Anda di halaman 1dari 9

Keutamaan Tilawah Al-Qur’an

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com -Berikut ini akan kita bahas secara singkat mengenai keutamaan tilawah (membaca) Al-
Qur’an dan Ahdaf (tujuan) membaca Al-Qur’an. Selamat menyimak dan dan semoga bermanfaat.

Keutamaan Tilawah Al-Qur’an

1. Al-Qur’an adalah Kalamullah

a. Kitab yang Mubarak (diberkahi)

Allah SWT berfirman,

َ‫ص ِد ُِّق الَّذِي بَيْنَ يَدَ ْي ِه َو ِلتُنذ َِر أ ُ َّم ْالقُ َر َٰى َو َم ْن َح ْولَ َها ۚ َوالَّذِينَ يُؤْ ِمنُون‬ ٌ َ ‫َو َٰ َهذَا ِكت‬
َ َ‫اب أَنزَ ْلنَاهُ ُمب‬
َ ‫اركٌ ُّم‬
﴾٩٢﴿ َ‫ظون‬ ُ ِ‫ص ََل ِت ِه ْم يُ َحاف‬
َ ‫علَ َٰى‬َ ‫بِ ْاْل ِخ َرةِ يُؤْ ِمنُونَ بِ ِه ۖ َو ُه ْم‬
“Dan Ini (Al-Qur’an) adalah Kitab yang Telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab
yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura
(Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya
kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur’an) dan mereka selalu memelihara
sembahyangnya.” (QS. Al-An’am (6) : 92)

b. Menuntun ke jalan yang lurus.

Allah SWT berfirman,

‫ت أ َ َّن لَ ُه ْم أ َ ْج ًرا‬ َّ ‫ش ُر ْال ُمؤْ ِمنِينَ الَّذِينَ َي ْع َملُونَ ال‬


ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫ِإ َّن َٰ َهذَا ْالقُ ْرآنَ يَ ْهدِي ِللَّتِي ِه‬
ِّ ِ َ‫ي أ َ ْق َو ُم َويُب‬
﴾٩﴿‫يرا‬ ً ‫َك ِب‬
“Sesungguhnya Al-Qur’an Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar.” (QS. Al-Isra’ (17) : 9).

c. Tidak ada sedikit pun kebatilan di dalamnya

Allah SWT berfirman,


ِ َ‫ََّّل يَأْتِي ِه ْالب‬
ِ َ ‫اط ُل ِمن بَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ََّل ِم ْن َخ ْل ِف ِه ۖ ت‬
﴾٤٢﴿ٍ‫نزي ٌل ِ ِّم ْن َح ِك ٍيم َح ِميد‬
“Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang
diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat: (41): 42).

2. Membaca Al Qur’an adalah sebaik-baik amal perbuatan.

Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْالقُ ْرآنَ َو‬


ُ‫علَّ َمه‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an” (At-Tirmidzi dari Utsman bin
Affan, hadits hasan shahih).

3. Al-Qur’an akan menjadi syafi’ (penolong) di hari Kiamat.

Rasulullah SAW bersabda,

َ ‫ا ْق َر ُءوا ْالقُ ْرآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي َي ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬


ْ َ ‫ش ِفيعًا ِِل‬
‫ص َحا ِب ِه‬
“Bacalah Al-Qur’an sesungguhnya ia akan menjadi penolong pembacanya di hari kiamat.” (Muslim dari
Abu Umamah).

4. Beserta para malaikat yang mulia di hari Kiamat.

Sabda Nabi SAW,

ِ ‫َاق لَهُ أ َ ْج َر‬


‫ان‬ َ ‫سفَ َر ِة ْال ِك َر ِام ْال َب َر َر ِة َوالَّذِي َي ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َو َيتَت َ ْعت َ ُع ِفي ِه َو ُه َو‬
ٌّ ‫علَ ْي ِه ش‬ ِ ‫ْال َما ِه ُر ِب ْالقُ ْر‬
َّ ‫آن َم َع ال‬
“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan baik dan orang yang
membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata, ia mendapatkan dua pahala.” (Muttafaq Alaih dari Aisyah
ra.)

5. Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an.

Sabda Nabi SAW,

‫ِّب َو َمث َ ُل ْال ُمؤْ ِم ِن الَّذِي ََّل‬


ٌ ‫ط ِي‬ َ ‫ط ْع ُم َها‬ َ ‫ِّب َو‬ َ ‫َمثَ ُل ْال ُمؤْ ِم ِن الَّذِي يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َك َمث َ ِل ْاِلُتْ ُر َّج ِة ِري ُح َها‬
ٌ ‫ط ِي‬
َّ ‫ق الَّذِي يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َمث َ ُل‬
‫الر ْي َحانَ ِة‬ َ ‫يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َك َمث َ ِل الت َّ ْم َرةِ ََّل ِري َح لَ َها َو‬
ِ ِ‫ط ْع ُم َها ُح ْل ٌو َو َمث َ ُل ْال ُمنَاف‬
‫ط ْع ُم َها‬َ ‫ْس لَ َها ِري ٌح َو‬ َ ‫ظلَ ِة لَي‬ َ ‫ق الَّذِي ََّل يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َك َمثَ ِل ْال َح ْن‬ ِ ِ‫ط ْع ُم َها ُم ٌّر َو َمثَ ُل ْال ُمنَاف‬
َ ‫ِّب َو‬ َ ‫ِري ُح َها‬
ٌ ‫ط ِي‬
‫ُم ٌّر‬
“Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan buah utrujah, aromanya
harum dan rasanya nikmat. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti
buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-
Qur’an bagai raihanah (semacam bunga kenanga), baunya harum namun rasanya manis. Dan
perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagai buah handzalah (antawali), tidak
ada buahnya dan rasanya pahit.” (Muttafaq Alaihi)
6. Penyebab terangkatnya derajat suatu kaum.

Sabda Nabi SAW,

َ‫ض ُع ِب ِه آخ َِرين‬ ِ ‫َّللاَ َي ْرفَ ُع ِب َهذَا ْال ِكتَا‬


َ ‫ب أَ ْق َوا ًما َو َي‬ َّ ‫ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum dengan kitab ini dan akan menjatuhkannya dengan
kitab ini pula” (Muslim dari Umar bin Khatthab).

7. Turunnya rahmah dan sakinah

Sabda Nabi SAW,

َ ‫سونَهُ بَ ْينَ ُه ْم ِإ ََّّل َح َّفتْ ِب ِه ْم ْال َم ََلئِ َكةُ َو‬


‫غ ِشيَتْ ُه ْم‬ َ َ‫ع َّز َو َج َّل يَتَد‬
ُ ‫ار‬ َ ‫ع َّز َو َج َّل يَ ْق َر ُءونَ َويَت َ َع َّل ُمونَ ِكت‬
َّ ‫َاب‬
َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫ت‬
َ ِ‫َّللا‬ ٍ ‫َما مِ ْن قَ ْو ٍم يَجْ تَمِ عُونَ فِي بَ ْي‬
ِ ‫ت مِ ْن بُيُو‬
ْ ْ َّ ُ َ
ُ‫الرحْ َمة َوذك ََره ْم َّللاُ فِي َمن ِعندَه‬ ُ َّ
“Tidak ada satu kaum yang sedang membaca, mempelajari, dan mendiskusikan kitab Allah, kecuali para
malaikat akan menaungi mereka, dan rahmat Allah akan tercurah kepadanya, dan sakinah (kedamaian)
akan turun di atasnya, dan Allah akan sebutkan mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya.” (Ahmad
dari Abu Hurairah).

8. Memperoleh kebajikan yang berlipat ganda.

‫ف‬ٌ ‫ف َو ََّل ٌم َح ْر‬ ٌ ‫ف َولَ ِك ْن أ َ ِل‬


ٌ ‫ف َح ْر‬ َ ‫سنَةٌ َو ْال َح‬
ٌ ‫سنَةُ ِب َع ْش ِر أ َ ْمثَا ِل َها ََّل أَقُو ُل الم َح ْر‬ َ ‫َّللاِ فَلَهُ ِب ِه َح‬
َّ ‫ب‬ ِ ‫َم ْن قَ َرأ َ َح ْرفًا ِم ْن ِكت َا‬
‫ف‬
ٌ ‫َو ِمي ٌم َح ْر‬
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia akan memperoleh satu hasanah
(kebajikan), dan satu hasanah akan dilipat gandakan menjadi sepuluh. Aku tidak katakan alif lam mim
satu huruf, akan tetapi ali satu hurf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (At-Tirmidzi)

9. Bukti hati yang terjaga/melek.

Rasulullah SAW bersabda,

ِ ‫ت ْالخ َِر‬
‫ب‬ ِ ‫آن ك َْالبَ ْي‬
ِ ‫ش ْي ٌء مِ ْن ْالقُ ْر‬ َ ‫إِ َّن الَّذِي لَي‬
َ ‫ْس فِي َج ْوفِ ِه‬
“Sesungguhnya orang yang di hatinya tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an, maka ia bagaikan rumah
rusak.” (At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas).

Ahdaf (Tujuan) Tilawah Al Qur’an

1. Ibadah

Allah SWT berfirman,

ِ ‫نس ِإ ََّّل ِليَ ْعبُد‬


﴾٥٦﴿‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل‬
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.
Adz-Dzaariyat: 56)
Allah SWT berfirman,
﴾١١٣﴿ َ‫َّللاِ آنَا َء اللَّ ْي ِل َو ُه ْم يَ ْس ُجدُون‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫ب أ ُ َّمة ٌ قَائِ َمةٌ يَتْلُونَ آيَا‬
ِ ‫س َوا ًء ۗ ِ ِّم ْن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا‬ ُ ‫لَ ْي‬
َ ‫سوا‬
“Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca
ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).” (QS.
Ali Imran: 113)

2. Tsaqofah

Allah SWT berfirman,

‫علَيْكََ َون ََّز ْلنَا‬ ََ ‫ل تِ ْبيَانًا ْال ِكت‬


َ ‫َاب‬ َ ‫ َوبُ ْش َرىَ َو َرحْ َم َةً َو ُهدًى‬٨٩﴿ َ‫﴾ل ِْل ُم ْسلِمِ ين‬
َِِّ ‫ش ْيءَ ِِّل ُك‬
“Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An Nahl: 89)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mengenal Al-Qur’an

dakwatuna.com - Ketika manusia mencoba mengupas


keagungan Al-Qur’an Al-Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan
dan kebesaran Allah swt. Karena dalam Al-Qur’an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan
keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terpikirkan
dalam jiwa manusia, dan berbagai lautan lainnya yang tidak terbayangkan oleh indra kita.

Oleh karenanya, mereka-mereka yang telah dapat berinteraksi dengan Al-Qur’an sepenuh hati, dapat
merasakan ‘getaran keagungan’ yang tiada bandingannya. Mereka dapat merasakan sebuah keindahan
yang tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang teramat kecil dan
sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qur’annya mengungkapkan, “Hidup di
bawah naungan Al-Qur’am merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang tiada dapat dirasakan,
kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat
jiwa, memberikan keberkahan dan mensucikannya.”

Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur’an seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari
Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312), “Bahwa suatu ketika Abu Jahal, Abu Lahab, dan Akhnas bin
Syariq secara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah Rasulullah saw. pada malam hari untuk
mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca Rasulullah saw. dalam shalatnya. Mereka
bertiga memiliki posisi yang tersendiri, yang tidak diketahui oleh yang lainnya. Hingga ketika Rasulullah
saw. usai melaksanakan shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga
saling mencela dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah Rasulullah saw.

Namun pada malam berikutnya, ternyata mereka bertiga tidak kuasa menahan gejolak jiwanya untuk
mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka bertiga mengira bahwa yang lainnya tidak akan
datang ke rumah Rasulullah saw., dan mereka pun menempati posisi mereka masing-masing. Ketika
Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka pun memergoki yang lainnya di jalan. Dan terjadilah
saling celaan sebagaimana yang kemarin mereka ucapkan.

Kemudian pada malam berikutnya, gejolak jiwa mereka benar-benar tidak dapat dibendung lagi untuk
mendengarkan Al-Qur’an, dan merekapun menempati posisi sebagaimana hari sebelumnya. Dan
manakala Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka bertiga kembali memergoki yang lainnya.
Akhirnya mereka bertiga membuat mu’ahadah (perjanjian) untuk sama-sama tidak kembali ke rumah
Rasulullah saw. guna mendengarkan Al-Qur’an.

Masing-masing mereka mengakui keindahan Al-Qur’an, namun hawa nafsu mereka memungkiri
kenabian Muhammad saw. Selain contoh di atas terdapat juga ayat yang mengungkapkan keindahan Al-
Qur’an. Allah mengatakan, “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Mujadilah: 21)

Definisi Al-Qur’an

Dari segi bahasa, Al-Qur’an berasal dari qara’a, yang berarti menghimpun dan menyatukan.
Sedangkan Qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya
dengan susunan yang rapih (Al-Qattan, 1995: 20). Mengenai hal ini, Allah berfirman,”Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (Al-Qiyamah: 17)

Al-Qur’an juga dapat berarti bacaan, sebagai masdar dari kata qara’a. Dalam arti seperti ini, Allah swt.
mengatakan, “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui.” (Fushshilat: 3)

Adapun dari segi istilahnya, Al-Qur’an adalah Kalamullah yang merupakan mu’jizat yang ditunjukan
kepada Nabi Muhammad saw., yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan dijadikan
membacanya sebagai ibadah.

Keterangan dari definisi itu adalah sebagai berikut:

1. (‫ )هللا كالم‬Kalam Allah

Bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah yang Allah ucapkan kepada Rasulullah saw. melalui
perantaraan Malaikat Jibril as. Firman Allah merupakan kalam (perkataan), yang tentu saja tetap
berbeda dengan kalam manusia, kalam hewan ataupun kalam para malaikat. Allah berfirman,
“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 4)

2. (‫ )ا َ ْل ُم ْع ِجز‬Mu’jizat
Kemu’jizaan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari semejak zaman Rasulullah saw.
hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini,
Al-Qur’an dijadikan rujukan oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, Al-Qur’an juga
sudah menunjukkan mu’jizat, mencakup bidang ilmu alam, matematika, astronomi bahkan juga
‘prediksi’ (sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Rum mengenai bangsa Romawi yang
mendapatkan kemenangan setelah kekalahan), dan sebagainya.

Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an itu merupakan mu’jizat adalah bahwa Al-Qur’an sejak diturunkan
senantiasa memberikan tantangan kepada umat manusia untuk membuat semisal ‘Al-Qur’an tandingan’,
jika mereka memiliki keraguan bahwa Al-Qur’an merupakan kalamullah. Allah swt. berfirman, “Dan jika
kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti
kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia
dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 23-24)

Bahkan dalam ayat lainnya, Allah menantang mereka-mereka yang ingkar terhadap Al-Qur’an untuk
membuat semisal Al-Qur’an, meskipun mereka mengumpulkan seluruh umat manusia dan seluruh
bangsa jin sekaligus, “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra': 88)

3. َّ ‫علَى ا َ ْل ُمن‬
(َ‫َـز ُل‬ َِ ‫صلَّى ُم َح َّمدَ قَ ْل‬
َ ‫ب‬ َ ُ‫هللا‬ َ ‫سلَّ ََم‬
َ ‫علَ ْي َِه‬ َ ‫)و‬
َ Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan oleh Allah swt. langsung kepada Rasulullah saw. melalui perantaraan
Malaikat Jibril a.s. Allah swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-
benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (Asy-Syu’ara: 192-195)

4. (َ‫ )بِالت َّ َوات ُ َِر ا َ ْل َم ْنقُ ْو ُل‬Diriwayatkan secara mutawatir

Setelah Rasulullah saw. mendapatkan wahyu dari Allah swt., beliau langsung menyampaikan wahyu
tersebut kepada para sahabatnya. Di antara mereka terdapat beberapa orang sahabat yang secara
khusus mendapatkan tugas dari Rasulullah saw. untuk menuliskan wahyu. Terkadang Al-Qur’an ditulis di
pelepah korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya. Di antara yang terkenal sebagai penulis
Al-Qur’an adalah Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Ubai ibn Ka’b, dan Zaid bin Tsabit. Demikianlah, para
sahabat yang lain pun banyak yang menulis Al-Qur’an meskipun tidak mendapatkan instruksi secara
langsung dari Rasulullah saw. Namun pada masa Rasulullah saw. ini, Al-Qur’an belum terkumpulkan
dalam satu mushaf sebagaimana yang ada pada saat ini.

Pengumpulan Al-Qur’an pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar Al-Shidiq, atas usulan
Umar bin Khatab yang khawatir akan hilangnya Al-Qur’an, karena banyak para sahabat dan qari’ yang
gugur dalam Peperangan Yamamah. Tercatat dalam peperangan ini, terdapat tiga puluh sahabat yang
syahid. Mulanya Abu Bakar menolak, namun setelah mendapat penjelasan dari Umar, beliaupun mau
melaksanakannya. Mereka berdua menunjuk Zaid bin Tsabit, karena Zaid merupakan orang terakhir kali
membacakan Al-Qur’an di hadapan Rasulullah saw. sebelum beliau wafat.
Pada mulanya pun Zaid menolak, namun setelah mendapatkan penjelasan dari Abu Bakar dan Umar,
Allah pun membukakan pintu hatinya. Setelah ditulis, Mushaf ini dipegang oleh Abu Bakar, kemudian
pindah ke Umar, lalu pindah lagi ke tangan Hafshah binti Umar. Kemudian pada masa Utsman bin Affan
ra, beliau memintanya dari tangan Hafsah. (Al-Qatthan, 1995: 125 – 126).

Kemudian pada masa Utsman bin Affan, para sahabat banyak yang berselisih pendapat mengenai
bacaan (baca; qiraat) dalam Al-Qur’an. Apalagi pada masa beliau kekuasan kaum muslimin telah
menyebar sedemikian luasnya. Sementara para sahabat terpencar-pencar di berbagai daerah, yang
masing-masing memiliki bacaan/ qiraat yang berbeda dengan qiraat sahabat lainnya (Qiraat sab’ah).
Kondisi seperti ini membuat suasana kehidupan kaum muslimin menjadi sarat dengan perselisihan, yang
dikhawatirkan mengarah pada perpecahan.

Pada saat itulah, Hudzaifah bin al-Yaman melaporkan ke Utsman bin Affan, dan disepakati oleh para
sahabat untuk menyalin mushaf Abu Bakar dengan bacaan/qiraat yang tetap pada satu huruf.

Utsman memerintahkan (1) Zaid bin Tsabit, (2) Abdullah bin Zubair, (3) Sa’d bin ‘Ash, (4) Abdul Rahman
bin Harits bin Hisyam untuk menyalin dan memperbanyak mushaf. Dan jika terjadi perbedaan di antara
mereka, maka hendaknya Al-Qur’an ditulis dengan logat Quraisy. Karena dengan logat Quraisylah Al-
Qur’an diturunkan.

Setelah usai penulisan Al-Qur’an dalam beberapa mushaf, Utsman mengirimkan ke setiap daerah satu
mushaf, serta beliau memerintahkan untuk membakar mushaf atau lembaran yang lain. Sedangkan satu
mushaf tetap disimpan di Madinah, yang akhirnya dikenal dengan sebutan mushaf imam. Kemudian
mushaf asli yang diminta dari Hafsah, dikembalikan pada beliau. Sehingga jadilah Al-Qur’an dituliskan
pada masa Utsman dengan satu huruf, yang sampai pada tangan kita. (Al-Qatthan, 1995 : 128 – 131)

5. (َ‫ )بِتِالَ َوتِ َِه ا َ ْل ُمت َ َعبَّ ُد‬Membacanya sebagai ibadah

Dalam setiap huruf Al-Qur’an yang kita baca, memiliki nilai ibadah yang tiada terhingga besarnya. Dan
inilah keistimewaan Al-Qur’an, yang tidak dimiliki oleh apapun yang ada di muka bumi ini. Allah
berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada
mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Fathir: 29 – 30)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. juga pernah mengatakan,

َ‫ن َح ْرفًا قَ َرَأ َ َم ْن‬


َْ ِ‫ب م‬ ََِّ ُ‫سنَةَ بِ َِه فَلَ َه‬
َِ ‫ّللا ِكت َا‬ َ ‫ل أ َ ْمثَا ِل َها ِب َع ْش َِر َو ْال َح‬
َ ‫سنَ َةُ َح‬ َُ ‫ِن َح ْرفَ الم أَقُو‬
ََ ‫ل‬ َْ ‫َح ْرفَ َومِ يمَ َح ْرفَ َو َلمَ َح ْرفَ أَلِفَ َولَك‬
”Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an), maka ia akan mendapatkan satu
kebaikan. Dan satu kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam
Mim sebagai satu haruf. Namun Alif merupakan satu huruf, Lam satu huruf dan Mim juga satu
huruf.” (HR. Tirmidzi)

------------------------------
Semakin Cinta untuk Tilawah Al-Quran

Ilustrasi. (Foto: sufara.ba)

dakwatuna.com – “Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran?”. (Al-Qamar: 17, 22, 32 dan 40)

Ternyata kandungan makna di atas sering kali berulang dalam surah Al-Qamar pada surah ke-54 ayat 17,
22, 32 dan 40. Jadi malu rasanya ketika tilawah Qur’an terkadang saya hanya membacanya saja tanpa
dapat mengambil pelajaran yang Allah terangkan di dalam ayat-ayat cinta-Nya.

Semoga tulisan sederhana ini dapat mengingatkan kita kembali untuk bisa semakin cinta dan dekat lagi
dengan Qur’an tentunya dekat pula dengan Allah :)

Ada beberapa hal yang membuat penulis termotivasi untuk tilawah Qur’an antara lain adalah sebagai
berikut:

Dari `Utsman bin `Affan, dari Nabi bersabda: “Sebaik-baik kalian yaitu orang yang mempelajari Al-Quran
dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari)

Dari Abdullah bin Mas`ud, bahwa Rasulullah SAW berkata: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari
Kitabullah (Al-Quran) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan “Alif lam mim” itu satu huruf, tetapi “Alif” itu satu huruf,
“Lam” itu satu huruf dan “Mim” itu satu huruf. (H.R. At Tirmidzi)

Dari Abu Umamah Al Bahili berkata, saya telah mendengar Rasulullah bersabda: “Bacalah Al-Quran!
Maka sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang
membaca, mempelajari dan mengamalkannya).” (H.R. Muslim)

Dari Aisyah RadhiyallahuAnha berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang membaca Al-
Quran dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para Malaikat yang mulia
lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran dan ia masih terbata-bata dan merasa berat
(belum fasih) dalam membacanya, maka ia akan mendapat dua ganjaran.” (Muttafaqun `Alaihi)

Dari Ibnu `Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh seorang menginginkan apa yang dimiliki
orang lain kecuali dalam dua hal; (pertama) seorang yang diberi oleh Allah kepandaian tentang Al-
Quran maka dia mengimplementasikan (melaksanakan)nya sepanjang hari dan malam. Dan (kedua)
seorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta maka dia infakkan sepanjang hari dan
malam.”(Muttafaqun `Alaihi).

Dari Muadz bin Anas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang membaca Al-Quran dan
mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua orang
tuanya pada Hari Kiamat kelak. (Di mana) cahayanya lebih terang dari pada cahaya matahari di dunia.
Maka kamu tidak akan menduga bahwa ganjaran itu disebabkan dengan amalan yang seperti ini. ” (H.R.
Abu Daud)

Nah itu motivasi saya, motivasi kamu apa? Share dong hehe.

Sedikit ceritaku tentang ODOJ

Alhamdulillah efeknya terasa ketika saya mengikuti program “One Day One Juz” (ODOJ), tilawah saya
jadi semakin terkontrol dan tentunya saya pun berusaha untuk dapat memahami makna dari apa yang
saya baca dengan membaca terjemahannya dan hal yang terberat bagi saya adalah menjaga hafalan
yang sudah dihafal. Berhubung banyak yang hilang hafalan saya jadi saya hafalan lagi deh, hehe.

Oya ketika sebelum ikutan ODOJ sebenarnya sih saya sudah punya targetan tilawah sendiri sama persis
dengan ODOJ yaitu satu hari satu Juz, tapi pada kenyataannya saya suka banyak alasan sehingga tidak
mencapai target yang saya buat itu hiks…hiks sedihnya. (Maafkan aku Ya Allah). Tapi sekarang insya
Allah dengan ikut ODOJ saya jadi komitmen lagi deh untuk “One Day One Juz” tentunya niatnya harus
karena Allah bukan karena ada yang lain.

Saudaraku seiman di manapun kalian berada. Sesibuk apapun diri kita, entah itu alasannya pekerjaan,
penelitian, kuliah, berjualan, ngajar dan sebagainya jangan sampai deh kita ngelupain tilawah karena
kalau kita jauh dari Qur’an maka Allah pun akan menjauh juga dari kita. Karena Al-Qur’an diturunkan
untuk dibaca bukan untuk dibiarkan begitu saja apalagi tidak terjamah sama sekali dengan kita hanya
sebagai pajangan yang masih tercover bersih dan rapih. Na’udzubillah.

Yuukk saatnya kita untuk membiasakan diri walaupun memang berat di awal tapi insya Allah dengan hal
yang sudah kita paksakan itu nantinya akan menjadi terbiasa. Percaya deh sama saya hehe. Oya semoga
kata-kata di bawah ini dapat menjadi bahan renungan buat kita semua.

Bacalah Qur’an
Kalau tidak mampu, bacalah separuh juz,
Kalau tidak mampu, bacalah sekadar sehelai atau satu muka surah,
Kalau tidak mampu, berusahalah dengan satu ayat,
Kalau tidak mampu juga, cukuplah hanya dengan memandang al-Quran dan tanyalah kepada diri sendiri
“Ya Allah, apakah dosaku sehingga aku tidak dapat membaca ayat-Mu”

Oyahh yang belum ikutan ODOJ yukk gabung biar semakin termotivasi tilawahnya selain itu juga nambah
saudara baru loh, asyik kan :)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai