatnya mengenai tata cara atau adab berpakaian yang sesuai dengan
agama, baik secara moral, indah untuk dipandang dan nyaman saat digunakan. Diantara
adab berpakaian dalam pandangan islam yaitu sebagai berikut :
Seseorang tersebut harus memperhatikan syarat-syarat dalam berpakaian yang sesuai
dengan ajaran islam, yaitu dengan menutupi aurat, dan tidak berpakaian yang menonjolkan
lekukan tubuh dan terutama untuk bagi kaum wanita diwajibkan untuk menutupi bagian
dada.
Menggunakan pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan seperti kumal dan
dekil, tentunya yang akan berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesama manusia
lainnya.
Ketika menggunakan pakaian hendaknya mendahulukan anggota badan yang sebelah
kanan, baru kemudian disusul dengan bagian kiri.
Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, dan bagi wanita tidak menyerupai pakaian
bagi laki-laki.

Tidak menyerupai pakaian yang seperti digunakan oleh pendeta Yahudi, atau Nasrani dan
atau apapun itu yang melambangkan pakaian kebesaran dari agama lain.
Tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat dan transparan, sehingga membuat kesan
ingin diperlihatkan tekuk tubuhnya atau mempertontonkan kelembutan kulitnya.
Tidak terlalu berlebihan atau dengan senjaga melebihkan lebar kainnya, sehingga terlihat
seperti berat dan ringkuh pada saat menggunakannya, di samping itu juga tentunya bisa
mengurangi nilai pantas dan keindahan pemakainya.
Sebelum memakai pakaiannya, hendaklah berdoa terlebih dahulu, yaitu : “Segala puji bagi
Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa jerih payahku dan
kekuatanku.”

Memperaktikkan Adab Berpakaian dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sebagian muslim yang beriman, hendaknya kamu menggunakan pakaian yang sesuai dengan
ajaran islam. Bagi wanita, pakaian harus menutupi seluruh aurat. itu artinya seluruh tubuh
wanita harus tertutup oleh pakaian (busana) kecuali muka dan telapak tangan. Selain itu
sebagai seorang muslim juga harus menggunakan pakaian yang pantas dan menarik untuk
dipandang dan sesuai dengan ukuran tubuhnya. Begitu pula dengan seorang muslim
pakaiannya juga harus menutupi aurat dan tidak berlebihan. Untuk membiasakan diri
mempraktikkan adab berpakaian secara islami, hendaklah terlebih dahulu untuk perhatikan
hal berikut ini :
Tanamkanlah keimanan yang kuat dalam hati, agar niat yang baik dalam hati tidak ter
goyahkan
Yakinlah dalam hati bahwa dengan menutup aurat bagi seseorang muslim dan muslimah
adalah sebuah kewajiban hukumnya, sehingga akan mendapatkan dosa jika tidak sesuai
dengan ajaran islam.
Tanamkanlah keyakinan bahwa islam tidak bermaksud untuk memberatkan umatnya dalam
berpakaian justru hal tersebut sebaliknya memberikan kebebasan dan perlindungan bagi
harkat dan martabat umatnya.

Tanamkanlah rasa bangga ketika menggunakan pakaian yang sesuai dengan ajaran islam,
sebagai bentuk dari perwujudan keimanan yang kuat dari diri seorang muslim atau
muslimah.

G. ADAB TERHADAP LINGKUNGAN


Menjaga alam atau lingkungan merupakan kewajiban

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imron Baehaqi

Menjaga alam atau lingkungan merupakan kewajiban bagi setiap individu manusia. Laut,
udara, sungai, gunung-gunung, hutan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan hendaklah dijaga dan
dilestarikan dengan sebaik-baiknya. Ragam anugerah alam ini disediakan Sang Maha
Pencipta tidak lain adalah untuk keberlangsungan maslahat hidup, terutama bagi manusia.

Secara fikih, jika manusia sengaja melakukan kerusakan atau al-fasad terhadap alam ini,
hukumnya adalah haram. Bahkan termasuk dosa besar apabila tingkat kerusakannya luas
dan besar, seperti pembakaran hutan yang menimbulkan bencana asap, musnahnya
kakayaan hewan, tumbuhan, dan korban jiwa.

Dalam Alquran, perilaku destruktif terhadap alam ini disejajarkan dengan dosa membunuh.
Analoginya, seperti membunuh manusia seluruhnya. Bentuk hukumannya di dunia, yaitu
dengan cara dibunuh, disalib, dipotong tangan, dan kakinya secara silang dan diasingkan.
Sedangkan, balasan di akhirat adalah siksa yang sangat dahsyat. (QS al-Maidah [5]:32-33).
Rasulullah SAW telah memberikan kesadaran kepada para sahabat dan kaum Muslim
tentang pentingnya adab terhadap lingkungan alam sekitar.

Nabi SAW telah mengungkapkan kecintaannya terhadap gunung Uhud sebagai bagian kecil
dari ruang alam ini. Sabdanya: "Sesungguhnya Uhud mencintai kita, dan kita pun sungguh
mencintainya." Seandainya ditelusuri lebih jauh lagi, terdapat sejumlah hadis yang secara
langsung menjelaskan bagaimana Rasulullah SAW menanamkan pendidikan lingkungan.
Misalnya, ajaran untuk menghemat energi, seperti air, larangan mengotori dan merusak
tempat umum atau alam yang dibutuhkan banyak orang, serta seruan menjaga kebersihan
lingkungan.

Nabi SAW pun pernah melarang merusak tanaman, seperti memotong dahannya dan
mengelupaskan kulitnya. Bayangkan, merusak dengan cara seperti itu saja tidak dibenarkan.
Bagaimana jika sengaja atau lalai membakar hutan yang memusnahkan jutaan pohon atau
tumbuhan.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang memotong pohon bidadara, Allah akan
membenamkan kepalanya dalam neraka." (HR Abu Dawud). Dalam pendidikan lingkungan
ini, Rasulullah SAW juga memerintahkan kita supaya menjaga budaya penghijauan alam,
yaitu menanam tumbuhan atau tanaman di lahan yang kosong dan tandus. Sebab, kegiatan
yang dikenal dengan istilah reboisasi ini akan mendatangkan banyak manfaat. Bahkan,
menjadi nilai ibadah yang akan menuai banyak pahala.

Sebagiamana dalam sabdanya, "Barang siapa yang menghidupkan tanah mati, dengannya ia
mendapatkan pahala. Dan, apa yang dimakan oleh binatang liar maka dengannya ia
mendapatkan pahala." (HR Ahmad).

Ibnu Khaldun mengatakan, pemeliharaan dan pelestarian lingkungan kini menjadi keharusan
tak terelakkan bagi segenap umat manusia di muka bumi. Bila alam terjaga dan terpelihara,
secara langsung akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan dan keseimbangan
hidup
Semoga apa yang kita pelajari adab ini, dapat diterapkan dalam hidupkita.

Anda mungkin juga menyukai