Anda di halaman 1dari 54

BENTENG TAUHID

‫حصن التوحيد‬
‫ال مؤل ف‬

PENULIS

ABU ‘ABDIRRAHMAN FAUZAN BIN AHMAD

BENGKAYANG 14 SYAWAL 1441 HIJRIYAH


Menjaga Tauhid
[Muqaddimah Penulis]

ْ ٰ ْ َّ ‫ه‬
َّ ِ ‫ِب ْس ِم‬
‫اّٰلل الرحم ِن الر ِحي ِم‬

Segal puji hanya milik Allah Robb seru sekalian alam, kami memuji-Nya, dan
memohon pertolongan-Nya, serta memohon petunjuk-Nya selalu. Begitu juga kami
berlindung kepada Allah dari segala keburukan amal-amal kami, siapa yang Allah berikan
petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang Allah sesatkan maka
tidak ada yang dapat menunjukinya.

Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk di ibadahi dengan
benar kecuali Allah Ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwah Muhammad
adalah hamba dan Rosul utusan-Nya.

َ ُ ْ َ َّ ُ َ َ ٰ ُ َّ َ َ ‫ه‬ ُ َّ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫ىت ٖه َولا ت ُم ْوتَّن ِالا َوانت ْم ُّم ْس ِل ُم ْون‬
ِ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫اّٰلل‬ ‫وا‬‫ق‬ ‫يايها ال ِذين امنوا ات‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”(QS. Ali Imran ; 102)

ُ َّ َ ‫َّ ْ َ َ ا‬ َ َ ْ ََ َ َ َّ ْ َّ ْ ْ ُ َ َ َ ْ َّ ُ ُ ََّ ْ ُ َّ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫احد ٍة َّوخلق ِمن َها ز ْوج َها َو َبث ِمن ُهما ِرَالا َ ِِ ْْ اًا َّو ِِ َسا اءً َواتقوا‬
ِ ‫يايها الناس اتقوا ربكم ال ِذي خلقكم ِمن نف ٍس و‬

ُ َ َ َ َ ‫ْ َ َ َ َّ ه‬ ُ َّ ‫ه‬
ْ َ ‫اّٰلل الذ ْي تَ َسا َءًل ْو َن به َوالا ْرحامۗ ان‬
‫اّٰلل كان عل ْيك ْم َر ِقي ابا‬ َ
ِ ٖ ِ ِ

“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang
satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.143) Bertakwalah kepada
Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”(QS. An-Nisa’ : 1)

1
ْ َ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ ُ َ ُ ٰ َّ
َ ‫ّٰلل َو ُق ْول ْوا َق ْو الا َسد ْي اداۙ ُّي ْصل ْح لك ْم ا ْع َمالك ْم َو َي ْغف ْر لك ْم ُذ ُن ْوبَك ْم َو َم ْن ُّيطع ه‬
‫اّٰلل َو َر ُس ْولٗ َقد‬ َ ‫ي ٰٓ َاي ُّ َها الذيْ َن ا َم ُنوا َّات ُقوا ا ه‬
ِ ِ ۗ ِ ِ ِ ِ

‫ا‬ َ ‫َ َ َ ا‬
‫َاز َ ْوزا ع ِظ ْيما‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah
perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan
mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang
dengan kemenangan yang besar.”(QS. Al-Ahzab : 70-71).

Amma ba’du :

Tauhid merupakan dasar dan pondasi yang harus di jaga seorang muslim dengan baik. Karena
baiknya tauhid adalah keselamatan dan kebahagian dunia dan akhiratnya, di terimanya amal,
dan dijauhkan dari berbagai keburukan dunia seperti kemaksiatan, maupun keburukan
akhirat, semuanya dimulai dengan baiknya tauhid seorang hamba.

Syaikh Dr. Shalih Fauzan –hafidzohullah- ketika menjelaskan Pondasi yang pertama dari
‘Ushulus Sittah’ maka beliau mengatakan, “Ushul yang pertama dari ushul yang enam ini
adalah Mengikhlaskan agama (amalan) kepada Allah Ta’ala saja dan tidak ada sekutu
bagiNya, ushul yang pertama ini adalah satu di antara Pondasi serta Prinsip dalam beragama.
Perkara inilah yang menjadi inti perselisihan antara para Nabi dan umat-umat mereka,
kemudian para Nabi juga menginginkan selau untuk memperbaiki pondasi yang pertama ini
yang mana Allah telah menciptakan makhluk karenanya, serta mengikat kebahagiaan

mereka dengannya.”1 Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ َ ْ ُ َ َ َ ‫ه‬ ْ ْ ٌ َ ْ ُ َ ْ َ َّ ْ ُ َ ٰ ُ ََّ ْ َ
ࣖ ‫اّٰلل خ ْْ ًٌۗ ل ْو كان ْوا َيعل ُم ْون‬
ِ ‫َولو انه ْم امنوا َواتقوا ل َمِوبة ِمن ِعن ِد‬

“Kalau seandainya mereka beriman dan bertakwa maka akan di tetapkan dari sisi Allah
ta’ala kebaikan kalau mereka mengetahui.”(Qs. Al-Baqarah: 103)

Allah juga berfirman,

1
Syarah Ushulus sittah, hal.9, Darr ‘Umar bin Khattab

2
ََّ ٰ ٰ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ ُ ٰ ُ ْ َ ْ َ ََّ َ
ُ َ َ ُٰ ْ َ ََ َْ َ َّ َ
‫السما ِءً َوالا ْر ِض َول ِك ْن َذ ُب ْوا َاخذنه ْم ِبما كان ْوا‬ ‫َول ْو ان اهل الق ٰٓرى ا َمن ْوا َواتق ْوا لفتحنا عل ْي ِه ْم َب َرَ ٍت ِمن‬

َ ْ
‫َيك ِس ُب ْون‬

“Kalau seandainya penduduk negri mereka beriman dan bertakwa, niscaya kami bukakan
bagi mereka keberkahan dari langit dan bumi. tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf : 96)

Dan juga firman-Nya,

‫ََ ا‬ ٰ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ََ َّ ْ َ
ۙ‫َّوان ل ِو ْاستق ُام ْوا على الط ِر ْيق ِة لا ْسقين ُه ْم َّما اءً غدقا‬

“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (islam) niscaya kami akan
curahkan kepada mereka air yang cukup.”‫(۝‬Qs. Al-Jin : 16)

Maksud dari ayat 16 dari surat al-Jin di atas adalah istiqamah di atas jalan islam (tauhid)
ataupun ketaatan, maka Allah akan berikan rizqi yang melimpah.2

Semua Ayat-ayat di atas mengisyaratkan kepada kita faidah dan manfaat Takwa yang tidak
lain sebagai implementasi dari baiknya Tauhid seorang hamba kepada Allah, begitu juga ayat-
ayat diatas mengisyaratkan kepada kita efek buruk kemaksiatan terhadap kebaikan makhluk.

Ibnul Qoyyim al-Jauziyah –rahimahullah- berkata, “di antara akibat dari kemakmaksiatan
adalah, bahwa maksiat akan mencabut keberkahan umur, rizki, ilmu, serta amal dan ketaatan.
Lebih dari pada itu, kemaksiatan akan mencabut keberkahan agama dan dunia, niscaya tidak
akan ada sedikitpun keberkahan pada usia, agama, dan dunianya orang yang bermaksiat
kepada Allah ta’ala. Tidaklah dicabut sebuah keberkahan dari bumi kecuali disebabkan
maksiatnya makhluk.3

Tidak dapat dipungkiri bahwa maksiat memiliki efek dan pengaruh buruk yang begitu besar
terhadap segala sesuatu, termasuk darinya adalah Ketakwaan, Karena itulah Ali bin Abi

2
Lihat Tafsir Ibnu Katsir hal.160, Juz yang ke delapan Darr Taufiqiyah lit-Turots.
3
Al Jawabul kafi liman sa’ala ‘aniddawaa’isy syaafi, hal.118, Maktaba ‘ulum wal hikam.

3
Thalib -radhiyallahu‘anhu- berkata, “Tidak-lah turun sebuah bala’ kecuali di sebabkan oleh
dosa, dan tidak-lah diangkat bala’ tersebut kecuali dengan taubat.”4

Yang perlu kita sadari, bahwa di antara sekian kemaksiatan dan dosa yang ada maka maksiat
terbesar adalah syirik kepada Allah ta’ala. Syirik adalah dosa di atas dosa, maksiat di atas
kemaksiatan, keburukan di atas keburukan, serta kedzaliman di atas kedzaliman, serta ia
merupakan sumber dari berbagai kemaksiatan apakah maksiat hati, lisan maupun perbuatan.
Sedang Tauhid merupakan kebalikan dari padanya, yang mana ia merupakan sumber dari
segala kebaikan, ketaatan, dan kebahagiaan makhluk.

Tauhid sangat mempengaruhi kualitas Ketakwaan seorang hamba serta penjagaan dirinya dari
segala bentuk kemaksiatan. Mustahil seseorang akan terhindar dan terjaga dari kemaksiatan,
sedangkan ia biarkan kesyirikan merusak dan merenggut Tauhid yang merupakan sumber
Ketakwaan pada dirinya.

Al-Ustaz Yazid bin ‘Abdul Qodir Jawas hafidzohullah berkata, “Orang yang bertauhid kepada
Allah akan di mudahkan untuk melakukan amal-amal kebajikan dan meninggalkan
kemungkaran, serta menghibur seseorang dari musibah yang dialaminya.”5

Karenanya, wajib bagi kita untuk selalu untuk menjaga Tauhid kita kepada Allah serta
menjauhi kesyirikan dengan segala jenisnya. Adapun mentauhidkan Allah ta’ala yang kami
maksud disini adalah Tauhid dalam Makna Umum maupun Khusus yang insyaallah akan kami
rincikan dalam pembahasan tentang “Pengertian Tauhid”.

Saudaraku pembaca yang semoga Allah Ta’ala merahmati kita semuanya, buku ini kami
menyusunnya tidak lain sebagai bentuk nasehat dan pengingat bagi kami pribadi maupun
kaum muslimin pada umumnya untuk selalu menjaga tauhid.

Keadaan masyarakat yang dipenuhi dengan praktek kesyirikan dan kemaksiatan, tidak-lah
boleh bagi kita hanya menjadikannya sebagai tontonan tanpa ada tindakan untuk merubanya.
Apalagi orang tersebut adalah ahli ilmu atau seorang penuntut ilmu, hal ini tidak lain karena
pertanggung jawaban ilmu itu kelak di hadapan Allah Ta’ala.

4
Al-jawabul kafi liman sa’ala ‘aniddawaaisy syaafi, hal.106, Maktaba ‘ulum wal hikam.
5
Prinsip Dasar Islam, hal.83, Pustaka At-Taqwa

4
Kami menyadari masih banyak kekurangan pada buku ini, yang tidak lain dikarenakan
kurangnya ilmu dan pengetahuan pada diri kami, akan tetapi kami berharap pada Allah Ta’ala
semoga buku ini menjadi amal jariyah dan pengugur dosa-dosa kami, serta bermanfaat bagi
kami dan kaum muslimin.

BENGKAYANG, 23 Syawal 1441 H

Abu ‘Abdirrahman Fauzan

5
Daftar Isi

Menjaga Tauhid ....................................................................................................................................... 1


Daftar Isi .................................................................................................................................................. 6
Pengertian Tauhid ................................................................................................................................... 7
I. Tauhid dalam Makna Umum ..................................................................................... 7
1. Tauhid Rububiyah : .................................................................................................................. 7
2. Tauhid Asma dan Sifat ............................................................................................................. 7
3. Tauhid Uluhiyah atau Ibadah .................................................................................................. 8
II. Tauhid dalam Makna Khusus..................................................................................... 8
Kedudukan Tauhid................................................................................................................................. 11
Urgensi Tauhid....................................................................................................................................... 13
Manfaat Tauhid dan Keutamaannya ..................................................................................................... 18
Makna Kalimat Tauhid........................................................................................................................... 23
Syarat-Syarat dari Kalimat Tauhid ......................................................................................................... 27
Bahaya Syirik Sebagai Lawan dari Tauhid.............................................................................................. 34
1. Syirik Besar atau Syirik dalam hal Ibadah kepada Allah Ta’ala ..................... 35
2. Syirik Kecil, yakni syirik dalam perbuata dan lisan dan tidak sampai pada ranah
keyakinan. ...................................................................................................................... 38
- Perbedaan Syirik Besar dan Syirik Kecil ................................................................... 39
Pembatal-Pembatal Tauhid ................................................................................................................... 42
Sebab Yang Menumbuhkan Tauhid ...................................................................................................... 49
Di Dalam Hati......................................................................................................................................... 49
Penutup ................................................................................................................................................. 52
Referensi................................................................................................................................................ 53

6
Pengertian Tauhid

I. Tauhid dalam Makna Umum

Tauhid dalam makna umum adalah mengesakan Allah ‫ ﷻ‬pada apa yang merupakan

kekhususan bagi Allah ‫ﷻ‬, hal ini mencakup tiga jenis tauhid yang telah di jabarkan oleh para

ahli ilmu yakni,

1. Tauhid Rububiyah :

Yakni mengesakan Allah dengan apa yang merupakan kekhususan bagi Allah ‫ ﷻ‬dalam hal

rububiyah, atau meyakini serta menisbatkannya hanya kepada Allah ‫ ﷻ‬saja segala sesuatu

yang memiliki makna rububiyah, seperti penciptaan, memberikan rizki, menghidupkan dan
mematikan, serta mengatur alam semesta ini dan selainnya, Allah ta’ala berfirman,

‫َ ٰ َ َّ ُ َ َ ه‬ َْ َ َّ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ ‫َ ْ ُ ه‬ َ ْ ْ َ ُ ْ َ َ ‫ٰٓ َ ُّ َ َّ ُ ْ ُ ُ ْ ْ َ َ ه‬
‫السما ِءً َوالا ْر ِضۗ لا ِالٗ ِالا ه َوَۖ َانى‬ ِ ًْ‫اّٰلل عليك ْمۗ هل ِمن خا ِل ٍق غ‬
‫اّٰلل يرزقكم ِمن‬ ِ ‫يايها الناس اذَروا ِنعمت‬

َ ُ َ ُْ
‫تؤَك ْون‬

“Wahai Manusia ! ingatlah ni’mat-ni’mat Allah kepada kalian, Apakah ada penciptai selain
Allah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi? Tidak ada sesembahan
selain Dia, maka kenapa kalian berpaling (dari mentauhidkanNya)?.” (QS.Fathir : 3)

2. Tauhid Asma dan Sifat

Yakni mengesakan Allah ‫ ﷻ‬dengan segala nama dan sifat-Nya yang telah Allah tetapkan

bagi diri-Nya didalam al-Quran, maupun apa yang telah Nabi-Nya ‫ ﷺ‬tetapkan bagi-Nya

7
didalam Sunnah-sunnahnya, serta mensucikan-Nya dari segala kekurangan dan penyerupaan

dengan makhluk-Nya sebagaimana firman-Nya ‫ﷻ‬,

َ ْ َ َْ ُ ُ ْ ‫ْ ََْ َْ ا‬ َ
ُ ‫َ َ َ ُ ْ ْ َُْ ُ ْ َ ْ َ ا‬ َْ َّ ‫ََاط ُر‬
‫ام از َواَا َيذ َرؤَ ْم َِ ْي ِهۗ لي َس َ ِمِ ِل ٖٗ َ ْْ ًٌ َوه َو‬
ِ ‫ع‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫ال‬ ‫ن‬َ ‫اَا َّوم‬
ِ ‫و‬ ‫ز‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬‫س‬ِ ‫ف‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫م‬ ‫ك‬ ‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْر ِضۗ جعل ل‬ ِ

ْ
ًُ ْْ ‫الس ِم ْي ُع ال َب ِص‬
َّ

“Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-
pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu
berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Qs.Asy-Syuraa :11)

3. Tauhid Uluhiyah atau Ibadah

Yakni mengesakan Allah ta’ala dalam segala sesuatu yang merupakan kekhususan bagi Allah

‫ ﷻ‬dalam hal Ilahiyah. Tauhid inilah yang menjadi prioritas semua para Nabi dan Rosul

ketika diutus berdakwah, begitu juga diturunkannya Al-Quran, serta ia merupakan sebab
diciptakan alam semesta ini. Hal ini akan kami bahas pada pembahasan “Tauhid Dalam

Makna Khusus” insyaallah. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ ُ ُْ َ ‫ه‬ ْ َ
َ ‫اع ُب ُدوا‬
‫اّٰلل َولا تش ِرَ ْوا ِب ٖه ش ْي ًٔـا‬ ‫و‬

“Dan beribadalah kalian kepada Allah, dan janganlah kalian menyekutukanNya dengan
sesuatupun.” (Qs.An-Nisa :36)

II. Tauhid dalam Makna Khusus

Tauhid dalam makna khusus adalah seseorang tidak menjadikan sesuatupun sebagai

tandingan bagi Allah ‫ ﷻ‬dalam ibadah kepadaNya, meskipun orang tersebut telah mencapai

derajat keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah ‫ﷻ‬, tidak seorang Nabi yang di utus, tidak juga

8
seorang malaikat. Seperti ia berdo’a kepadanya sebagaimana ia berdoa kepada Allah ‫ﷻ‬, atau

meminta syafaat kepadanya sebagaimana ia minta pada Allah. Allah ta’ala berfirman,

‫َّ ََّ ْ َ ٰ َ ه َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ه َ َ ا‬
َۖ‫اّٰلل احدا‬
ِ ‫ّٰلل َلا تدعوا مع‬
ِ ِ ‫وان المس ِجد‬

“Sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah ‫ ﷻ‬maka janganlah menyeru bersama Allah

seorangpun.” (Qs. Al-Jin : 18)

Kata ۡ‫ َ د لِ س لَٰ مَ ل‬pada ayat di atas, bisa jadi yang dimaksudkan dengannya adalah tempat yang
dibangun untuk beribadah kepada Allah, dan bisa jadi yang dimaksudkan dengannya adalah
anggota badan yang Allah telah ciptakan untuk kita. Maka tidak boleh bagi seorangpun untuk
berdo’a bersama Allah dengan selain-Nya dari makhlu-kNya.6

Allah ‫ ﷻ‬juga berfirman,

ُࣖ ‫الر ْح ٰم ُن ا َّلرح ْيم‬ َّ ٰ َ ٰ


ٌ ْ ُ ُٰ َ
َّ ‫اح ٌد لا ِال َٗ ِالا ُه َو‬ َّ
ِ ِ ‫واِ لهكم ِالٗ و‬

“Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan
benar kecuali Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Baqarah : 163)

Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah (wafat th. 1376 H)
berkata,”Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-nama, Sifat-sifat dan Perbuata-Nya.
Tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-nama, dan Sifat-sifat-Nya. Tidak
ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara dan tidak ada
sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya
Allah. Apabila demikan, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk di ibadahi dan

Allah ‫ ﷻ‬tidak boleh disekutukan dengan seorangpun dari makhluk-Nya.”7

6
Lihat Taqribul Wushuul, hal.66, Darr Al-‘Aqidah
7
Lihat buku Prinsip Dasar Islam, hal.48, Pustaka At-Taqwa

9
Tauhid dalam makna khusus inilah yang dimaksudkan di dalam al-Qur’an sejak awal hingga
akhir al-Qur’an, Ibnul Qayyim al-Jauziyah berkata8, “Al-Qur’an seluruhnya berkaitan dengan
masalah tauhid, karena al-Qur’an terkadang adalah sebuah perintah untuk beribadah kepada
Allah dan meninggalkan segala kesyirikan, terkadang adalah sebuah penjelasan berupa
balasan bagi ahli tauhid dan pelaku kesyirikan, dan terkadang berkaitan dengan hukum-
hukum halal dan haram, dan semua ini termasuk dari hak-haknya tauhid, terkadang adalah
kisah-kisah tentang para Rosul dan umat-umat mereka serta apa yang di dapatkan di antara
mereka dari berbagai permusuhan, adapun semua ini tidak lain adalah balasan tauhid dan
syirik.”

8
Di nukilkan dalam syarah ushulus sittah, oleh syaikh sholeh fauzan hafidzohullah..

10
Kedudukan Tauhid

Tauhid sebagaimana yang telah kami sebutkan di awal, bahwa ia sebagai dasar dan
pokok dari segala sesutu bagi seorang muslim. Tauhid di ibaratkan pondasi bagi sebuah
bangunan atau akar bagi sebuah pohon, Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallau ‘alaihi wa
sallam yang diriwayatkan Imam Muslim dari jalan Sahabat Abdullah bin ‘Umar –radhiallahu
‘anhu-,

“Islam dibangun diatas lima perkara ; bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah...” Hingga akhir Hadits

Kata ‫ب ني‬ yang terdapat dalam hadits di atasa bermakan ‘Dibangun’, para ulama
menjadikannya sebagai segi pendalilan bahwa tauhid adalah pokok serta pondasi atau asas
bagi bangunan islam seorang muslim.

Sedangkan dalil dari al-Quran adalah firman Allah Ta’ala,

َ َ َ ْ َ ََ ْ ََ
ً ‫ا‬
‫ء‬
َ َّ
‫م‬ ‫الس‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫ا‬ َ ‫اّٰلل َم َِ الا َكل َم اة َطي َب اة َ َش َج َرة َطي َبة َا ْص ُل َها َثاب ٌت َّو ََ ْر ُع‬
‫ه‬ ُ ‫ض َر َب ه‬ ‫الم تر َيف‬
ِۙ ِ ِ ٍ ِ ٍ ِ ِ

“Tidak-kah kalian memperhatikan bagaimana Allah Ta’ala memberikan sebuah


perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya (menancap) kokoh dan
cabangnya (menjulang) ke langit.”(Qs. Ibrahim : 24)

Tafsir dari ‫‘ ; لٗةم لِ َي ٗلةَبل َي‬Kalimat Yang Baik’ adalah kaliamt Syahadat laa ilaha illallah.
Kemudian para Ahli Ilmu menjelaskan kata ‫ل َص‬ ‫ ُل د‬secara bahasa ia bermakna Ma yubna
‘alaihi ghairuhu ; yakni sesutu yang dibangun di atasnya selain darinya.

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Ikhlash dan Tauhid adalah
sebagai pohon didalam hati, yang mana cabangnya adalah amal, dan buahnya adalah baiknya
kehidupan di dunia serta kenikmatan yang kekal di akhirat. Sebagaimana buah di syurga yang
tidak akan terputus dan tidak terlarang, maka buah ikhlas dan tauhid juga seperti itu.”

11
Beliau rahimahullah kemudian melanjutkan, “Adapun kesyirikan, kedustaan, riya, sebagai
pohon di dalam hati yang mana buahnya di dunia adalah rasa takut, kegundahan, kesusahan,
dan sempitnya dada serta gelapnya hati, Sedang buahnya di akhirat adalah Zaqqum dan ‘Azab
yang kekal.”9

Akibat yang sangat berbahaya bagi amal seseorang jika pondasi Tauhid ini rusak, adalah tidak
akan diterimanya amalan yang dilakukannya. Allah Ta’ala berfirman,

َّ َ ُ ْ َ ٰ ُ ُ َّ َ ٰ َّ َ ُ ْ َ ‫ه‬ َ َ ْ ُ ََّ َّ ْ ُ ُ ٰ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ َ
‫اّٰلل َو ِب َر ُس ْو ِل ٖٗ َولا َيأت ْون الصلوة ِالا َوه ْم َ َسالى َولا ُين ِفق ْون ِالا‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫ا‬ ْ
‫و‬ ُ
‫ر‬ ‫ف‬ َ ‫وما منعهم ان تقبل ِمنهم نفقتهم ِالا انهم‬
َ ُ ٰ ُ
‫َوه ْم َ ِره ْون‬

“Dan yang menghalang-halangi infaq mereka diterima adalah karena mereka kafir kepada
Allah Ta’ala dan Rosulnya dan mereka tidak melaksanakan shalat, melainkan dengan malas
dan tidak menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa).”(Qs.At-
Taubah : 54).

9
Al-fawaa’id

12
Urgensi Tauhid

Banyak perkara yang menunjukkan urgen dan pentingnya Tauhid bagi kehidupan
individu, kelompok, ataupun secara umum kepada masyarakat, lingkungan, serta yang

lainnya. Terutama bagi seorang muslim maupun da’i kepada Allah ‫ﷻ‬. Di antara hal-hal yang

melatarbelakangi urgensi Tauhid adalah sebagai berikut :

1. Tauhid merupakan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ ُ َ ُ َْ َ َ ٰۤ ُ ْ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ٰ َ ْ ََّ
ࣖ ‫ال ِذين ا َمن ْوا َول ْم َيل ِب ُس ْوا ِا ْيمانه ْم ِبظل ٍم اول ِٕىك ل ُه ُم الا ْم ُن َوه ْم ُّم ْهتد ْون‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimana dan kedzaliman,
mereka itulah orang-orang yang memperoleh keamanan dan mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk.” (Qs. Al-An’am :82)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maksudnya, Mereka ini orang-orang yang
mengikhlaskan Ibadah kepada Allah saja, dan mereka tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatupun, merekalah orang-orang yang memperoleh keamanan di hari kiamat, serta mereka
mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.” 10

Allah ‫ ﷻ‬juga berfirman,

َ ٰ ٰ َ ٰ ْ َ َ َ
َّ ‫َول ْو اَّن ا ْه َل ال ُق ٰٓرى ا َم ُن ْوا َوَّات َق ْوا ل َف َت ْح َنا َع َل ْيه ْم َب َرَت م َن‬
ْ‫الس َماءً َو ْال َا ْرض َولك ْن ََّذ ُب ْوا ََ َا َخ ْذ ٰن ُه ْم ب َما َك ُانوا‬
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ

َ ْ
‫َيك ِس ُب ْون‬

“Kalau seandainya penduduk negri mereka beriman dan bertakwa, niscaya kami bukakan
bagi mereka keberkahan dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan maka kami
hukum mereka dengan apa yang mereka perbuat.” (Qs. Al-A’raf : 96)

10
Dinukilkan dalam Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, Bab Keutamaan Tauhid

13
Juga firman-Nya ‫ﷻ‬,

‫ََ ا‬ ٰ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ََ َّ ْ َ
ۙ‫َّوان ل ِو ْاستق ُام ْوا على الط ِر ْيق ِة لا ْسقين ُه ْم َّما اءً غدقا‬

“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (islam dan tauhid) niscaya kami
akan curahkan kepada mereka air yang cukup.” (Qs. Al-Jin : 16)

Syaikh Dr. Shalih Fauzan –hafidzohullah- mengatakan, “…Perkara inilah (Tauhid) yang
menjadi inti perselisihan antara para Nabi dan umat-umat mereka, kemudian para Nabi juga
selalu menginginkan untuk memperbaiki pondasi yang pertama ini yang mana Allah telah
menciptakan makhluk karenanya, serta mengikat kebahagiaan mereka dengannya.”11

2. Tauhid merupakan asas sebuah ibadah, yang mana ibadah tidak akan di anggap dan
tidak di terima ketika hilang tauhid daripadanya, bahkan lebih dari itu akan di hapus

segala amalan orang yang menyekutukan Allah ‫ﷻ‬. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ََ ُ ْ َ َ ‫ه‬
َ ‫اّٰلل َي ْهد ْي ب ٖه َم ْن يَّ َشا ُءً م ْن ع َباده‬ َ ُ َ ٰ
‫ۗول ْو اش َرَ ْوا لح ِبط عن ُه ْم َّما كان ْوا َيع َمل ْون‬ِٖ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ذ ِلك هدى‬

“Itulah petunjuk Allah ‫ﷻ‬, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang

dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah,


niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Qs.Al-An’aam : 88)

3. Bahwa Allah ‫ ﷻ‬telah menciptakan alam semeasta ini dengan tujuan untuk

mentauhidkan-Nya. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

ُ ْ َّ ْ ْ ْ ُ َْ َ
‫الجَّن َوال ِاِ َس ِالا ِل َيع ُبد ْو ِن‬ ََ
ِ ‫وما خلقت‬

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (Qs.
Adz-Dzariyat : 56)

11
Syarah Ushulus sittah, hal.9, Darr ‘Umar bin Khattab

14
Adapun makna ‫ لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬: Untuk beribadah kepada-Ku, yakni Untuk mentauhidkanKu.12

4. Tauhid adalah tujuan di utusnya para Rasul untuk menyeru manusia serta

diturunkannya kitab-kitab samawi terutama al-Qur’an. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

َ َ ْ َّ َ ْ ُ‫ه‬ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ْ َ‫ه‬ ُ ْ َ ‫ا‬ ُ ُ َْ َ ْ ََ


‫اّٰلل َو ِمن ُه ْم َّم ْن حقت عل ْي ِه‬ ‫اّٰلل َواجت ِن ُبوا الطاغ ْوت َ ِمن ُه ْم َّم ْن هدى‬ ‫َولقد َبعثنا ِف ْْ ك ِل اَّم ٍة َّر ُس ْولا ا ِن اع ُبدوا‬

َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ُْ َ َْ َ ُ َ ٰ َّ
‫الضللةۗ َ ِس ْْ ًُ ْوا ِفى الا ْر ِض َانظ ُر ْوا َ ْيف كان ع ِاق َبة ال ُمك ِذ ِب ْْن‬

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):

"Sembahlah Allah ‫( ﷻ‬saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-

orang yang diberi petunjuk oleh Allah‫ ﷻ‬dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah

pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Qs. An-Nahl : 36)

‫ ال طاغوت‬adalah Segala sesuatu yang di sembah selain Allah ‫ﷻ‬. Sebagaimana yang dikatakan

Imam Malik rahimahullah.13

Dan juga firman Allah ta’ala,

ُ َّ َ ۠ َ َ َّ َ ٰ َ ََّ َْ ْ َ َ َّ ٰ َ َ َ ْ ُ
ُّ ‫ُي َنزل ال َملٰۤىِٕك َة ب‬
‫الر ْو ِح ِم ْن ا ْم ِر ٖه على َم ْن يشا ُءً ِم ْن ِع َب ِاد ٖه ان ان ِذ ُر ْوا انه لا ِالٗ ِالا انا َاتق ْو ِن‬ ِ ِ

“Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu atas perintah-Nya kepada siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu (dengan berfirman), “Peringatkanlah (hamba-
hamba-Ku) bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka, bertakwalah kepada-Ku.” (Qs. An-Nahl
: 2)

12
Taqribul Wushul Ila Tsalaatsatil Ushul, hal.51, Darr Al-Aqidah
13
Fathul majid, hal.18, Daar ibnu hazm

15
5. Para rasul ketika memulai dakwah mereka, maka mereka memulai pertama kali

dengan Tauhid yang Allah ‫ ﷻ‬telah perintahkan mereka menyampaikannya kepada

manusia. Allah ‫ﷻ‬berfirma,

ُ ْ َ ۠ َ َ َّ َ ٰ َ ََّ َ ُ َّ َ َ َْ َ
‫َو َما ا ْر َسلنا ِم ْن ق ْب ِلك ِم ْن َّر ُس ْو ٍل ِالا ن ْو ِح ْْ ِال ْي ِه انه لا ِالٗ ِالا انا َاع ُبد ْو ِن‬

“Dan tidaklah kami mengutus sebelum kamu dari seorang Rasul, kecuali kami wahyukan
kepadanya ; sesunggunya tidak ada tuhan yang berhak di Ibadahi kecuali Aku (Allah), maka
sembahlah Aku.” (Qs. Al-Anbiya’ : 25 )

َ َ ْ َّ َ ْ ُ‫ه‬ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ْ َ‫ه‬ ُ ْ َ ‫ا‬ ُ ُ َْ َ ْ ََ


‫اّٰلل َو ِمن ُه ْم َّم ْن حقت عل ْي ِه‬ ‫اّٰلل َواجت ِن ُبوا الطاغ ْوت َ ِمن ُه ْم َّم ْن هدى‬ ‫َولقد َبعثنا ِف ْْ ك ِل اَّم ٍة َّر ُس ْولا ا ِن اع ُبدوا‬

َْ َ ُْ ُ َ َ َ َ َْ َ ْ ُ ُْ َ َْ َ ُ َ ٰ َّ
‫الضللةۗ َ ِس ْْ ًُ ْوا ِفى الا ْر ِض َانظروا َيف كان ع ِاقبة المك ِذ ِبْن‬

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):

"Sembahlah Allah ‫( ﷻ‬saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-

orang yang diberi petunjuk oleh Allah‫ ﷻ‬dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah

pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Qs. An-Nahl : 36)

Rosulullah ‫ ﷺ‬selama Tiga belas tahun di Makah selalu menyeru kaumnya untuk

mentauhidkan Allah ‫ ﷻ‬dalam beribadah dan berdo’a kepada-Nya saja dan bukan kepada

selain-Nya.

Banyak sekali hadits yang menunjukkan perhatian khusus yang Rosulullah ‫ ﷺ‬berikan

dalam mendakwahkan Tauhid, di antaranya Sabda Beliau ‫ ﷺ‬kepada anak pamannya

‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu,

16
“Wahai anak! Jagalah hak Allah ‫ ﷻ‬maka Allah akan menjaga hakmu, jagalah hak Allah

maka engkau akan dapati Allah memolongmu, apabila kamu meminta maka mintalah pada
Allah, dan apabila kamu meminta pertolongan maka mintalah pada Allah..”

6. Rosulullah ‫ ﷺ‬telah mengajarkan para Sahabatnya rodhiyallahu ‘anhum ajma’in

untuk memulai dakwah kepada manusia dengan tauhid.

Rosulullah ‫ ﷺ‬berkata kepada Mu’adz rodhiyallahu ‘anhu ketika Beliau mengutusnya ke

yaman, Beliau ‫ ﷻ‬bersabda,

“Jadikan Perkara yang pertama engkau menyeru mereka kepadanya yakni Syahadat An laa

ilaha illallah,” dan dalam riwayat yang lain, “agar mereka metauhidkan Allah ‫ﷻ‬.” (HR.

Mutafaqqun ‘Alaih)

17
Manfaat Tauhid dan Keutamaannya14

Tauhid memiliki manfaat maupun keutamaan yang sangat banyak, hal ini sangat perting
untuk diketahui oleh seorang muslim. Adapun di antara manfaat dan keutamaannya adalah :

1. Tauhid memerdekakan manusia dari perbudakan dan tunduk kepada selain Allah
ta’ala, baik kepada benda-benda atau makhluk lainnya.

2. Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh. Tauhid akan membantu untuk membentuk
kepribadian yang kokoh yang pandangan dan arah hidupnya jelas15. Hal ini sangat membantu
seseorang dalam melakukan ketaatan dan menjauhkan diri dari segala kemaksiatan. Misalnya,
para Sahabat meskipun mereka disiksa, dibunuh, diboikot, akan tetapi semua itu tidak
menjadikan mereka bergeming sedikitpun dan meninggalkan agama yang mulia ini.

3. Tauhid sumber keamanan dan kedamaian manusia. Sebab Tauhid akan memenuhi hati
para muwahhidin dengan keamanan dan ketenangan. Seorang yang bertauhid tidak akan takut
kecuali hanya kepada Allah ta’ala, ia akan menutup rapat segalah cela-cela kekhawatiran
terhadap rizqi, jiwa dan keluarganya, serta rasa takut daripada manusia, jin, kematian dan
segala yang menakutkan. Seorang Mukmin Muwahhid ia tidak akan takut kecuali hanya
kepada Allah, untuk inilah engkau akan melihatnya merasa aman apabila manusia dalam
16
ketakutan, dan merasa tenang ketika mereka kalut. Hal ini di isyaratkan al-Qur’an, Allah
ta’ala berfirman,

َ ُ َ ُ َْ َ َ ٰۤ ُ ْ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ٰ َ ْ ََّ
ࣖ ‫ال ِذين ا َمن ْوا َول ْم َيل ِب ُس ْوا ِا ْيمانه ْم ِبظل ٍم اول ِٕىك ل ُه ُم الا ْم ُن َوه ْم ُّم ْهتد ْون‬

14
Hal ini kami nukilkan dari kitab karya syaikh Muhammad bin Jaamil Zainu rahimahullah, yakni Minhaj al-
Firqotu naajiyah dengan beberapa penyesuaian, Serta Prinsip Dasar Islam, Hal.75-84, dengan sedikit
penyesuaian.
15
Minhaj firqotun najiyah, hal.36, Darr al-Haramain, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah.
16
Minhaj firqotun najiyah, hal.37, Darr al-Haramain

18
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimana dan kedzaliman,
mereka itulah orang-orang yang memperoleh keamanan dan mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk.” (Qs. Al-An’am :82)

4. Tauhid adalah sumber kekuatan jiwa. Tauhid memberikan kekuatan jiwa yang sangat luar
biasa, karena jiwa akan penuh rasa harap kepada Allah, percaya dan tawakkal kepada-Nya,
ridha atas ketentuan-Nya, dan sabar atas musibah dari-Nya, serta sama sekali tidak mengharap
sesuatu kepada makhluk. Jiwanya kokoh bagaikan gunung.17

5. Tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal. 18

6. Tauhid adalah dasar persaudaraan dan persamaan. Tauhid tidak membolehkan


pengikutnya menjadikan sesama mereka sebagai tuhan selain Allah, karena sifat uluhiyah
hanya milik Allah saja, dan semua manusia wajib beribadah kepada Allah ta’ala.

Persaudaraan dan persamaan inilah yang menjadikan agama yang mulia ini adalah agama
satu-satunya yang melarang keras sikap rasisme19 dan rasialis antara ras, suku bangsa,
maupun status sosial. Sebagaimana yang terjadi di eropa, amerika, dan afrika selatan, dengan
membedakan ras kulit putih dan kulit hitam.

Tauhid menjadikan semua manusia sama dan bersaudara, tidak ada ras dan suku yang lebih
unggul apakah dari kulit maupun status sosial di hadapan Allah, karena kemuliaan dihadapan
Allah ditentukan dengan tingkat Ketakwaan dan Keimanan seseorang. Allah ta’ala berfirman,

‫ٰٓ َ ُّ َ َّ ُ َّ َ َ ْ ٰ ُ ْ ْ َ َ َّ ُ ْ ٰ َ َ َ ْ ٰ ُ ْ ُ ُ ْ ا َّ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َّ َ ْ َ َ ُ ْ ْ َ ه َ ْ ٰ ُ ْ َّ ه‬
َ‫اّٰلل‬ ‫ۗان‬
ِ ‫اّٰلل اتقىكم‬
ِ ‫يايها الناس ِانا خلقنكم ِمن ذَ ٍر وانثى وجعلنكم شعوبا وقباءىِٕل ِلتعارَوا ِان اَرمكم ِعند‬

َ َ
ًٌ ْْ ‫ع ِل ْي ٌم خ ِب‬

“ Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
17
Minhaj Al-Firqotun naajiyah, Syaikh Muhammad bin Jaamil Zainu.
18
Prinsip Dasar Islam, Hl. 82, Pustaka at-Taqwa

19
orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (Qs.
Al-Hujurat : 13)

7. Tauhid akan menghapus dosa-dosa seorang bertauhid. Sebagaimana sabda Nabi dari
sahabat Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu dalam sebuah hadits Qudsi20 yang diriwayatkan
At-Tirmidzi dengan sanad Shahih,

Anas bin Malik berkata, “Aku mendengar Rosulullah bersabda, “Allah Yang Maha suci dan
Maha tinggi berfirman : Wahai anak adam! seandainya engkau datang kepada-Ku dengan
sepenuh bumi kesalahan, kemudian engkau menemui-Ku engkau tidak menyekutukan-Ku
dengan sesuatupun, niscaya Aku akan datang dengan sepenuh bumi ampunan.”

8. Orang yang bertauhid akan dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan di
akhirat.21 Allah berfirman,

َ ُ ‫َ ْ َ ََّ ْ َ َ ه‬ َ َْ َ ُ ْ َ ْ ُ ُْ َّ ْ ْ َ ‫ه‬
ْ َ َ ‫اّٰلل ََ ُه َو َح ْس ُبهۗاَّن ه‬
‫اّٰلل َب ِالُ ا ْم ِر ٖهۗ قد‬
‫َ ْ ا‬ َ َ
ِ ‫اّٰلل يجعل لٗ مخ َرَاۙ َّو َي ْرزقه ِمن حيث لا يحت ِس ُبۗ َومنَّيتوكل على‬
َّ
‫َو َم ْنَّيت ِق‬
ِ

ْ َ َ ُ ُ‫َ َ َ ه‬
‫اّٰلل ِلك ِل َ ْْ ًٍ قد ارا‬ ‫جعل‬

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa
yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs. Ath-Thalaq :2-3)

Seorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah kalau dia tidak bertauhid. Orang yang
bertauhid dan bertakwa akan di hilangkan kesulitan-kesulitan dunia dan akan diberikan jalan
keluar dari berbaga masalah hidupnya.22

20
Prinsip Dasar Islam, Hal. 75, Pustaka at-Taqwa
21
Prinsip Dasar Islam, Hl. 77, Pustaka at-Taqwa
22
Prinsip Dasar Islam, Hal.77-78, Pustaka at-Taqwa

20
9. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah, dan orang
yang paling bahagia dengan syafaat Nabi Muhammad adalah orang yang mengatakan
laa ilaaha illallah dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.23

10. Orang yang bertauhid dijamin masuk surga. Rosulullah bersabda,24

“Barang siapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk surga.”25

11. Orang yang bertauhid akan diberikan oleh Allah kemenangan, pertolongan, kejayaan,
dan kemuliaan26. Allah ta’ala berfirman,

ُ َ َْ ْ َ ُ ُ ْ ‫ه‬ ُ ْ َ ْ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫اّٰلل َينص ْرَ ْم َو ُيث ِبت اقد َامك ْم‬
َ ‫ص ُروا‬ ‫يايها ال ِذين امنوا ِان تن‬

“ Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”(Qs. Muhammad : 7)

12. Orang yang bertauhid kepada Allah akan diberikan kehidupan yang baik di dunia dan
di akhirat.27 Allah ta’ala berfirman,

َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َّ ْ َ َ ‫َ َ ُ ْ َّ َ ا َ ا‬ ْ ُ ٰ ُْ َ َ َ ‫َ َ َ ا‬
‫َم ْن ع ِمل ص ِالحا ِم ْن ذَ ٍر ا ْو انثى َوه َو ُمؤ ِم ٌن َلنح ِي َينه ح ٰيوة ط ِي َبة َولنج ِز َين ُه ْم اج َره ْم ِباح َس ِن َما كان ْوا َيع َمل ْون‬

“Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia
seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik421) dan
akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka
kerjakan.” (Qs. An-Nahl : 97)

23
Prinsip Dasar Islam, Hal.78-79, Pustaka at-Taqwa
24
Prinsip Dasar Islam, Hl. 79, Pustaka at-Taqwa
25
HR.Muslim (No.26) dari sahabat Utsman radhiallahu ‘anhu.
26
Prinsip Dasar Islam, Hl. 79, Pustaka at-Taqwa
27
Prinsip Dasar Islam, Hl. 80, Pustaka at-Taqwa

21
Dan masih banyak lagi manfaat maupun keutamaan tauhid yang telah di jelaskan oleh para
ahli ilmu, yang tidak mungkin kami perinci semua dalam buku ini. Akan tetapi, kami
cukupkan dengan beberapa point ini tidak lain kecuali untuk mendorong dan memotivasi kita
semua untuk selalu menjaga Tauhid pada diri kita pribadi, maupun lingkungan tempat tinggal
kita semuanya.

22
Makna Kalimat Tauhid

Seorang muslim wajib untuk mengetahui makna dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah
sebagaimana firman Allah ta’ala,

ُ ْ ُ ََّ َ َ ْ ‫ه‬ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ‫َ ْ َ ْ ََّ َ ٰ َ َّ ه‬


ُ ‫ك َول ْل ُم ْؤمن ْْ َن َوال ُم ْؤم ٰنت َو‬
ࣖ ‫اّٰلل َيعل ُم ُمتقل َبك ْم َو َمث ٰوىك ْم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫َاعلم انه لا ِالٗ ِالا اّٰلل واستغ ِفر لِذن ْۢ ِب‬

“Ketahuilah sesungguhnya tidak ada ilah yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah

‫ﷻ‬, dan memohon ampunlah atas dosa-dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-

laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal.” (Qs.Muhammmad : 19)

Imam Bukhari rahimahullah telah membuat satu bab khusus tentang wajibnya menuntut ilmu,
yakni ; ‘Bab Ilmu Sebelum Berucap dan Beramal’, kemudian beliau rahimahullah
membawakan ayat di atas sebagai ilmu atas wajibnya menuntut ilmu.

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah berkata, “Allah ta’ala berfirman ;
Ketahuilah sesungguhnya tidak ada ilah yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah

‫ﷻ‬, Maka mengetahui maknanya (ilmu laa ilaaha illallah) adalah wajib dan didahulukan atas

seluruh rukun islam yang lain.”28

Para ahli ilmu dahulu maupun sekarang telah menyepakati bahwa ilmu yang wajib dituntut
pertama kali adalah ilmu berkaitan dengan tauhid dan kalimat tauhid. Tentunya semua ini
bukanlah tanpa alasan, Karena tidaklah mungkin seseorang akan merealisasikan tauhidnya
dengan baik, kecuali dia mengetahui makna dari kalimat Tauhid. Allah ta’ala berfirman,

َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َّ ُ ْ َ َ َ
‫ولا يم ِلك ال ِذين يدعون ِمن دو ِن ِه الشفاعة ِالا من ش ِهد ِبالح ِق وهم يعلمون‬

28
Minhaj Firqotin Naajiyah, hal. 21, Darr Al-Haramain

23
“Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at;
akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak
(tauhid) dan mereka mengetahui(nya).” (Qs. Az-Zukhruf: 86)

Makna dari kalimat ِّ ‫“ اِ اَّل َم ْن َش ِه َد بِ ْال َح‬illa man syahida bilhaqq” dijelaskan Syaikh Ibrahim
‫ق‬
Muhammad bin ‘Abdullah al-Buraikan –hafidzohullah- ketika menjelaskan ayat diatas29,
“Syahadat ini berarti bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Syahadat

ini sekaligus mengandung penafian ibadah kepada selain Allah ‫ ﷻ‬sebagaimana disabdakan

oleh Rosulullah ‫ﷺ‬,

“Siapa yang mengatakan tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah ‫ ﷻ‬dan kafir

kepada apa yang disembah selain Allah maka harta dan darahnya menjadi haram, kecuali apa
yang menjadi haknya dan hanya pada Allah-lah perhitungannya.”(HR. Muslim, Shahih
Muslim, Kitab al-Iman)

Beliau kemudian melanjutkan, “Makna Syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah

selain Allah ‫ﷻ‬, didasarkan pada ayat berikut,

َ ْ َ ْ َ ُ َّ َ ٰ َ ُ ‫َ ه‬
‫ّٰلل لا ِالٗ ِالا ه َو الح ُّْ الق ُّي ْو ُم ە‬ ‫ا‬

“Dialah Allah ‫ﷻ‬, Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia yang hidup kekal

lagi terus menerus mengurus (Makhluk-Nya).” (Qs. Al-Baqarah :255)

Ustadz Yazid hafidzohullah berkata, “Makna dari kalimat laa ilaaha illallah adalah laa
ma’budan bi haqqin illallah, tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak di ibadahi dengan

benar kecuali Allah ‫ﷻ‬.” 30

Hal yang sama telah dijelaskan oleh Imam Abu ‘Abdillah al-Qurthubi, Zamkhasyari,
Syaikhul Islam , Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Syaikh

29
Al-Madkhalu lidirasatil aqidatil islamiyah yang diterjemahkan dengan Judul : Pengantar Studi Aqidah Islam,
hal.173, Robbani Press
30
Prinsp Dasar Islam, hal.57, Pustaka At-Taqwa

24
Muhammad bin Sa’id Ruslan, dan para ulama yang dahulu maupun kini didalam buku-buku
maupun ceramah-ceramah ilmiah mereka –semoga Allah merahmati mereka semuanya-.

Dari apa yang dijelaskan diatas, maka Kalimat Tauhid memiliki dua rukun yang harus
dihadirkan seorang hamba dalam keyakinannya yaitu Naafi dan Itsbaat.

1. Naafi ; Menafikan

Naafi ialah kufur dan mengingkari, serta meniadakan segala sesembahan selain dari Allah
ta’ala.

2. Itsbat ; Menetapkan

Itsbat ialah menetapkan bahwa Allah adalah satu-satunya sesembahan yang berhak untuk di
ibadahi. Allah ta’ala berfirman,

َ ْٰ ْ ُْ َ َ َ َ ‫َُْ ْ ه‬ ُ َّ ُْ َ َْ ُ ْ ُّ َ ََّ َّ ْ َ ْ ْ َ
‫اّٰلل َق ِد ْاست ْم َسك ِبالع ْر َو ِة ال ُوثقى لا‬ ْۢ ‫الرشد ِم َن الغي َ َم ْن َّيكف ْر ِبالطاغ ْو ِت ويؤ ِم‬
ِ ‫ن ِب‬
َ
ِ ‫لا ِاَ َراه ِفى‬
‫الدي ِنۗ قد تبْن‬
ِ
َ َ َ ْ
َ ُ ‫ۗو ه‬
‫اّٰلل َس ِم ْي ٌع ع ِل ْي ٌم‬ َ ‫ام ل َها‬ ‫ان ِفص‬

“Barang siapa yang kufur terhadap thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia
telah berpegang kepada buhul tali yang sangat kuat yang tidak akan putus, dan Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah :256)

Naafi dan Itsbat keduanya merupakan dua perkara yang harus saling melengkapi, dan tidak
boleh dipisahkan. Adapun jika seseorang menetapkan akan tetapi ia tidak menafikan maka ini
bukanlah tauhid, begitu juga ketika seseorang menafikan akan tetapi ia tidak mau menetapkan
maka ini juga bukan tauhid.

Seseorang dikatakan bertauhid kecuali jika ia menghadirkan naafi dan itsbat di dalam dirinya
dengan kokoh dan tidaklah ragu sedikitpun dengannya. Karena sebatas ucapan tanpa diyakini
atau ragu dengannya, maka ucapan laa ilaha illallah yang diucapkannya tidaklah bermanfaat,
sebagaimana apa yang dilakukan oleh orang-orang munafik ataupun yang semisal dengan
mereka.

Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas berkata ketika menjelaskan ayat 86 dari surat Az-
Zukhruf yang kami nukilkan sebelumnya bahwa, “yang dimaksud dengan “mengakui

25
kebenaran” adalah kebenaran kalimat laa ilaaha illallah. Sedangkan maksud dari “sedang
mereka orang-orang yang mengetahui” adalah mengetahui dengan hati mereka tentang apa
yang diucapkan dengan lisan.”31

Al-Qurthubi berkata pada Mufhim ‘Ala Shahih Muslim bahwa, “Bab tidak cukup sebatas
melafazkan dua kalimat syahadat akan tetapi harus menghadirkan keyakinan hati.”32

Kemudian banyak sekali penyimpangan dan kesalahan dalam memaknai serta menafsirkan
kalimat laa ilaaha illallah, sebagaimana yang kita dapatkan ditengah masyarakat. Di antara
kesalahan tersebut adalah memaknai kalimat ini dengan makna “Tidak ada sang pencipta
kecuali Allah”, ini merupakan sebuah kesalahan yang sangat fatal dikarenakan memaknainya
hanya sebatas tauhid rububiyah saja.

Tauhid Rububiyah saja belum cukup, karena ini juga yang diyakini oleh orang-orang musyrik

dimasa Nabi ‫ﷺ‬, Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas berkata, “Menafsirkan kalimat

laa ilaaha illallah dengan laa khaaliqa illallah (tidak ada sang pencipta kecuali Allah)
padahal makna tersebut merupakan bagian dari makna kalimat laa ilaaha illallah dan
penafsiran ini masih berupa Tauhid Rububiyyah saja sehinggah belum cukup. Inilah yang
diyakini juga oleh orang-orang musyrik.” 33

31
Prinsip Dasar Islam, hal. 59, Pustaka At-Taqwa
32
Fathul Majid Syarah Ktabut Tauhid, Bab keutamaan Tauhid.
33
Prinsip Dasar Islam, hal.57, Pustaka At-Taqwa

26
Syarat-Syarat dari Kalimat Tauhid

Kalimat tauhid laa ilaaha illallah disebutkan oleh para Ahli Ilmu bahwa kalimat ini
memiliki Syarat-syarat yang harus ditunaikan oleh seorang Hamba. Syarat-syarat ini
sangatlah penting untuk diketahui oleh seorang muslim, dikarenakan benar dan tidaknya
kalimat Tauhid kecuali jika terkumpul padanya Syarat-syarat tersebut, serta seorang yang
mengucapkan kalimat ini menyempurnakannya. Hal ini sebagaimana apa yang dikatakan
Fadhilatus Syaikh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Sa’id Ruslan –hafidzohullah-, “Dan para
Ulama telah menyebutkan laa ilaaha illallah memiliki Tujuh Syarat, yang mana tidaklah sah
Kalimat ini kecuali jika syarat-syarat ini terkumpul dan disempurnakan oleh seorang
hamba”34. Adapun Tujuh Syarat tersebut di antaranya adalah :

- Al-Ilmu
- Al-Yaqin
- Al- Ikhlash
- As-Sidqu
- Al-Mahabbah
- Al-Inqiyad
- Al-Qobul

1. Al-Ilmu (Mengetahui)

Al-‘Ilmu adalah mengetahui arti serta kandungan dari kalimat tauhid dalam bentuk penafian
(naafi) maupun penetapan (itsbaat), serta mengetahui apa yang menjadi konsekuensi berupa
perealisasiannya dalam sebuah amalan.

Syaikh Dr. Sholih Fauzan –hafidzohullah- berkata35, “Al-‘Ilmu maksudnya adalah,


mengetahui makna laa ilaaha illallah dan kandungan dari laa ilaaha illallah, serta apa yang
dinafikannya maupun apa yang ditetapkannya. Ilmu adalah sesuatu yang meniadakan
kebodohan dengan perkara tersebut . Allah Ta’ala berfirman,
34
Syuruth La ilaha Illallah, hal. 14, Darr Al-Furqon
35
‘Aqidatut Tauhid, hal.43, Muassasah al-Haramain al-Khairiyah

27
َ َ ْ ُ َْ َ َ َّ
‫ِالا َم ْن ش ِهد ِبالح ِق َوه ْم َيعل ُم ْون‬

“..Kecuali orang yang bersaksi dengan yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui.”(Az-
Zukhruf : 86).

Beliau melanjutkan, “(Ayat di atas) maksudnya adalah dia bersaksi dengan laa ilaaha illallah,
adapun makna ‘sedang mereka mengetahui’ adalah dengan hati mereka (meyakini) apa yang
dipersaksikan oleh lisan mereka. Seandainya dia mengucapkannya sedang dia tidak
mengetahui maknanya, maka apa yang dia ucapkan tidak memberikan manfaat untuknya,
dikarenakan ia tidak meyakini apa yang ditunjukkan kalimat tersebut padanya.”

2. Al-Yaqiin (Meyakini)

Yaitu seseorang yang mengucapkannya betul-betul meyakini apa yang ditunjukkan oleh
kalimat laa ilaha illallah padanya. Karenanya, jika seseorang yang mengucapkannya tetapi dia
ragu dengan apa yang dikandungi oleh kalimat laa ilaaha illallah, maka apa yang diucapkan
itu tidak sedikitpun bermanfaat untuknya . Allah ta’ala berfirman,

ْ‫اّٰلل َو َر ُس ْولٗ ُثَّم َل ْم َي ْر َت ُابوا‬


‫ه‬ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ
ِٖ ِ ‫ِانما المؤ ِمنون ال ِذين امنوا ِب‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu..”(Al-Hujurat : 15)

Hal ini sebagaimana orang-orang munafiq, yang mana kita dapati mereka mengucapkan
kalimat ini, akan tetapi tidak meyakininya dikarenakan keraguan yang ada dalam diri mereka.

3. Al- Ikhlash (Ikhlas)

Yakni dengan memurnikan serta membersihkan segala amalan yang dilakukan oleh seseorang
dari segala bentuk kesyirikan, kemudian dipersembahkan hanya kepada Allah ta’ala.

Syaikh Dr. Sholeh Fauzan –hafidzohullah- berkata36, “Ikhlas adalah memurnikan amal dari
segala bentuk noda kesyirikan, yakni tidak dimaksudkan dengan mengucapkannya untuk

36
Aqidatut Tauhid, hal. 44, Muassasah Al-haramain al-khairiyah

28
mendapatkan keingina-keinginan dunia, tidak riya, tidak juga sum’ah. Sebagaimana yang
terdapat didalam hadits Shahih dari haditsnya ‘Utban, dia mengatakan ; “Sesungguhnya Allah
telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan laa ilaha illallah yang dia
harapkan dengannya wajah Allah.”(HR. Syaikhaani).

4. As-Sidqu (Jujur)

Jujur kepada Allah ta’ala, yakni dengan seseorang jujur dalam keimanannya, jujur dalam
aqidahnya37 , artinya orang mengucapkan kalimat ini harus disertai kejujuran dan
pembenaran dari dalam hatinya .

As-Sidqu merupakan asas dan dasar bagi ucapan lisan seseorang, karenanya termasuk dari
Sidqu yakni dengan seseorang jujur dalam dakwahnya, serta ia jujur dalam mengerahkan
kemampuannya untuk taat kepada Allah ta’ala, begitu juga ia jujur dalam menjaga batasan-
batasan syari’at Allah ta’ala38 . Allah ta’ala berfirman,

َ ‫ه‬ ُ ُ َ‫ه‬ ُ َّ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
‫اّٰلل َوَ ْون ْوا َم َع الص ِد ِق ْْن‬ ‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمنوا اتقوا‬

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dan jadikanlah kalian
bersama orang-orang yang jujur.”(At-Taubah : 119)

Barang siapa lisannya mengucapkan namun hatinya mendustakan, maka ia adalah munafiq
dan pendusta. Allah ta’ala berfirman,

َّ َ ُ َ ْ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ ‫َ َ ُ ْ ُ ْ ْ َ ُ ٰ ُ ْ َ ه‬ ْٰ ْ ‫ه‬ َّ َ ٰ ُ ْ ُ ْ َ َّ َ َ
‫اّٰلل َوال ِذين ا َمن ْوا َو َما يخدع ْون ِالا‬ ‫اّٰلل َو ِبال َي ْو ِم الا ِخ ِر وما هم ِبمؤ ِم ِنْنَۘ يخ ِدعون‬
ِ ‫اس من َّيقول امنا ِب‬ ِ ‫و ِمن الن‬

َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ َُْ
ۗ‫انفسهم وما يشع ُرون‬

“Dan di antara manusia ada yang berkata, ‘kami beriman kepada Allah dan hari akhir,’
padahal sesungguhnya mereka bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu

37
Lihat Syuruth laa ilaha illallah, hal.24, Darr al-Furqon
38
Lihat Syuruth laa ilaha illallah, hal.24, Darr al-Furqon

29
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar.”(Al-Baqarah : 8-9).

5. Al-Mahabbah (Cinta)

Al-Mahabbah direalisasikan dengan kita mencintai kalimat ini, serta segala apa yang menjadi
konsekuensi dan kandungan dari kalimat yang mulia ini. Kemudian, wajib bagi kita
mengaplikasikan konsekuensi dari kalimat ini dengan kita mencintai Allah Ta’ala yang
disertai dengan Pemuliaan, Pengagungan, Berharap, serta Khauf. Begitu juga, wajib atas kita
mencintai Rosulullah -shallallahu‘alaihi wasallam- ; Yakni dengan mengikuti Sunnah-
sunnahnya, serta tuntunan Beliau dalam hal Ibadah maupun Muamalah. Kemudian, wajib juga
atas kita mencintai segala apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan Rosul-Nya, apakah itu
berupa Tempat, Waktu, Orang Tertentu, Amal Perbuatan, Ucapan, maupun Keyakinan.

Termasuk bagian dari Mahabbah kata Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan –hafidzohullah-39,
adalah dengan mengedepankan cinta terhadapa Allah ta’ala atas segala bentuk kecintaan,
apakah kecintaan terhadap Nafsu maupun Syahwatnya.

Kemudian termasuk dari Mahabbah lanjut Beliau –hafidzohullah-, hendaklah seseorang


membenci segala apa yang dibenci Allah Ta’ala. Misalnya, membenci serta memusuhi orang
yang kafir kepada Allah Ta’ala, begitu juga membenci kemaksiatan, kekafiran, kefasikan ,
maupun kebid’ahan.

Adapun perkara-perkara berikut ini merupakan pembatal terhadap syarat Mahabbah, di


antaranya ;

- Membenci Rosul serta Sunnah-Sunnah dan Syariat yang dibawanya. Misalnya, seperti
Poligami, maupun Hukum Hadd.
- Membenci dan memusuhi Wali-wali Allah ; yakni Orang-orang yang beriman. Seperti para
Sahabat, dan Orang yang beriman secara keseluruhan.
- Cinta kepada Orang-orang kafir dan musyrik, atau cinta kepada praktek dan ritual agama
mereka, serta memuji dan membenarkannya.
- Mencintai perbuatan kafir dan kemunafikan, serta ridho terhadap keduanya.

39
Syurutu laa ilaha illalah, hal.29, Darr Al-Furqon

30
Al-Mahabbah ini tidak akan tegak kecuali dengan al-Wala dan al-Bara’ yang benar. Allah
ta’ala berfirman,

َّ ْ َ َ ُُْ َ ُ ُ َ ُ َ ُ ََّ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمن ْوا لا تت ِخذ ْوا عد ِو ْي َوعدَّوَ ْم ا ْوِل َيا َءً تلق ْون ِال ْي ِه ْم ِبال َم َود ِة‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu
menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad),
karena rasa kasih sayang.”(Qs.Al-Mumtahanah : 1).

6. Al-Inqiyad (Tunduk dan Patuh)

Inqiyad kata Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan –hafidzohullah-40, adalah Istislam dan
Idz’aan ; yakni penyerahan diri disertai dengan ketundukan dan kepatuhan. Inqiyad hanya
bisa terjadi jika seseorang tunduk dan patuh terhadap syariat Allah, dan tidak di ikuti dengan
Penolakan, Tambahan, maupun Pengurangan terhadap Syariat Allah. Allah ta’ala berfirman,

َ َ ُ ٰ ْ َ
ٗ‫َوا ِني ُب ْوا ِالى َر ِبك ْم َوا ْس ِل ُم ْوا ل‬

“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya..” (Qs. Az-Zumar
: 54)

Termasuk dari Inqiyad kata Beliau, adalah dengan tunduk dan patuh terhadap apa yang telah
datang dengannya Nabi Muhammad -shallallahu‘alaihi wa sallam- ; yakni ridha tanpa di ikuti
dengan penambahan dan pengurangan pada apa yang telah Beliau ajarkan dari Syariat Allah
Ta’ala. Allah ta’ala berfirman,

‫ا‬ َ ُ َ ْ َ َ َّ ‫َ ا‬ َُْ ُ َ َ ُ َْ َ َ َ َ َُ ‫َ َ ْ ُ َ َ ه‬ ََ
‫َلا َو َر ِبك لا ُيؤ ِمن ْون حتى يح ِك ُم ْوك َِ ْيما شج َر َبين ُه ْم ثَّم لا ِيجد ْوا ِف ْْ انف ِس ِه ْم ح َرَا ِّما قضيت َوي َس ِل ُم ْوا ت ْس ِل ْيما‬

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidaklah beriman sebelum mereka menjadikan engkau sebagai
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan di antara mereka hingga tidak ada rasa
keberatan dalam diri mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya.” (Qs. An-Nisaa : 65).

40
Syuruth laa ilaha illalah, hal. 23, Darr Al-Furqon

31
7. Al-Qobul (Menerima Sepenuhnya)

Al-Qobul dijelaskan oleh Syaikh Shaleh Fauzan –hafidzohullah- , bahwa Al-Qobul adalaha
menerima terhadap segala yang dikandungi oleh kalimat ini. Misalnya, beribadah hanya
kepada Allah Ta’ala saja dan meninggalkan segala peribadatan kepada selain-Nya. Karena itu,
barang siapa yang mengucapkan kalimat ini akan tetapi ia tidak menerima apa yang menjadi
kosekuensi yang dikandungi oleh kalimat ini, maka ia termasuk Orang-orang yang Allah
Ta’ala sebutkan dalam firmanNya,

ْ ُ ْ َّ َ َ َ ٰ ْ ُ َ َ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ ‫َّ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ٰ َ َّ ه‬
ۗ‫اع ٍر مجنو ٍن‬
ِ ‫ِانهم كانوا ِاذا ِقيل لهم لا ِالٗ ِالا اّٰلل يستك ِبًونۙ ويقولون اىِٕنا لت ِارَوا ا ِله ِتنا ِلش‬

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka laa ilaaha illallah mereka
menyombongkan diri, dan mereka katakan; ‘apakah kami akan meninggalkan sesembahan
kami untuk mengikuti seorang penyair yang gila.”(Qs. As-Shaafaat; 35-36).

Hal ini sebagaimana yang kita dapatkan hari ini terjadi pada para penyembah kubur, mereka
mengatakan “laa ilaha illallah” akan tetapi mereka tidak mau meninggalkan peribadatan
kepada kuburan. Maka, mereka tidak tergolong sebagai orang yang menerima kandungan dari
makna laa ilaha illallah.”41

Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan –hafidzohullah- mengatakan, “Al-Qabul adalah


seseorang menerima segala apa yang dikandungi kalimat ini dengan hatinya, dan lisannya.
Maka hendaklah ia membenarkan segala kabar berita dan beriman dengan segala apa yang
telah datang dari jalan Nabi yang terpilih -shallallahu‘alaihi wa sallam-, serta ia harus
menerima segalanya dan tidak menolak sesuatupun darinya, begitu juga tidak boleh baginya
menyelewengkan nas-nas dengan takwil yang rusak dan tahrif (penyelewengan) yang Allah
telah melarangnya.”42

Lawan dari Al-Qobul adalah Ar-Raddu yang bermakna menolak, dan di antara contoh
penolakan yang menjadikan batalnya Al-Qobul sebagai berikut :

- Menolak sebagian hukum syar’i, atau sebagian hukum hadd. Misalnya, hukum had berkaitan
pencurian, hukum had berkaitan dengan zina.
41
Aqidatut Tauhid, hal. 44, Muassasah Al-haramain al-khairiyah
42
Syuruth laa ilaha illallah, hal. 21, Darr Al-Furqon

32
- Menolak syariat poligami
- Menolak hukum qishash

33
Bahaya Syirik Sebagai Lawan dari Tauhid

Tauhid sebagaimana syariat Allah Ta’ala yang lainnya, maka tauhid dapat dirusak
sebagaimana thaharah akan rusak dengan hadats, atau shalat akan batal ketika hilangnya
thaharah. Secara umum, tauhid seseorang akan dirusak dengan kesyirikan yang ia lakukan.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab –rahimahullah- mengatakan dalam Qowaa’idul Arba’,
“Ketahuilah! Sesungguhnya Ibadah tidak akan dinamakan sebagai sebuah Ibadah kecuali
disertai Tauhid, sebagaimana Shalat tidak akan dinamakan sebagai Shalat kecuali disertai
Thaharah. Maka, apabila Kesyirikan telah masuk pada sebuah Ibadah maka Rusaklah
Ibadah tersebut.”43

Maksud dari perkataan Syaikh –rahimahullah- “Rusaklah Ibadah tersebut”; yakni rusaknya
Tauhid.

Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas –hafidzohullah- berkata, “Jika bentuk-bentuk ibadah

yang Allah ‫ ﷻ‬syari’atkan di palingkan dari Allah ta’ala atau secara bersamaan ditujukan

kepada Allah dan juga kepada selai-Nya maka inilah yang di sebut dengan Kesyirikan”.44
Dari sini kita ketahui, bahwa lawan dari pada Tauhid adalah Syirik, yang mana ia merpukan
sesuatu yang sangat membahayakan bagi seorang muslim.

Syaikh al-‘Allamah Shalih Fauzan Hafidzohullah berkata, “Adapun Ikhlas (Tauhid)


maknanya adalah meninggalkan kesyirikan dan mengesakan Allah ta’ala dengan Ibadah, dan

tidak ada seorangpun yang berhak untuk di Ibadahi kecuali Allah ‫ ﷻ‬meskipu orang itu telah

sampai pada derajat kesempurnaan dan keutamaan, tidaklah para Malaikat yang di dekatkan,
tidak juga para Nabi dan Rosul, para Wali serta Orang-orang yang Shalih. Inilah pondasi
dasar yang pertama, dan tidak akan pernah terealisasi dasar yang pertama ini (Tauhid)

43
Lihat Qowaa’idul Arba’
44
Prinsip Dasar Islam, Hal.70, Pustaka At-Taqwa

34
kecuali dengan meninggalkan Kesyirikan, adapun seseorang yang mencampurkan antara
ibadah kepada Allah dan syikirik dengan selain-Nya, maka amalannya ini terhapus.”45

Tauhid dan syirik adalah dua hal yang saling berlawanan yang selamanya tidak akan pernah
bersatu, sebagaimana ketaatan dan kemaksiatan, sunnah dan bid’ah. Karenanya, ketika
seseorang melakukan kesyirikan, maka dia sedang berusaha merusak dan menghancurkan
bangunan tauhidnya.

Ibadah tidak akan dinamakan sebagai Ibadah kecuali terdapat padanya tauhid kepada Allah

‫ﷻ‬, berkata al-Mujaddid Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahab rahimahullah dalam

Qawaa’idul Arba’, “Ketahuilah ! sesungguhnya ibadah tidak dinamakan sebagai sebuah


ibadah kecuali di sertai Tauhid, sebagaimana Shalat tidak akan dinamakan Shalat kecuali
disertai Thaharah, maka apabila masuk padanya Kesyirikan maka rusak Ibadah tersebut,
sebagaiaman hadats apabila ia masuk pada Thaharah.”46

Adapun syirik dibagi menjadi dua jenis yakni Syirik Besar dan Syirik Kecil :

1. Syirik Besar atau Syirik dalam hal Ibadah kepada Allah Ta’ala47

Syirik Besar adalah menjadikan Tandingan bagi Allah ‫ ﷻ‬dalam ibadah, yang mana ia di

sembah sebagaimana Allah di sembah, adapun syirik ini terjadi pada tiga perangkat ibadah
yakni Keyakinan, Ucapan, maupun Amalan badan, misalnya :

Keyakinan, seperti seseorang berkeyakinan bahwa selain dari Allah ta’ala berhak untuk di
ibadahi.

Ucapan, seperti seseorang berdo’a dan meminta pertolongan kepada selain Allah ta’ala.

Perbuatan/Amalan Badan, seperti menyembelih kepada selain Allah, Thawaf dikuburan para
wali dan orang shalih, bersujud kepada bulan, pohon, batu, gunung, bintang, manusia, jin,
maupun malaikat.

45
Syarah Ushulus sittah, hal.9, Darr ‘Umar Bin Khattab
46
Taqribul wushul ila tsalatsatil Ushuul, Hal.44, Darr Al-‘Aqidah
47
Nawaqidul Islam

35
Semuanya kita dapatkan pada masa ini banyak terjadi di negri-negri islam, terutama di negri
kita yang tercinta ini. Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qodir Jawas hafidzohullah telah
merangkum hal ini pada bukunya Prinsip Dasar Islam48 halaman 70, beliau hafidzohullah
berkata, “Di antara bentuk-bentuk Kesyirikan yang masih diyakini oleh sebagian kaum
Muslimin antara lain :

1. Meminta suatu maslahat atau dijauhkan dari mudharat (bahaya) kepada kuburan Nabi,
habib, wali, kyai, dan lainnya, bernadzar dan menyembelih hewan untuk mereka.
2. Mempercayai dan mendatangi dukun, paranormal, tukang sihir, orang pintar, tukang
ramal dan sepertinya, dan meminta perlindungan kepada jin.
3. Mempercayai jimat49, tongkat, keris, tangkal, susuk kekuatan, pusaka, barang sakti,
ramalan bintang, dan lainnya.
4. Mempercayai dan menggunakan jampi-jampi, pelet, guna-guna dan lain-lain.

Beliau kemudian melanjutkan, “Syirik merupakan kemaksiatan yang paling besar, kezaliman
yang paling zalim, dan dosa yang paling besar, yang tidak akan di ampuni Allah, jika pelaku
syirik mati di atas syirik dan tidak bertaubat.”

Syaikh Sholeh Fauzan hafidzohullah berkata, “Sebesar-besarnya jenis Riddah (Kemurtadan)50

adalah Syirik dalam beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬, yakni dengan seseorang beribadah bersama

Allah ‫ ﷻ‬selain darinya, seperti dia menyembelih kepada selain Allah ta’ala, atau dia

bernadzar kepada selain Allah ta’ala, atau dia bersujud kepada selain Allah ‫ﷻ‬, atau dia

48
Pustaka at-Taqwa
49
Maksudnya dapat memberikan manfaat selain Allah
50
Riddah dalam bahasa indonesia bermakna kemurtadan atau murtad. Dalam KBBI ia dimaknai ; berbalik
belakang; berbalik kafir; membuang iman; berganti menjadi ingkar.
Dalam terminologi syariat islam riddah bermakna kembali kepada kekafiran setelah beriman. Allah ta’ala
berfirman :
ّٰٰۤ ُ ْ ‫ۗ َو ََّل يَزَالُوْ نَ يُقَاتِلُوْ نَ ُك ْم َح ّٰتى يَ ُر ُّدوْ ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ُك ْم اِ ِن ا ْستَطَا ُعوْ ا َو َم ْن يارْ تَ ِد ْد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَيَ ُم‬
‫ت اَ ْع َمالُهُ ْم فِى‬
ْ َ‫ك َحبِط‬
َ ‫ول ِى‬ ‫ت َوهُ َو َكافِ ٌر فَا‬
ّٰٰۤ ُ ّٰ ْ ‫ال ُّد ْنيَا َو‬
َ‫ار هُ ْم فِ ْيهَا ّٰخلِ ُدوْ ن‬
ِ ۚ ‫ك اَصْ ّٰحبُ النا‬ َ ِ‫ولى‬ ‫اَّل ِخ َر ِة ۚ َوا‬
“ Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu
(kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu
dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka
itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al-Baqarah :217)

36
meminta pertolongan kepada selain Allah pada apa yang tidak sanggup dilakukan olehnya

kecuali Allah ‫ﷻ‬, ini adalah sebesar-besarnya jenis Riddah. Allah ta’ala berfirman,

َّ ْ ُ ََّ َ ْ َ َ ‫ه‬ ُ ُ ْ َْ ْ ْ َ ٰ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ‫َ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ ُ ْ َّ ه‬
‫ۗانه َم ْن‬
ِ ‫لقد َف َر ال ِذين قالوا ِان اّٰلل هو الم ِسيح ابن م ْريمۗوقال الم ِسيح يب ِني ِاس َرا ِءًيل اعبدوا اّٰلل ر ِبْ وربكم‬

ْ
َ َْ َ ‫ه‬ َّ ُ ٰ َ َ َ ََّ ْ ْ َ َ ُ ‫ُّ ْ ْ ه َ َ ْ َ َّ َ ه‬
‫ۗو َما ِللظ ِل ِم ْْن ِم ْن انص ٍار‬
َ ‫الن ُار‬ ‫اّٰلل َقد حرم اّٰلل علي ِه الجنة ومأوىه‬
ِ ‫يش ِرك ِب‬

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah ialah Al


Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah
Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu

dengan) Allah‫ﷻ‬, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah

neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Qs. Al-Maa’idah :
72)

Allah Ta’ala juga berfirman,

‫ا‬ َ ‫ْ ا‬ ٰٓ َ ْ َ َ ‫َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ٰ َ َ ْ َّ َ ُ َ َ ْ ُّ ْ ْ ه‬ َ ْ ُّ ْ َ ْ َ َ ‫َّ ه‬
‫اّٰلل َق ِد اَتًى ِاثما ع ِظ ْيما‬
ِ ‫اّٰلل لا َيغ ِف ُر ان يش َرك ِب ٖه ويغ ِفر ما دون ذ ِلك ِلمن يشاءً ومن يش ِرك ِب‬ ‫ِان‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Qs. An-Nisa : 48)

Dan juga firman-Nya,

‫ا‬ ‫َ َ ْ ُّ ْ ْ ه َ َ ْ َ َّ َ ٰ ا‬ َ َّ ْ َ ٰ َ ُ َ ْ َ ْ ُّ ْ َ ْ َ َ ‫َّ ه‬
‫اّٰلل َقد ضل ضللا ْۢ َب ِع ْيدا‬ ِ ‫اّٰلل لا َيغ ِف ُر ان يش َرك ِب ٖه َو َيغ ِف ُر ما د ْون ذ ِلك ِل َمن يشا ُءًۗ ومن يش ِرك ِب‬ ‫ِان‬

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan
dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang

mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah‫ﷻ‬, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-

jauhnya..” (Qs. An-Nisa : 116).

37
2. Syirik Kecil, yakni syirik dalam perbuata dan lisan dan tidak sampai pada ranah
keyakinan.

Syirik Kecil adalah, Segala sesuatu yang menjadi pengantar dan perantara kepada syirik
besar, syari’at telah melarangnya dan menamakannya sebagai sebuah kesyirikan. Syirik ini
tidak mengeluarkan seseorang dari pada millah (agama), kadang ia terjadi pada perbuatan,

dan termasuk dari itu adalah riya’, sebagaiaman sabda Nabi ‫ﷺ‬,51

“Sesunnguhnya sesuatu yang paling ditakutkan dan apa yang aku paling takutkan atas kalian,
yakni syirik kecil.” Maka mereka berkata,”Apa itu syirik kecil wahai Rosulullah?.” Rosul

‫ ﷺ‬bersabda,”Yakni Riya’.”52

Dan kadang syirik ini terjadi dalam perkataan lisan maupun lafaz-lafaz yang mengandung
makna penyamaan Allah dengan sesuatu yang lain. Misalnya seseorang mengatakan 53 “Kalau
bukan karena saya kamu tidak akan sukses,” atau ia mengatakan,”Ini kehendak Allah dan
kehendak saya,” atau Summpah dengan selain Allah ta’ala, sebagaimana telah shahih dari
Nabi bahwa Beliau bersabda,

“Barang siapa yang bersumpah dengan selain Allah ‫ ﷻ‬maka ia telah kafir atau telah

melakukan kesyirikan.”54

Misalnya, seorang berkata, Demi bapak saya, atau Demi Wali Fulan, Atau Demi Bulan,
Bintang, Matahari, Nabi, Malaikat, dan segala sesuatu selain Allah ta’ala. Maka ini adalah
syirik pada Allah dalam sumpah.

Adapun makna Summpah adalah, Memastikan sebuah perkara dengan menyebutkan sesuat
yang di agungkan. Seseorang tidaklah bersumpah dengan sesutu, kecuali bahwa perkara
tersebut adalah sesutu yang agung pada dirinya. Maka seakan-akan orang ini berkata, ”Demi
kadar keagungan yang aku bersumpah dengannya sesungguhnya aku jujur”.55 Karenanya,

51
Taqribul wusul ila tsalatsatil ushuul, hal.54, Darr Al-‘Aqidah
52
HR. Ahmad
53
Pengantar Studi Aqidah Islam, Dr. Ibrahim Muhammad bin ‘Abdullah Al-Buraikan, hal.223, Robbani Press
54
HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dari hadits Ibnu ‘Umar
55
Syarah Riyadhus Shalihin Bab Larangan Bersumpah dengan selain Allah. Karya Syaikh Muhammad bin
Shalih al-‘Utsaimin.

38
ketika seseorang bersumpah dengan selain Allah ‫ ﷻ‬maka disini ia sedang mengagungkan

selain Allah ‫ ﷻ‬tersebut dalam ucapannya.

Nabi ‫ﷺ‬berssabda, “Sesungguhnya terkadang seseorang mungkin mengucapkan sesuatu

perkataan yang membuat Allah murka dan mengantarkannya ke neraka selam tujuh puluh
musim semi.”56

Kadang syirik ini menjadi syirik besar dikarenakan motivasi hati dan keyakinan seseorang
yang melakukannya. Misalnya, seorang yang bersumpah dengan selain Allah sedang ia
meyakini di hatinya, bahwa keagungan yang ia bersumpah dengannya adalah sama dengan

keagungan Allah ‫ﷻ‬, atau lebih dari pada-Nya. Maka, pada kondisi ini Syirik tersebut berubah

menjadi Syirik Besar.

Meskipun syirik ini tidak mengeluarkan pelakunya dari islam sebagaimana syirik besar, akan
tetapi syirik ini adalah dosa besar yang paling besar setelah dosa syirik besar. Yang mana, ia
lebih besar dari pada dosa zina, meminum khomar, korupsi, membunuh, mencuri, dan lain-
lan.

- Perbedaan Syirik Besar dan Syirik Kecil

Perbedaan antara syirik besar dan syirik kecil dapat kita lihat dari beberapa sisi,
diantaranya adalah 57:

1. Bahwa syirik besar tidak akan diampuni Allah ‫ ﷻ‬bagi pelakunya kecuali dengan Taubat,

adapun syirik kecil maka berbeda pendapat padanya para ahli ilmu, dari mereka ada yang

menjadikannya di bawah kehendak Allah‫ﷻ‬, dan ada dari mereka ada yang berpendapat ia

tidak akan diampuni kecuali dengan Taubat.


2. Syirik besar akan menghapus semua amalan, adapun syirik kecil maka ia tidak menghapus
kecuali amal yang disertai syirik kecil tersebut.

56
HR. Bukhari dari Abu Hurairah. Shahih Bukhari kitab Al-Riqoq
57
Taqribul Wushul ila tsalatsatil ushuul, hal.55, Darr Al-Aqidah

39
3. Bahwa Syirik Besar mengeluarkan pelakunya dari islam (Murtad), adapun Syirik kecil maka
ia tidak mengeluarkan dari pada islam.
4. Bahwa Syirik Besar menjadikan pelakunya kekal dan dikekalkan dalam neraka, dan haram
baginya Syurga. Adapun syirik Kecil, maka ia tidak menjadikan pelakunya kekal dalam
Neraka.

40
41
Pembatal-Pembatal Tauhid58

Berikut adalah Sepuluh pembatal keislaman sekaligus pembatal terhadap Tauhid yang
banyak tidak diketahui oleh kaum muslimin.

1. Syirik dalam beribada kepada Allah.59

Allah ta’ala berfirman,

ِ ‫ى إِ ۡث ًما ع‬
‫َظي ًما‬ ٓ ّٰ ‫ٱَّللِ فَقَ ِد ۡٱفت ََر‬ َ ِ‫ك بِِۦه َويَ ۡغ ِف ُر َما ُدونَ ّٰ َذل‬
‫ك لِ َمن يَ َشآ ۚ ُء َو َمن ي ُۡش ِر ۡك بِ ا‬ َ ‫ٱَّللَ ََّل يَ ۡغفِ ُر أَن ي ُۡش َر‬
‫إِ ان ا‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Allah mengampuni selain dosa
syirik bagi siapa yang Allah kehendaki, dan barang siapa yang menyekutukan Allah maka
sungguh dia telah melakukan dosa yang sangat besar.”(Qs.An-Nisa : 48).

2. Orang yang menjadikan antara dia dengan Allah perantara yang mana dia berdo’a dan minta
kepadanya Syafa’at, serta dia bertawakkal kepadanya. Ini merupakan kekafiran secara ijma’.60

Allah Ta’ala berfirman,

َ َ ُ ُ ‫ْ َ َ ْ َّ َ ْ َ ه‬ ‫ه‬ ‫ُ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ ا‬ َ َ ُ َْ َ ‫ه‬ ُ ْ ُ َْ َ
‫اّٰلل ِبض ٍر َلا‬ ‫اّٰلل َما لا َينفعك َولا َيض ُّرك َ ِان َعلت َ ِانك ِاذا ِم َن الظ ِل ِمْن واِ ن ي ْمسسك‬
ِ ‫َولا تدع ِمن د ْو ِن‬

ْ
َّ ‫ۗو ُه َو ال َغ ُف ْو ُر‬ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ ُّ ْ َ َ ُ َّ َ َ َ
َ ‫ضلٗۗ ُيص ْي ُب ب ٖه َم ْن يَّ َشا ُءً م ْن ع َباده‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ِٖ ِ ِ ِ ِ ٖ ِ ‫ك ِاشف لٗ ِالا هو واِ ن ي ِردك ِبخْ ًٍ َلا راء د ِلف‬

“Dan janganlah kamu menyeru kepada selain Allah apa-apa yang tidak memberi manfaat
dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu,

58
Syuruthu la ilaha illallah, Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan, Darr Al-Furqon dan Nawaqidhul islam,
Syaikh Muhammad bin Abdul wahab
59
Syuruthu la ilaha illallah, Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan, Darr Al-Furqon
60
Syuruthu la ilaha illallah, Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan, Darr Al-Furqon

42
maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah
menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak
ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(Qs. Yunus :106-107).

Allah juga berfirman dalam surat Saba,

َ َ َْ َ ُ
َّ ‫اّٰلل َلا َي ْملك ْو َن م ِْ َق َال َذَّر ٍة فى‬
‫ه‬ ُ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َّ ُ ْ ُ
‫الس ٰم ٰو ِت َولا ِفى الا ْر ِض َو َما ل ُه ْم َِ ْي ِهما ِم ْن ِش ْر ٍك َّو َما‬ ِ ِ ِ ِ ‫ن‬ ْ
ِ ‫ق ِل ادعوا ال ِذين زعمتم ِمن‬
‫و‬ ‫د‬

ُ َ ُ ُّ َ َ َ َ ْ ُ َ
ْ َ ْ ْ ُُ ْ َ َ ُ َ ‫ْ َ َ َ َ ه‬ َّ َ ْ ُ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ
َ
‫لٗ ِمنهم ِمن ظ ِهْ ًٍ ولا تنفع الشفاعة ِعنده ِالا ِلمن ا ِذن لٗۗحتى ِاذا َ ِزع عن قلو ِب ِهم قالوا ماذاۙ قال ربكمۗ قالوا‬

َ ْ َ ْ ُ ََّ ْ
ًُ ْْ ‫الحق َوه َو الع ِل ُّي الك ِب‬

“Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak
memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai
suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara
mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah
melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila
telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata "Apakah yang telah
difirmankan oleh Tuhan-mu?" Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar", dan Dialah Yang
Maha Tinggi lagi Maha Besar.”(Qs. Saba :22-23).

3. Orang yang tidak mengkafirkan orang musyrik, atau ragu terhadap kekafiran mereka, atau ia
membenarkan ajaran mereka berupa kesyirikan.

Allah Ta’ala berfirman,

43
َ ََ ‫ه‬ ُ ْ َ ُ ْ َ َّ ُ ْ ُ ُ َّ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ َْ
َّ
ْ ٌَ َ ٌَ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ
ِ ‫قد كانت لك ْم ا ْسوة ح َسنة ِف ْْ ِاب ٰر ِه ْي َم َوال ِذين معه ِاذ قالوا ِلقو ِم ِه ْم ِانا ب َر ًٰۤؤا ِمنك ْم َو ِّما تع ُبد ْون ِمن د ْو ِن‬
‫اّٰللَۖ َف ْرنا‬

َ َ َ َّ َ ْ ‫ه‬
‫اّٰلل َوحده ِالا ق ْول ِا ْب ٰر ِه ْي َم ِلا ِب ْي ِه‬ ْ ُ ْ ُ ‫ك َو َما ب ُك ْم َو َب َدا َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُك ُم ْال َع َد َ ُ ْ ْ َ َ َ ا َ ه‬
َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ
ِ ‫اوة َوال َبغضا ُءً ابدا حتى تؤ ِمنوا ِب‬ ِ ‫لاستغ ِفرن ل‬

ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َّ َ ‫َْ ُ َ َ َ ه‬
ًُ ْْ ‫اّٰلل ِم ْن َ ًٍْْۗ َربنا عل ْيك ت َوكلنا َواِ ل ْيك انبنا َواِ ل ْيك ال َم ِص‬
ِ ‫ام ِلك لك ِمن‬

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami
berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada
bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat
menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata) : "Ya Tuhan kami hanya
kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan
hanya kepada Engkaulah kami kembali". (Qs. Mumtahanah : 4).

4. Orang yang meyakini bahwa petunjuk selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih
sempurna dari petunjuk Nabi, atau ia meyakini hukum selain hukum yang dibawa Nabi adalah
hukum yang lebih baik dari hukumnya.61

Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan –hafidzohullah- mencontohkan, “Misalnya, Orang-orang


yang lebih mengutamakan Hukum Thaghut atas hukum yang telah datang dengannya Nabi -
shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka orang ini Kafir. Begitu juga (kafirnya) orang yang
berkeyakinan bahwa Aturan serta Undang-undang yang dibuat manusia lebih utama dari pada
Syariat Islam, atau ia berkeyakinan bahwa aturan itu sama saja dengan Syariat Islam, atau ia
berkeyakinan bolehnya berhukum kepada Aturan dan Undang-undang tersebut meskipun
bersama itu ia meyakini bahwa Syariat Islam lebih utama, atau iia berkeyakinan bahwa
Aturan Islam tidak sesuai untuk diterapkan pada abad dua puluh ini..”62
Orang yang keadaannya seperti apa yang disebutkan diatas, maka dia kafir dengan ijma.

61
Nawaqidhul Islam, Syaikh Muhammad bin ‘Abdul wahab
62
Syuruthu la ilaha illallah, Hal.39, Darr Al-Furqon

44
5. Orang yang membenci sesuatu dari apa yang telah datang dengannya Nabi -shallallahu ‘alaihi
wa sallam-, meskipun dia mengamalkannya. Karenanya, jika dia mengamalkan tetapi ia benci
terhadap syariat tersebut maka dia kafir.

Allah T’ala berfirman,

َ َ ْ َ َ ْ َ َ ‫ٰ َ ََّ ُ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ ه‬
‫اّٰلل َاح َبط اعمال ُه ْم‬
ُ ‫ذلك بانه ْم َرهوا ما انزل‬
ِ ِ ِ

“Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan
Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.”(Qs.
Muhammad: 9).

6. Orang yang mengolok-olok sesuatu dari Agama, yang telah dibawa Rosulullah. Apakah itu
berkaitan dengan balasan berupa pahala maupun hukumannya. Apabila hal itu ia lakukan
maka dia dihukumi Kafir.

Allah Ta’ala berfirman,

َ ْ ُ ََ ْ َ َ َْ َ َ َ َ ُْ ُ ٰ ‫ُ ْ َ ه‬ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َُّ َ َّ َُّ ْ ُ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ
‫اّٰلل َوا ٰي ِت ٖه َو َر ُس ْو ِل ٖٗ َنت ْم ت ْست ْه ِز ًُ ْون لا تعت ِذ ُر ْوا قد َف ْرت ْم َبعد‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ل‬‫ق‬ ُ
ۗ ‫ولىِٕن سالتهم ليقولن ِانما َنا نخوض ونل‬
‫ب‬ ‫ع‬

َ ْ ُ ُ َ ُ ََّ ‫َ َ ا‬ َ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َّ ْ ُ َ
ࣖ ‫ِا ْيما ِنك ْمۗ ِان نعف ع ْن طاءىِٕف ٍة ِمنك ْم نع ِذ ْب طاءىِٕفة ْۢ ِبانه ْم كان ْوا مج ِر ِم ْْن‬

“Katakan! Apakah terhadapa Allah, Ayat-ayatNya, Rosul-Nya, kalian mengolok-olok.


Janganlah kalian meminta maaf, sungguh kalian telah kafir setelah kalian itu beriman.”(Qs.
At-Taubah : 65-66).

7. Melakukan Sihir, Sihir merupakan salah pembatal keislaman dan syahadat yang diucapkan
seseorang.63

Beberapa hal berikut merupakan jenis dari praktek sihir, di antaranya :

63
Syuruthu la ilaha illallah, Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan, Darr Al-Furqon dan Nawaqidhul islam Syaikh
Muhammad bin Abdul wahab

45
- Ash-Shorfu (Memalingkan dan Menjadikan Benci). As-Shorfu adalah praktek sihir yang
dimaksudkan dari sihir ini, sebagai sesuatu yang menyebabkan dihalanginya seseorang dari
pada melakukan sebuah kebaikan, atau memalingkan orang tersebut dari pada istri maupun
suaminya. Sihir semacam ini dikenal di Masyarakat pada umumnya dengan sebutan Sihir
Pemisah.

- Al-‘Athfu (Kasih Sayang). Al-‘Athfu adalah praktek sihir yang ditujukan sebagai sebuah sebab
yang menjadikan seorang laki-laki atau wanita suka ataupun cinta terhadap orang lain melalui
jalan sihir. Sihir model ini lebih dikenal di Masyarakat kita dengan sebutan Pelet atau Guna-
guna.

Barang siapa yang melakukan sihir atau ia ridha dengannya, maka dia kafir. Adapun dalilnya
adalah firman Allah Ta’ala,

َ ُ ْ َ َ َ ‫َّ ٰ َ َ ٰ ُ َّ ٰ َ َ َ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ ه َّ ه‬ َ
ًٌ ْْ ‫اّٰلل ِبما تع َمل ْون َب ِص‬ ِ ‫َوا ِق ْي ُموا الصلوة واتوا الزَوةۗ وما تق ِدموا ِلانف ِسكم ِمن خْ ًٍ ِتجدوه ِعند‬
‫اّٰللۗ ِان‬

“Dan tidaklah mereka berdua (Harut dan Marut) mengajarakan kepada seorangpun hingga
mereka mengatakan, ‘sesungguhnya kami hanyalah ujian bagi kamu, maka janganlah kamu
kafir.”(Qs.Al-Baqarah : 102)

8. Membantu dan menolong kaum Muysrikin untuk melawan atau memerangi kaum Muslimin.64

Allah Ta’ala berfirman,

َ َ ‫َ َ ْ َّ َ ََّ ُ ْ ْ ُ ْ َ َّ ْ ُ ْ َّ ه‬ ْ َ ُ ْ َ ٰ َّ َ ْ ُ ََّ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
‫اّٰلل لا‬ ‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمن ْوا لا تت ِخذوا ال َي ُه ْود َوالنص ٰٓرى ا ْوِل َيا َءًَۘ َبعض ُه ْم ا ْوِل َيا ُءً َبع ٍضۗ ومن يتولهم ِمنكم َ ِانه ِمنهمۗ ِان‬

َ ‫ه‬ َْ
‫َي ْه ِدى الق ْو َم الظ ِل ِم ْْن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan Yahudi dan Nashrani
sebagai pemimpin (penolong); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di
antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan

64
Syuruthu la ilaha illallah, Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan, Darr Al-Furqon dan Nawaqidhul islam Syaikh
Muhammad bin Abdul wahab

46
mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(Qs.Al-
Ma’idah : 51).

9. Pembatal yang ke sembilan adalah, Orang yang meyakini bahwa sebagian orang memiliki
keluasan untuk keluar dari syariat Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. 65
Maka barang siapa yang meyakini yang demikian, dia kafir kata para ulama. Hal ini dapat
dilihat dalam beberapa karya para ulama misalnya, Asy-Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan
–hafidzohullah- dalam bukunya Syuruth laa ilaha illallah halaman 43 Darr Al-Furqon, Asy-
Syaikh Shalih Fauzan –hafidzohullah- dalam ‘Aqidatut Tauhid halaman 48 Muassasah Al-
Haramain Al-Khairiyah dan juga dalam Syarah beliau terhadap kitab Nawaqidhul Islam
halaman 33 Maktabah Al-Hadyu al-Muhammady.

Pembatal yang ke sembilan ini banyak kita dapatkan di kalangan orang-orang tasawwuf atau
sufi. Syaikh Shalih Fauzan –hafidzohullah- mengatakan, “Hal ini sebagaimana apa yang
diyakini oleh kalangan yang melampaui batas dari orang-orang sufi, bahwa mereka apabila
telah sampai pada sebuah tingkatan tertentu maka mereka tidak membutuhkan untuk
mengikuti Rosul jika berada pada tingkatan tersebut.”66

10. Orang yang berpaling dari agama Allah Ta’ala, yakni tidak mau mempelajari dan
mengamalkannya.67

Allah Ta’ala berfirman,

َ ُ ْ ْ ُ َّ َ َ َ َ ْ َّ ََ َْ َّ َ َ ْ َ َْ َّ ‫َما َخ َل ْق َنا‬
‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْرض َو َما َبين ُهما ِالا ِبالح ِق َواَ ٍل ُّم َس ًّمىۗ َوال ِذين َف ُر ْوا عما ان ِذ ُر ْوا ُمع ِرض ْون‬

“Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan
dengan tujuan yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Namun orang-orang yang kafir
berpaling dari peringatan yang diberikan kepada mereka.” (Qs.Al-Ahqaf :3).

65
Syuruthu la ilaha illallah, Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan, Darr Al-Furqon dan Nawaqidhul islam Syaikh
Muhammad bin Abdul wahab
66
Aqidatut Tauhid, hal.33, Muassasah Al-Haramain Al-Khairiyah.
67
Syuruthu la ilaha illallah, Syaikh Muhammad bin Sa’id Ruslan, Darr Al-Furqon dan Nawaqidhul islam Syaikh
Muhammad bin Abdul wahab

47
Dan juga firman Allah,

َ َْ َ ْ ْ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ َُّ َ ٰ ٰ َ ُ ْ َّ ُ َ ْ َ ْ َ َ
ࣖ ‫ۗانا ِم َن ال ُمج ِر ِم ْْن ُمنت ِق ُم ْون‬
ِ ‫ومن اظلم ِّمن ذ َِر ِباي ِت ر ِب ٖه ثم اعرض عنها‬

“Dan siapakah lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat
Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya. Sungguh kami akan memberikan balasan bagi
orang-orang yang berdosa.” (Qs. As-Sajadah : 22)

48
Sebab Yang Menumbuhkan Tauhid

Di Dalam Hati

Baiknya ketaatan seorang hamba, sangat ditentukan dengan baiknya tauhid Hamba
tersebut, begitu juga sebaliknya. Karenanya, Tauhid merupakan pondasi dasar dari segala
ketaatan dan Ia merupakan Benteng Keselamatan dari segala kemaksiatan.

Tauhid di ibaratkan sebagai pohon keimanan yang tumbuh dalam sanubari seorang hamba.
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah –rahimahullah- berkata, “Tauhid adalah sebuah pohon yang
tumbuh di hati seorang mukmin, cabangnya tinggi dan terus tumbuh pohon tersebut serta
bertambah keindahannya setiap kali di airi dengan ketaatan yang mendekatkan kepada Allah
Azza wa Jalla, begitu juga bertambah kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya, bertambah
juga rasa takutnya serta rasa berharapnya kepada Allah, begitu juga semakin kuat
Tawakkalnya kepada Allah.”68

Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan Sebab-Sebab yang menjadikan pohon tauhid itu
semakin kokoh didalam sanubari seorang hamba, di antaranya :

1. Melakukan ketaatan dengan penuh harap (Raghbah) dengan apa yang ada di sisi Allah
ta’ala.

2. Meninggalkan kemaksiatan takut dengan azab Allah ta’ala.

3. Tafakkur dengan segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.

4. Mengetahui nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, mengetahui kandungan konsekwensi


dan pengaruhnya serta apa yang menunjukkan kepada-Nya dari pada kemuliaan dan
kesempurnaan.

68
Hishnut Tauhid, hal.45, Darr Al-Qaasim

49
5. Berbekal dengan ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya.

6. Membaca Al-Quran dengan tadabbur dan berusaha memahami kandungan maknanya


serta apa yang di inginkan dengannya (maksud pensyariatannya).

7. Mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah Nafilah (sunnah) setelah


menunaikan yang wajib.

8. Selalu berzikir kepada Allah apapun keadaannya dengan lisan dan hati.

9. Mendahulukan apa yang dicintai Allah ketika berhadapan dengan berbagai macam
kecintaan.

10. Memperhatikan nikmat-nikmat Allah yang nampak maupun yang tidak nampak, serta
melihat kebaikan ihsannya, dan pemberianNya berupa nikmat kepada hamba-
hambaNya.

11. Papahnya hati di hadapan Allah, dan merasa butuhnya hati tersebut kepada Allah.

12. Menyendiri dengan Allah ketika turunnya Allah, ketika tersisa sepertiga malam
terakhir, serta membaca al-Quran pada waktu ini, kemudian menutup hal tersebut
dengan Istigfar dan Taubat.

13. Duduk-duduk dengan ahli kebaikan, shalih, ikhlash, dan orang-orang yang mencintai
Allah, serta mengambil manfaat dari ucapan dan karakter mereka.

14. Menjauhi segala sebab yang membatasi antara hati dengan Allah dari segala kesibukan
yang ada.

15. Meninggalkan banyak berbicara, banyak makan, banyak berbaur, serta banyak
memandang (tundukkan pandangan).

50
16. Hendaklah seseorang mencintai saudaranya sebagaimana apa yang ia cintai untuk
dirinya, dan hendaklah ia sungguh-sungguh mengusahakan jiwanya untuk perkara
tersebut.

17. Selamatnya hati dari kebencian terhadap kaum muslimin, serta selamatnya hati dari iri,
dengki, sombong, arogan, dan ujub.

18. Ridha dengan segala yang telah di atur Allah Ta’ala.

19. Bersyukur ketika mendapatkan nikmat, dan bersabar ketika mendapatkan


kemelaratan.

20. Kembali kepada Allah Ta’ala ketika melakukan dosa besar.

21. Memperbanyak amal shalih dari perbuatan kebajikan, baiknya akhlak, menyambung
sillatu rahim dan yang semisalnya.

22. Mencontohi Nabi dalam segala hal, baik yang besar maupun yang kecil.

23. Berjihad di jalan Allah Ta’ala.

24. Memotifasi orang yang memberi makan.

25. Memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar.

Ya Allah! Hidupkanlah kami di atas Tauhid dalam keadaan bahagia, dan matikanlah kami di
atas Tauhid dalam keadaan Syahid.69

69
Hishnut Tauhid, hal.45-47, Darr Al-Qaasim

51
Penutup

Demikianlah penjabaran tentang Benteng Tauhid. Tauhid ini wajib dipelajari dan
diketahui oleh setiap muslim dan muslimah. Mudah-mudahan bahasan kami yang singkat ini
bermanfaat dan menjadi ilmu yang dapat diajarkan kepada generasi kaum muslimin

Shalawat beserta salam ke atas Nabi al-Musthofa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kepada keluarga, dan para sahabatnya secara keseluruhan.

Bengkayang, 26 Syawal 1441 H

Abu ‘Abdirrahman Fauzan

52
Referensi

1. Kemenag. 2019. Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan Kemenag. Jakarta : Kemenag


2. Al-Hafidz Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir al-Qurasyi ad-Dimasyqi. Tafsir Ibnu
Katsir (Tafsi al-Quranil ‘Azhim). Mesir : Darr At-Taufiqiyah Lit-Turots.
3. Syaikh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Sa’id Ruslan. Syuruth laa ilaha illalah wa
nawaqidhuhu. Kairo : Darr al-Furqon.
4. Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Prinsip Dasar Islam. Bekasi : Pustaka at-Taqwa
5. Syaikh Dr. Shalih Fauzan. Aqidatut Tauhid. Riyadh : Muassasah al-Haramain al-Khairiyah
6. Syaikh Dr. Shalih Fauzan. Syarah Nawaqidhul Islam. Kairo : Maktabah al-Hadyul
Muhammadi.
7. Syaikh Dr. Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan. Pengantar Studi Aqidah Islam
(Terjemahan). Jakarta : Robbani Press
8. Syaikh Dr. Manshur bin Muhammad as-Shaq’ub. Taqribul Wushul Ila Tsalatsatil Ushul.
Riyadh : Dar al-‘Aqidah.
9. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu. Minhaj al-Firqatun Naajiyah. Kairo : Darr al-Haramain.
10. Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin ‘Abdul Wahab. Fathul Majid. Beirut :
Darr Ibnu Hazam.
11. Asy-Syaikh Dr. Shalih Fauzan. Syarah Ushulus Sittah. Kairo : Darr ‘Umar bin Khaththab.
12. Fadhilatus Syaikh Abdurrahman as-Sa’di, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad
bin Shalih al-‘Utsaimin, Syaikh Abdullah bin ‘Abdurrahman al-Jibrin, Syaikh Dr. Nashir
‘Abdul Karim al-‘Aql. Hishnut Tauhid. Riyadh : Darr Al-Qasim

13. Dr. ‘Abdussalam bin Barjas ‘Abdul karim. Al-Mu’taqod As-Shahih. Maktabah al-Furqan

53

Anda mungkin juga menyukai