Anda di halaman 1dari 7

PENGENALAN ALAT SPEKTROFOTOMETER UV-VIS, KALIBRASI DAN

PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM


1
Eko Fahrul Umam
2
Bilal Mubarak Ahmad, 3Falah Azizah Elmaria, 4Diaz Ayu Widyasari, 5Firda Apriyani, 6Nahla
Qurrotu’ain, 7Pratiwi Nur Kinasih, 8Risma Ramjani, 9Siti Fikroh Masyruroh.
*
Kelompok 2 Praktikum Kimia Analisis Instrumen
Program Studi Kimia, FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412

ABSTRAK

Salah satu instrumen penunjang yang dapat digunakan dalam penentuan suatu unsur atau senyawa dalam
kegiatan penelitian yakni spektrofotometri UV-VIS. Prinsip kerja spektro UV-VIS yakni pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan tabung foton hampa.
Tujuan utama praktikum ini adalah menentukan panjang gelombang maksimum senyawa aseton
dan kurkuminoid dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Rangkaian metode penelitian
dimulai dengan mengekstrak kurkuminoid dari tanaman kunyit (Curcuma longa) dengan cara
ekstraksi pelarut. Kemudian ekstrak yang didapat diukur panjang gelombang maksimumnya
dengan alat spektrofotometer UV-VIS. Didapati panjang gelombang maksimum untuk senyawa
aseton adalah 264.99 nm dan kurkumin dengan warna komplementer kuning adalah 423,17 nm.

Kata kunci : Aseton, Ekstraksi, Kurkuminoid, spektrofotometer UV-VIS

I. PENDAHULUAN
Dengan semakin kompleksitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia menggunakan
metode-metode konvensional yang dilakukan dengan mereaksikan suatu sampel dengan
pereaksi tertentu, mulai banyak ditinggalkan. Alasannya selain memerlukan waktu yang lama,
metode ini juga kurang efektif bila sampel yang tersedia dalam jumlah yang sedikit. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pemilihan teknik analisis yang lebih efektif guna memudahkan
peneliti dalam proses analisis kimia. Metode pengukuran spektrofotometri UV-VIS
merupakan salah satu cara yang efektif sebagai pilihan untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif bahan.
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai
sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-
780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri
UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Meskipun tidak sepeka analisa dengan menggunakan alat instrument lain, analisa dengan
spektrofotometri UV-Vis memiliki kepekaan yang cukup tinggi dan relative mudah dilakukan.
Analisa dengan cara ini digunakan secara meluas untuk menganalisa sampel dalam berbagai
spesi, baik ion maipun senyawaan.
Prinsip spektrofotometri UV-Vis adalah larutan sampel dikenai radiasi elektromagnetik,
sehingga larutan tersebut menyerap energi/radiasi yang menyebabkan terjadinya interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan materi (atom/molekul). Jumlah intensitas radiasi yang
diserap oleh larutan sampel terukur dalam bentuk transmitasi absorbansi dikonversi menjadi
konsentrasi analat yang kemudian menjadi data kuantitatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertiaan Spektrofotometri
Spektroskopi adalah suatu studi mengenai interaksi antara energi cahaya dan materi.
Warna-warna yang tampak dan fakta yang dapat dilihat adalah akibat-akibat adsorpsi energi
oleh senyawa organik dan anorganik.Teknik-teknik spektroskopi dapat digunakan untuk
menentukan struktur senyawa yang tidak diketahui dan mempelajari karakteristik ikatan dari
senyawa yang diketahui (Fessenden, 1992).
Analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber reaksi yang menjorok kedalam daerah
ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini dipilih panjang gelombang tertentu dengan lebar
pita kurang dari 1 nm. Instrumen yang digunakan adalah spektrofotometer yang terdiri dari
dua instrumen dalam satu kotak dan sebuah fotometer (Basset, dkk., 1994).
Spektrofotometri elektronik dapat secara umum membedakan deret terkonjugasi dan tidak
terkonjugasi. Deret konjugasi dapat mempengaruhi tegangan didalam suatu molekul
spektrofotometri elektronik dapat digunakan untuk mempengaruhi tegangan dengan
menghubungi perubahan dalam spektro dengan absorpsi suatu ikatan (Sudjadi, 1985).
2.2 Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis menggunakan 2 buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber
cahaya UV dan Visi bel. Meskipun sudah tersedia alat yang lebih canggih dengan hanya
menggunakan satu sumber cahaya, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk system spektrofotometer UV-Vis paling banyak tersedia dan paling popular digunakan.
Kemudahan ini adalah dapat digunakan baik untuk sampel yang berwarna maupun tidak
berwarna. Itu mengapa dalam praktikum spektrofotometri, yang digunakan adalah
spektrofotometri UV-Vis.
Komponen dari spektrofotometer UV-Vis adalah:
1. Sumber cahaya.
Sumber cahaya polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai
macam rentang panjang gelombang.
a.Untuk sepktrofotometer UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavy
hidrogen
b.Untuk sepktrofotometer VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu
wolfram
c.Untuk sepktrofotometer UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi
monokromator
2. Monokromator
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya
yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis. Jenis
monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter
optik.
3. Kuvet atau wadah larutan yang akan diuji.
Sel atau kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari pemakaiannya
kuvet ada dua macam yaitu kuvet yang permanen terbuat dari bahan gelas atau leburan silika
dan kuvet dispossible untuk satu kali pemakaian yang terbuat dari teflon atau plastik.
4. Detektor
Fungsi detektor dalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima
menjadi sinyal elektronik. Beberapa persyaratan tentang kualitas dan fungsi detektor di
dalam spektrofotometer UV-Vis antara lain :
a. Detektor harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diterima, tetapi
harus memberikan derau (noise) yang sangat minimum.
b. Detektor harus mempunyi kemampuan untuk memberikan respon terhadap reaksi pada
daerah panjang gelombang yang lebar (UV-Vis).
c. Detektor harus memberikan respon terhadap radiasi dalam waktu yang serempak.
d. Detektor harus meberikan jaminan terhadap respon kuantitatif dan sinyal elektronik yang
dikeluarkan harus berbanding lurus dengan sinyal yang diterima.
e. Sinyal elektronik yang diteruskan detektor harus dapat diaplikasikan untuk penguat
(amplifer) ke rekorder (pencatat).
5. Read out
Berfungsi memprogramkan besarnya isyarat listrik, yang menyatakan dalam persen (%)
maupun adsorbansi. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi hukum
Lambert beer yaitu absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, namun demikian
pada kenyataannya penyimpangan sering terjadi.

2.3 Kurkuminoid

Kurkuminoid merupakan golongan senyawa yang terdapat pada tanaman marga Curcuma
yang memberikan warna kuning. Kurkuminoid terdiri atas komponen senyawa kurkumin
(C21H20O6), desmetoksikurkumin (C20H18O5), dan bisdesmetoksikurkumin (C19H16O4) yang
memiliki bobot molekul berturut-turut sebesar. 368, 308, dan 338 g/mol.

Struktur kimia kurkuminoid

Beberapa metode yang biasa diterapkan untuk analisis kuantitatif kurkuminoid dalam
temulawak dan kunyit antara lain metode spektrofotometri uv-vis (Jayaprakasha dkk, 2005;
Pothitirat & Gritsanapan, 2006). Panjang gelombang maksimal kurkumin adalah pada 420-430
nm dalam pelarut organik seperti metanol dan etanol, namun senyawa lain dalam ekstrak
rimpang temulawak dan kunyit yang memiliki gugus kromofor dapat menyerap pada panjang
gelombang tersebut, sehingga mengganggu analisis (Jayaprakasha dkk, 2005).

III. METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 maret 2018 di laboratorium lingkungan, Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2 Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah kuvet quartz, instrument
spektrofotometer UV-Visible Lamda 25 Perkin Elmer,dan peralatan gelas pada umumnya.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah sampel ekstak kunyit dan sebagai
pelarut digunakan methanol. Selain itu juga dilakukan pengujian untuk sampel larutan aseton.
3.4 Prosedur Penelitian
Pada penelitian kali ini dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum terhadap ekstrak
kunyit dan larutan aseton. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Kalibrasi Alat Spektrofotometer UV-Vis
Percobaan diawali dengan menghidupkan instrument uv-vis yang kemudian di diamkan
selama 15 menit yang bertujuan untuk menstabilkan sumber cahaya dan fotodetektor.
Selanjutnya dilakukan kalibrasi dengan melakukan scaning panjang gelombang
menggunakan larutan blanko yang berisi aquades. Pada menu aplikasi wavelength scan,
dilakukan kalibrasi minimal 2 kali dengan menekan tombol autozerro. Dilakukan
pengaturan nilai absorbansi dan nilai transmitasi pada proses kalibrasi dengan memasukan
berturut-turut nilai 0 dan 100% yang artinya larutan tersebut tidak mengabsorpsi cahaya
yang diberikan.
b. Menentukan Panjang Gelombang yang Memiliki Nilai Absorbansi Maksimum
Sebelum melakukan scaning panjang gelombang, harus ditentukan terlebih dahulu
range panjang gelombang yang akan digunakan dengan melihat literature yang telah
tersedia. Setelah itu disiapkan sampel yang akan diuji kemudian dilakukan scaning panjang
gelombang maksimum untuk sampel aseton dan ekstrak kunyit hingga dihasilkan nilai
lambda maks. Data yang telah didapat, kemudian dibuat dalam bentuk grafik hubungan
antara nilai absorbans sebagai fungsi panjang gelombang.
IV. Hasil dan Pembahasan
Spektrofotometer UV-Vis PerkinElmer LAMBDA 25 bekerja dengan menggunakan dua
sumber sinar. Untuk pengukuran di daerah UV digunakan lampu deuterium yang
menghasilkan sinar pada interval 190 – 370 nm. Untuk pengukuran di daerah sinar tampak
digunakan lampu tungsten yang menghasilkan sinar pada interval 320 – 1100 nm. Pada
percobaan kali ini dilakukan dua perlakuan pengujian. Pertama, dilakukan pengujian dengan
menggunakan sampel aseton yang tak berwarna bekerja pada daerah uv dan kedua, dilakukan
pengujian dengan sampel ekstrak kunyit yang berwarna bekerja pada daerah visible.
4.1 Panjang Gelombang Maksimum Aseton
Aseton, juga dikenal sebagai propanon adalah senyawa organik dengan rumus kimia
CH3COCH3. Senyawa ini merupakan bentuk keton paling sederhana berbentuk cairan yang tak
berwarna dan mudah terbakar. Berikut merupakan struktur kimia aseton.

Gambar . Struktur Kimia Aseton


Dari hasil analisis yang dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis diperoleh spektrum
seperti dibawah ini :

Gambar . Kromatogram Aseton

Data hasil kromatogram diatas mempunyai puncak (peak) yang jelas yaitu pada 264.99 nm
dimana nilai itu berada pada daerah rentang sinar UV. Untuk mendapatkan panjang gelombang
maksimum maka harus diketahui gugus kromofornya. Aseton mempunyai gugus kromofor
tunggal, yaitu C=O (karbonil). Berikut merupakan spektrum UV-Vis yang didapat dari NIST
Chemistry Web Book

Gambar . Spektrum UV-Vis Aseton

Dari spektrum diatas, dapat diketahui panjang gelombang maksimum aseton berada dikisaran
260-270 nm. Bila nilai hasil pengujian dibandingkan dengan literature maka nilai hasil
pengujian masih berada pada daerah kisaran panjang gelombang yang ditentukan.
4.2 Panjang Gelombang Maksimum Kurkuminoid
Isolasi kurkuminoid dilakukan dengan metode ekstraksi pelarut. Senyawa kurkuminoid
bersifat polar, sehingga dibutuhkan pelarut yang bersifat polar untuk menghasilkan senyawa
kurkuminoid dan aktivitas antioksidan yang tinggi (Tonnesen and Karlsen,1985). Pelarut yang
digunakan adalah pelarut metanol yang memiliki sifat kepolaran yang tinggi. Dalam penelitian
ini, metanol digunakan sebagai pelarut karena kurkuminoid larut baik dalam metanol
(woerdenbag,2007). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Ria (1989) yang
melakukan ekstraksi rimpang temulawak dengan metode maserasi terhadap oleoresin
temulawak dengan pelarut metanol yang menghasilkan kadar kurkuminoid sebesar 1,86%-
3,06%.
Hasil pengujian panjang gelombang maksimum kurkuminoid didapatkan pada panjang
gelombang 423.17 nm seperti tertera pada gambar .

Gambar . Kromatogram Kurkuminoid

Kurkuminoid memiliki gugus kromofor yang dapat membuat terjadinya proses absorbsi sinar
sehingga akan memunculkan puncak pada hasil kromatogram kurkuminoid. Gugus kromofor
pada kurkuminoid adalah C=O (karbonil) dan adanya ikatan rangkap terkonjugasi pada cincin
benzene.
Karena kurkuminoid berwarna kuning, maka sampel ini akan menyerap gelombang
elektromagnetik pada daerah komplemen warna kuning, yaitu daerah lembayung (violet) atau
daerah biru. Sampel ini seharusnya akan mempunyai serapan di daerah 400 – 435 nm (violet)
atau 435 – 480 nm (biru).
Tabel . Interval panjang gelombang di daerah sinar tampak, warna yang dihasilkannya dan
warna komplemennya (Shaw,1990)

Panjang Gelombang Warna Warna komplemen


(nm)
400 – 435 Violet Kuning Hijau
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Hijau Biru Orange
490 – 500 Biru Hijau Merah
500 – 560 Hijau Merah Violet
560 – 580 Kuning Hijau Violet
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Orange Hijau Biru
610 – 680 Merah Biru Hijau
680 - 700 Merah Violet Hijau

Hasil percobaan pada Gambar menunjukan bahwa kurkuminoid mempunyai serapan yang
signifikan di daerah violet (400 – 435 nm. puncak 423,17 nm). Hasil ini bersesuaian, yakni
panjang gelombang yang ditampilkan oleh alat berada pada daerah yang benar. Kesesuaian ini
menunjukan bahwa pemilihan panjang gelombang pada alat berjalan dengan baik dan tidak
terjadi pergeseran yang mengakibatkan display alat menampilkan panjang gelombang yang
tidak sebenarnya.
V. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa alat spektrofotometer
UV VIS yang digunakan cukup teliti. Terbukti dengan pembacaan senyawa kurkumin yang
dimana sesuai dengan panjang gelombang maksimum yang ada pada literatur. Oleh sebab itu
maka alat spektrofotometer tersebut masih layak untuk digunakan.
Saran

Sebaiknya dilakukan metode validasi lain seperti presisi (keseksamaan repitabilitas), akurasi
(kecermatan) spesifisitas (selektifitas), batas deteksi, batas kuantitasi,rentang linearitas,
kekuatan (robustness) dan ketangguhan (rudgedness) untuk lebih memvalidkan data sesuai
dengan standar yang telah di tetapkan.

Daftar Pustaka
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Bos, R., Windono, T., Woerdenbag, H. J., Boersma, Y. L., Koulman, A., and Kayser, O., 2007,
HPLC-photodiode array detection analysis of curcuminoids in Curcuma species indigenous to
Indonesia., Phytochem Anal. Mar;18(2):118-22.
Fessenden, Ralph. 1992. Organic Chemistry,edisi ke 2. Willard Grant Press Publisher, USA.
Jayaprakasha, G. K., Jaganmohan R. L., dan Sakariah K. K. 2006. Antioxidant activities of
curcumin, demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin. Food Chemistry 98: 720-724.
Ria, E. B. 1989. Pengaruh Jumlah Pelarut, Lama Ekstraksi, dan Ukuran Bahan Terhadap
Rendemen dan Mutu Oleoresin Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Skripsi. IPB, Bogor.
Stewart Shaw, “GBC 911 and 911A UV-Visible Spectrophotometers Operation Manual”, 3rd
edition, GBC Scientific Equipment Pty. Ltd., Australia, April, 1990
Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Tonnesen, H. H., and Karlsen, J., 1985, Studies of Curcumin and Curcuminoids: VI. Kinetics of
Curcumin Degradation in Aqueous Solutions. Z. Lebensm. Unters. Forsch., 180, pp. 402-404.
Bayliss, N.S.; McRae, E.G., Solvent effects in the spectra of acetone, crotonaldehyde,
nitromethane and nitrobenzene, J. Phys. Chem., 1954, 58, 1006-1011.

Anda mungkin juga menyukai