Anda di halaman 1dari 6

NAMA : RIDWAN RAMADHAN

NIM : 044689772
KODE MATA KULIAH : MKWU4101.985 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 985
TUGAS KE :1

1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu


hubban (QS. Al-Baqarah (2): 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179).
a). Berikut ini adalah bunyi dari QS. Al- Baqarah (2) : 165

‫ّللَۗ َولَ َو‬ َ َ‫ّللَۖ ََوٱلَّذِينََ َءا َمن ٓواَ أ‬


ََِّ ِ ‫ش َدُّ حبًّا‬ ََِّ ‫ب ٱ‬ َِ ‫ّلل أَندَادًا ي ِحبُّونَهمَ كَح‬ َِ ‫اس َمن يَت َّ ِخ َذ ِمن د‬
ََِّ ‫ون ٱ‬ َ ِ َّ‫َو ِمنََ ٱلن‬
َِ ‫ِيد ٱلعَذَا‬
‫ب‬ َ ‫شد‬َ َ‫ّلل‬ََّ ‫ن ٱ‬ََّ َ‫ّلل َج ِميعًا َوأ‬ ََّ َ‫اب أ‬
ََِّ ِ َ‫ن ٱلق َّو َة‬ َ ََ‫يَ َرى ٱلَّذِين‬
ََ َ‫ظلَم ٓواَ إِ َذ يَ َرونََ ٱلعَذ‬
Wa minan-nāsiَmayَyattakhiżuَminَdụnillāhiَandādayَyuḥibbụnahum kaḥubbillāh,َ
wallażīnaَāmanūَasyadduَḥubbalَlillāhiَwalauَyarallażīnaَẓalamūَiżَyaraunal-'ażābaَ
annal-quwwataَlillāhiَjamī'awَwaَannallāhaَsyadīdul-'ażāb

Artinya:
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
b). Pengertian kata Hubban di dalam QS. Al-Baqarah ayat 165 adalah "Cinta". Cinta
kepada siapa? cinta yang sangat besar kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
c). Pengerian iman menurut ayat QS. Al- Baqaraah (2) : 165, Orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Allah. Orang yang zalim di hari akhir akan melihat
semuakekuatan milik Allah, bahwa sangat berat siksaan-Nya.
d). Berikut ini adalah bunyi QS. Al-A’raaf (7):179

َ‫صرونََ بِ َهَۖا َولَهم‬ َ َّ َ‫ْل يَفقَهونََ بِ َهَۖا َولَهمَ اَعين‬


َ ِ ‫ْل يب‬ َ َّ ‫ب‬ َ ‫س لَهمَ قلو‬ َۖ ِ ‫اْلن‬
ِ ‫ن َو‬ َِ ‫َولَقَ َد ذَ َرأنَا ِل َج َهنَّ ََم َكثِي ًرا ِمنََ ال ِج‬
ٰۤ ٰ ‫لَۗ ا‬ ٰٰۤ ۗ
ََ‫ول ِٕىكََ همَ ال ٰغ ِفلون‬ َِ َ‫ول ِٕىكََ كَاْلَنع‬
َ َ‫ام بَلَ همَ ا‬
َُّ ‫ض‬ ‫ْل يَس َمعونََ بِ َهَا ا‬ َ َّ َ‫ٰاذَان‬
Waَlaqadَżara`nāَlijahannamaَkaṡīramَminal-jinni wal-insi lahum qulụbulَlāَ
yafqahụnaَbihāَwaَlahumَa'yunulَlāَyubṣirụna bihāَwaَlahumَāżānulَlāَyasma'ụna
bihā,َulā`ikaَkal-an'āmiَbalَhumَaḍall,َulā`ikaَhumul-gāfilụn

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
e). Pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf (7):179 Bahwa iman
adalah meyakini dengan hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan dengan menggunakan
seluruh indera yang ada. Manusia dan jin dianugerahkan Allah dengan hati, namun
sayangnya hati tersebut tidak digunakan untuk meyakini ayat-ayat Allah serta tidak
mengimani Allah. Manusia dan jin lebih mendahulukan hawa nafsunya sehingga tidak
menggunakan segala pemberiannya untuk semakin menguatkan keimanan dan ketakwaannya.
Seharusnya dengan hati, akal, dan seluruh anggota tubuh yang dianugerahkan oleh Allah,
manusia dan jin dapat semakin yakin akan beradaan Allah, kebesaran, dan kekuasaan Allah.
Manusia dan jin akan semakin taat dan mau beribadah hanya kepada Allah.

f). Pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat, QS. Al- Baqaraah (2) : 165 dan
QS. Al-A’raaf (7):179

Iman kepada Allah menurut QS. Al-Baqarah ayat 165 adalah Orang yang beriman kepada
Allah itu ialah orang yang sangat besar cintanya kepada Allah

Sedangkan menurut QS. Al-A'raf ayat 179 Orang yang beriman kepada Allah itu ialah orang
yang memiliki hati ia gunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, orang yang memiliki mata
ia gunakan untuk melihat tanda tanda kekuasaan Allah, dan orang yang memiliki telinga ia
gunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah.

2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek non
fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal ini
diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan
Q.S. Qaaf (50):16.

a). Terjemah Q.S. Ali-Imran (3): 190-191

َّ َ‫َالَّذِينَ َيَذكرون‬.ََ‫ب‬
‫ََّللاََقِيَا ًما‬ ِ ‫ٍَِلو ِليَاِلَلبَا‬ ِ ‫ار َََليَات‬ َ ‫فَاللَّي ِل‬
ِ ‫َوالنَّ َه‬ ِ ‫َواختِ ََل‬
َ ‫ض‬ ِ ‫َِواِلَر‬ َ ‫اوات‬ َ ‫س َم‬ ِ ‫َ ِإ َّنَفِيَخَل‬
َّ ‫قَال‬
‫اط ًَلََسب َحانَكَ َفَ ِقنَا‬ ٰ
ِ َ‫َربَّنَاَ َماَ َخلَقتَ َ َهذَاَب‬
َ ‫ض‬ َ
ِ ‫َِواِلر‬ َ ‫س َم َاوات‬ َّ ‫قَال‬ َ ‫علَ ٰىَجنو ِب ِهم‬
ِ ‫َويَتَفَ َّكرونَ َفِيَخَل‬ َ ‫ًاَو‬
َ ‫َوقعود‬ َ
‫ار‬ َ َ‫عذ‬
َِ َّ‫ابَالن‬ َ
(Inna fii kholqis samaawaati wal ardli wakhtilaafil laili wan nahaari la-aayaatil l-ulil
albaab. Alladziina yadzkuruunallooha qiyaamaw wa qu’uudaw wa ‘alaa junuubihim
wayatafakkaruuna fii kholqis samaawaati wal ardli robbanaa maakholatqa haaadzaa
baathilaa, subhaanaka faqinaa ‘adzaaban naar)

Artinya:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.

Penjelasan Ayat :

Ayat ini menjelaskan bahwa Hakikat Manusia adalah makhluk yang memiliki Akal dan
mampu menggunakannya untuk mengingat allah, mengetahui keagungan-Nya,
kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya, dan kekuasaan-Nya.

Baik dengan melihat tanda-tanda kekuasaan allah melalui ayat kauniyah maupun ayat
qouliyah.

Hakikat manusia menurut kedua ayat tersebut, Yakni orang-orang yang dapat menggunakan
akal dan logikanya dengan baik dan benar untuk mengenal lebih dalam siapakah Allah,
mengetahui keagungan-Nya, kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya, dan kekuasaan-Nya melalui
tanda-tandaَdalamَciptaanَmaupunَhukumَsyari’ahَyangَditetapkan-Nya, atau dapat disebut
jga dengan (Ulul Albab).

b). Terjemah Q.S. Qaaf (50): 16 .

ِ ‫َونَحنَأَق َربَ ِإلَي ِه‬


‫َمنَ َحب ِلَٱل َو َِري َِد‬ َ ٰ ‫َولَقَدَ َخلَقنَاََٱ ِْلن‬
َ َۖ‫سنَََ َونَعلَمَ َماَت َوس ِوسَ ِب َِۦهَنَفس َهۥ‬
Wa laqad khalaqnal-insānaَwaَna'lamuَmāَtuwaswisuَbihīَnafsuh,َwaَnaḥnuَaqrabuَilaihiَ
minَḥablil-warīd

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,

Faedah-faedah dari ayat tersebut adalah sebagai berikut:

• Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah sang Pencipta. Dia adalah dzat yang menciptakan segala
sesuatu termasuk di dalamnya adalah manusia.
• Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Mengetahui apapun yang terjadi di alam semesta
ini, termasuk di dalamnya apa yang dibisikkan oleh hati manusia.
• Dalam ayat ini hakikat manusia yang dimaksud adalah secara keseluruhan baik itu
orang beriman maupun orang kafir. Dan semuanya ada malaikat pencatat di setiap
sisinya (lihat ayat selanjutnya).
• Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan bahwa Dia dekat dengan
manusia daripada urat lehernya. Yang dimaksud dekat disini adalah Ilmu Allah yang
ada dimana mana, bukan dari Dzat Allah itu sendiri

Secara ringkas pada hakikatnya seluruh manusia Allah sertakan 2 malaikat untuk mencatat
amal kebaikan dan keburukannya. Sehingga disinilah kita memahami makna "Kami lebih
dekat kepadanya daripad urat lehernya."

c). Haikat kesempurnaan manusia berdasarkan kandungan yang terdapat di dalam Surah Ali
Imran ayat yang ke 190-191 dan Surah Qaf ayat yang ke 16 adalah:
• Allah telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna bentuknya tanpa ada
kekurangan.
• Allah menciptakan manusia dengan akal pikiran yang membuat manusia dapat
berpikir.
• Allah mencipatakan manusia dan makhluk lainnya tidak ada yang sia-sia.

Lafadz dari Surah Ali Imran ayat yang ke 190 adalah:

َِ ‫ٍَْلو ِلىَاْلَلبَا‬
‫ب‬ ٰ َ ‫ار‬
ِ ‫َْل ٰيت‬ َ ‫فَالَّي ِل‬
ِ ‫َوالنَّ َه‬ ِ ‫َواختِ ََل‬
َ ‫ض‬ِ ‫َِواْلَر‬ ِ ‫ا َِّنَفِيَخَل‬
َ ‫قَالسَّمٰ ٰوت‬
Lafadz dari Surah Ali Imran ayat yang ke 191 adalah:

‫ض َربَّنَا َما َخلَقتََ ٰهذَا‬


َ ِ ‫ت َواْلَر‬
َِ ‫سمٰ ٰو‬ َِ ‫ع ٰلى جنو ِب ِهمَ َو َيتَفَ َّكرونََ ِفيَ خَل‬
ََّ ‫ق ال‬ َٰ ََ‫الَّذِينََ َيذكرون‬
َ ‫َّللاَ ِق َيا ًما َّوقعودًا َّو‬
‫ار‬ ََ َ‫عذ‬
َِ َّ‫اب الن‬ َ ً ‫اط‬
َ ‫َل سبحٰ نَكََ فَ ِقنَا‬ ِ َ‫ب‬
Lafadz dari Surah Qaf ayat yang ke 16 adalah:

َِ ‫ب اِلَي َِه ِمنَ َحب‬


‫ل الَ َو ِري َِد‬ َ ‫سانََ َونَعلَمَ َما ت َوس ِوسَ بِهَ نَفسهََۖ َونَحنَ اَق َر‬ ِ ‫َولَقَ َد َخلَقنَا‬
َ ‫اْلن‬
3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial, bertempat tinggal dan
berinteraksi dengan sesamanya dalam waktu yang lama dalam suatu masyarakat.

a). Pengertian terminologis mengenai masyarakat adalah:

Kelompok manusia yang hidup serta bekerja sama dalam waktu yang sangat lama sehingga
mereka memiliki kemampuan mengatur diri yang disertai pandangan bahwa diri mereka
merupakan satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah terumuskan dengan jelas (pendapat
Ralph Linton).

b). Asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS. Az-
Zukhruf: 32

Surat Al Hujurat ayat 13:

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

َ‫علِيمَ َخ ِبير‬ َ ٰ ‫ََّللاَاَت ٰقىكمََۗا َِّن‬


َ َ‫ََّللا‬ َ ‫ًاَوقَبَ ٰۤا ِٕىلََ ِلت َ َع‬
ِ ٰ َ‫ارفواَا َِّنَاَك َر َمكمَعِند‬ َ ‫َوان ٰث‬
َّ ‫ىَو َج َعل ٰنكمَشعوب‬ ِ ‫ٰ ٓياَيُّ َهاَالنَّاسَاِنَّاَ َخلَق ٰنكم‬
َّ ‫َمنَذَك ٍَر‬

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti."

Surat Az Zukhruf ayat 32:

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

َ‫ضَدَ َرجٰ تٍَ ِل َيتَّخِ ذََ َبعضهم‬


ٍ ‫ضَهمَفَوقَ َ َبع‬
َ ‫َو َرفَعنَاَ َبع‬
َ ‫شت َهمَفِىَال َح ٰيو ِةَالدُّن َيا‬ َ َ‫َر ِب ۗكَ َنَحنَق‬
َ ‫سمنَاَ َبينَهمَ َّمعِي‬ َ َ‫ََا َهمَ َيقسِمون‬
َ َ‫َرح َمت‬
ََ‫َربِكَ َخَيرَمِ َّماَيَج َمعون‬
َ ‫َۗو َرح َمت‬ َ َ‫بَعضًاَسخ ِريًّا‬
"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."

Dari kedua ayat tersebut maka asal usul masyarakat menurut fitrah manusia adalah sebagai
berikut:

• Allah Subhanahu wa ta'ala pada awalnya menciptakan manusia dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan. Yang dimaksud disini adalah Nabi Adam dan Hawa.
• Kemudian Allah jadikan berbangsa bangsa dan bersukur suku yaitu menjadi sebuah
masyarakat. Untuk bisa saling mengenal.
• Namun suku-suku ini tidak ada manfaatnya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Karena sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa.
• Kemudian di dalam kehidupan masyarakat Allah meninggikan sebagian dari sebagian
yang lain beberapa derajat agar bisa bermanfaat orang sebagian tersebut untuk
sebagian yang lain.
• Maksudnya meninggikan derajat pada ayat 32 surat Az Zukhruf adalah sebagian
diberikan kekayaan lebih agar bisa membantu sebagian yang lain (orang yang
kekurangan harta).

Masyarakat madani memiliki ciri utama yakni kemajemukan budaya dalam suatu masyarakat,
adanya suatu hubungan timbal balik yang terjadi dalam masyarakat, dan sikap saling
memahami dan menghargai terhadap perbedaan dari kemajemukan tersebut. Selain itu,
masyarakat madani juga dapat diartikan sebagai proses penciptaan peradaban yang mengacu
pada nilai-nilai kebijakan bersama.

c). Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat madani yaitu
masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi, hidup dalam ketentraman, dan memiliki sikap
persatuan dan kesatuan dalam masyarakatnya.

d). Prinsip-prinsip umum masyarakat yang beradab dan sejahtera adalah sebagai berikut :

Masyarakat beradab dan sejahtera dapat di konseptualisasikan sebagai “civil society” atau
masyarakat madani. Masyarakat madani merujuk pada semangat yang sama sebagai sebuah
masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang
tinggi yang diimplementasikan dalam kegidupan sosial.

• Prinsip masyarakat madani adalah keadilan sosial, egalitarianisme, pluralisme,


supermasi hukum, dan pengawasan sosial.
• Keadilan sosial adalah Tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala
penindasan.
• Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etni, agama,suku, dll.
• Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara
tulus sebagai sebuah anugrah dan kebijakan.
• Supermasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan
menempatkannya tanpa memandang "atas" dan “bawah”.
Referensi Belajar :

- Al- Qur’an
- Website https://cendikia.kemenag.go.id
- Buku Modul Pendidikan Agama Islam 985
- YouTube Imam Santoyo

Anda mungkin juga menyukai