NIM : 044570383
Jurusan : S1 Manajemen
a. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2) : 165 dengan teliti dan benar!
Jawaban :
َاس َم ْن يَّتَّ ِخ ُذ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ اَ ْندَادًا يُّ ِحبُّوْ نَهُ ْم َكحُبِّ هّٰللا ِ ۗ َوالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ َش ُّد ُحبًّا هّٰلِّل ِ ۙ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُم ْٓوا اِ ْذ يَ َروْ ن
ِ ََّو ِمنَ الن
هّٰللا هّٰلِل
ِ اب اَ َّن ْالقُ َّوةَ ِ َج ِم ْيعًا ۙ َّواَ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال َع َذا
ب َ ۙ ْال َع َذ
Artinya : “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah
sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang
berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa
kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya
mereka menyesal)."
Jawaban : Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Pengertian hubban dalam QS. Al-
Baqarah ayat 165 adalah senantiasa mencintai dan merindukan Allah dalam keadaan
apapun dan tidak akan pernah menyekutukan atau menyembah selain Allah karena
bentuk kecintaannya dan kerinduannya kepada Allah.
Jawaban : Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang rela
mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang
dituntut oleh Allah kepadanya.
d. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-A’raaf (7):179 dengan teliti dan benar!
Jawaban :
Artinya : “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan
manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
e. Jelaskan pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf
(7):179 tersebut?
Jawaban : Berdasarkan QS. AL-A’raf ayat 179, istilah iman identik dengan
kepribadian manusia seutuhnya, atau pendian yang konsisten. Orang yang beriman
berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan, dan keterampilan. Allah telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dan Allah mengkaruniai manusia
dengan hati, mata, dan telinga yang hendaknya digunakan untuk memahami ayat-ayat
Allah dan tanda-tanda kekuasaan Allah bukan sebaliknya.
f. Jelaskan secara ringkas pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat
tersebut?
Jawaban : Iman kepada Allah SWT dari kedua ayat tersebut adalah wujud kecintaan
dan kerinduan kepada Allah SWT dengan segenap jiwa dan raga serta menerima
seagala ketentuan yang ditentukan oleh Allah. Senantiasa meyakini bahwa Allah
adalah satu-satunya Tuhan yang patut untuk disembah, serta memahami dan
mendengarkan ayat-ayat Allah dan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah yang
ada pada alam semesta ini.
2. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya dari segi fisik, non fisik dan tujuan
penciptaannya. Namun, kesempurnaan manusia lebih ditekankan kepada aspek
non fisik dan pencapaian tujuan penciptaan tersebut daripada aspek fisik. Hal
ini diantaranya diisyaratkan dalam kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3):
190-191 dan Q.S. Qaaf (50):16.
a. Tuliskan terjemah Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan jelaskan secara ringkas
hakikat manusia menurut kedua ayat tersebut!
Jawaban :
﴾الَّ ِذ ْينَ يَ ْذ ُكرُوْ نَ هّٰللا َ قِيَا ًم ا َّوقُ ُع وْ دًا۱۹۰﴿ب ٍ ار اَل ٰ ٰي
ِ ۙ ت اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَ ا ِ َف الَّي ِْل َوالنَّه
ِ اختِاَلْ ض َو ِ ْت َوااْل َر ِ ق السَّمٰ ٰو ِ اِ َّن فِ ْي َخ ْل
ِ﴾۱۹۱﴿اب النَّار َ اطاًل ۚ ُسب ْٰحنَكَ فَقِنَا َع َذ
ِ َض َربَّنَا َما خَ لَ ْقتَ ٰه َذا ب ِ ۚ ْت َوااْل َر ِ ق السَّمٰ ٰوِ َّوع َٰلى ُجنُوْ بِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُوْ نَ فِ ْي خَ ْل
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal (190), (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci
Engkau, lindungilah kami dari azab neraka” (191).
Hakikat manusia menurut kedua ayat tersebut adalah makhluk yang diciptakan Allah
dan diberi akal agar digunakan untuk senantiasa mengingat Allah dalam kondisi
apapun baik berdiri, duduk, ataupun berbaring dan menggunakan akal yang diberikan
Allah untuk memikirkan tentang penciptaan Allah.
b. Tuliskan terjemah Q.S. Qaaf (50): 16 dan jelaskan secara ringkas hakikat
manusia menurut ayat tersebut!
Jawaban :
َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ َونَ ْعلَ ُم َما تُ َوس ِْوسُ بِ ٖه نَ ْفسُهٗ ۖ َونَحْ نُ اَ ْق َربُ اِلَ ْي ِه ِم ْن َحب ِْل ْال َو ِر ْي ِد
Artinya : “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Hakikat manusia menurut Q.S. Qaf ayat 16 adalah makhluk yang diciptakan oleh
Allah dan Allah juga pemilik hati manusia, maka Allah senantiasa tahu apa yang ada
di hati manusia meskipun tidak terucap secara lisan, karena Allah lebih dekat dengan
kita bahkan lebih dekat daripada urat leher kita sendiri.
Jawaban : Manusia telah diciptakan Allah dengan keadaan sangat sempurna dan
diberikan akal pikiran agar dipergunakan untuk senantiasa mengingat Allah dalam
keadaan apapun serta menggunakan akalnya untuk mempelajari tentang penciptaan
Allah. Allah juga menciptakan manusia dengan hati dan Allah senantiasa mengetahui
segala isi hati manusia.
Jawaban : Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam satu
wilayah tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama yang kemudian
menimbulkan kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai suatu kesatuan.
Jawaban :
Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha Teliti.” (Q.S. Al-Hujurat : 13)
ت لِّيَتَّ ِخ َذ
ٍ ْض َد َر ٰج َ ك نَحْ نُ قَ َس ْمنَا بَ ْينَهُ ْم َّم ِعي َْش تَهُ ْم فِى ْال َحيٰ و ِة ال ُّد ْنيَ ۙا َو َرفَ ْعنَ ا بَع
َ ْْض هُ ْم فَ و
ٍ ق بَع َ ۗ ِّاَهُ ْم يَ ْق ِس ُموْ نَ َرحْ َمتَ َرب
َك خَ ْي ٌر ِّم َّما يَجْ َمعُوْ ن َ ِّضهُ ْم بَ ْعضًا س ُْخ ِريًّا ۗ َو َرحْ َمت َرب
ُ ُ بَ ْع
Berdasarkan kedua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa manusia diciptakan oleh
Allah dengan fitrahnya yang berupa keinginan untuk bersama orang lain dan
membutuhkan orang lain. Asal usul pembentukan masyarakat berdasarkan kedua ayat
tersebut adalah telah diciptakan laki-laki dan perempuan, dijadikannya berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal dan membentuk hubungan sosial yang
melahirkan keberanekaragaman suku dan budaya. Selain perbedaan tersebut ada pula
perbedaan derajat dan kemampuan ekonomi setiap manusia agar dapat saling
menolong dan membantu sesamanya.
Jawaban :
Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyaaarakat madani :
- Masyarkat yang adil, terbuka, dan demokratis, dengan landasan takwa kepada Allah
dan taat kepada ajaran-Nya, diwujudkan dengan membangun hubungan baik dengan
Allah dan dengan manusia.
Jawaban :
Untuk mencapai masyarakat yang beradab dan sejahtera, maka masyarakat harus
ditegakkan atas prinsip-prinsip berikut :
a.Keadilan : Menegakkan keadilan merupakan keharusan yang bersifat fitrah yang
arus ditegakkan oleh setiap individu sebagai pengejawantahan dari perjanjian
primodial dimana manusia mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya. Keadilan
merupakan sunnatullah dimana Allah menciptakan alam semesta ini dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan. Dalam Al-Qur’an keadilan itu disebut sebagai hukum
keseimbangan yang menjadi hukum jagat raya, dan merupakan sikap yang paling
dekat dengan takwa. Oleh sebab itu, setiap ketidakadilan merupakan bentuk
penyelewengan dari hakikat kemanusiaan yang dilarang keras oleh Al-Qur’an, seperti
yang tertuang dalam QS Al-Humazah : 1-9 yang artinya :
“Celakalah untuk orang pengumpat dan pencela. Yang mengumpulkan harta benda
dan menghitung-hitunginya. Ia mengira bahwa hartanya mengekalkannya. Tidak,
sekali-sekali tidak, sesungguhnya ia akan dilemparkan ke dalam nerakan hutamah.
Tahukah engkau apa neraka hutamah itu ? Yaitu apu Allah yang bernyala-nyala. Yang
membakar sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutupkan atas mereka. Sedang
mereka itu (diikatkan) pada tiang yang panjang.” (QS Al-Humazah : 1-9)
اس اَ ْن تَحْ ُك ُموْ ا بِ ْال َع ْد ِل ۗ اِ َّن هّٰللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن ۙ ٓ ۞ ا َّن هّٰللا يْأم ُر ُكم اَ ْن تَُؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰن
ِ َّت اِ ٰلى اَ ْهلِهَا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن
ِ ْ ُ َ َ ِ
هّٰللا
ِ ََ َكانَ َس ِم ْيع ًۢا ب
ص ْيرًا
Artinya : “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Atas dasar itulah maka Rasulullah menyatakan dengan tegas bahwa hancurnya
bangsa-bangsa di masa lalu karena jika orang atas melakukan kejahatan dibiarkan
tetapi jika orang bawah melakukannya pasti dihukum.
Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat : 13)
Karena prinsip inilah maka akan terwujud keterbukaan dimana seluruh anggota
masyarakat berpartisipasi untuk menentukan pimpinannya serta menentukan
kebijakan-kebijakan publik.
e.Pengawasan Sosial. Yang disebut dengan amal sholeh pada dasarnya adalah suatu
kegiatan kebaikan bersama. Prinsip-prinsip diatas sebagai dasar pembentukan
masyarakat merupakan sautu usaha dan landasan agar terwujud kebaikan bersama.
Kegiatan apapun merupakan suatu konsekuensi logis dari adanya keterbukaan dimana
setiap warga memiliki kebebasan untuk melakukan tindakan yang mana keterbukaan
itu sebagai konsekuensi logis dari pandangan positif dan optimis terhadap manusia
bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Karena manusia secara fitrah baik dan suci,
maka kejahatan yang dilakukan bukan karena inheren di dalam dirinya akan tetapi
disebabkan oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhinya. Karena itu, agar manusia
tetap kebaikan sebagaimana fitrahnya diperlukan adanya pengawasan sosial. Hal ini
tertuang dalam QS. Al-A’raf ayat 172 yang berbunyi :
ُ ك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُهُوْ ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم ع َٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَلَس
ْت بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَ الُوْ ا بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُوْ لُ وْ ا يَ وْ َم َ َُّواِ ْذ اَخَ َذ َرب
َْۙالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا ع َْن ٰه َذا ٰغفِلِ ْين
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang)
anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah
terhadap ini.”
Pengawasan sosial ini menjadi penting terutama ketika kekuatan, baik kekuatan uang
maupun kekuatan kekuasaan cenderung menyeleweng sehingga perwujudan
masyarakat beradab dab sejahtera hanyalah slogan semata. Pengawasan sosial secara
individu maupun kelompok merupakan suatu keharusan dalam usaha pembentukan
masyarakat beradab dan sejahtera. Pengawasan tersebut harus didasarkan pada prinsip
fitrah manusia baik sehingga selalu bersikap husnu al-dzan. Pengawasan sosial harus
berdiri atas dasar asas-asas tidak bersalah sebelum terbukti sebaliknya.