Anda di halaman 1dari 40

AQIDAH ISLAMIYAH

rly
Tujuan Umum;

• Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat


membedakan mana yang benar dan mana yang salah sehingga hidup
untuk mencari keridhaan Allah SWT. Untuk menghindarkan diri dari
pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang
benar.

Tujuan Kognitif ;
• Mahasiswa mengetahui definisi&dasar aqidah Islamiyah
• Mahasiswa mengetahui Istilah lain&ruang lingkup aqidah Islamiyah
• Mahasiswa mengetahui Urgensi/Pentingnya aqidah Islamiyah
• Mahasiswa mengetahui Ciri2 Mukmin Beraqidah Islamiyah
• Mahasiswa mengetahui hal2 yang dapat merusak aqidah Islamiyah

Tujuan Afektif dan Psikomotorik


• Dapat Meningkatkan ibadah kepada Allah
• Dapat Membersihkan akal dan pikiran untuk ketenangan jiwa
• Dapat mengikuti para rasul akan tujuan dan perbuatannya.
• Dapat beramal baik hanya semata-maya karna ALLAH SWT
• Dapat Ikhlas dan Selalu menegakkan agamanya serta memperkuat
tiang penyanggahnya.
• Mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
1. Pengertian Aqidah Secara Bahasa
(Etimologi) :

Aqidah )ُ‫ )ا َ ْلعَ ِق ْي َدة‬menurut bahasa Arab (etimologi)


berasal dari kata :
• al-‘aqdu )ُ‫ ) ْالعَ ْقد‬yang berarti ikatan,
• at-tautsiiqu )ُ‫ )الت َّ ْو ِثيْق‬yang berarti kepercayaan
atau keyakinan yang kuat,
• al-ihkaamu )ُ‫ )اْ ِإل ْح َكام‬yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan
• ar-rabthu biquw-wah )ُ‫الربْطُ ِبق َّوة‬ َّ ) yang berarti
mengikat dengan kuat.
(Lisaanul ‘Arab (IX/311: )‫عقد‬karya Ibnu Manzhur (wafat th.
711 H) t dan Mu’jamul Wasiith (II/614: ‫)عقد‬
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

• Menurut Syaikh Asy Syahid Hasan al-Banna:


‫العقائدُهيُاألمورُالتىُيجبُأنُيصدقُبهاُقلبكُوتطمئن‬
ُ‫اليهاُنفسكُوتكونُيقيناُعندكُالُيمازجهُريبُواليخالطه‬
‫شك‬
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
keberadaannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu-raguan”
• Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
ُ‫ والسمع‬,‫العقيدةُهيُمجموعةُمنُقضاياُالحقُالبدهيةُالمسلمةُبالعقل‬
,‫ ويثنىُعليهاُصدرهُجازماُبصحتها‬,‫ يعقدُعليهاُاإلنسانُقلبه‬,‫والفطرة‬
‫قاطعاُبوجودهاُوثبوتهاُاليرىُخالفهاُأنهُيصحُأوُيكونُأبدا‬
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan
fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta
diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak
segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
Definisi lain Aqidah Secara Syara'

Yaitu iman kepada Allah, para


MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para
RasulNya dan kepada Hari Akhir
serta kepada qadar yang baik maupun
yang buruk.
Hal ini disebut juga sebagai
rukun iman
2. Istilah Lain Tentang Aqidah
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir semakna
dengan istilah aqidah yaitu:
1. Iman, adalah membenarkan dalam hati maka iman adalah
sinonim dari aqidah.
2. Tauhid artinya mengesakan. Ajaran tauhid adalah tema
sentral aqidah dan iman, oleh sebab itu aqidah dan iman
diidentikkan juga dengan istilah tauhid.
3. Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman
dan tauhid disebut juga ushuluddin karena ajaran aqidah
merupakan pokok-pokok ajaran agama islam.
4. Ilmu Kalam, kalam artinya berbicara, atau pembicaraan.
5. Fikih Akbar artinya fikih besar, istilah ini muncul
berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh fiddin yang
diperintahkan Allah SWT dalam surah At-taubah ayat 122,
bukan hanya masalah fikih tentu dan lebih utama masalah
aqidah. Untuk membedakan dengan fikih dalam masalah
hukum ditambah denagn kata akbar, sehingga menjadi fikih
akbar.
3. Dasar Aqidah
ِ ِّ ‫ونُك ٌّلُآ َم َنُ ِب‬
ُ‫الل‬ َ ‫ُو ْالمؤْ ِمن‬َُ ‫نُر ِبِّ ِه‬
َّ ‫ُم‬ ِ ‫نز َلُ ِإلَ ْي ِه‬
ِ ‫ُالرسولُ ِب َماُأ‬ َّ ‫آ َم َن‬
َ ُْ‫ُوقَالُوا‬
ُ‫س ِم ْعنَا‬ َ ‫نُرس ِل ِه‬
ُّ ‫ُم‬ِّ ِ ‫ُورس ِل ِهُالَُنفَ ِ ِّرقُُبَي َْنُأ َ َحد‬ َ ‫َو َمآلئِ َكتِ ِه‬
َ ‫ُوكت ِب ِه‬
ُ‫صير‬ ْ ‫َاُو ِإلَي َْك‬
ُِ ‫ُال َم‬ َ ‫ط ْعنَاُغ ْف َران ََك‬
َ ‫ُربَّن‬ َ َ ‫َوأ‬
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-Rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami
tidak membedakan antara seseorang pun dari Rasul-Rasul-Nya”, dan mereka
mengatakan, “Kami dengar dan kami taat”. Mereka berdoa: “Ampunilah kami ya Tuhan
kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 285)
Surah Al-Ikhlas Ayat 3-4
ُ‫ُولَ ْمُيولَ ْد‬
َ ‫لَ ْمُيَ ِل ْد‬
ُ‫َولَ ْمُيَك ْنُلَهُكف ًواُأ َ َحد‬
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.
Surah Luqman Ayat 22
ِ َّ َ‫ىُو ِإل‬
ُ‫ىَُّللا‬ ْ ِ‫س َكُ ِب ْالع ْر َوة‬
َ َ‫ُالوثُْق‬ َ ‫ُوه َوُم ْح ِسنُفَُقَ ِدُا ْست َ ْم‬ ِ َّ َ‫ُو ْج َههُ ِإل‬
َ ‫ىَُّللا‬ َ ‫َو َم ْنُي ْس ِل ْم‬
ُِ ‫ُاألم‬
‫ور‬ ْ ‫عا ِقبَة‬َ
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Surah Luqman Ayat 33
‫اخش َْوا يَ ْو ًما ََل يَ ْجزي َوال ٌد ع َْن َولَده َو ََل َم ْولُو ٌد ُه َو َجاز‬ ْ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ْم َو‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫ور‬ َّ ‫ق فَ ََل تَغُ َّرنَّ ُك ُم ا ْل َحيَاُُ ال ُّد ْنيَا َو ََل يَغُ َّرنَّ ُك ْم ب‬
ُ ‫اّل ا ْلغَ ُر‬ َّ ‫ش ْيئ ًا إ َّن َو ْع َد‬
ٌّ ‫َّللا َح‬ َ ‫ع َْن َوالده‬
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari
itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat
(pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula)
penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
Surah Al-Furqan 59
َُ ُ‫ُو َماُبَ ْينَه َماُفُِيُ ِست َّ ِةُأَيَّامُث َّمُا ْست َ َوى‬
ُ‫علَى‬ َ ‫ض‬َ ‫ُو ْاأل َ ْر‬ َ ‫ت‬ َّ ‫الَّ ِذيُ َخلَقَ ُال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫ْالعَ ْر ِش‬
ً ‫ُالر ْح َمنُفَا ْسأ َ ْلُ ِب ِهُ َخ ِب‬
‫يرا‬
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (dialah) Yang Maha Pemurah, maka
tanyakanlah tentang itu kepada Yang Maha Mengetahui.
Hadits Rukun Islam dan Rukun Iman
Umar bin Al-Khathab Ra,

َ ‫علَ ْيه َو‬


‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى للا‬ َ ‫س ْو ُل للا‬ ُ ‫سَلَم ؟ فَقَا َل َر‬ ْ ‫ يَا ُم َح َّم ُد أ َ ْخب ْرني عَن اإل‬: ‫َوقا َ َل‬
، ََُ‫صَل‬ ُ ‫ش َه َد أ َ ْن َلَ إلَهَ إَلَّ للاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
َّ ‫ َوت ُق ْي َم ال‬، ‫س ْو ُل للا‬ ْ َ ‫س ََل ُم أ َ ْن ت‬ْ ‫ اإل‬:
َ ‫ست َ َط ْعتَ إلَ ْيه‬
. ً‫سب ْيَل‬ ْ ‫ َوت َ ُح َّج البَ ْيتَ إن ا‬، ‫ان‬ َ ‫ض‬ ُ َ ‫ َوت‬، َُ‫الز َكا‬
َ ‫ص ْو َم َر َم‬ َّ ‫ي‬ َ ‫َوت ُ ْؤت‬
Selanjutnya ia berkata, “Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah
Saw menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji
ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.”

‫ فَأ َ ْخب ْرني عَن اإل ْي َمان قَا َل أ َ ْن‬: ‫ص ِّدقُهُ قَا َل‬
َ ُ‫سأَلُهُ َوي‬ْ َ‫صد َْقتَ فَعَج ْبنَا لَهُ ي‬
َ : ‫قَا َل‬
‫سله َواليَ ْوم اآلخر َوت ُ ْؤم َن بالقَ َدر َخ ْيره َوش َِّره‬ ُ ‫ت ُ ْؤم َن بالل َو َمَلَئ َكته َو ُكتُبه َو ُر‬
Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya.
Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah Saw menjawab,
“Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para
rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang
tadi berkata, “Engkau benar.” (HR. Muslim, no. 8)
4. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah.
Menurut Syaikh Hasan Al-Banna, ruang lingkup Aqidah Islam sbb:
1. Ilahiyyat,
yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan
Allah, seperti wujud Allah, sifat Allah, nama dan Perbuatan Allah dsb.
2. Nubuwat,
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa
para Rasul ,mu’jizat rasul dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat,
yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
seperti jin, iblis, syaitan , roh ,malaikat dan lain sebagainya
4. Sam'iyyat,
yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti
alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-
Neraka dsb
Adapun penjelasan ruang lingkup Pembahasan aqidah bisa juga
mengikuti sistematika Rukun iman yaitu :
1. Iman kepada Allah SWT yaitu membenarkan dengan
yakin akan adanya Allah SWT serta keesaannya dan segala
sifat-sifatnya.
2. Iman kepada Malaikat yaitu percaya bahwa malaikat itu
ada dan merupakan hamba Allah SWT yang paling setia.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah yaitu percaya bahwa
kitab-kitab yang di wahyukan kepada para Nabi dan Rasul
merupakan wahyu Allah SWT
4. Iman kepada Nabi dan Rasul yaitu yakin pada Nabi dan
Rasul bahwa merupakan rukun iman ke-empat.
5. Iman kepada hari akhir yaitu percaya bahwa kelak ketika
sangkakala dibunyikan maka hari akhir pun akan tiba.
6. Iman Kepada Qada dan Qadar aitu percaya akan adanya
sebab-akibat atau takdir yang hanya Allah yang tahu itu.
5. Kedudukan Ilmu
Aqidah/Tauhid/Iman
1. Kemuliaan dari semua ilmu.
Kemuliaan ilmu tergantung kemuliaan tema yang dibahasnya.
Ilmu kedokteran lebih mulia dari teknik perkayuan, karena teknik
perkayuan membahas seluk beluk kayu, sedangkan kedokteran
membahas tubuh manusia.
• Begitu pula dengan ilmu tauhid, ia paling mulia karena
pembahasannya adalah sesuatu yang paling mulia.
Adakah yang lebih agung selain Pencipta alam semesta
ini?! Adakah manusia yang lebih suci daripada para
rasul?! Adakah yang lebih penting bagi manusia selain
mengenal Rabb dan Penciptanya, mengenal tujuan
keberadaannya di dunia, untuk apa ia diciptakan, dan
bagaimana nasibnya setelah ia mati??!
• Dan ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu
keislaman sekaligus yang terpenting dan paling utama.
2.Akidah/Iman adalah Asas Amal
)‫اس العَ َمل‬
ُ ‫س‬َ َ ‫ان أ‬
ُ ‫(اإل ْي َم‬
Tanya: Mengapa Allah swt tidak menerima amal kecuali dari mukmin
(yang beriman kepada Allah dengan iman yang sesuai syariat Islam)?
Jawab: Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tak
mengharapkan pahala dari-Nya, tidak takut dengan hukuman-Nya,
beramal tanpa pernah menginginkan keridhaan-Nya, dan tak peduli
apakah yang mereka lakukan halal atau haram, maka mereka jelas
tidak berhak memperoleh ganjaran pahala atas amal mereka
meskipun amalnya baik. Karena mereka adalah orang-orang kafir
(mengingkari kenabian Muhammad saw) yang tidak berusaha
mencari agama Allah yang benar, tidak mau mendengar penjelasan
ilahi yang dibawa oleh para Rasul Alaihimussalam, disamping itu, jika
mereka mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepada mereka,
mereka mengolok-olokkannya, sehingga wajar kalau amal mereka
tertolak dan mereka mendapat sangsi atas kekafiran mereka.
ً ُ ‫ع َمل فَ َجعَ ْلنَاهُ َهبَا ًء َم ْنث‬
‫ورا‬ َ ‫َوقَد ْمنَا إلَ ٰى َما عَملُوا م ْن‬
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami
jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Q.S. 25:23).
Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka
yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia, amal-amal itu tak
dibalas oleh Allah karena mereka tidak beriman.

‫الري ُح ِفي يَ ْو ٍم‬ ِ ‫ت ِب ِه‬ ْ َّ‫ين َكفَ ُروا ِب َر ِب ِه ْم ۖ أ َ ْع َمالُ ُه ْم َك َر َما ٍد ا ْشتَد‬ َ ‫َمث َ ُل الَّ ِذ‬
َّ ‫ش ْي ٍء ۚ ٰذَ ِل َك ُه َو ال‬
ُ‫ض ََل ُل ْالبَ ِِعدد‬ َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫سبُوا‬ َ ‫ون ِم َّما َك‬ َ ‫ف ۖ ََل يَ ْق ِد ُر‬
ٍ ‫اص‬ ِ ‫ع‬ َ
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang
ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat
mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). yang
demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (QS. 14:18).
‫آن َما ًء َحت َّ ٰى ِإذَا‬ َّ ُ‫سبُه‬
ُ ‫الظ ْم‬ َ ‫ب ِب ِقدِعَ ٍة يَ ْح‬ ٍ ‫س َرا‬َ ‫ين َكفَ ُروا أ َ ْع َمالُ ُه ْم َك‬ َ ‫َوالَّ ِذ‬
‫ب‬ َ ‫َ ِري ُُ ْال ِح‬
ِ ‫سا‬ َ ‫َّللاَ ِع ْندَهُ فَ َوفَّاهُ ِح‬
َّ ‫سابَهُ َو‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ‫ش ْدئًا َو َو َجد‬ َ ُ‫َجا َءهُ لَ ْم يَ ِج ْده‬
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar,
yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat
cepat perhitungan-Nya.” (QS. 24:39)
Sebagai contoh perumpamaan :
• John (misalnya) masuk ke sebuah kebun besar yang bukan miliknya, ia menemukan
beragam buah-buahan di dalamnya, lalu ia makan dan minum serta melakukan berbagai
perbuatan: mencabut beberapa pohon dan menanam pohon yang lain tanpa seizin
pemilik kebun. Sementara Muhsin (misalnya) masuk ke dalam kebun yang sama namun
ia berkata pada dirinya sendiri: “Saya tidak akan melakukan apa-apa sebelum saya
bertemu dengan pemilik kebun atau orang yang ditugaskan oleh pemilik kebun
mewakilinya.” Lalu ia mulai mencarinya. Pada saat bertemu, pemilik kebun marah dan
menolak apa yang dilakukan oleh John tapi John tidak peduli dan tetap melakukan apa
yang ia kehendaki tanpa izin pemilik kebun. Sedangkan Muhsin mendengarkan dan
mentaati semua arahan pemilik kebun. Siapakah yang berhak mendapat penghargaan
dari pemilik kebun, John ataukah Muhsin? Apakah John berhak mendapatkan ucapan
terima kasih apalagi bayaran atas apa yang telah ia lakukan meskipun baik?
• Orang yang berakal pasti berkata bahwa Muhsinlah yang berhak mendapat penghargaan
karena ia menuruti arahan dan aturan pemilik kebun, sedangkan John tidak
memperolehnya karena perintah dan larangan dari pemilik kebun telah ia ketahui namun
ia tak mau peduli, sehingga meskipun ada sebagian perbuatannya dianggap baik tetap
saja ia tidak berhak memperoleh penghargaan.
• Demikianlah, bumi ini dan semua isinya adalah milik Allah secara mutlak, para
rasul-Nya adalah wakil Allah di bumi, orang yang beriman seperti “si Muhsin”
yang beramal sesuai petunjuk Allah Penciptanya, dan orang kafir seperti “si John”
yang berperilaku tanpa mau mengikuti petunjuk dan syariat Allah dan berpaling
dari apa yang telah disampaikan rasul-Nya.
3. Pintu Islam : Dua Kalimat
َّ ‫ ال‬: ‫سَلَم‬
Syahadat )‫ش َها َدت َان‬ ْ ‫اب اإل‬
ُ َ ‫(ب‬
Tanya : Mengapa Islam menjadikan dua kalimat syahadat sebagai rukun
yang pertama?
Jawab: Kalimat syahadatain kita adalah:
ُ ‫ش َه ُد أ َ َّن ُم َح َّمدًا َّر‬
‫س ْو ُل للا‬ ْ َ ‫ش َه ُد أ َ ْن َلَ إلهَ إَلَّ للاُ َو أ‬
ْ َ‫أ‬
• Pengakuan dan pernyataan dengan syahadat pertama berarti: Anda
meyakini dan membenarkan bahwa alam semesta ini ada Pencipta
yang telah mengadakannya dari ketiadaan, mengatur dan
menyempurnakannya, bahwa Dialah satu-satunya yang berhak
disembah – tak ada sekutu bagi-Nya – bahwa Anda adalah salah satu
ciptaan-Nya.
• Sedangkan syahadat kedua berarti Anda beriman, membenarkan dan
meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah swt, Dia
mengutusnya dengan membawa petunjuk dan penjelasan tentang hal-
hal yang halal yang diridhai-Nya dan penjelasan tentang yang haram
yang menyebabkan murka-Nya, bahwa dengan ketaatan Anda
mengikuti Muhammad saw berarti Anda telah merealisasikan ketaatan
kepada Allah. Dan sudah sama-sama kita ketahui bahwa jika Anda
tidak beriman dengan tauhid maka syahadat Anda dapat dikatakan
batal atau tidak diterima.
ٰ
ْ ْ َ
َ ‫ستَغف ْر لذنب َك َولل ُم ْؤمن‬
‫ين‬ ْ ْ ‫َّللاُ َوا‬ َّ ‫فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ ََل إله إَل‬
َّ َ َ
‫َّللاُ يَ ْعلَ ُم ُمتَقَلَّبَ ُك ْم َو َمثْ َوا ُك ْم‬
َّ ‫َوا ْل ُم ْؤمنَات ۗ َو‬
“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah
(sesembahan, Tuhan) selain Allah.” (Q.S. 47:19)

ُ‫ُۚالُُِإ َٰلَهَُ ِإ َّالُه َو‬


َ ُ‫وُال ِع ْل ِمُقَا ِئ ًماُ ِب ْال ِق ْس ِط‬
ْ ‫ُوأول‬
َُ ‫ُو ْال َم َال ِئ َكة‬
َ َ‫و‬ ‫ُه‬ َّ
‫ال‬ ‫إ‬َُ ‫ه‬ ‫ل‬َٰ ‫ُالُإ‬
ِ ِ َ ‫َُّللاُأَنَّه‬
َ َّ ‫ش ِه َد‬
َ
ْ ‫ْالعَ ِزيز‬
ُ‫ُال َح ِكيم‬
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan
dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan.
para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan
dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Q.S. 3:18).
6. Urgensi Mempelajari Aqidah/Tauhid

1. Fardhu A’in (Wajib) Hukum


Tanya: Apakah hukum mempelajari ilmu tauhid itu fardhu
‘ain ataukah fardhu kifayah?
Jawab:
• Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu
‘ain bagi setiap muslim dan muslimah sampai ia
betul-betul memiliki keyakinan dan kepuasan hati
serta akal bahwa ia berada di atas agama yang benar.
• Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya
fardhu kifayah, artinya jika telah ada yang mengetahui,
yang lain tidak berdosa. Allah swt berfirman:
َُّ ‫فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ ََل إلَهَ إ ََّل‬
‫َّللا‬
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan
(Yang Haq) melainkan Allah. (47:19).
2. Meninggalkan Aqidah/Tauhdi akan
menyebabkan kehancuran/ kehinaan
Tanya: Apa yang telah menimpa kaum muslimin saat
mereka mengabaikan tauhid?
Jawab:
Tatkala ummat Islam mengabaikan aqidah yang
benar melalui ilmu tauhid yang didasari oleh
bukti-bukti dan dalil yang kuat, mulailah
kelemahan masuk ke dalam keyakinan sebagian
besar kaum muslimin lalu berakibat
mempengaruhi amal dan produktifitas mereka,
kemudian meluaslah kerusakan sehingga mudah
bagi musuh-musuh Islam untuk mengalahkan
mereka dan menjajah negeri mereka, serta
menghinakan mereka di negeri mereka sendiri.
7. CIRI Muslim yang Beriman/Tauhid
1. Jika disebut nama Allah bergetar hatinya
karena cinta, harap dan takut kepadaNya. Jika
dibacakan Al Qur’an bertambah imannya dan
bertawakal kepadaNya
َ ْ‫َّللاُ َوجلَتْ قُلُوبُ ُه ْم َوإذَا تُليَت‬
‫علَ ْيه ْم‬ َّ ‫ين إذَا ذُك َر‬ َ ُ‫إنَّ َماا ْل ُم ْؤمن‬
َ ‫ون الَّذ‬
َ ُ‫علَ ٰى َربِّه ْم يَت َ َو َّكل‬
‫ون‬ َ ‫آيَاتُهُ َزا َدتْ ُه ْم إي َمانًا َو‬
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal” (QS. 8 : 2)
2. Mereka senantiasa mendirikan shalat,
menafkahkan sebagian rezekinya utk fakir miskin
dan anak yatim
َُ ‫اُرزَ ْقنَاه ْمُي ْنُِفق‬
‫ون‬ َ ‫ص َالة‬
َ ‫َُو ِم َّم‬ َّ ‫ونُال‬ َ ‫الَّ ِذ‬
َ ‫ينُي ِقيم‬
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. 8 : 2)
3. Beriman kpd Rukun Iman yang 6 dengan
keimanan yg sempurna tanpa ragu sedikitpun.
Berjihad dgn harta dan jiwa utk menegakkan
kebenaran
ُ‫واُو َجا َهدواُ ِبأ َ ْم َواُِل ِه ْم‬
َ ‫ُو َرسو ِل ِهُثُ َّمُلَ ْمُيَ ْرتَاب‬ ِ َّ ‫ينُآ َمنواُ ِب‬
َ ‫الل‬ َ ‫ونُالَّ ِذ‬ ْ ‫ِإنَّ َم‬
َ ‫اُالمؤْ ِمن‬
َُ ‫صا ِدق‬
‫ون‬ َّ ‫َُّللاُُۚأو َٰلَ ِئ َكُهمُال‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬َ ُ‫َوأ َ ْنف ِس ِه ْمُ ِفي‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya
(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar”(Q>S. 49:15)
4. Membebaskan jiwa dari perbudakan manusia dan
makhluk menuju kemerdekaan yg hakiki yakni
penghambaan hanya kpd Allah SWT semata

5. Hidupnya merasa tenang karena lurus orientasi


hidupnya yakni hanya mengharapkan ridha Allah SWT
semata
ُ‫ينُ َكفَرُوا‬َ ‫ُۖوالَّ ِذ‬ ِ ُّ‫تُ ِإلَىُالن‬
َ ُ‫ور‬ ُّ ‫ُم َن‬
ِ ‫ُالظلُ َما‬ َ ‫يُالَّ ِذ‬
ِ ‫ينُآ َمنواُي ْخ ِرجه ْم‬ ُّ ‫ُو ِل‬
َ ‫َّللا‬
َّ
ُ‫حاب‬ ْ َ ‫تُُۗأو َٰلَئِ َكُأ‬
َُ ‫ص‬ ُّ
ِ ‫ىُالظل َما‬ َ‫ورُُِإل‬ ِ ‫ُالطاغوتُي ْخ ِرجونَه ْم‬
ِ ُّ‫ُم َنُالن‬ َّ ‫أ َ ْو ِليَاؤهم‬
َُ ‫ارُُۖه ْمُفِي َهاُخَا ِلد‬
‫ون‬ ِ َّ‫الن‬
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang
mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.’ (Q.S. 2:257)

ُ‫ُاأل َ ْش َهاد‬
ْ ‫اُويَ ْو َمُيَقوم‬ ْ ِ‫َاُوالَّذِينَ ُآ َمنواُف‬
َ َ‫يُال َحيَاةُِال ُُّد ْني‬ َ ‫ِإنَّاُلَنَ ْنصرُرسلَن‬
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” (Q.S. 40: 51)
6. Hidupnya dalam ketenangan lahir dan batin
karena ia hidup dalam cahaya hidayah Allah SWT,
sehingga ia tdk menzalimi oranglain dan dirinya
ُ‫ُالقلُوب‬ ْ َ ‫َُّللاُت‬
ْ ‫ط َمئِ ُّن‬ ِ َّ ‫َُّللاُُۗأ َ َالُ ِب ِذ ْك ِر‬ ْ َ ‫واُوت‬
َُِّ ‫ط َمئِ ُّنُقلوبه ْمُ ِب ِذ ْك ِر‬ َ ‫الَّ ِذ‬
َ ‫ينُآ َمن‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (Q.S. 13:28)
ْ ‫ب‬
ِ َّ ِ ‫ُالمؤْ ِمنِي َنُ ِليَ ْز َدادواُ ِإي َمانًاُ َم َعُ ِإي َمانِ ِه ْمُۗ َو‬
ُ‫لل‬ ِ ‫س ِكينَةَُفِيُقلو‬ َّ ‫ه َوُالَّ ِذيُأ َ ْنزَ َلُال‬
‫ح ِكي ًما‬
َُ ُ‫ع ِلي ًما‬
َ ُ‫َُّللا‬
َّ ‫ان‬َ ‫ُۚو َك‬
َ ُ‫ض‬ِ ‫ُو ْاأل َ ْر‬َ ‫ت‬ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫جنودُال‬
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah
ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. 48:4)
8. Hal-hal yang Merusak
Aqidah/Tauhid
1. Syirik ( menyekutukan Allah
2. Ilhad (menyimpang dari kebenaran)
3. Nifaq (berwajah dua, menampakkan diri
sebagai muslim, sementara hatinya
kafir).
1. Syirik (menyekutukan Allah)
a). Definisi:
• Syirik adalah lawan kata dari tauhid. Yaitu sikap menyekutukan
Allah secara zat, sifat, perbuatan dan ibadah. Adapun syirik secara
zat adalah dengan meyakini bahwa zat Allah seperti zat makhluk-
Nya. Aqidah ini dianut oleh kelompok mujassimah.
• Syirik secara sifat artinya: seseorang meyakini bahwa sifat-sifat
makhluk sama dengan sifat-sifat Allah. Dengan kata lain bahwa
makhluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah, tidak ada
bedanya sama sekali.
• Syirik secara perbuatan artinya: seseorang meyakini bahwa
makhluk mengatur alam semesta dan rezki manusia seperti yang
telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik secara ibadah
artinya: seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya
seperti mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai
Allah

b) Bentuk-bentuk Syirik:
• Pertama, menyembah patung atau berhala (al ashnaam). Allah
swt. dalam surat Al-Hajj:30, Maryam:42
• Kedua, menyembah matahari, dalam surat Al-A’raaf:54,
Fushshilat:37 Ketiga, menyembah malaikat dan jin, dalam surat Al-
An’aam:100
• Keempat, menyembah para nabi, seperti Nabi Isa as. yang disembah
kaum Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya sama-
sama dianggap anak Allah. At-Taubah:30), Al-Maidah:72,
• Kelima, Menyembah Rahib atau Pendeta,( QS. At Taubah : 31)
• Keenam, menyembah Thagut. Istilah thagut diambil dari kata
thughyaan artinya melampaui batas. Maksudnya: segala sesuatu yang
disembah selain Allah. Setiap seruan para rasul intinya adalah mengajak
kepada tauhid dan menjauhi thagut. An-Nahl:36, Al-Baqarah:256, Az
Zumar:17.
• Ketujuh, menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah
kecenderungan untuk melakukan keburukan. Seseorang yang
menuhankan hawa nafsu ia mengutamakan keinginan nafsunya di atas
cintanya kepada Allah. Dengan demikian ia telah mentaati hawa nafsunya
dan menyembahnya. Al-Furqaan:43, surat Al-Jatsiyah:23,
Macam-macam Syirik:
Ada dua macam syirik:
• (a) Syirik besar
• (b) syirik kecil.
Masing-masing dari kedua macam ini mempunyai
dua dimensi: zhahir (nampak) dan khafiy
(tersembunyi).
Pertama, Syirik besar (Asy Syirkul Akbar), yaitu tindakan
menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya.
• Dikatakan syirik besar karena dengannya seseorang tidak akan
diampuni dosanya dan tidak akan masuk surga.
• Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa
yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” (An Nisaa’:116).
• Ilustrasi syirik besar ini dibagi dua dimensi: dzahir dan khafiy.
• Yang zhahir bisa dicontohkan seperti menyembah bintang, matahari,
bulan, patung-patung, batu-batu, pohon-pohon besar, manusia
(seperti menyembah Fir’un, raja-raja, Budha, Isa ibn Maryam,
malaikat, Jin dan Syetan.
• Sementara yang khafiy bisa dicontohkan seperti meminta kepada
orang-orang yang sudah mati dengan keyakinan bahwa mereka bisa
memenuhi apa yang mereka yakini, atau menjadikan seseorang
sebagai pembuat hukum, menghalalkan dan mengharamkan seperti
Allah swt.
Kedua, syirik kecil (Asyirkul Ashghar), yaitu suatu tindakan
yang mengarah kepada syirik, tetapi belum sampai ketingkat
keluar dari tauhid, hanya saja mengurangi kemurnian nya.
• Syirik Ashghar ini juga dua dimensi: zhahir dan khafiy. Yang
zhahir bisa berupa lafal (pernyataan) dan perbuatan.
• (a) Yang berupa lafal contohnya: bersumpah dengan nama selain
Allah dan mengarah ke syirik, seperti pernyataan: demi Nabi,
demi Ka’bah, demi Kakek dan Nenek dan lain sebagainya.
• Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: man halafa
bighirillahi faqad kafara wa asyraka (siapa yang bersumpah
dengan selain maka ia kafir dan musyrik) (HR. Turmidzi no
1535). Termasuk lafal yang mengarah ke syirik pernyataan: kalau
tidak karena Allah dan si fulan niscaya ini tidak akan terjadi,
atau memberikan nama seperti abdul ka’bah dan lain
sebagainya.
• (b) Adapun yang berupa perbuatan contohnya: mengalungkan
jimat dengan keyakinan bahwa itu bisa menyelamatkan dari
mara bahaya dan sebagainya.
Bahaya-bahaya Syirik:
• Pertama, Syirik adalah kezhaliman yang nyata. Allah berfirman:
innasy syirka ladzlumun adziim (sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar) (Luqman:13).
Mengapa sebab dengan berbuat syirik seseorang telah menjadikan
dirinya sebagai hamba makhluk yang sama dengan dirinya, tidak
berdaya apa-apa.
• Kedua, Syirik merupakan sumber khurafat, sebab orang-orang
yang meyakini bahwa selain Allah seperti bintang, matahari, kayu besar
dan lain sebagainya bisa memberikan manfaat atau bahaya berarti ia
telah siap melakukan segala khurafat dengan mendatangi para dukun,
kuburan-kuburan angker dan mengalungkan jimat di lehernya.
• Ketiga, Syirik sumber ketakutan dan kesengsaraan, Allah
berfirman, “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa
takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu
yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat
kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal
orang-orang yang zhalim” (Ali Imran:151)
• Keempat, Syirik merendahkan derajat kemanusiaan, Allah
berfirman, “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka
adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh” (Al-Hajj:31).
• Kelima, syirik menghancurkan kecerdasan manusia, Allah
berfirman, “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak
dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat
kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah, “Apakah kamu mengabarkan
kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di
bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
mempersekutukan (itu)” (Yunus:18).
• Keenam, di akhirat nanti orang-orang musyrik tidak akan
mendapatkan ampunan Allah, dan akan masuk neraka selama-
lamanya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang
selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya” (An Nisaa’:116) Dalam surat Al-Maidah:72,
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun”.
e) Sebab-sebab Syirik:
(a) Al-Jahlu (kebodohan). Karenanya masyarakat sebelum datangnya
Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab mereka tidak tahu
mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh
dengan kebodohan itu, orang-orang cenderung berbuat syirik. Karenanya
semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat
syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para
dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa, sebab mereka bodoh, dan
dengan kebodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya
mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para
dukun sebagai nara sumber yang sangat mereka agungkan.
(b) dhu’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang lemah imannya
cenderung berbuat maksiat. Sebab rasa takut kepada Allah tidak kuat.
Lemahnya rasa takut akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk
menguasai dirinya. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya maka
tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik, seperti
memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke
kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden
atau selalu merujuk kepada para dukun untuk supaya penampilannya
tetap memikat hati banyak orang dan lain sebagainya.
(c) taqliid (taklid buta). Di dalam Al-Qur’an selalu digambarkan
orang-orang yang menyekutukan Allah dengan alasan karena mengikuti
jejak nenek moyang mereka.
Allah berfirman, “Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata,
“Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah
menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah, “Sesungguhnya Allah tidak
menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (Al-A’raf:28).
Dalam surat Al-Baqarah:170, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah
apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”.
“(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
Dalam surat Al-Maidah:104, “Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah
mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab,
“Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”.
Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat
petunjuk?
2. Al-Ilhaad (Menyimpang Dari
Kebenaran)/Mulhidun=ATHEIS
Penggunaan istilah al ilhaad dalam Al-Qur’an: Al-Qur’an
menggunakan istilah ilhaad di banyak tempat, kadang berbentuk kosa
kata yulhiduun sebagaimana berikut: Dalam surat Al-A’raf:
ُ‫سيُ ْجزَ ْو َن‬ َ ‫ينُي ْل ِحد‬
َ ُ‫ونُفِيُأ َ ْس َمائِ ِه‬ َ ‫واُالَّ ِذ‬
ُ ‫اُو َذر‬ ْ ‫ُاأل َ ْس َماء‬
َ ‫ُالح ْسنَىُفَا ْدعوهُ ِب َه‬ ْ ‫لل‬ِ َّ ِ ‫َو‬
َُ ‫َماُ َكانواُيَ ْع َمل‬
‫ون‬
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
Dalam surat An Nahl 10:
ُ‫ي‬
ٌّ ‫ع َر ِب‬ َُ ‫ُو َه َذاُُِل‬
َ ُ‫سان‬ َ ‫ي‬ٌّ ‫سانُالَّذِيُي ْل ِحدونَ ُ ِإلَ ْي ِهُأ َ ْع َج ِم‬
َُ ‫َولَقَ ْدُنَ ْعلَمُأَنَّه ْمُيَقولونَ ُ ِإنَّ َماُيعَ ِلِّمهُبَشَرُ ِل‬
ُ‫م ِبين‬
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya Al-
Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal
bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya
bahasa `Ajam, sedang Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Hakikat Ilhad
• Berdasarkan keterangan di atas baik ditinjau dari segi bahasa maupun
definisi yang disampaikan para ulama nampak bahwa istilah ilhad
digunakan untuk segala tindakan yang menyimpang dari kebenaran.
Jadi setiap penyimpangan dari kebenaran disebut ilhad. Tetapi secara
definitif ia lebih khusus digunakan untuk sikap yang menafikan sifat-
sifat, nama-nama dan perbuatan Allah. Dengan kata lain para
mulhidun adalah mereka yang tidak percaya adanya sifat-sifat, nama-
nama dan perbuatan Allah.
• Berbeda dengan kafir yang di dalamnya bisa berupa
pengingkaran kepada Allah, menyekutukan-Nya dan
pengingkaran terhadap nikmat-nikmat-Nya. Sementara ilhad
lebih kepada pengingkaran sifat-sifat, nama-nama dan
perbuatan Allah saja. Dari sini nampak bahwa tidak setiap
kafir ilhad. Karenanya –seperti dikatakan dalam buku Al-
Furuuq Al-Lughawiyah- orang-orang Yahudi dan Nasrani
sekalipun mereka tergolong kafir, tetapi mereka tidak
termasuk mulhiduun. Tetapi setiap tindakan ilhad itu
termasuk kafir
• MULHIDUN= ATHEIS=TIDAK PERCAYA TUHAN
Bahaya-bahaya ilhaad
• Pertama, ilhad adalah tindakan menafikan sifat-sifat, nama-
nama dan perbuatan Allah maka dengan melakukan ilhad
seseorang telah menghapus satu dimensi dari dimensi
tauhid yang sudah baku. Para ulama sepakat bahawa mengingkari
salah satu dari dimensi-dimensi tauhid adalah kafir. Karena itu orang-
orang mulhid tergolong orang kafir.
• Kedua, bahwa dengan menafikan sifat-sifat dan nama-nama
Allah berarti ia telah mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an yang
menegaskan adanya nama-nama dan sifat-sifat Allah. Para
ulama sepakat bahwa mengingkari satu ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an
adalah kafir.
• Ketiga, bahwa mengingkari perbuatan Allah berarti
mengingkari segala wujud di alam ini sebagai ciptaan-Nya.
Bila ini yang diyakini berarti telah mengingkari kekuasaan Allah
sebagai Pencipta. Mengingkari kekuasaan Allah adalah kafir.
Video Atheis Akhirnya Mengaku Tuhan
3. An Nifaaq (Wajahnya Islam,
Hatinya Kafir)
• Imam Al-Ashfahani menerangkan bahwa an nifaaq diambil dari
kata an nafaq artinya jalan tembus. Dalam surat Al-An’aam
dikatakan:

ُ‫َو ِإ ْنُ َك َانُ َكب َرُ َعلَي َْكُ ِإع َْراضه ْمُفَإِ ِنُا ْسُتَ َط ْع َتُأَ ْنُتَ ْبتَ ِغ َيُنَفَقًاُفُِي‬
َّ ‫ُولَ ْوُشَا َُء‬
ُ‫َّللا‬ َ ِ ْ ‫اءُفَت َُأ‬
‫ة‬ َ ‫ي‬‫آ‬ ‫ب‬ُ‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ي‬‫ت‬
ِ ْ ِ ‫س َم‬َّ ‫ضُأ َ ْوُسلَّ ًماُفِيُال‬ ِ ‫ْاأل َ ْر‬
َُ ‫ُال َجا ِه ِل‬
‫ين‬ ْ ‫َن ِم َن‬ َُّ ‫ىُاله َدىُفَ َالُتَكون‬ ْ َ‫عل‬ َ ُ‫لَ َج َمعَه ْم‬
“Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu,
maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit
lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka
buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan
mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali
termasuk orang-orang yang jahil (Al-An’aam:35).
• Orang Arab berkata: naafaqal yarbu’ binatang
yarbu’ telah melakukan nifak, karena ia masuk
ke satu lubang lalu keluar dari lubang yang lain.
• Dalam pengertian ini kata an nifaaq digunakan.
Sebab orang-orang munafik ketika bertemu
dengan orang-orang Islam mereka suka
menampakkan dirinya sebagai seorang muslim,
sementara ketika bertemu dengan kawan-kawan
mereka sesama kafir, mereka kembali lagi ke
wajah mereka yang asli, sebagai orang-orang
kafir. Karenanya Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang munafik itulah
orang-orang yang fasik” (At Taubah:67).
Ciri-ciri orang munafik:
Di pembukaan surat Al-Baqarah setelah menceritakan ciri-ciri orang-orang
beriman dan ciri-ciri orang-orang kafir, Allah lalu menceritakan ciri-ciri orang-
orang munafik secara panjang lebar. Ringkasnya sebagai berikut:
• (a) Di mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah dan hari Kiamat,
sementara hati mereka kafir (lihat Al-Baqarah:8-10)
• (b) Ketika dikatakan kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka
mengaku berbuat baik(lihat Al-Baqarah:11-12).
• (c) Ketika bertemu dengan orang-orang beriman mereka menampakkan
keimanan, tetapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama syaitan
mereka kembali kafir.
• (d) Ibarat orang berbisnis mereka sedang membeli kekafiran dengan keimanan.
Sebab setiap saat wajah mereka berganti-ganti tergantung dengan siapa mereka
pada saat itu sedang bersama-sama.
• (e) Ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka menyalakan obor,
seketika obor itu padam kembali.
• (d) Ibarat orang-orang yang ketakutan mendengarkan petir saat hujan turun,
mereka selalu menutup telinga karena takut kebenaran yang disampaikan
Rasulullah saw. Masuk ke hati mereka.

Anda mungkin juga menyukai