Anda di halaman 1dari 14

PERADILAN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ahkam

Dosen Pengampu: Siti Badriyah Andini, S.Pd., M.A.

Disusun Oleh:

Alkharitsa Putri Fahrulnissa 33010210073

Reyhana Khoirul Bariyyah 33010210079

Ahmad Maulana Hasanudin 33010210101

Ahmad Sirojul Munir 33010210102

Habiburrahman Siregar 33010210127

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023
QS. An-Nisa (4):58
ًۢ ۟ ِ ۟
َّ ‫ٱَّللَ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ِهٰٓۦ ۗ إِ َّن‬
‫ٱَّللَ َكا َن ََِسيعا‬ َّ ‫َّاس أَن ََتْ ُك ُموا بِٱل َْع ْد ِل ۚ إِ َّن‬ ِ َ‫ُّوا ْٱْلَم ََٰٰن‬
َْ َ‫ت إِ َ َٰلٰٓ أَ ْهل َها َوإِ َذا َح َك ْمتُم ب‬
ِ ‫ْي ٱلن‬ َّ ‫إِ َّن‬
َ ‫ٱَّللَ ََي ُْم ُرُك ْم أَن تُ َؤد‬
ِ‫ب‬
‫صريا‬َ

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Tafsir Al – Madinah Al – Munawwarah

Setelah Allah menyebutkan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan beramal
shalih, kemudian Allah mengarahkan mereka untuk berbuat dua jenis amalan Shalih, yaitu
menunaikan amanat dan memberi keputusan bagi orang lain dengan adil. Firman ini ditujukan
bagi setiap orang yang diberi amanat, baik itu yang berhubungan dengan hak Allah ataupun yang
berhubungan dengan hak manusia, baik itu berupa jabatan, harta, dan lain sebagainya.

kemudian Allah memuji perintah perintah dan larangan larangan yang telah ditetapkan-
Nya karena mengandung kemaslahatan di dunia dan di akhirat dan menjauhkan dari
mudharatnya, sebab yang menetapkan adalah Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat,
tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Maha Mengetahui kemaslahatan bagi hamba-hamba-
Nya.

QS. An-Nisa (4):135


ۡ ۡ ۡ ِ ۡ ۡ ِ ۡ ِ ِ ‫ََٰٰٓيَيُّها ٱلَّ ِذين ءامنوا كونوا قَ َٰوِمْي بِ ۡٱل ِق ۡس ِط شهدا‬
َّ َ‫ْي ۚ إِن يَ ُك ۡن غَنِيًّا أ َۡو فَِقريا ف‬
ُ‫ٱَّلل‬ َ ِ‫ٰٓء ََّّلل َولَو َعلَ َٰٰٓى أَن ُفس ُكم أَ ِو ٱل َوَٰل َدي ِن َوٱْلَق َرب‬
َ َ َُ َ َّ ْ ُ ُ ْ ُ َ َ َ َ َ
ۡ ۡ ۡ ۡ
‫ٱَّللَ َكا َن ِبَا تَ ۡع َملُو َن َخبِريا‬
َّ ‫ضواْ فَِإ َّن‬ ۡ َٰٰٓ ‫أ َۡو َ َٰل ِبِِ َما ۖ فَ ََل تَ تَّبِعُواْ ٱۡلََو‬
ُ ‫ى أَن تَ ع ِدلُواْ ۚ َوإِن تَ ل ُٰٓوۥاْ أَو تُع ِر‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan dan saksi karena
Allah, walaupun kesaksian itu memberatkan dirimu sendiri, ibu bapakmu, atau kerabatmu. Jika
dia (yang diberatkan dalam kesaksian) kaya atau miskin, Allah lebih layak tahu (kemaslahatan)

1
keduanya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang (dari
kebenaran). Jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau berpaling (enggan menjadi saksi),
sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.

Tafsir Jalalain

(Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu menjadi penegak) atau benar-benar
tegak dengan (keadilan) (menjadi saksi) terhadap kebenaran (karena Allah walaupun) kesaksian
itu (terhadap dirimu sendiri) maka menjadi saksilah dengan mengakui kebenaran dan janganlah
kamu menyembunyikannya (atau) terhadap (kedua ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia)
maksudnya orang yang disaksikan itu (kaya atau miskin, maka Allah lebih utama bagi keduanya)
daripada kamu dan lebih tahu kemaslahatan mereka. (Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu) dalam kesaksianmu itu dengan jalan pilih kasih, misalnya dengan mengutamakan orang
yang kaya untuk mengambil muka atau si miskin karena merasa kasihan kepadanya (agar) tidak
(berlaku adil) atau menyeleweng dari kebenaran. (Dan jika kamu mengubah) atau
memutarbalikkan kesaksian, menurut satu qiraat dengan membuang huruf wawu yang pertama
sebagai takhfif (atau berpaling) artinya enggan untuk memenuhinya (maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan) hingga akan diberi-Nya balasannya.

QS. Al-Baqarah (2):188

ِ ‫اط ِل َوتُ ْدل ُْوا ِِبَآ اِ َل ا ْْلُ َّك ِام لِتَأ ُكلُ ْوا فَ ِريْ قا ِم ْن اَ ْم َو ِال الن‬
‫َّاس ِِب َِْل ِْْث َواَنْ تُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن‬ ِ ‫وََل ََتْ ُكلُوا اَموا لَ ُكم ب ي نَ ُكم ِِبلْب‬
َ ْ َْ ْ َ ْ ْ َ

Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan
(janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat
memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”

Tafsir Al-Mukhtashar

Dan janganlah sebagian dari kalian mengambil harta sebagian yang lain secara batil.
Seperti mencuri, merampas dan menipu. Juga janganlah kalian mengajukan gugatan ke penguasa
(pengadilan) untuk mengambil sebagian harta orang lain secara tidak benar, padahal kalian tahu
bahwa Allah mengahramkan hal itu. Jadi melakukan perbuatan dosa disertai kesadaran bahwa
perbuatan itu diharamkan, akan lebih buruk nilainya dan lebih besar hukumannya.

2
QS. Al-A’raf (7):150

‫ْس اَ ِخ ْي ِه‬
ِ ‫اح َواَ َخ َذ بَِرأ‬ ِ ‫ِ ِ ج‬
َ ‫س َما َخلَ ْفتُ ُم ْوِِنْ م ْن بَ ْعدي اَ َعجلْتُ ْم اَ ْم َر َربِ ُك ْم َواَلْ َقى ْاَلَل َْو‬ ْ َ‫س اِ َل قَ ْوِم ِه غ‬
ِ َ َ‫ضبَا َن اَ ِسفا َل ق‬
‫ج‬
َ ‫ال ب ْئ‬ َ ‫َول ََّما َر َج َع ُم ْو‬
ِ ِ ِ َ َ‫ََيُُّرهُ اِلَيْ ِه قلى ق‬
َْ ‫ِْن َم َع الْ َق ْوم الظَّل ِم‬
ْ ِ ‫آء َوََل ََتْ َعل‬ ْ ‫ِن فَ ََل تُ ْش ِم‬
َ ‫ت ِ َِب ْاَلَ ْع َد‬ ُ ‫ض َع ُف ْوِِنْ َوَك‬
ْ َِ‫اد ْوا يَكْتُ لُ ْون‬ ْ ‫ال ابْ َن اُ َّم ا َّن الْ َق ْوَم‬
‫صلى‬
‫ْي‬ ْ َ‫است‬

Artinya: “Dan ketika Musa telah kembali kepada kaumnya, dengan marah dan sedih hati dia
berkata, “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan selama kepergianku! Apakah kamu
hendak mendahului janji Tuhanmu?” Musa pun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan
memegang kepala saudaranya (Harun) sambil menarik ke arahnya. (Harun) berkata, “Wahai
anak ibuku! Kaum ini telah menganggapku lemah dan hamper saja mereka membunuhku, sebab
itu janganlah engkau menjadikan musuh-musuh menyoraki melihat kemalanganku,dan janganlah
engkau jadikan aku sebagai orang-orang yang zalim.”

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah

Musa kembali kepada mereka dengan rasa sedih dan marah, akibat perbuatan yang
dilakukan kaumnya selama dia tidak ada. Dia berkata: “Betapa buruk perbuatan yang kalian
lakukan ketika aku pergi untuk bermunajat kepada Tuhanku; kalian menyembah patung anak
sapi dan kecintaan kepadanya telah merasuk hati kalian, dan kalian tidak mempedulikan wasiat
yang aku berikan kepada kalian untuk mengesakan Allah dan ikhlas dalam menyembah-Nya
serta berjalan di atas sunnahku; padahal kewajiban orang yang ditinggalkan adalah berjalan di
atas jalan orang yang meninggalkan, bukan dengan menyelisihinya.”

Kemudian Musa memarahi mereka: “Apakah dengan menyembah patung anak sapi itu
kalian hendak mendahului perintah Tuhan kalian, untuk menungguku dengan sabar dan tetap
menjaga wasiatku untuk mengesakan Allah dan ikhlas menyembah-Nya hingga aku kembali
kepada kalian dengan membawa kitab dari Allah. Namun, kalian mengubah wasiat itu dan
menyembah patung anak sapi?”

Mereka tidak sabar menunggu Musa kembali dari bukit Thur. Sehingga, Samiri menipu
mereka dan membuatkan mereka anak sapi itu untuk mereka sembah. Kemudian Allah
menjelaskan dua akibat dari kemarahan Musa, yaitu:

3
Pertama, Musa membuang lauh-lauh Taurat dari tangannya akibat kemarahan besar dan
keheranan yang menghampirinya. Ketika dia sampai pada kaumnya ternyata mereka sedang
menyembah patung anak sapi. Sehingga dia membuang lauh-lauh itu karena kemarahan dalam
membela agamanya serta kemurkaan kepada kaumnya yang menyembah berhala sebagai simbol
kesesatan.

Kedua, Musa menarik rambut saudaranya (Harun) karena marah kepadanya. Sebab, Musa
mengira dia telah lalai dalam menasehati kaumnya dan melarang mereka menyembah patung
anak sapi itu. Namun, Harun mulai menenangkan Musa dengan mengungkapkan hubungan
persaudaraan di antara keduanya agar kemarahannya hilang dan menghilangkan tuduhan yang
diarahkan kepadanya. Serta agar tidak terburu-buru memarahinya, sebab dia tidak lalai dalam
menasehati mereka, akan tetapi merekalah yang memaksa dan menindasnya bahkan hampir
membunuhnya. Maka hendaklah Musa tidak menjadikan musuh-musuhnya menertawakan dan
menghina mereka berdua. Sebab, seharusnya dia menolong saudaranya dan tidak menuduhnya
berbuat kazaliman.

QS. An Naml (27): 36

َ‫َّللاُ َخ ْي ٌر مِ َّما آتَا ُك ْم بَ ْل أ َ ْنت ُ ْم بِ َه ِديَّتِ ُك ْم تَ ْف َر ُحون‬


َّ ‫سلَ ْي َمانَ َقا َل أَتُمِ دُّونَنِي بِ َما ٍل َف َما آتَان َِي‬
ُ ‫َفلَ َّما جَا َء‬

Artinya:

Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu
menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa
yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

Tafsir Ibnu Katsir:

Ulama tafsir Salaf dan lain-lainnya telah menceritakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan
hadiah yang sangat besar jumlahnya kepada Nabi Sulaiman, berupa sejumlah emas, permata,
mutiara, dan lain-lainnya. Sebagian dari ulama tafsir mengatakan bahwa ia mengirimkan hadiah
berupa emas-emas batangan. Pendapat yang benar mengatakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan
hadiah berupa wadah-wadah yang semuanya terbuat dari emas.

Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta selain keduanya mengatakan bahwa Balqis
mengirimkan pelayan-pelayan wanita yang berpakaian pelayan-pelayan pria, serta pelayan-

4
pelayan pria yang berpakaian wanita. Lalu Ratu Balqis berkata, "Jika Sulaiman mengetahui
bahwa yang berpakaian pria adalah pelayan wanita, dan yang berpakaian wanita adalah pelayan
pria, berarti dia adalah seorang nabi."

Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan kepada mereka untuk melakukan wudu. Maka
pelayan yang wanita menuangkan air ke tangannya, sedangkan pelayan yang pria mencedokkan
tangannya ke air. Melalui hal inilah Nabi Sulaiman dapat membedakan mereka.

Menurut pendapat lain, bahkan pelayan yang asalnya wanita terlebih dahulu mencuci
bagian dalam tangannya sebelum bagian luarnya, dan dengan pelayan yang asalnya pria
sebaliknya. Menurut pendapat yang lainnya lagi, pelayan yang wanita mencuci tangannya dari
telapak tangan sampai ke sikunya, sedangkan pelayan yang pria mencuci tangannya dari siku ke
telapak tangannya. Pada kesimpulannya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat
tersebut, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Sebagian ulama menceritakan bahwa Balqis mengirimkan kepada Nabi Sulaiman sebuah
wadah air agar dipenuhi oleh Nabi Sulaiman dengan air yang bukan berasal dari langit, bukan
pula dari bumi. Maka Nabi Sulaiman melarikan kudanya; dan manakala kuda itu berkeringat,
lalu dia menampungnya dan memenuhi wadah tersebut dengan keringat kudanya. Balqis pun
mengirimkan mutiara serta talinya agar mutiara-mutiara itu diuntaikan dengan tali tersebut, dan
semua permintaannya itu dipenuhi oleh Nabi Sulaiman a.s. Hanya Allah-lah yang mengetahui,
apakah hal itu benar ataukah tidak, yang jelas kisah-kisah seperti ini bersumber dari kisah
Israiliyat.

Pada kesimpulannya Nabi Sulaiman a.s. tidak melirik sedikit pun terhadap hadiah yang mereka
bawa dan tidak memperhatikannya, bahkan berpaling darinya. Lalu Nabi Sulaiman a.s. berkata
dengan nada yang menyanggah:

‫أَت ُ ِمدُّونَنِي بِ َمال‬

Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? (An-Naml: 36)

Yakni apakah kamu membujuk diriku dengan harta ini agar aku membiarkan kalian tetap dalam
kemusyrikan kalian dan agar kerajaan kalian tetap lestari?

‫َّللاُ َخي ٌْر مِ هما آت َا ُكم‬


‫ِي ه‬ َ ‫فَ َما آت َان‬

5
maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang kalian bawa. (An-Naml:
36)

Yaitu kerajaan, harta, dan bala tentara yang diberikan oleh Allah kepadaku jauh lebih baik
daripada apa yang ada pada kalian.ْْ

QS. At Talaq (65) 2

‫ّلِل ٰۗذ ِل ُك ْم‬ ‫عدْل ِم ْن ُك ْم َواَقِ ْي ُموا ال ه‬


ِ ‫ش َهادَةَ ِ ه‬ ْ ‫ارقُ ْوه هُن بِ َم ْع ُر ْوف هواَ ْش ِهد ُْوا ذَ َو‬
َ ‫ي‬ ِ َ‫فَ ِاذَا بَلَ ْغنَ اَ َجلَ ُه هن فَا َ ْم ِس ُك ْوه هُن بِ َم ْع ُر ْوف اَ ْو ف‬
‫َّللاَ يَجْ عَ ْل لههٗ َم ْخ َر ًجا‬
‫ق ه‬ ٰ ْ ‫اّلِل َو ْاليَ ْو ِم‬
ِ ‫اْل ِخ ِر ەۗ َو َم ْن يهت ه‬ ِ ‫ظ بِ ٖه َم ْن َكانَ يُؤْ ِمنُ بِ ه‬ ُ ‫ع‬ َ ‫ي ُْو‬

Artinya:
Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara
kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran
dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

Tafsir Al-Mukhtashar
Jika mereka telah mendekati masa berakhirnya iddah mereka maka rujuklah mereka demi
cinta dan hubungan yang baik, atau biarkan kalian tidak merujuk mereka hingga iddah mereka
berakhir lalu mereka berkuasa atas diri mereka dengan kalian berikan kepada mereka hak-hak
mereka. Jika kalian hendak merujuk mereka atau berpisah dengan mereka maka persaksikan dua
saksi yang adil dari kalian sebagai upaya mencegah pertikaian. Dan bersaksilah -wahai para
saksi- dengan kesaksian untuk mencari rida Allah.

Hukum-hukum tersebut untuk mengingatkan orang yang beriman kepada Allah dan beriman
kepada hari Kiamat, karena dia adalah orang yang bisa mendapatkan manfaat dari peringatan dan
nasihat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya, niscaya Allah memberikan baginya jalan keluar dari segala
kesempitan dan kesusahan yang terjadi padanya.

6
QS. Al-Maidah (5):106

‫غي ِْر ُك ْم‬


َ ‫ان ِم ْن‬ ِ ‫عدْل ِمن ُك ْم أَ ْو َءاخ ََر‬ ِ ‫صيه ِة ٱثْن‬
َ ‫َان ذَ َوا‬ ِ ‫ض َر أَ َحدَ ُك ُم ْٱل َم ْوتُ ِحينَ ْٱل َو‬ َ ‫ش ٰ َهدَة ُ بَ ْينِ ُك ْم ِإذَا َح‬ ۟ ُ‫ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلهذِينَ َءا َمن‬
َ ‫وا‬
‫ٱرتَ ْبت ُ ْم َْل‬ ِ ‫ان ِب ه‬
ْ ‫ٱّلِل ِإ ِن‬ ِ ‫صلَ ٰو ِة فَيُ ْق ِس َم‬
‫سونَ ُه َما ِم ۢن َب ْع ِد ٱل ه‬
ُ ‫ت ۚ تَحْ ِب‬ ِ ‫صي َبةُ ْٱل َم ْو‬ َ ٰ َ ‫ض فَأ‬
ِ ‫ص َبتْ ُكم ُّم‬ َ ‫ِإ ْن أَنت ُ ْم‬
ِ ‫ض َر ْبت ُ ْم فِى ْٱْل َ ْر‬
َ‫ٱل َءاثِ ِمين‬ْ َ‫ٱّلِل إِنها َٰٓ إِذًا له ِمن‬
ِ ‫ش ٰ َهدَةَ ه‬َ ‫نَ ْشت َِرى بِِۦه ثَ َمنًا َولَ ْو َكانَ ذَا قُ ْربَ ٰى ۙ َو َْل نَ ْكت ُ ُم‬
Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian,
sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di
antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan
dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah
sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika
kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang sedikit
(untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami
menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk
orang-orang yang berdosa".

Tafsir Jalalain

(Hai orang-orang yang beriman! Diperlukan kesaksian di antara kamu apabila salah
seorang di antara kamu menghadapi kematian) menghadapi hal-hal yang menyebabkan kepada
kematian (tatkala ia hendak berwasiat; yaitu oleh dua orang lelaki yang adil di antara kamu)
Kalimat syahaadatu bainikum adalah kalimat berita yang bermakna perintah; yang artinya
hendaklah disaksikan/liyasyhad. Mengidhafatkan Lafal syahaadah kepada Lafal baina
menunjukkan makna keluasan memilih; kata hiina merupakan badal (kata ganti) dari kata idzaa
atau menjadi zharaf bagi kalimat hadhara (atau oleh dua orang yang berbeda dengan kamu)
artinya yang bukan seagama denganmu (jika kamu dalam perjalanan) sedang bepergian (di muka
bumi lalu kamu tertimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu) kamu pegang kedua
orang itu; kalimat ini menjadi kata sifat dari lafal aakharaani (sesudah kamu salat) yaitu salat
asar (lalu mereka keduanya bersumpah) mengikrarkan perjanjian (dengan atas nama Allah jika
kamu ragu-ragu) kamu merasa syakwasangka mengenainya, kemudian keduanya mengatakan:
("Kami tidak akan membeli dengan sumpah itu) atas nama Allah (harga yang sedikit) sebagai
imbalan berupa materi/duniawi yang kami ambil sebagai penggantinya dengan cara bersumpah
atau mengadakan kesaksian dusta demi untuk meraih imbalan itu (walaupun dia) orang yang

7
disumpahi atau orang yang disaksikan itu adalah (kerabat karib) familinya sendiri (dan tidak pula
kami menyembunyikan persaksian Allah) yang kami diperintahkan-Nya untuk melaksanakannya
(sesungguhnya kami kalau demikian) kalau kami menyembunyikannya (termasuk orang-orang
yang berdosa”).

QS. Al-Baqarah (2):282

َٰٓ
‫ب‬َ ُ ‫ب كَاتِبٌ اَ ْن يه ْكت‬ َ ْ ‫س ًّمى فَا ْكتُب ُْو ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ به ْينَ ُك ْم كَات ِۢبٌ بِ ْالعَ ْد ِۖ ِل َو َْل يَأ‬ َ ‫ٰيَٰٓاَيُّ َها اله ِذيْنَ ٰا َمنُ َْٰٓوا اِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بِدَيْن ا ِٰلى اَ َجل ُّم‬
َ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق‬
‫س ِف ْي ًها‬ َ ‫ِي‬ ْ ‫شيْـًٔ ۗا فَا ِْن َكانَ الهذ‬ َ ُ‫َس ِم ْنه‬ ْ ‫َّللاَ َربههٗ َو َْل يَ ْبخ‬ ‫ق ه‬ ِ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق َو ْليَت ه‬
َ ‫ِي‬ ْ ‫َّللاُ فَ ْليَ ْكت ُ ۚبْ َو ْلي ُْم ِل ِل الهذ‬
‫عله َمهُ ه‬
َ ‫َك َما‬
‫ش ِه ْيدَي ِْن ِم ْن ِر َجا ِل ُك ۚ ْم فَا ِْن له ْم يَ ُك ْونَا َر ُجلَي ِْن‬َ ‫ض ِع ْيفًا اَ ْو َْل يَ ْست َِط ْي ُع اَ ْن ي ُِّم هل ه َُو فَ ْلي ُْم ِل ْل َو ِليُّهٗ بِ ْالعَ ْد ۗ ِل َوا ْستَ ْش ِهد ُْوا‬ َ ‫اَ ْو‬
‫ش َه َۤدَا ُء اِذَا َما‬ُّ ‫ب ال‬ َ ْ ‫َض هل اِحْ ٰدى ُه َما فَتُذَ ِك َر اِحْ ٰدى ُه َما ْاْلُ ْخ ٰر ۗى َو َْل يَأ‬ ِ ‫اء اَ ْن ت‬ ِ َ‫ش َه َۤد‬
ُّ ‫ض ْونَ ِمنَ ال‬ َ ‫فَ َر ُج ٌل هو ْام َراَ ٰت ِن ِم هم ْن ت َْر‬
َٰٓ
َٰٓ ‫ى اَ هْل ت َْرتَاب َُْٰٓوا ا ه‬
‫ِْل‬ ‫َّللا َواَ ْق َو ُم ِلل ه‬
َٰٓ ‫ش َهادَةِ َواَ ْد ٰن‬ ِ ‫ط ِع ْندَ ه‬ُ ‫س‬ َ ‫ص ِغي ًْرا اَ ْو َكبِي ًْرا ا ِٰلى اَ َج ِل ٖ ۗه ٰذ ِل ُك ْم اَ ْق‬ َ ُ‫ع ْو ۗا َو َْل تَسْـَٔ ُم َْٰٓوا اَ ْن تَ ْكتُب ُْوه‬ ُ ُ‫د‬
‫ض َۤا هر كَاتِبٌ هو َْل‬ َ ُ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَ هْل تَ ْكتُب ُْوه َۗا َواَ ْش ِهد َُْٰٓوا اِذَا تَبَايَ ْعت ُ ِۖ ْم َو َْل ي‬ َ ‫ْس‬ َ ‫اض َرة ً ت ُ ِدي ُْر ْونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
ِ ‫ارة ً َح‬ َ ‫اَ ْن تَ ُك ْونَ تِ َج‬
‫ع ِل ْي ٌم‬
َ ‫ش ْيء‬ َ ‫َّللاُ بِ ُك ِل‬
‫َّللاُ َو ه‬ ۗ ‫س ْو ۢ ٌق بِ ُك ۗ ْم َواتهقُوا ه‬
ۗ ‫َّللاَ َويُعَ ِل ُم ُك ُم ه‬ ُ ُ‫ش ِه ْيدٌ ەۗ َوا ِْن تَ ْفعَلُ ْوا فَ ِانههٗ ف‬
َ

Tafsir Ibnu Kasir

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika
seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan
lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di

8
antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

ٰٓ
َ ‫ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِ َذا تَ َدا َي ْنت ُ ْم ِب َدي ٍْن ا ِٰلى اَ َج ٍل ُّم‬
ُ‫س ًّمى فَا ْكتُب ُْو ُۗه‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, ia mengatakan, ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan pemberian hutang
salam3, dalam batas waktu yang ditentukan.

Faktubuh Hendaklah kamu menuliskannya. Ini merupakan perintah dari Allah SWT
supaya penulisan untuk memperkuat dan menjaganya. Kemudian Ibn Kathir menukil dari
pendapat Abu Sa‟id, as-Sya‟bi, Rabi‟ bin Anas, al-Hasan, Ibnu Juraij, Ibnu Zaid dan ulama
lainnya mengatakan, sebelumnya hal itu merupakan suatu kewajiban, kemudian dinasakh
(dihapuskan). Dengan firmanNya:

… ُ‫ضا فَ ْلي َُؤ ِد الهذِي اؤْ ت ُ ِمنَ أ َ َمانَتَه‬ ُ ‫فَإِ ْن أَ ِمنَ بَ ْع‬
ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬

Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya).

‫َو ْل َي ْكتُبْ هب ْي َن ُك ْم َكات ِۢبٌ ِب ْال َع ْد ِۖ ِل‬


“Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.”
Maksudnya dengan adil dan benar serta tidak boleh berpihak kepada salah seorang dalam
penulisannya tersebut dan tidak boleh juga ia menulis kecuali apa yang telah disepakati tanpa
menambah atau menguranginya.

ْ‫َّللاُ فَ ْليَ ْكت ُ ۚب‬


‫عله َمهُ ه‬ َ ْ ‫َو َْل يَأ‬
َ ُ ‫ب كَاتِبٌ اَ ْن يه ْكت‬
َ ‫ب َك َما‬

“Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah


mengajarkannya. Maka hendaklah ia menulis.” Maksudnya, orang yang mengerti tulis menulis
tidak boleh menolak jika ia diminta menulis untuk kepentingan orang lain dan tidak boleh
menyusahkannya, sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya apa yang sebelumnya tidak

9
diketahuinya. Maka hendaklah ia berbuat baik kepada orang lain yang tidak mengenal tulis-
menulis, dan hendaklah ia menuliskannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis
bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya termasuk sedekah jika engkau membantu seorang
yang berbuat (kebaikan) atau berbuat sesuatu bagi orang bodoh”. (HR. Al-Bukhari dan
Ahmad).

Mujahid dan Atha‟ mengatakan: Orang yang dapat menulis berkewajiban untuk
menuliskan. dan firman Allah berikutnya:

ٗ‫َّللا َربهه‬
َ‫ق ه‬ ِ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق َو ْليَته‬ ْ ‫َو ْلي ُْم ِل ِل اله ِذ‬
َ ‫ي‬

Dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah, artinya hendaklah orang yang menerima pinjaman
mendiktekan kepada juru tulis jumlah hutang yang menjadi tanggungannya, dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah dalam melakukan hal itu.

Wa la yabkhas minhu syai’a dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari hutangnya.


Maksudnya, tidak menyembunyikan sesuatu apapun darinya. Jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya. Sebagai upaya mencegahnya dari tindakan penghamburan uang dan lain
sebagainya. Atau lemah keadaannya, maksudnya, masih dalam keadaan kecil atau tidak waras
atau ia sendiri tidak mampu mengimlakkan, baik karena cacat atau tidak mengetahui mana yang
benar dan mana yang salah. Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.

‫ش ِه ْيدَي ِْن ِم ْن ِر َجا ِل ُك ۚ ْم فَا ِْن له ْم يَ ُك ْونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل هو ْام َراَ ٰت ِن‬
َ ‫َوا ْستَ ْش ِهد ُْوا‬

Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang laki-laki diantaramu. Ini
adalah perintah untuk memberi kesaksian disertai penulisan untuk menambah validitasnya
(kekuatannya). Jika tidak ada dua orang lakilaki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang
perempuan. hal itu hanya berlaku pada perkara yang menyangkut harta dan segala yang
diperhitungkan sebagai kekayaan. Ditempatkannya kedua orang wanita menduduki kedudukan
seorang laki-laki karena kurangnya akal kaum wanita.

ِ ‫ش َه َۤ َد‬
‫اء‬ ُّ ‫ض ْونَ ِمنَ ال‬
َ ‫ ِم هم ْن ت َْر‬dari saksi-saksi yang kamu ridhai. Dalam potongan ayat ini
terdapat dalil yang menunjukkan adanya syarat adil bagi para saksi. Dan hal ini adalah
muqayyad (terbatas). Makna ayat muqayyad inilah yang dijadikan pegangan hukum oleh syafi‟i

10
dan menetapkannya pada setiap perintah mutlak untuk memberikan kesaksian dalam al-Qur‟an
tanpa ada persyaratan. Dan bagi pihak yang menolak kesaksian orang yang tidak jelas pribadinya
potongan ayat ini juga menunjukkan bahwa saksi itu harus adil dan di ridhoi (diterima).

‫ ا انتضل‬Maksudnya supaya jika seorang lupa, Maka seorang lagi mengingatkannya. Yaitu
kedua orang wanita tersebut jika salah seorang lupa atas kesaksiannya, maka seorang lagi
mengingatkannya. Maksudnya, mengingatkan kesaksian yang pernah diberikan. Karena itu ada
sebagian ulama membaca dengan menggunakan tashdid dari kata ‫ )انتذكار‬peringatan).

‫ع ْو ۗا‬
ُ ُ‫ش َه َۤدَا ُء اِذَا َما د‬ َ ْ ‫َو َْل يَأ‬
ُّ ‫ب ال‬

Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil. Ada
yang mengatakan, makna ayat diatas adalah, jika mereka dipanggil untuk memberikan kesaksian,
maka hendaklah mereka memenuhi panggilan tersebut. Demikian pendapat yang dikemukakan
oleh Qatadah dan Rabi‟ bin Anas.

َٰٓ
‫ى اَ هْل ت َْرتَاب َُْٰٓوا‬ ‫َّللا َواَ ْق َو ُم ِلل ه‬
َٰٓ ‫ش َها َد ِة َواَ ْد ٰن‬ ِ ‫ط ِع ْن َد ه‬ َ ‫ص ِغي ًْرا اَ ْو َك ِبي ًْرا ا ِٰلى اَ َج ِل ٖ ۗه ٰذ ِل ُك ْم اَ ْق‬
ُ ‫س‬ َ ُ‫َو َْل تَسْـَٔ ُم َْٰٓوا اَ ْن تَ ْكتُب ُْوه‬

Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan bimbingan, yaitu perintah untuk
menulis kebenaran baik yang kecil maupun yang besar. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah
dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. Maksudnya, inilah yang kami perintahkan kepada kalian yaitu untuk menulis
kebenaran, jika hal itu dilakukan secara tunai. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah Artinya,
lebih adil, dan lebih dapat menguatkan persaksian. Maksudnya, lebih menguatkan kesaksian.
Yakni lebih memantapkan bagi saksi, jika ia meletakkan tulisannya dan kemudian melihatnya,
niscaya ia akan ingat akan kesaksian yang pernah ia berikan. Karena jika tidak menulisnya, maka
ia lebih cenderung untuk lupa, sebagaimana yang sering terjadi.

Wa adna alla tartabu Dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
Maksudnya. lebih dekat kepada ketidakraguan. Dan jika terjadi perselisihan, kamu akan kembali
kepada tulisan yang pernah kamu catat, sehingga dapat memberikan penjelasan di antara kamu
tanpa ada keraguan.

11
‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَ هْل تَ ْكتُب ُْوه َۗا‬ َ ‫اض َرة ً ت ُ ِدي ُْر ْونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
َ ‫ْس‬ َٰٓ ‫ا ه‬
َ ‫ِْل اَ ْن تَ ُك ْونَ تِ َج‬
ِ ‫ارة ً َح‬

Tulislah muamalah kamu itu, kecuali jika muamalah tersebut perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antaramu, maka tidak ada dosa bagimu, jika kamu tidak menulisnya,
Maksudnya, jika jual beli itu disaksikan dan kontan, maka tidak ada dosa jika kalian tidak
menulisnya, karena tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan jika tidak dilakukan penulisan
terhadapnya. Sedangkan mengenai pemberian kesaksian terhadap jual beli menurut Jumhur
ulama, masalah tersebut diartikan sebagai bimbingan dan anjuran semata dan bukan sebagai
suatu hal yang wajib.

َ ‫ض َۤا هر كَاتِبٌ هو َْل‬


ٌ‫ش ِه ْيد‬ َ ُ‫َو َْل ي‬

Dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Ada yang mengatakan bahwa makna
ayat tersebut adalah, tidak diperbolehkan bagi penulis dan saksi untuk memperumit
permasalahan, di mana ia menulis sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang didektikan,
dan saksi memberikan kesaksian dengan apa yang bertentangan dengan yang ia dengar, atau
bahkan ia menyembunyikannya secara keseluruhan. Demikianlah pendapat yang disampaikan
oleh al-Hasan, Qatadah dan ulama-ulama lainnya. Ada juga yang mengatakan, artinya, keduanya
(penulis dan saksi) tidak boleh mempersulit.

َ ‫ض َۤا هر كَاتِبٌ هو َْل‬


Mengenai firman ٌ‫ش ِه ْيد‬ َ ُ‫ َو َْل ي‬Ibnu Abi Hatim meriawayatkan, dari Ibnu
Abbas ia mengatakan: Ada seseorang datang. Lalu ia memanggil keduanya untuk menjadi
penulis dan saksi. Kemudian kedua orang tersebut berucap: Kami sedang ada keperluan. Lalu
orang itu berkata: Sesungguhnya kamu berdua telah diperintahkan untuk memenuhinya. Maka
orang itu tidak boleh mempersulit keduanya.

‫س ْو ۢ ٌق ِب ُك ۗ ْم‬
ُ ُ‫َوا ِْن تَ ْف َعلُ ْوا فَ ِانههٗ ف‬

Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan
pada dirimu, Maksudnya, jika kamu menyalahi apa yang telah Allah perintahkan, atau kamu
mengerjakan apa yang telah dilarangnya, maka yang demikian itu merupakan suatu kefasikan
pada dirimu. Yaitu, kamu tidak akan dapat menghindarkan dan melepaskan diri dari kefasikan
tersebut.

َ ۗ ‫َواتهقُوا ه‬
‫َّللا‬

12
Dan bertakwalah kepada Allah. Maksudnya, hendaklah kamu takut dan senantiasa berada
dibawah pengawasanNya, ikutilah apa yang diperintahkanNya, dan jauhilah semua yang
dilarangNya ‫ هلال كىًع ٌهو‬Allah mengajarmu. Penggalan ayat ini adalah seperti firman Allah :

‫س ِي ٰا ِت ُك ْم َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ۗ ْم َو ه‬
‫َّللاُ ذُو‬ َ ‫ٰ َٰٓيا َ ُّي َها اله ِذيْنَ ٰا َمنُ َْٰٓوا ا ِْن تَتهقُوا ه‬
َ ‫َّللا َيجْ عَ ْل له ُك ْم فُ ْرقَا ًنا هويُ َك ِف ْر‬
َ ‫ع ْن ُك ْم‬
‫ض ِل ْالعَ ِظي ِْم‬
ْ َ‫ْالف‬
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepadamu furqan. (QS. al-Anfal: 29).

‫ع ِل ْي ٌم‬ َ ‫َّللاُ ِب ُك ِل‬


َ ‫ش ْيء‬ ‫َو ه‬
Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Artinya Allah mengetahui hakikat seluruh
persoalan, kemaslahatan dan akibatnya. Sehingga tidak ada sesuatupun yang tersembunyi
dariNya, bahkan ilmuNya meliputi seluruh alam semesta.

13

Anda mungkin juga menyukai