Anda di halaman 1dari 20

Hari Pertama RAM (Ramadhan Andalan Mengaji)

Materi : Rukun Iman dalam Islam


A. Rukun Iman
Rukun iman adalah dasar kepercayaan dalam Islam yang wajib diamalkan oleh
orang yang beriman. Kata ‘rukun’ sendiri memiliki arti dasar atau pokok yang
harus dikerjakan. Sementara ‘iman’ bermakna yakin atau percaya. Umat Islam
wajib memahami dan mengamalkan tiap rukun iman di kehidupan sehari-hari.
Adapun bunyi dari Rukun Iman adalah :

a. Iman kepada Allah


Iman kepada Allah merupakan rukun iman pertama dan paling utama dalam
Islam. Umat muslim haruslah terlebih dahulu mengenal bahwa tiada Tuhan
kecuali Allah. Iman adalah keyakinan yang terbentuk dalam hati.
Sebagaimana firman Allah SWT pada Al-Baqarah ayat 143:

َ‫ش ِه ْيدًا ۗ َو َما َج َع ْلنَا ا ْلقِ ْبلَة‬


َ ‫س ْو ُل َعلَ ْي ُك ْم‬
ُ ‫س َويَ ُك ْونَ ال َّر‬ ِ ‫ش َهد َۤا َء َعلَى النَّا‬ ُ ‫سطًا لِّتَ ُك ْونُ ْوا‬ َ ‫َو َك ٰذلِ َك َج َع ْل ٰن ُك ْم اُ َّمةً َّو‬
‫ب ع َٰلى َعقِبَ ْي ۗ ِه َواِنْ َكانَتْ لَ َكبِ ْي َرةً اِاَّل َعلَى الَّ ِذيْنَ َهدَى‬ ُ ‫الَّتِ ْي ُك ْنتَ َعلَ ْي َهٓا اِاَّل لِنَ ْعلَ َم َمنْ يَّتَّبِ ُع ال َّر‬
ُ ِ‫س ْو َل ِم َّمنْ يَّ ْنقَل‬
‫س لَ َر ُء ْوفٌ َّر ِح ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ض ْي َع اِ ْي َمانَ ُك ْم ۗ اِنَّ َ بِالنَّا‬ ِ ُ‫ُ َۗو َما َكانَ ُ لِي‬
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak
menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar
Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke
belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”
b. Iman kepada Malaikat
Makna dari beriman kepada para malaikat adalah untuk mengimani atau
meyakini bahwa Allah SWT telah menciptakan para malaikat dalam keadaan
malaikat tidak tidur, tidak memiliki nafsu, bukan perempuan maupun laki-laki.
Malaikat merupakan makhluk mulia yang juga bertugas sebagai perantara
Allah. Hal ini disebutkan dalam surah An-Nahl ayat 2 yang berbunyi sebagai
berikut:
ٰۤ
‫ح ِم ْن اَ ْم ِر ٖه ع َٰلى َم ْن يَّ َش ۤا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ٖ ٓه اَ ْن اَ ْن ِذر ُْٓوا اَنَّهٗ ٓاَل اِ ٰلهَ آِاَّل اَن َ۠ا فَاتَّقُوْ ِن‬
ِ ْ‫يُنَ ِّز ُل ْال َمل ِٕى َكةَ بِالرُّ و‬
“Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan perintah-Nya
kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, (dengan
berfirman) yaitu, “Peringatkanlah (hamba-hamba-Ku), bahwa tidak ada tuhan
selain Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.”
c. Iman kepada Kitab Allah
Urutan rukun iman yang ketiga adalah beriman kepada kitab-kitab
Allah.Muslim wajib meyakini keberadaan kitab-kitab Allah SWT yang
diturunkan atau diberikan kepada para nabi pilihannya yang berisi petunjuk
bagi hamba-hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran
ayat 3:
‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َواَ ْن َز َل التَّوْ ٰرىةَ َوااْل ِ ْن ِج ْي ۙ َل‬ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫نَ َّز َل َعلَ ْيكَ ْال ِك ٰت‬
“Dia menurunkan Al-Kitab (al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil”
d. Iman kepada Rasul Allah
Rukun iman selanjutnya adalah umat muslim wajib untuk mengimani rasul-
rasul Allah. Hal ini bermakna kita harus meyakini bahwa nabi dan rasul adalah
manusia utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan kabar gembira,
ajaran baik, dan lisan serta ancaman di muka bumi sebagaimana disampaikan
dalam Al Quran surat An-Nisa ayat 136:
‫هّٰلل‬
ِ ‫ب الَّ ِذيْ نَ َّز َل ع َٰلى َرسُوْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬
ْ‫ب الَّ ِذيْٓ اَ ْن َز َل ِم ْن قَ ْب ُل َۗو َم ْن يَّ ْكفُر‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا ٰا ِمنُوْ ا بِا ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬
ۤ ‫هّٰلل‬
‫ض ٰلاًل ۢ بَ ِع ْيدًا‬ َ ‫بِا ِ َو َم ٰل ِٕى َكتِ ٖه َو ُكتُبِ ٖه َو ُر ُسلِ ٖه َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر فَقَ ْد‬
َ ‫ض َّل‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul
Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.”
e. Iman kepada Hari Akhir (Kiamat)
Rukun iman kelima bermakna umat Islam diminta untuk mempercayai dan
meyakini hari akhir, yakni kiamat. Di hari akhir nanti, semua manusia akan
dikumpulkan dan dibangkitkan bagi mereka yang telah mati. Segala amal
perbuatan manusia ditimbang. Hal ini tercantum dalam Al Quran surat Al-Hajj
ayat 7:
ُ ‫ْب فِ ْيهَ ۙا َواَ َّن هّٰللا َ يَ ْب َع‬
‫ث َم ْن فِى ْالقُبُوْ ِر‬ َ ‫َّواَ َّن السَّا َعةَ ٰاتِيَةٌ اَّل َري‬
“Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya;
dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.”
F. Iman kepada Qada dan Qadr
Rukun iman urutan yang keenam adalah iman kepada qada dan qadar. Makna
rukun iman ini adalah ummat Muslim wajib percaya kepada qada dan qadar
yang merupakan takdir Allah yang baik maupun buruk. Takdir merupakan
ketentuan yang terjadi di alam semesta. Hal ini terdapat dalam surah Al-Ahzab
ayat 36:
‫وما َكانَ لمْؤ من َّواَل مْؤ منَ ٍة ا َذا قَضى هّٰللا ُ ورسُوْ لُهٗ ٓ اَمرًا اَ ْن يَّ ُكوْ نَ لَهُم ْالخيرةُ م ْن اَمرهم ۗوم ْن يَّع هّٰللا‬
َ ‫ْص‬ ِ َ َ ِْ ِ ْ ِ َ َ ِ ُ ْ َ َ َ ِ ِ ُ ٍ ِ ُِ َ َ
ۗ‫ض ٰلاًل ُّمبِ ْينًا‬
َ َّ
‫ل‬ ‫ض‬
َ ْ
‫د‬ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ٗ‫ه‬َ ‫ل‬ ْ‫َو َ ُو‬
‫س‬ ‫ر‬
“Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka.”

Hari Kedua RAM (Ramadhan Andalan Mengaji)


Materi : Thaharah dan Mandi Wajib
A. Pengertian Thaharah dan Mandi Wajib
Thaharah adalah kegiatan bersuci yang harus dilakukan oleh setiap umat islam,
saat melakukan hal-hal tertentu, seperti sama halnya dengan melaksanakan
shalat dan tawaf. Sedangkan mandi wajib adalah proses pembersihan fisik
yang sifatnya wajib bagi seorang muslim. Tujuannya adalah untuk
membersihkan tubuh dan mensucikan diri kembali dari hadas besar. Tata cara
mandi wajib pun sudah ada kaidahnya sendiri, jadi harus dilakukan dengan
benar.
B. Tata Cara Melakukan Thaharah
1.Niat.
2.Membasuh seluruh muka.
3.Membasuh kedua tangan sampai siku-siku.
4.Mengusap sebagian rambut kepala.
5.Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki.
6.Tertib, artinya mendahulukan mana yang harus didahulukan dan mengakhiri
yang harus diakhiri.

ِ ‫ث اَأْلصْ غ‬
‫َر فَرْ ضًا هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ ِ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫نَ َوي‬

Bacaan latinnya: “Nawaitul wudhu’a liraf’il hadatsil ashghari fardhan lillahi


ta’ala.”
Artinya: “Saya niat berwudhu untuk mengangkat hadas kecil, wajib karena
Allah Ta’ala.”
C. Tata Cara Mandi Wajib
1.Basuh kedua tangan.
2.Tuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian basuh
kemaluan.
3.Berwudhu seperti tata cara wudhu untuk salat.
4.Siram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata.
5.Basuh kepala sebanyak tiga kali.
6.Basuh seluruh tubuh.
7.Basuh kedua kaki.
D. Niat Mandi Wajib

‫ث اَأْل ْكبَ ِر فَرْ ضًا هَّلِل ِ تَ َعالَى‬


ِ ‫ْت ْال ُغ ْس َل لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫نَ َوي‬
Latin: Nawaitul ghusla liraf’il janabati min jasadi fardan lillahi ta’ala.
Artinya: “Saya niat mandi wajib junub untuk mengangkat hadas besar dari
tubuhku demi mencapai ridha Allah SWT.
Secara singkatnya, thaharah berarti mensucikan diri dari hadas dan najis yang
menyebabkan tidak sahnya ibadah lainya. Oleh karena itu, thaharah memiliki
posisi yang sangat penting dalam fiqih Islam. Rutinitas thaharah dalam ajaran
Islam seperti wudhu dengan cara membersihkan badan, wajah, tangan, dan
kaki setiap hari sangat relevan dengan kondisi pandemi saat ini. Dengan
berwudhu selain bernilai ibadah, kita juga dapat mengurangi resiko penularan
virus Covid-19.
E. Mengapa Mandi Wajib Penting?
Tujuan dari mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadas besar yang harus
dihilangkan sebelum melakukan ibadah shalat. Maka dari itu, sebagai umat
Islam sangat penting mengetahui tata cara mandi besar sesuai dengan
tuntutan Rasulullah Saw. Orang yang keluar mani dan dia tidak mandi junub,
masuk dalam kasus, orang yang meninggalkan salah satu syarat sah shalat.
Ketika seseorang tidak mandi junub karena dia tidak tahu hukumnya, berarti
dia meninggalkan salah satu syarat sah shalat, karena tidak tahu.

Hari Ketiga RAM ( Ramadhan Andalan Mengaji)


Materi : Cinta Tanah Air
Pemateri : Drs. M Jafar Zakaria M
A. Pengertian Cinta Tanah Air
Cinta Tanah Air adalah kasih sayang yang diberikan terhadap negara tempat
kita dilahirkan, dibesarkan, dan hidup di dalamnya. Sikap cinta Tanah Air
mencakup kesetiaan, perhatian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan, sosial, dan budaya bangsa. Sedangkan dalam Islam, Cinta
Tanah Air adalah bagian dari syariat Islam, dengan mencintai Tanah Air dalam
hal ini adalah negara Indonesia, kita telah melaksanakan syariat Islam dan
telah menjaga negeri ini dari kehancuran.

B. Bentuk Cinta Tanah Air dalam Islam


Cinta tanah air dapat diwujudkan melalui belajar tekun, menjaga kebersihan
lingkungan, menghormati orang tua dan guru, menghargai sesama teman
meskipun berbeda keyakinan, belajar agama kepada kiai atau ulama secara
mendalam, dan berusaha agar keberadaaanya mendatangkan manfaat untuk
masyarakat, bangsa, dan negara.

C. Apa Tujuan Islam dalam Memerintahkan untuk Cinta Tanah Air


Karena cinta tanah air telah menjadi bagian dari ajaran Islam, sudah jelas
bahwa seorang muslim harus mencapai standar loyalitas tertinggi terhadap
tanah airnya, karena hal tersebut adalah jalan untuk meraih Allah dan menjadi
lebih dekat kepada-Nya.
D. Contoh Sikap Cinta Tanah Air
1.Menghormati perbedaan agama, suku, dan budaya, serta menghargai hak
asasi manusia.
2. Turut serta dalam berbagai kegiatan sosial dan kepedulian terhadap sesama.
Membantu membangun solidaritas sosial di Indonesia.
3.Tidak menyebarkan fitnah.
4.Bangga menggunakan bahasa Indonesia dan membeli produk-produk buatan
anak bangsa.
5.Menjaga toleransi antar umat beragama.
Salah seorang ulama Indonesia KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947)
berhasil mencetuskan prinsip hubbul wathani minal iman (cinta tanah air
adalah bagian dari iman). Konteksnya saat itu untuk membangkitkan
nasionalisme rakyat Indonesia untuk mengusir para penjajah. Kiai Hasyim
Asy’ari adalah ulama yang mampu membuktikan bahwa agama dan
nasionalisme bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara.
Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Agama Islam memerlukan
tanah air sebagai lahan dakwah dan menyebarkan agama, sedangkan tanah air
memerlukan siraman-siraman nilai-nilai agama agar tidak tandus dan kering.
Meminjam pernyataan ulama asal Kempek, Cirebon KH Said Aqil Siroj, agama
tanpa nasionalisme akan menjadi ekstrem. Sedangkan nasionalisme tanpa
agama akan kering. Hal ini terbukti ketika fenomena ekstremisme agama justru
lahir dari orang dan kelompok orang yang terlalu eksklusif dan sempit dalam
memahami agama tanpa memperhatikan realitas sosial kehidupan. Jika agama
diartikan sebagai jalan hidup, sudah semestinya agama berperan dalam
realitas kehidupan. Dalam konteks tersebut, realitas bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa majemuk menuntut seluruh elemen bangsa menjaga dan
merawat persatuan dan kesatuan. Di sinilah prinsip cinta tanah air harus
diteguhkan. Perjuangan melawan dan mengusir penjajah ditegaskan Kiai
Hasyim Asy’ari sebagai kewajiban agama atas seluruh rakyat Indonesia sebagai
kaum beragama yang sedang terjajah. Pandangan Kiai Hasyim Asy’ari tersebut
tentu melihat maslahat yang lebih luas, yakni kemerdekaan sebuah bangsa
yang akan mengantarkan pada kemakmuran dan keadilan sosial. Tanpa
didasari akan kesadaran membela tanah airnya, besar kemungkinan
kolonialisme akan terus eksis di bumi pertiwi Indonesia.
Hari Keempat RAM (Ramadhan Andalan Mengaji)
Materi : Tuntunan Bacaan Shalat
Sholat memang menjadi ibadah yang penting dan wajib bagi umat Islam.
Ibadah ini juga yang nantinya akan dihisab pertama kali di hari akhir kelak.
Oleh karena itu, sudah seharusnya umat muslim mengerjakannya dan
menyempurnakan ibadah sholat ini, termasuk memperhatikan apa yang dia
baca ketika sholat.
1. Niat Sholat
Sebelum mengerjakan ibadah sholat, kita juga perlu membaca niat terlebih
dahulu. Ini karena niat sholat sendiri merupakan salah satu rukun sholat.
a. Niat Sholat Subuh
“Ushalli fardhas subhi rak’ataini mustqbilal qiblati adaa-an
(ma’mumam/imaaman) lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: “Saya berniat sholat fardu subuh dua rakaat menghadap kiblat karena
Allah Ta’ala/Ma’mum karena Allah Ta’ala/Imam karena Allah Ta’ala” .
b. Niat Sholat Zuhur
“Ushalli fardhadz dzuhri arba’a raka’aatin mustqbilal qiblati adaa-an
(ma’mumam/imaaman) lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: “Saya berniat sholat fardu zuhur empat rakaat menghadap kiblat
karena Allah Ta’ala/Ma’mum karena Allah Ta’ala/Imam karena Allah Ta’ala” .
c. Niat Sholat Ashar
“Ushalli fardhal ashri arba’a raka’aatin mustqbilal qiblati adaa-an
(ma’mumam/imaaman) lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: “Saya berniat sholat fardu asar empat rakaat menghadap kiblat karena
Allah Ta’ala/Ma’mum karena Allah Ta’ala/Imam karena Allah Ta’ala” .
d. Niat Sholat Maghrib
“Ushalli fardhal maghribi salasa’ raka’aatin mustqbilal qiblati adaa-an
(ma’mumam/imaaman) lillaahi ta’aalaa.”
Artinya: “Saya berniat sholat fardu magrib tiga rakaat menghadap kiblat karena
Allah Ta’ala/Ma’mum karena Allah Ta’ala/Imam karena Allah Ta’ala” .
e. Niat Sholat Isya
“Ushalli fardhal ‘isyaa-i raka’aatin mustqbilal qiblati adaa-an
(ma’mumam/imaaman) lillaahi ta’aalaa. ”
Artinya: “Saya berniat sholat fardu isya empat rakaat menghadap kiblat karena
Allah Ta’ala/Ma’mum karena Allah Ta’ala/Imam karena Allah Ta’ala” .
2. Bacaan Sholat Takbiratul Ihram, Doa Iftitah, dan Al-Fatihah
a. Takbiratul Ikhram
Membaca “Allaahu akbar” Artinya: Allah Maha Besar
b. Bacaan Sholat Doa Iftitah
“Allaahu akbar kabiiraw walhamdu lillaahi katsiira wa subhaanallaahi bukrataw
wa’ashiila.” Artinya : “Allah maha besar, maha sempurna kebesaran-Nya.
Segala puji bagi Allah, pujian yang sebanyak-banyaknya. Dan maha suci Allah
sepanjang pagi dan petang.”
“Wajjahtu wajhiya lilladzii fataras samawaati wal ardha haniifam muslimaw
wamaa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa
mamaatii lillaahi rabbil aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa anaa
minal muslimiin.”
Artinya : “Kuhadapkan wajahku kepada zat yang telah menciptakan langit dan
bumi dengan penuh ketulusan dan kepasrahan dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan
matiku semuanya untuk Allah, penguasa alam semesta. Tidak ada sekutu bagi
Nya dan dengan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang
yang muslim.”
c. Bacaan Surah Al-fatihah
“Bismillahir rahmaa nirrahiim. Alhamdu lilla hi rabbil ‘alamin. Ar
rahmaanirrahiim. Maaliki yaumiddiin. Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin.
Ihdinash shirraatal musthaqiim. Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairil
maghduubi ‘alaihim waladh-dhaalliin.”
Artinya : “Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang. Segala
puji bagi Allah, tuhan seluruh alam, yang maha pengasih, maha penyayang,
pemilik hari pembalasan. Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan
hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang
lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya,
bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.”
Kemudian dianjurkan membaca ‘Aamiin’ setelah membaca atau mendengar
imam selesai melantunkan Al Fatihah. Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Jika imam membaca, “GHAIRIL MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WALADH
DHAALLIIN”, maka ucapkanlah ‘AAMIIN’. Karena siapa saja yang mengucapkan
‘AMIIN’ bersamaan dengan ucapan ‘AAMIIN’ malaikat, maka dosanya yang
telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
d. Bacaan Rukuk
“Subhaana robbiyal ‘adziimi wabihamdih” sebanyak 3 kali. Artinya: “ Maha suci
tuhan yang maha agung serta memujilah aku kepadanya.”
e. I’tidal
Membaca “Sami’allaahu liman hamidah” Artinya: “Allah maha mendengar
terhadap orang yang memujinya.”
Bacaan I’tidal
“Robbanaa lakal hamdu mil us samawaati wamil ul ardhi wamil u maa syi’ta
min syain ba’du.”
Artinya: “Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan
sepenuh sesuatu yang engkau kehendaki sesudah itu.”
f. Bacaan Sujud
“Sub haana robbiyal a’la wabihamdih.” Sebanyak 3 kali. Artinya: “Maha suci
tuhan yang maha tinggi serta memujilah aku kepadanya.”
g. Bacaan Duduk di antara Dua Sujud
“Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii
wa’fu ‘annii.” Artinya: “Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku,
cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajatku, berilah rizki
kepadaku, berilah aku petunjuk, berilah kesehatan kepadaku dan berilah
ampunan kepadaku.”
h. Bacaan Tasyahud Awal
Attahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu
‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaaamu’alainaa
wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu
anna muhammadar rosuulullah. Allahumma sholli ‘alaa muhammad.”
Artinya: “Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi
Allah. Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi,
demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera
selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi
bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan Allah. Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad.”
i. Bacaan Tasyahud Akhir
“Allahumma sholli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa shollaita
‘alaa ibroohim wa ‘alaa aali ibroohimm innaka hamiidum majiid. Alloohumma
baarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad kamaa baarokta ‘alaa
ibroohim wa ‘alaa aali ibroohimm innaka hamiidum majiid.”
Artinya: “Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi
Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi
maha mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan
keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan
keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya
engkau maha terpuji lagi maha mulia.”
j. Bacaan Salam
Membaca “Assalaamu alaikum wa rahmatullah” Artinya: “Semoga keselamatan
dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu.”

Hari Kelima RAM (Ramadhan Andalan Mengaji)


Materi : A. Moderasi Beragama, B. Akhlak Kepada Allah&Rasul, C. Hormat
kepada Allah, Orang Tua, Guru, dan Masyarakat.
A. Moderasi Beragama
Moderasi beragama adalah salah satu cara mewujudkan keseimbangan
aspek material dan spiritual dalam diri seseorang. Adanya moderasi
beragama, seseorang dapat menjalankan agama secara seimbang dan
memperkuat hubungannya dengan Tuhan, serta sesama umat manusia
(harmonis).
Menurut Abdul Halil dalam penyampaiannya ada sembilan prinsip
moderasi beragama yang harus menjadi pegangan para santri yakni
yang pertama tawassuth mengambil jalan tengah, i’tidal bersikap
objektif, tasamuh toleran/ramah terhadap perbedaan, musyawarah atau
berunding, ishlah menjaga kebaikan dan kedamaian, qudwah.
Tolak ukur Moderasi Beragam ialah:
1. Seberapa kuat kembalinya penganut agama kembali pada inti pokok
ajaran, yaitu nilai kemanusiaan. Melalui kemanusiaan maka perbedaan
agama di tengah masyarakat bukan menjadi persoalan mengganggu
keharmonisan.
2. Kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan bersama menunjukkan
kerja sama di antara sesama manusia yang beragam. Karena
bagaimanapun manusia memiliki keterbatasan sehingga keragaman itu
akan saling menutupi kekurangan. Keragaman diciptakan Tuhan Yang
Maha Esa untuk membuat sesama manusia saling menyempurnakan.
Keragaman itu adalah kehendak Tuhan karena manusia yang beragam
membutuhkan kesepakatan. Inti pokok ajaran agama bagaimana setiap
kita tunduk dan taat terhadap kesepakatan bersama.
3. Ketertiban umum. Manusia yang beragam latar belakang agar bisa
tertib yang bisa memicu suasana beragama yang moderat. Tujuan
agama dihadirkan agar tercipta ketertiban umum di tengah kehidupan
bersama yang beragam.
B. Akhlak Kepada Allah&Rasul
Akhlak kepada Allah adalah kita melaksanakan semua perintahnya dan
menjauhi larangannya seperti yang terdapat di dalam Al Quran dan
sunnah. Jika kita di perintah oleh atasan kita, maka sebagai orang yang
berakhlak terpuji akan melaksanakan perintah tersebut, selama perintah
tersebut mampu kita laksanakan dan tidak bertentangan dengan hukum
syariat. Dan jika kita tidak melaksanakan perintah tersebut karena
kemalasan, maka kita di hukumi sebagai orang yang tidak berakhlak dan
mendapatkan dosa karena menolak perintah atasan. Lalu bagaimana
dengan berbagai macam perintah dan larangan dari Allah, dan kita
enggan untuk menaatinya, tentu kita akan de kategori kan sebagai
orang yang berdosa. Dan dosa yang kita lakukan akan mendapatkan
balasan sesuai kadar dari dosa tersebut, lalu bagaimana kalau dosanya
kesyirikan, maka tentu akan kekal di neraka. Oleh sebab itu penting bagi
kita untuk mengetahui macam macam adab kepada Allah. Adapun,
macam-macam akhlak kepada Allah adalah :
1. Perbuatan Anggota Tubuh
Apa apa yang di perintahkan oleh Allah berupa ibadah badan, seperti
sholat, berdoa dan lain lain, juga perintah untuk meninggalkan semua
yang di larang-Nya seperti mencuri, memakan apa yang diharamkan-
Nya dan lain lain. Termasuk di dalamnya adalah ucapan, karena ucapan
bisa bernilai ibadah bisa juga bernilai maksiat atau dosa dan kekufuran.
Setiap perintah yang Allah wajibkan kepada manusia berupa ibadah dan
kita melaksanakannya maka kita termasuk orang yang dikatakan
berakhlak kepada Allah.
2. Keyakinan Hati (Iman)
Sebagaimana nama nama Allah yang baik atau asmaul husna, bahwa
Allah maha mengetahui dan maha melihat, maka pengetahuan dan
penglihatan Allah meliputi hati hati manusia.
Allah akan mengetahui penghianatan hati dan juga keikhlasan hati
setiap insan Manusia, maka kita perlu untuk menjaga akhlak kepada
Allah dengan menata hati kita agar senantiasa ingat dan ikhlas kepada-
Nya.
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus
berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat, akhlak
baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam
bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para
sahabat telah melakukannya.
1. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman.
Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki
rasa ridha dalam keimanan. Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah
sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw:
“Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah).
2. Mencintai dan Memuliakan Rasul
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada
Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt.
Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan
kepada Allah disebutkan dalam firman Allah yang artinya:
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik (QS 9:24).

3. Mengikuti dan Mentaati Rasul


Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak
bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu
bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan
menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat
yang tinggi dan mulia.
Hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: “Dan barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-
orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS 4:69).
4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti
do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu
berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah
satu makna dari firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Allah dan
para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya (QS 33:56).
C . Hormat kepada Allah, Orang Tua, Guru, dan Masyarakat
Menghormati Allah itu memiliki standar. Ibarat barang itu ada harganya.
Kita tidak bisa memberikan bandrol harga sesuka kita. Tetapi kita harus
melihat harga yang memang telah tercatat. Dan saya mau beritahu
kepada Saudara, harga yang harus kita bayar untuk menghormati Allah
adalah segenap hidup kita. Walau sebenarnya sekalipun segenap hidup
kita ini kita pertaruhkan untuk menghargai Allah, itu pun sebenarnya
belum cukup; tidak pernah cukup. Ibarat harga Allah itu 10 trilyun, kita
punya uang hanya 100 ribu atau 100 juta. Itu sebenarnya belum
memadai. Allah itu Mahabesar, Mahamulia, Mahaagung, melampaui apa
yang dapat kita pikirkan, tidak terbatas. Sebagaimana mestinya harus
kita pahami dalam hidup kita masing-masing bahwa kita seharusnya
menghormati Allah dan mempersembahkan hidup kita tanpa batas.
Sebab sekali pun kita menaruh seluruh hidup kita, itu pun sebenarnya
belum bisa membayar harga yang harus kita bayar, karena harga
kehormatan Allah itu tidak terbatas.
Hari ini banyak orang yang sebenarnya tidak menghormati Allah.
Mereka memandang Allah itu tidak atau kurang berharga. Benar-benar
memperlakukan Allah secara tidak patut. Karena merasa bahwa
manusia berhak memberikan “bandrol harga” untuk Allah, ini kurang
ajar! Memang Allah bukan barang yang memiliki harga yang tertera atau
tercatat; tadi itu hanya ilustrasi. Allah tidak memiliki bandrol harga
karena Dia memang tidak terbatas. Makanya walaupun kita
menyerahkan segenap hidup kita kepada Tuhan tanpa batas; itu pun
sebenarnya juga tidak bisa memenuhi harga yang harus kita bayar.
Masalahnya, banyak orang memberikan bandrol harga seenaknya
sendiri. Pada kesempatan ini saya mengingatkan jangan sampai
terjebak dalam kebodohan ini. Kita yang harus benar-benar
menyodorkan diri kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, apa yang harus
kulakukan untuk bersikap benar di hadapan-Mu?”
Kalau kita mengatakan Allah Mahamulia berarti kita tidak menghargai
apa pun; kalau kita mengatakan Allah Mahasuci berarti kita harus hidup
suci; itu sebagai penghargaan kita kepada Allah. Bagaimana kita
menghargai Allah, yaitu dengan hidup suci seperti Allah yang kita
nyatakan kudus. Kita tidak boleh terikat dengan dunia dengan segala
kesenangannya. Kita yang mengatakan Allah Mahamulia, kita yang
mengatakan Allah Mahabesar kita harus belajar tidak khawatir dan tidak
takut menghadapi apa pun. Kalau kita mengatakan Allah Mahasuci,
Allah Mahamulia; kita harus hidup tidak bercacat sebagai penghargaan
kita kepada Allah yang Mahasuci dan kita tidak terikat kepada dunia,
tidak memandang dunia ini sebagai hal yang indah dan tidak merasa
bisa dibahagiakan oleh dunia. Kita harus menjadikan Tuhan sebagai
satu-satunya kebahagiaan kita kalau kita berkata Allah Mahamulia.

Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru merupakan sikap dimana
anak/murid selalu taat/patuh terhadapnya, dan juga tidak menyakiti
hatinya. Hal ini sebagai bentuk realisasi dari perintah Allah dan Rasul-
Nya. Sebagai seorang anak, kita harus selalu menghargai dan berbuat
baik terhadap mereka.

Hari Keenam RAM (Ramadhan Andalan Mengaji)


Materi : A. Tuntunan Puasa Wajib, B. Tuntunan Shalat Jamaah dan Masbuq
A. Tuntunan Puasa Wajib
Semua umat muslim yang beriman diwajibkan untuk melaksanakan ibadah
puasa di bulan Ramadan ini. Melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan
merupakan salah satu rukun islam dan tentunya wajib dilaksanakan oleh
seorang muslim. Dalam melaksanakannya, kamu perlu tuntunan puasa
Ramadan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an dan
Rasulullah SAW. Mulai dari makna puasa serta berbagai hal yang dibolehkan
maupun tidak dibolehkan ketika berpuasa wajib kamu ketahui sebagai umat
muslim.
Sebagai tuntunan puasa Ramadan, tentunya kamu harus benar benar
memahami apa itu puasa. Puasa dalam bahasa Arab berarti beribadah kepada
Allah SWT dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa
lainnya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa merupakan salah
satu rukun islam, maka semua orang yang tidak melaksanakan puasa di bulan
Ramadan adalah orang kafir. Allah SWT berfirman yang artinya: “Hai orang-
orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqoroh: 183).
Jadi dengan adanya ayat ini, menjelaskan tuntunan puasa Ramadan yang
memang diwajibkan untuk umat islam.
Rukun puasa yang pertama adalah niat. Nabi Muhammad SAW bersabda
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan
mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaihi). Niat
melaksanakan puasa harus dilakukan sebelum terbit fajar, bila kamu tidak
berniat sebelum fajar, maka puasa kamu tidak sah. Kamu harus mengikuti
tuntunan puasa Ramadan satu ini bila tidak ingin puasa yang kamu jalani
menjadi sia sia.
Rukun puasa yang kedua adalah menahan diri dari hal hal yang membatalkan
puasa dari terbitnya fajar sampai waktu berbuka puasa. Tentunya hal ini sudah
dijelaskan juga pada pengertian puasa sebelumnya.
1. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
Makan dan minum dengan sengaja merupakan pembatal puasa yang pertama.
Semua orang tentunya telah menyadari hal ini. Namun ada keringan bila kamu
tidak dengan sengaja makan atau minum pada bulan Ramadan, puasa kamu
tidak batal.
Selanjutnya yang dapat membatalkan puasa adalah muntah dengan sengaja
serta haid dan nifas. Walaupun hal ini terjadi menjelang berbuka puasa, maka
puasa kamu tetap tidak sah.
Selanjutnya adalah hubungan suami istri. Dalam berpuasa kamu diwajibkan
untuk menahan nafsu. Maka dari itu tentunya hubungan suami istri pada siang
hari ketika berpuasa tidak diperbolehkan. Maka jangan sekali kali kamu
melakukan hal hal yang dapat membatalkan puasa seperti yang telah ada pada
tuntunan puasa Ramadan satu ini.
B. Tuntunan Shalat Berjamaah dan Masbuq
1. Sholat Berjamaah
Tata cara shalat berjamaah dengan adab yang benar penting untuk diketahui
dan diamalkan setiap muslim. Adab ini tidak hanya untuk imam sholat saja
melainkan juga untuk makmum atau jamaah.
Anjuran untuk menjalankan ibadah shalat berjamaah khususnya di masjid
sebenarnya telah ditegaskan Allah SWT melalui surat At-Taubah ayat 18. Allah
berfirman:
‫اللّ ِه َم ْنا ٰ َمنَبِال ٰ ّل ِه َو ْاليَوْ م ِااْل ٰ ِخ ِر َو اَقَا َمالصَّ ٰلوةَ َو ٰاتَى ال َّز ٰكوةَ َو لَ ْميَ ْخ َشاِ اَّل هّٰللا ۗ َ فَ َع ٰ ٓسىاُول ِٕى َكا َ ْني‬
ٰ ‫انَّماي ْع م ُرم ٰسج َد‬
ِ َ ُ َ َ ِ
َ‫َّ ُكوْ نُوْ ام ِن َْال ُمهْتَ ِد ْين‬
Artinya: “ Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap)
melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun)
kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18).
a. Adab dan Tata Cara Shalat Berjamaah yang Benar
1) . Seorang imam hendaknya meringankan shalat. Anas bin Malik
berkata: “Aku tidak melakukan sholat di belakang seorang pun
yang lebih ringan dan lebih sempurna sholatnya daripada sholat
Rasulullah SAW.”
2) Seorang imam tidak bertakbir sebelum dikumandangkannya
iqamah.
3) Imam hendaknya memerintahkan jamaah untuk meluruskan dan
merapatkan barisan (shaf) sebelum shalat dimulai.
4) Imam meninggikan suara ketika bertakbir (takbiratul ihram),
sementara makmum tidak meninggikan suara kecuali sebatas
yang dapat didengar sendiri.
5) Imam harus berniat menjadi imam guna memperoleh keutamaan.
Jika imam tidak berniat, shalat para jamaah tetap sah apabila
mereka telah berniat mengikutinya. Jamaah tetap memperoleh
pahala bermakmum.
6) Imam hendaknya tidak menyaringkan bacaan iftitah dan ta’awudz.
Tetapi menyaringkan bacaan Al-Fatihah dan surat sesudahnya
dalam sholat-sholat Jahar (Subuh, Maghrib dan Isya.
7) Dalam sholat jahar (yang dibaca secara keras), makmum
menyaringkan ucapan Amin bersama-sama dengan imam. Lalu,
imam diam sejenak setelah membaca Surat Al-Fatihah untuk
memberi kesempatan makmum membaca Surat Al-Fatihah. Pada
sholat jahr, makmum tidak diperkenankan membaca surat kecuali
jika ia tidak mendengar suara imam.
8) Hendaknya seorang imam tidak membaca tasbih dalam rukuk dan
sujud lebih dari tiga kali, namun tetap thuma’ninah. Kemudian
imam tidak memberikan tambahan dalam tasyahud awal setelah
membaca shalawat kepada Nabi. Juga pada dua rakaat terakhir,
imam cukup membaca Surat Al-Fatihah, tidak perlu menambah-
nambahnya lagi. Begitu juga ketika tasyahud akhir, imam cukup
membaca tasyahud dan shalawat kepada Rasulullah SAW.
9) Saat salam, imam hendaknya berniat memberikan salam kepada
semua jamaah. Sedangkan jamaah atau makmum dengan
salamnya berniat menjawab salam imam.
10) Setelah itu imam berdiam sebentar dan menghadap
kepada para jamaah. Jika yang ada di belakangnya adalah para
wanita, maka ia tidak usah menoleh sampai mereka bubar.
Hendaknya makmum tidak berdiri sampai imam berdiri, lalu saat
imam pergi lebih baik ke arah kanan.
11) Imam tidak boleh berdoa untuk dirinya sendiri dalam
membaca qunut Subuh, tapi hendaknya mengucapkan
“Allahummahdina (Ya Allah, tunjuki kami) dengan suara nyaring,
sedangkan para makmum mengamininya. Sedangkan makmum
cukup membaca sendiri sisa dari doa Qunut tersebut, yakni
dimulai dari “Innaka laa yaqdhi wa la yuqdha ‘alaika”.
12) Makmum tidak boleh berdiri sendirian secara terpisah. Ia
harus masuk ke dalam barisan atau menarik orang lain untuk
membuat barisan dengannya. 13. Makmum tak boleh berdiri di
depan iman, mendahului, atau bergerak secara bersamaan
dengan gerakan imam. Tapi, Ia harus melakukannya sesudah
imam. Ia tak boleh ruku kecuali setelah imam sempurna dalam
posisi rukuk. Begitu pun, ia tak boleh sujud selama dahi imam
belum sampai di tanah.

2. Sholat Masbuk (Makmum Masbuk)


Makmum masbuk adalah salah satu istilah dalam salat berjamaah.
Makmum masbuk adalah makmum yang terlambat mengikuti saat salat
berjamaah. Tata cara makmum masbuk ini dapat dilakukan oleh umat
Islam apabila sedang dalam kondisi tertinggal salat berjamaah. Terdapat
tata cara yang berbeda dalam melakukan makmum masbuk. Adapun
kesalahan yang biasa dilakukan saat menjadi makmum masbuk adalah
mengikuti gerakan imam begitu saja tanpa melakukan takbiratul ihram
terlebih dahulu.
• Tata Cara Makmum Masbuk
1) Makmum Masbuk Saat Imam Masih Berdiri Sebelum Rukuk
a. Takbiratul Ihram.
b. Kemudian membaca Al Fatihah, jika imam ada di dua rakaat
pertama salat sirriyyah atau salat yang bacaannya di dalam hati,
hingga di rakaat ketiga dan rakaat keempat.
c. Namun, apabila imam ada di dua rakaat pertama shalat jahriyyah
atau salat yang bacannya di baca keras, maka tidak ada kewajiban
membaca Al Fatihah, karena makmum diwajibkan untuk
mendengarkan bacaan imam.
d. Setelah itu, makmum masbuk membaca salah satu surat dari Al-
Quran, jika imam ada di dua rakaat pertama shalat sirriyyah.
e. Namun, apabila imam di dua rakaat pertama shalat jahriyyah,
maka tidak ada kewajiban membaca Al Fatihah. Demikian juga jika
ada di rakaat ketiga atau keempat, maka cukup membaca Al
Fatihah dan tidak dianjurkan untuk membaca surat.
f. Kemudian dilanjutkan dengan mengikuti gerakan-gerakan imam
hingga imam selesai.
g. Apabila terdapat rakaat yang terlewat, maka ketika imam
melakukan salam, makmum masbuk harus bangkit berdiri untuk
menyempurnakan rakaat yang terlewat hingga selesai.
2) Makmum Masbuk Saat Imam Sedang atau Akan Rukuk
a. Takbiratul Ihram dalam kondisi berdiri sempurna.
b. Takbir Intiqal atau takbir ketika berpindah gerakan salat,
(hukumnya sunnah).
c. Ikuti posisi imam saat makmum masbuk mulai salat. Jika imam
melakukan rukuk, maka makmum ikut rukuk. Jika imam sedang
duduk di antara dua sujud, maka seseorang juga ikut duduk di
antara dua sujud, dan seterusnya.
d. Ikuti gerakan-gerakan imam hingga imam selesai.
e. Jika ada rakaat yang terlewat dan imam telah melakukan salam,
makmum bangkit berdiri untuk menyempurnakan rakaat yang
terlewat sampai selesai.

Hari Ketujuh RAM (Ramadhan Andalan Mengaji)


Materi : EVALUASI MENGAJI
Pada hari ketujuh, dilakukan evaluasi mengaji oleh narasumber yang datang.

Anda mungkin juga menyukai